Anda di halaman 1dari 49

Oleh :

Alfonsa Reni
Oktavia
Centers for
Soetjiningsih, Disease Control
2014 and Prevention,
2000

OBESITAS

Truswell, Bagchi,
2014
2011
Kondisi kesehatan kronis

Penimbunan lemak >>>

Penyakit salah gizi, krn konsumsi


melebihi kebutuhan tubuh
Penimbunan lemak
>>>

Terhadap TB, BB, Sex,


Etnisitas
keadaan indeks massa tubuh
(IMT) anak

berada di atas persentil ke-95

pada grafik tumbuh kembang


anak sesuai jenis kelaminnya
Bagchi.D. ,
2011

Is a pathology that has a multifactor


etiology

Genetic, environmnet interact and play


various roles in sosioeconomic realities,
establishing a disease with high
prevalence
Pemeriksaan antropometri
yang sering digunakan adalah :
Kriteria yang digunakan untuk menentukan obesitas adalah
sebagai berikut ( dikutip dari Neuman, 1983)
Overwight Obesitas
1. BB thd TB ( Pre 110-119% Std. 90-95 >/= 120% Std.
Pubertas ) persentil >95 persentil

2. BB thd umur 110-119% Std. >/=120% Std.


90-95 persentil >95 persentil
>2 SD diatas mean
Umur Obesitas
3. Lipatan Kulit 0-36 bulan >20 SD
(Trisep/Subscapula) >90 persentil

4. Lipatan 0-18 tahun >20 SD


Kulit(Tanner,1962) >95 persentil

Menurut WHO,2006 ,anak dikatakan obesitas bila IMT


berdasarkan umur, atau BB terhadap TB diatas 3 Z-score
Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/TB:
1. Sangat kurus : Zscore < -3,0
2. Kurus : Zscore ≥ -3,0 s/d Zscore < -2,0
3. Normal : Zscore ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
4. Gemuk : Zscore > 2,0

Pada tahun 2013 prevalensi gemuk secara nasional di Indonesia


adalah 11,9 persen, yang menunjukkan terjadi penurunan dari 14,0
persen pada tahun 2010. Terdapat 12 provinsi yang memiliki
masalah anak gemuk di atas angka nasional dengan urutan
prevalensi tertinggi sampai terendah,yaitu: (1) Lampung, (2)
Sumatera Selatan, (3) Bengkulu, (4) Papua, (5) Riau, (6) Bangka
Belitung, (7) Jambi, (8) Sumatera Utara, (9) Kalimantan Timur, (10)
Bali, (11) Kalimantan Barat, dan (12) Jawa Tengah
Klasifikasi indikator IMT/U:
1. Sangat kurus : Zscore< -3,0
2. Kurus : Zscore≥ -3,0 s/d < -2,0
3. Normal : Zscore≥-2,0 s/d ≤1,0
4. Gemuk : Zscore> 1,0 s/d ≤ 2,0
5. Obesitas : Zscore> 2,0

Secara nasional masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih
tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen dan sangat
gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk terendah di Nusa
Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%).
Sebanyak 15 provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas
nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan
Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau,
Jambi, Papua, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung dan DKI Jakarta
Klasifikasi indikator IMT/U:
1. Sangat kurus : Zscore< -3,0
2. Kurus : Zscore≥ -3,0 s/d < -2,0
3. Normal : Zscore≥-2,0 s/d ≤1,0
4. Gemuk : Zscore> 1,0 s/d ≤ 2,0
5. Obesitas : Zscore> 2,0

Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia


sebesar 10.8 persen, terdiri dari 8,3 persen gemuk dan 2,5 persen
sangat gemuk (obesitas). Sebanyak 13 provinsi dengan prevalensi
gemuk diatas nasional, yaitu Jawa Timur, Kepulauan Riau, DKI,
Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Bali,
Kalimantan Timur, Lampung, Sulawesi Utara dan Papua
Klasifikasi indikator IMT/U:
1. Sangat kurus : Zscore< -3,0
2. Kurus : Zscore≥ -3,0 s/d < -2,0
3. Normal : Zscore≥-2,0 s/d ≤1,0
4. Gemuk : Zscore> 1,0 s/d ≤ 2,0
5. Obesitas : Zscore> 2,0

Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia


sebesar 10.8 persen, terdiri dari 8,3 persen gemuk dan 2,5 persen
sangat gemuk (obesitas). Sebanyak 13 provinsi dengan prevalensi
gemuk diatas nasional, yaitu Jawa Timur, Kepulauan Riau, DKI,
Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Bali,
Kalimantan Timur, Lampung, Sulawesi Utara dan Papua
Klasifikasi indikator IMT/U:
1. Sangat kurus : Zscore< -3,0
2. Kurus : Zscore≥ -3,0 s/d < -2,0
3. Normal : Zscore≥-2,0 s/d ≤1,0
4. Gemuk : Zscore> 1,0 s/d ≤ 2,0
5. Obesitas : Zscore> 2,0

Prevalensi gemuk pada remaja umur 16 – 18 tahun sebanyak 7,3 persen


yang terdiri dari 5,7 persen gemuk dan 1,6 persen obesitas. Provinsi
dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta (4,2%) dan
terendah adalah Sulawesi Barat (0,6%). Lima belas provinsi dengan
prevalensi sangat gemuk diatas prevalensi nasional, yaitu Bangka
Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, Kalimantan Tengah,
Papua, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Gorontalo, DI Yogyakarta, Bali,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan DKI Jakarta
Sumber: Soetjiningsih,2014

Obesitas
sederhana

Bentuk khusus
obesitas
Sumber: Soetjiningsih,2014
Masukan energi yang
melebihi kebutuhan tubuh
1. masukan energi yang melebihi kebutuhan tubuh
Pada Bayi
➢ Bayi yang minum susu botol dipaksakan untuk
menghabiskannya
➢ Kebiasaan memberikan ma/mi saat anak menangis
➢ Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia
terlalu dini
➢ Jenis susu yang diberikan berosmolaritas , sehingga bayi
selalu haus
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan bayi lahir
lebih tinggi dari biasanya yaitu,
1) Faktor keturunan
2) Ibu obesitas
3) Pertambahan BB ibu pada waktu hamil berlebihan

Sumber: Soetjiningsih,2014
Sumber: Soetjiningsih,2014

Gangguan emosional
Biasanya pada anak yang lebih besar, makanan menjadi penganti untuk
mencapai kepuasan dalam memperoleh kasih sayang

Hungger➔desire for food➔food➔pleasure(reward


need)➔lack(craving)➔(item)➔pleasure(reward) Sumber : Bagchi,D(2011)

Gaya Hidup Masa Kini


Tinggi Kalori

Tinggi Lemak

Relatif Murah
Penggunaan Kalori yang
kurang

Hormonal (kelenjar pituitari


dan fungsi hipotalamus)

Sumber: Soetjiningsih,2014
Faktor predisposisi
lainnya :
1. Suku bangsa
2. Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi
yang sehat adalah bayi yang gemuk
3. Anak cacat dan anak yang kurang aktivitas
karena problem fisik.cara mengasuh
4. Umur orang tua yang sudah lanjut baru
mempunyai anak,anak tunggal, anak
“mahal” , anak dari orang tua tunggal
5. Meningkatnya keadaan sosial ekonomi
seseorang
Faktor predisposisi
lainnya :
6. Herediter( faktor keturunan )
Faktor genetik berhubungan dengan pertambahan
berat badan, IMT, lingkar pinggang dan aktivitas fisik.
Jika ayah dan/atau ibu menderita overweight
(kelebihan berat badan) maka kemungkinan anaknya
memiliki kelebihan berat badan sebesar 40-50%.9
Apabila kedua orang tua menderita ‘obese’,
kemungkinan anaknya menjadi ‘obese’ sebesar 70-
80%.

Sumber: MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 1, JUNI 2011: 37-43


patofisiologi
Sumber: Jeffery, 2009

Melalui 3 proses
Tjd melalui sinyal
Ketidakseimban fisiologis ;, yaitu
Pengaturan eferen(hipotalamus)
gan masukan pengendalian rasa Proses
keseimbangan stlh mdpt sinyal
dan keluaran lapar dan kenyang, penyimpanan
energi o/ aferen dari perifer
serta sedentary mempengaruhi laju energi
hipotalamus (adiposa, usus, dan
life pengeluaran energi dan
jaringan otot)
regulasi sekresi hormon

Apabila asupan
Sinyal pendek:
Kemudian, leptin energi melebihi dari Sinyal bersifat
Sinya; panjang: fat- mempengaruhi
merangsang anorexigenic yang dibutuhkan, anabolik dan
derived hormon leptin porsi makan,
center di hipotalamus agar maka jaringan berisfat
dan iinsulinyg waktu makan,
menurunkan produksi adiposa meningkat katabolik dibagi
mengatur penyimpanan distensi
Neuro Peptida Y (NPY) disertai dengan mjd sinyal
dan keseimbangan lambung dan
sehingga terjadi peningkatan kadar pendek dan
energi peptida ge oleh
penurunan nafsu makan. leptin dalam panjang
Colesistokinin
peredaran darah

terjadi rangsangan Pada sebagian besar


sebaliknya bila kebutuhan pada orexigenic center penderita obesitas terjadi
energi lebih besar dari di hipotalamus yang resistensi leptin, sehingga
asupan energi, maka menyebabkan tingginya kadar leptin tidak
jaringan adiposa berkurang peningkatan nafsu menyebabkan penurunan
makan. nafsu makan (Jeffrey, 2009)
Sumber: Truswell,2014

patofisiologi
Sumber:Freemark, M., Pediatric
Obesity, 2011

patofisiologi
Sumber:Freemark, M., Pediatric
Obesity, 2011

Energy expenditure
Sumber: Soetjiningsih,2014

Tanda dan gejala


Bentuk muka anak obes tidak proposional

1. Hidung dan mulut relatif kecil dan memiliki dagu ganda

2. Terdapat timbunan lemak pada payudara

3. Perut menggantung dan sering disertai striae

4. Alat kelamin anak-anak kecil

5. Paha dan lengan atas besar

6. Jari – jari relatif kecil dan runcing

7. Anak lebih cepat mencapai masa pubertas


Sumber: Soetjiningsih,2014

diagnosis
Diagnosis obesitas didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Hitung Indeks Masa Tubuh (IMT) , yaitu BB(kg) dibagi TB(m)²
2. Anamnesis keluarga :
❑ Identifikasi obesitas keluarga terdekat (ayah-ibu)
❑ Evaluasi adanya penyakit kardiovaskular, diabetes type 2, dan
kanker pada keluarga
3. Diet
❑ Identifikasi siapa yang emberi makan anak
❑ Identifikasi makanan tinggi kalori dan mempunyai nilai gizi rendah
yang dapat dikurangi, dieleminasi, atau diganti
❑ Teliti pola makan, misalnya waktu, kandungan gizi, lokasi makan,
dan jenis makanan kecil (snack)
Sumber: Soetjiningsih,2014

diagnosis
4. Aktivitas
❑ Identifikasi hambatan untuk beraktivitas,misalnya ke sekolah
jalan kaki/naik sepeda/naik mobil
❑ Elvaluasi waktu yang digunakan untuk bermain
❑ Evaluasi waktu istirahat di sekolah, apakah digunakan untuk
beraktifitas.
❑ Olahraga di sekolah: frekuensi, lama dan intensitasnya
❑ Tanyakan aktivitas sesusdah sekolah dan pada akhir pekan
❑ Tanyakan waktu yang digunakan untuk menatap layar(TV,
Video, Game dan lainnya)
5. Gejala lain
Identifikasi gejala-gejala lain/komplikasi yang menyertai obesitas
Sumber: Soetjiningsih,2014

KOMPLIKASI
1. Pada Anak
a) Gangguan Psikologik
b) Resiko penyakit kardiovaskular
c) ASMA
d) OSAS
e) Inflamasi Kronik
f) Diabetes (bisa Tipe 1 dan 2)
g) Kelainan Ortopedik
h) Penyakit hati
Sumber: Bagchi,D., 2011)

KOMPLIKASI
Sumber: Soetjiningsih,2014

Penatalaksanaan
Tujuan : hanya menghambat laju kenaikan BB
yang pesat dan tidak boleh dilakukan diet terlalu
ketat
Prinsip :
1. Memperbaiki faktor penyebab
2. Memotivasi remaja penderita obesitas, tentang
perlunya pengurusan BB
3. Memberikan diet rendah kalori seimbang untuk
menghambat kenaikan BB
4. Menganjurkan penderita untuk berolahraga secara
teratur atau anak bermain secara aktif, sehingga banyak
energi yang digunakan
Sumber: Soetjiningsih,2014

Pengaturan diet
Pada bayi :
1. Tujuan : memperlambat kecepatan kenaikan BB
2. Diet 110 kkal/kgBB/hari ( usia 6 bulan )
3. Diet 90 kkal/kgBB/hari ( usia > 6 bulan )
4. Jumlah susu botol dikurangi
5. Tidak dianjurkan pemberian susu yang
diencerkan dan susu rendah/tanpa lemak
6. Anjurkan anak tidak digendong, dibiarkan
beraktifitas
7. ASI diteruskan s.d usia 2 tahun
Sumber: Soetjiningsih,2014

Pengaturan diet
Pada anak usia pra sekolah :
1. Tujuan : memperlambat kecepatan kenaikan BB
2. Diet seimbang 60 kkal/kgBB/hari
3. Memberikan makanan dari makanan keluarga
dalam porsi kecil
4. Menghindari makanan kalori tinggi
5. Mendorong anak melalukan aktivitas fisik
6. Mencegah menonton TV/Video/main Game
>>>
Sumber: Soetjiningsih,2014

Pengaturan diet
Pada anak usia sekolah :
1. Tujuan : mempertahankan BB anak dan menaikkan TB
nya
2. Diet 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kgBB/hari
3. Dorong anak untuk melakukan aktifitas fisik baik
mandiri atau berkelompok
4. Tidak diperbolehkan menonton TV/Video/Main game
terlalu lama apalagi disertai makan makanan yang
mengandung kalori tinggi
5. Mengorganisir kelompok olahraga/rekreasi agar anak
lebih aktif
Sumber: Soetjiningsih,2014 & Truswell,2014

Pengaturan diet
Pada usia remaja :
1. Tujuan : menurunkan BB anak untuk mencapai BB yang
diharapkan sesuai TB nya
2. Diet 850 kkal/hari
3. Kalau ingin menurunkan BB nya 500gram/minggu ,
kurangi kalorinya 500kkal/hari
4. Mendorong anak untuk melakukan aktivitas
5. Mendorong anak agar mau berinteraksi dengan teman-
temannya
6. Jika terpaksa➔medikametosa
7. Pembedahan bariatrik➔masih menjadi bahan
pertimbangan jika dilakukan pada anak-anak
Sumber: Truswell,2014

Pemberian Medikametosa :
1. Golongan anfetamin yang bekerja
sebagai simpatomimetik yang
meningkatkan konsentrasi katekolamin di
otak
2. Orsilat (xenidal) 120mg/hari diberikan 3
x sehari, inhibitor yang paten dari
pankreatik/lpasa intestinal. Sehingga
meningkatkan jumlah lemak yang keluar
melalui feces
Sumber: Truswell,2014

Pengaturan diet
Pemberian Medikametosa :
1. Golongan anfetamin yang bekerja sebagai
simpatomimetik yang meningkatkan konsentrasi
katekolamin di otak
2. Orsilat (xenidal) 120mg/hari diberikan 3 x sehari,
inhibitor yang paten dari pankreatik/lpasa intestinal.
Sehingga meningkatkan jumlah lemak yang keluar
melalui feces
3. Obat –obat lain : Metformin, Topiramat, program
“Redux” di AS (Dexfenfluramin+Fentremin)
Asuhan
Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
3. Pemeriksaan Fisik
4. Pola fungsi kesehatan
B. Diagnosa
Keperawatan
1. perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d
Masukan makanan yang lebih dari kebutuhan tubuh

2. Gangguan citra tubuh/harga diri b.d Dorongan


keluarga terhadap makan yang berlebihan

3. pola nafas tidak efektif b.d obesitas

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelebihan


berat badan
C. Intervensi
Dx : perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d
Masukan makanan yang lebih dari kebutuhan tubuh
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Berat badan 20 % atau lebih dari berat badan optimum ;
kelebihan lemak tubuh dengan lipatan kulit/pengukuran
lain
2. Melaporkan/obserasi disfungsi pola makan, masukan lebih
dari kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil :
1. Mengindentifikasi prilaku dan konsekuensi sehubungan
dengan makan berlebihan atau peningkatan berat badan
2. Menunjukan perubahan pola makan dan keterlibatan
individu dalam program latihan
3. Menunjukan peenurunan berat badan dengan
pemeliharaan kesehatan
Tindakan Keperawatan
MANDIRI RASIONAL
Laksanakan/kaji makanan cair Mengindentifikasi pola yang
sebelumnya mis.,masukan memerlukan perubahan atau dasar
kalori,tipe makanan,kebiasaan menyesuaikan program diet.
makan.
Diskusikan emosi sehubungan Membantu mengindentifikasi kapan
dengan makan. pasien makan untuk memuaskan
kebutuhan emosi,daripada lapar
fisiologis

Buat rencana makan untuk pasien. Menganjurkan untuk diet rendah


lemak dan membatu rencana
makan pasien semirip mungkin
dengan kebiasaan pasien.
Dx 2: Gangguan citra tubuh/harga diri b.d
Dorongan keluarga terhadap makan yang
berlebihan
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Kurang mengikuti rencana diet
2. Takut penolakan oleh orang lain
3. Pernyataan perasaan negative tentang diri
Kriteria Hasil :
1. Menunjukan beberapa penerimaan diri
2. Mencari informasi dan secara aktif mengikuti
penurunan berat badan dengan tepat
Tindakan Keperawatan
MANDIRI RASIONAL

Tentukan motivasi pasien untuk Berikan pasien motivasi untuk


meurunkan berat badan dan penurunan berat badan.
bantu menyusun tujuan.

Gambarkan berat badan tiap Memberikan bukti visual


minggu. perubahan berat badan.

Tingkatkan komunikasi terbuka Mendukung tanggung jawab


mengindari kritik/penilaian pasien sendiri untuk penurunan
tentang perilaku pasien. berat badan.
Dx 3 : pola nafas tidak efektif b.d
obesitas
Tujuan: mengembalikan pola nafas normal
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan ventilasi yang
adekuat
2. Tidak mengalami sianosis atau tanda
hipoksia lain
Tindakan Keperawatan
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri: Untuk mendengar Peranapasan
• Awasi , auskultasi bunyi napas. mengorok/ pengaruh anastesi
menurunkan ventilasi, potensial
atelektasis, hipoksia
• Tinggikan kepala tempat tidur Mendorong pengembangan
30 derajat diafragma sehingga ekspansi paru
optimal, pasien lebih nyaman
• Bantu lakukan napas dalam Ekspansi paru maksimal,
pembersihan jalan napas, resiko
atelektasis minimal
Dx 4: Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelebihan berat badan
Tujuan : Kebutuhan untuk beraktivitas
klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
1. Aktivitas fisik meningkat
2. ROM normal
3. Klien bisa melakukan aktivitas
Tindakan Keperawatan
INTERVENSI RASIONAL

Mandiri: • Mengurangi kekakuan dan


• Buat jadwal kegiatan yang membiasakan klien beraktivitas.
harus dilakukan klien dan minta
klien melakukannya dengan
disiplin.

• Bantu klien dalam melakukan • Membantu klien agar lebih


kegiatan yang susah dilakukan mudah melakukan aktivitas.
klien.

• Pastikan motivasi klien untuk • Agar klien tetap semangat


mempertahankan pergerakan. dalam melakukan aktivitasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bagchi, Debasis. Global Perspectives on Childhood Obesity. 2011. Elsevier.


USA
Centers for Disease Control and Prevention. Growth charts for the United
States: methods and development. Washington: Department of Health
and Human Services, 2000
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 1, JUNI 2011: 37-43
RISKESDAS, 2013
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. 2014. EGC ; Jakarta
Mann, Jim & Truswell, A. Stewart. Buku Ajar Ilmu Gizi. 2014. EGC. Jakarta
WHO 2006

Anda mungkin juga menyukai