Anda di halaman 1dari 11

Nama : ARHAM KASMIN

NIM : 20700118042

MASA PERADABAN ISLAM

PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN

Kata khulafaurrasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa dan rasyidin,
khulafa’ itu menunjukkan banyak khalifah, bila satu disebut khalifah, yang mempunyai arti
pemimpin dalam arti orang yang mengganti kedudukan Rasulullah SAW sesudah wafat
melindungi agama dan siasat (politik) keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah
ditentukan oleh batas-batasnya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam.

Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi khulafaurrasyidin mempunyai arti
pemimpin yang bijaksana sesudah nabi Muhammad wafat. Para khulafaurrasyidin itu adalah
pemimpin yang arif dan bijaksana.

Mereka itu terdiri dari para sahabat nabi Muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik
adapun sifat-sifat yang dimiliki khulafaurrasyidin sebagai berikut:

a) Arif dan bijaksana

b) Berilmu yang luas dan mendalam

c) Berani bertindak

d) Berkemauan yang keras

e) Berwibawa

f) Belas kasihan dan kasih sayang

g) Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum Islam.

Para sahabat yang disebut khulafaurrasyidin terdiri dari empat orang khalifah yaitu:

1) Abu Bakar Shiddiq khalifah yang pertama (11–13 H/632–634 M)

2) Umar bin Khattab khalifah yang kedua (13–23 H/634–644 M)

3) Utsman bin Affan khalifah yang ketiga (23–35 H/644–656 M)

4) Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (36–41 H/656–661M)

Tugas Khulafaurrasyidin
Tugas Rasulullah SAW meliputi dua hal, yaitu tugas kenabian dan tugas kenegaraan. Para
khalifah hanya menggantikan Rasulullah dalam tugas kenegaraan, yaitu sebagai kepala negara,
kepala pemerintahan, dan pemimpin umat. Tugas beliau sebagai Nabi dan Rasul tidak
digantikan oleh siapapun, karena tugas kenabian yang dimilikinya itu bersifat khusus atas
pemilihan langsung oleh Allah SWT di samping itu, beliau adalah nabi dan rasul terakhir. Tidak
ada nabi dan rasul yang diangkat setelah beliau wafat.

Masa kekhalifaan beliau kurang lebih selama 30 tahun. Waktu yang sekian lama itu Islam
meluas ke daerah Syam, Irak, Palestina, Mesir, Sudan dan beberapa daerah di Benua Afrika.
Panglima perang pada masa khulafaurrasyidin yang terkenal diantaranya ialah Khalid bin Walid,
Abu Ubaidah, Amr bin Ash, Mutsanna bin Haritsah, Sa’ad bin Abu Waqqosh.

KHALIFAH-KHALIFAH KHULAFAUARRASYIDIN

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/632-634 M)

Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa At-Tamimi. Di zaman pra Islam
bernama Abdul Ka’bah, kemudian diganti oleh nabi menjadi Abdullah. Dia temasuk salah
seorang sahabat yang utama. Dijuluki Abu Bakar karena dia lah orang yang paling awal
memeluk agama Islam. Gelar Ash-Shiddiq diperolehnya karena ia dengan segera membenarkan
dalam berbagai peristiwa, terutama Isra’ dan Mi’raj. Seringkali mendampingi rasulullah di saat-
saat penting atau jika berhalangan, Rasulullah mempercayainya sebagai pengganti untuk
menangani tugas-tugas keagamaan dan atau mengurusi persoalan-persoalan di Madinah.

Abu Bakar memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang dihabiskannya
terutama untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya nabi.
Terpilihnya Abu Bakar membangun kembali kesadaran dan tekad umat untuk bersatu
melanjutkan tugas mulia nabi. Dia menyadari bahwa kekuatan kepemimpinannya bertumpu
pada komunitas yang bersatu ini, yang pertama kali menjadi perhatian khalifah adalah
merealisasikan keinginan nabi yang hampir tidak terlaksana, yaitu mengirimkan ekspedisi ke
perbatasan Suriah di bawah pimpinan Usamah. Hal tersebut dilakukan untuk membalas
pembunuhan ayahnya, Zaid, dan kerugian yang diderita oleh umat Islam dalam perang Mu’tah.
Sebagian sahabat menentang keras rencana ini, tetapi khalifah tidak perduli. Nyatanya
ekspedisi ini sukses dan membuat pengaruh positif bagi umat Islam, khususnya di dalam
membangkitkan kepercayaan diri mereka yang nyaris pudar.

Wafatnya nabi mengakibatkan beberapa masalah bagi masyarakat muslim. Beberapa


orang Arab yang lemah imannya melakuakan riddah, yaitu gerakan pengingkaran terhadap
Islam. Riddah berarti murtad, beralih agama dari Islam ke kepercayaan semula, secara politis
merupakan pembangkangan (distortion) terhadap lembaga khalifah. Sikap mereka adalah
perbuatan makar yang melawan agama dan pemerintah sekaligus.
Oleh karena itu, khalifah dengan tegas melancarkan operasi pembersihan terhadap
mereka. Mula-mula hal itu dimaksudkan sebagai tekanan untuk mengajak mereka kembali ke
jalan yang benar, lalu berkembang menjadi perang merebut kekuasaan.

Langkah-langkah kebijakan Abu Bakar

Setelah rasulullah wafat, muncullah kesulitan-kesulitan yang dihadapi umat islam dibawah
pimpinan Abu Bakar, diantaranya yang terpenting adalah menghadapi orang-orang yang
mengaku nabi, menghadapi orang-orang murtad, dan orang-orang yang membangkang tidak
mau membayar pajak.

1. Menumpas Nabi Palsu

Ada empat orang yang menamakan dirinya sebagai nabi. Padahal Islam mengajarkan bahwa
Nabi muhammad SAW adalah nabi akhiruzzaman. keempat yang mengaku nabi itu adalah nabi
palsu. yaitu Musailamah Al kazab dari bani hanifah di Yamamah, Sajah Tamimiyah dari bani
tamim, Al aswad Al Anshi dari Yaman dan Tulaihah bin Khuwailid dari bani asad di Nejed.

2. Memberantas Kaum Murtad

Berita wafatnya rasulullah SAW, berakibat menggoyahkan iman bagi orang-orang islam yang
masih tipis imannya, banyak orang menyatakan dirinya keluar dari Islam (murtad). Tidak mau
shalat dan tidak lagi membayar zakat, bahkan ada sementara daerah-daerah memisahkan diri
dengan pemerintahan pusat di Madinah, sedangkan daerah-daerah yang masih setia adalah
Madinah, Mekah dan Thaif. Abu Bakar berunding dengan para sahabat yang lain dalam
menghadapi para kaum murtad itu. Mereka sepakat menyeru agar bertaubat, jika tidak mau
sadar, mereka akan dihadapi dengan menggunakan kekerasan. Tetapi usaha lemah lembut dari
pemerintahan Islam di Madinah itu mereka abaikan, kaum murtad didukung oleh kekuatan
besar kurang lebih 40.000 orang. muslimin menghadapi mereka dengan pasukan yang besar
pula, Abu Bakar mengirim ekspedisi dibawah pimpinan Ikhrimah bin Abu Jahal, Syurahbil bin
Hasnah, Amru bin Ash, dan khalid bin Walid. Tindakan tegas kaum muslimiin itu dapat
melumpuhkan kekuatan kaum murtad, sehingga mereka kembali mentaati perintah syariat
Islam. Abu Bakar berhasil dalam usaha ini, sehingga wilayah Islam utuh kembali.

3. Menghadapi Kaum yang Ingkar Zakat

Banyak diantara kaum muslimin yang pemahaman mereka, terhadap hukum Islam belum
mendalam dan imannya masih tipis, mereka beanggapan bahwa kewajiban berzakat hanya
semata-mata untuk nabi. karena nabi telah wafat, maka bebaslah mereka dari kewajiban untuk
berzakat.padahal zakat adalah salah satu rukun Islam yang harus ditegakkan.

4. Mengumpulkan Ayat-Ayat Al-Qur’an


Akibat peperangan yang sering dialami oleh kaum muslimin, banyak penghafal Al-Qur’an
(huffadz) yang gugur sebagai syuhada dalam pertempuran. Jumlahnya tidak kurang dari 70
orang sahabat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dikalangan umat Islam serta kecemasan
dihati Umar bin Khattab akan kehilangan ayat suci Al-Qur’an itu. Maka dinasehatkan kepada
Abu Bakar agar ayat-ayat Al-Qur’an dikumpulkan. Atas saran-saran dari Umar bin Khattab pada
awal 13 H Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Qur’an
menjadi Mushaf. Mengingat dahulu berserakan dalam dada penghafal, bahkan ada yang ditulis
di atas batu, pada kain, tulang dan sebagainya. Menurut Jalaluddin As-Suyuti bahwa
pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an ini termasuk salah satu jasa terbesar dari khalifah Abu Bakar.

2. Umar bin Khaththab (13-23 H/634-644 M)

Umar bin Khaththab nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nufail keturunan Abdul
Uzza Al-Quraisy dari suku Adi; salah satu suku terpandang mulia. Umar dilahirkan di Mekah
empat tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ia adalah seorang yang berbudi luhur,
fasih dan adil serta pemberani.

Beberapa keunggulan yang dimiliki Umar, membuat kedudukannya semakin dihormati


dikalangan masyarakat Arab, sehingga kaum Quraisy memberi gelar ”Singa padang pasir”, dan
karena kecerdasan dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki ”Abu Faiz”. Itulah sebabnya
pada saat-saat awal penyiaran Islam, Rasulullah SAW berdoa kepada Allah, ”Allahumma Aizzul
Islam bi Umaraini” artinya: ”Ya Allah, kuatkanlah Agama Islam dengan salah satu dari dua
Umar” yang dimaksud dua Umar oleh Rasulullah SAW adalah Umar bin Khattab dan Amru bin
Hisyam (nama asli Abu Jahal).

Langkah-langkah Kebijakan Umar bin Khattab

Usaha Umar bin Khattab lebih luas di bandingkan dengan usaha Abu Bakar, karena meliputi
usaha meneruskan ekspansi dan penyiaran Islam ke Syiria dan Persia yang diteruskan ke Mesir.
Dalam bidang kenegaraan, khalifah membentuk dewan-dewan pemerintah serta mengatur tata
tertib kehidupan masyarakat Islam. Dengan demikian pemerintahan Umar lebih maju diantara
keempat zaman khulafaurrasyidin. Diantara usaha-usaha Umar gelombang ekspansi Islam ialah
melalui peperangan yang sangat sengit seperti: perang cadesia (16 H=636 M) panglima perang
pada waktu itu adalah Saat bin Abi Waqos beserta pasukannya sebanyak 8.500 orang untuk
menghadapi tentara persia sebanyak 30.000 yang dipimpin oleh panglima Rustam. Pasukan
Islam menang dan pada akhir pertempuran berhasil menangkap putri Kisra Yaz Dajrid.
Penaklukan Persia, Perluasan penyiaran Islam ke Persia sudah dimulai oleh Khalid bin Walid
pada masa Khalifah Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh Umar. Tetapi dalam usahanya itu
tidak sedikit tantangan yang dihadapinya bahkan sampai menjadi peperangan. Ibu kota
Madinah jatuh (18 H/636 M). Madinah merupakan ibu kota Persia. Setelah kota itu dikepung
selama 2 bulan maka jatuhlah ketangan Islam. Raja Kisra Yaz Dajrid III meninggalkan Istana dan
melarikan diri ke Nahawan. Di Nahawan. Yaz dajrid III berhasil mengumpulkan tentara sebanyak
150.000 orang, semua kekuatan dipusatkan disana. Oleh karena itu Khalifah Umar mengirim
bantuan pasukan kepada Saad bin Abi Waqos. Perang nahawan (21 H/642 M), Disinilah puncak
pertempuran di Persia, perang itu berakhir dengan kemenangan pasukan Islam. Karena
dahsyatnya pertempuran itu, dalam sejarah dikenal dengan sebutan Fathul Futuh, artinya
pembuka lembar kemenangan. Persia jatuh ketangan Islam (31 H/652 M), Setelah Nahawan
dikuasai, mudahlah pasukan Islam menaklukkan daerah-daerah lain di Persia. Raja Yaz Dajrid III
terus melarikan diri ke timur menuju perbatasan Persia. Tetapi malang bagi Kisra belum sampai
ketempat yang dituju dia mati terbunuh. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Khalifah
Utsman bin Affan(31 H/652 M). Dengan tewasnya Raja Kisra berarti jatuhlah negeri Persia
ketangan kaum Muslimin. Dengan demikian terbuktilah ramalan Rasulullah SAW, dengan
kisahnya sebagai berikut: pernah terjadi (tahun 6H) dimana seorang Raja Persia mengoyak-
ngoyak surat dariku, sebaliknya kelak negeri Persia akan dikoyak-koyak dan dikuasai kaum
Muslimin.

Iskandariah, ibu kota Mesir telah dikepung selama empat bulan sebelum di taklukkan oleh
pasuka Islam di bawah pimpinan Ubadah bin Samit yang dikirim oleh khalifah di front
peperangan Mesir. Cyirus menandatangani perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian
tersebut berisi beberapa hal sebagai berikut.

1) Setiap warga negara diminta untuk membayar pajak perorangan sebanyak 2 dinar setiap
tahun.

2) Gencatan senjata akan berlangsung selama 7 bulan .

3) Bangsa Arab akan tinggal di markasnya selama gencatan senjata dan pasukan Yunani tidak
akan menyerang Iskandariah dan harus menjatuhkan diri dari permusuhan.

4) Umat Islam tidak akan menghancurkan gereja-gerejan dan tidak boleh mencampuri urusan
umat Kristen.

5) Pasukan tetap Yunani harus meninggalkan Iskandariah dengan membawa harta benda dan
uang, mereka akan membayar pajak perseorangan selama satu bulan.

6) Umat Yunani harus tetap tinggal di Iskandariah.


7) Umat Islam harus menjaga 150 tentara Yunani dan 50 sipil sebagai sandera sampai batas
waktu dari perjanjian ini dilaksanakan.

3. Utsman bin Affan (23-36 H/644-656 M).

Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan bin Abil Ash
bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah
seorang sahabat dekat Nabi SAW. Ia sangat kaya tetapi berlaku sedehana, dan sebagian besar
kekayaannya digunakan untuk kepentingan Islam. Ia mendapat julukan zun nurain, artinya
memiliki dua cahaya, karena menikahi dua putri Nabi SAW secara berurutan setelah yang satu
meninggal. Dan Utsman pernah

Jasa Utsman dalam Pembukuan Mushaf

Pada masa Utsman terjadi perluasan wilayah kekuasaan Islam sampai pada wilayah Afrika, Asia,
dan Eropa. Kaum muslimin terpencar ke wilayah-wilayah kekuasaan Islam tersebut. Karena
mereka berasal dari berbagai bangsa yang berbeda, maka sering terjadi perbedaan dalam
membaca Al-Qur’an, keadaan ini mendorong perlunya satu jenis Al-Qur’an yang dijadikan
pedoman untuk semua kaum muslimin. Untuk maksud tersebut Khalifah Utsman akan
membukukan dan menggandakan Al-Qur’an. Lembaran-lembaran ayat Al-Qur’an yang telah
dikumpulkan pada masa Abu Bakar dan disimpan oleh hafsah, diminta oleh Utsman. Ia
kemudian membentuk panitia penulisan kembali ayat Al-Qur’an, yang terdiri dari Zaid bin
Tsabit sebagai ketua, dengan anggota: Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Ash, dan Abdurrahman bin
Harits. Tugas panitia ini adalah menyalin kembali lembaran-lembaran buku Al-Qur’an yang telah
telah menjadi buku ini disebut Al-Mushaf. Panitia menggandakan sebanyak 5 buah. Empat
diantaranya dikirim ke Mekkah, Syiria, Basrah, dan Kufah. Sedang satu buah ditinggal di
Madinah, yang disebut Mushaf Utsmani atau Mushah Al Imami.

Pencapian Pada Masa Pemerintahan Utsman.

Pada masa-masa awal pemerintahannya, Utsman melanjutkan sukses para pendahulunya,


terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam. Daerah-daerah sterategis yang sudah
dikuasai Islam seperti Mesir dan Irak. Karya monumental Utsman yang dipersembahkan kepada
umat Islam ialah penyusunan kitab suci Al-Qur’an. Penyusunan Al-Qur’an, yaitu Zaid bin Tsabit,
sedangkan yang mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an antara lain Adalah dari Hafsah, salah
seorang Istri Nabi SAW. Kemudian dewan itu membuat beberapa salinan naskah Al-Qur’an
untuk dikirimkan ke berbagai wilayah kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa
selanjutnya.[5]
Khalifah Utsman r.a. berusaha menjaga dan melestarikan sistem pemerintahan yang telah
ditetapkan oleh Khalifah Umar r.a. surat yang dituliskan khalifah Utsman mencerminkan
pelestarian tersebut : “khalifah Umar r.a. telah menentukan beberapa sistem yang tidak hilang
dari kita, bahkan melingkupi kehidupan kita. Dan tidak ditemukan seorang pun di antara kalian
yang melakukan perubahaan dan penggantian. Allah yang berhak mengubah dan
menggantinya.”

Di awal kekhalifahannya, umur Utsman r.a. relatif tua. Akan tetapi, di saat umur khalifah
melebihi 70 tahun, beliau masih sanggup memberangkatkan pasukan perang. Bentuk
manajemen yang ditetapkan dalam pemerintahaan Umar r.a. tercermin dalam pengumpulan
mushaf Al-qur’an menjadi satu di kenal dengan Mushaf Utsmani. Pada masa kekhalifahan
Utsman r.a. terdapat indikasi praktik nepotisme. Hal ini yang membuat sekelompok sahabat
mencela kepemimpinan Utsman r.a. karena telah memilih keluarga kerabat sebagai pejabat
pemerintahaan.

Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun. Pada paroh terakhir masa


kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya.
Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Pada tahun 35
H/655 M, Utsman di bunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang kecewa itu.
Utsman menjadi khalifah selama 12 tahun, dan wafat dalam usia 82 tahun. Sifatnya yang lemah
lembut dan berhati sosial telah meninggalkan jasa yang tidak sedikit untuk kepentingan Islam,
antara lain: Menyempurnakan pembukuan Al-Qur’an, Merenovasi bangunan Masjid Nabawi di
Madinah, Membentuk angkatan laut atas usul Muawiyah bin Abu Sofyan, Membangun gedung-
gedung pengadilan, yang semula masjid-masjid, Menumpas pemberontakan-pemberontakan
seperti di Khurasan dan Iskandariyah.

Pembunuhan Utsman merupakan malapetaka besar yang menimpa umat Islam. Dikalangan
umat Islam yang diturunkan melalui Muhammad yang berbahasa Arab (sehingga perwujudan
islam pada masa awalnya bercorak Arab) dengan alam pemikiran yang dipengaruhi kebudayaan
Helinesia dan persi. Pembenturan itu membawa kegoncanggan dan kericuhan dalam beberapa
bidang sebagai berikut :

a. Bidang Bahasa Arab.

b. Bidang Akidah.

c. Bidang Politik.

4. Ali bin Abi Thalib (35-41 H/656-661 M).


Khalifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan menantu Nabi. Ali adalah
putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah seseorang yang memiliki kelebihan, selain itu ia
adalah pemegang kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, perumus kebijakan
dengan wawasan yang jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani, penasehat yang
bijaksana, penasihat hukum yang ulung dan pemegang teguh tradisi, seorang sahabat sejati,
dan seorang lawan yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan
merupakan orang kedua yang berpengaruh setelah Nabi Muhammad.

Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai memba’iat Ali bin Abi Thalib sebagai
khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan
stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat oleh
Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka.
Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan
menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali siatem distribusi
pajak tahunan dia antara orang-orang Islam sebagaimana pernah ditetapkan Umar.

Tidak lama setelah itu, Ali bin Abi Thalib menghadapi pemberontakkan Thalhah, Zubair, dan
Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman dan mereka
menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya
ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya
mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun, ajakan tersebut ditolak.
Akhirnya pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama “Perang
Jamal (Unta)” Karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta. Ali berhasil
mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan
Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.

Kebijakan Ali Menyusun Kembali Aparatur Kekhalifaan

Dalam periode khalifah Abu Bakar dan Umar, kehidupan masyarakat masih dalam taraf
kesederhanaan seperti periode Nabi Muhammad SAW. Rakyat masih bersatu padu dan kokoh
dibawah ikatan tali persaudaraan Islam. Mereka selalu kompak dalam semangat jihad yang
ikhlas demi kelulusan agama Islam. Keadaan ini mulai berubah sejak periode Khalifah Utsman
bin Affan. Mereka mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi, apalagi saat gubernur
yang diangkat Khalifah Utsman banyak yang tidak mampu memimpin umat dan tidak disenangi
masyarakat. Oleh karena itu Khalifah Ali bin Abi Thalib menanggung beban yang berat dalam
memimpin kaum muslimin dengan wilayah kekuasaan yang semakin meluas. Kebijakan-
kebijakan Khalifah Ali dalam menanggulangi hal-hal tersebut adalah:
1. Tanah-tanah atau pemberian-pemberian yang dilakukan Khalifah Utsman bin Affan kepada
keluarga, sanak kerabatnya dan kepada siapa saja yang tanpa alasan yang benar atau tidak
syah, ditarik kembali dan menjadi milik Baitul Mal sebagai kekayaan negara. Hal ini dilakukan
Khalifah untuk membersihkan pemerintahan.

2. Wali/Amir atau gubernur-gubernur penguasa wilayah yang diangkat Khalifah Utsman diganti
dengan orang-orang baru.

a) Kuwait, Abu Musa Al Asy’ari diganti Ammarah bin Syahab

b) Mesir, Abdullah bin Sa’ad diganti Khais bin Tsabit

c) Basyrah, Abdullah bin Amr diganti Usnab bin Hany Al Anshori

d) Syam (Syiria), Muawwiyah bin Abi Sofyan diganti Shal bin Hanif

Hal ini dilakukan Khalifah Ali, karena mereka banyak yang tidak disenangi oleh kaum muslimin,
bahkan banyak yang menganggap bahwa mereka itulah yang menyebabkan timbulnya
pemberontakan-pemberontakan pada masa Khalifah Usman.

3. Sebagai upaya untuk mencerdaskan umat, Khalifah Ali meningkatkan dalam Ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu yang berkaitan dengan Bahasa Arab agar umat Islam mudah
dalam mempelajari Al-Qur’an dan Hadits.

4. Berusaha untuk mengembalikan persatuan dan kesatuan umat Islam. Akan tetapi usahanya
ini kurang berhasil, karena api fitnah dikobarkan kaum munafik Yahudi yang tidak menyukai
Islam.

5. Mengatur tata pemerintahan untuk mengembalikan kepentingan umat, seperti memberikan


kepada kaum muslimin tunjangan yang diambil dari Baitul Mal sebagaimana yang telah
dilakukan Abu Bakar dan Umar.

KEMAJUAN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN

Masa kekuasaan khulafaur rasyidin yang dimulai sejak Abu Bakar Ash-Shiddiq hingga Ali bin Abi
Thalib, merupakan masa kekuasaan khalifah Islam yang berhasil dalam mengembangkan
wilayah Islam lebih luas. Nabi Muhammad SAW yang telah meletakkan dasar agama Islam di
Arab, setelah beliau wafat, gagasan dan ide-idenya diteruskan oleh para khulafaur rasyidin.
Pengembangan agama Islam yang dilakukan pemerintahan khulafaur rasyidin dalam waktu
yang relatif singkat telah membuahkan hasil yang gilang-gemilang. Dari hanya wilayah Arabia,
ekspansi kekuasaan Islam menembus luar Arabia memasuki wilayah-wilayah Afrika, Syiria,
Persia, bahkan menembus ke Bizantium dan Hindia. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh
dari pusat kekuasaan, dalam waktu tidak lebih dari setengah abad merupakan kemenangan
menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah memiliki pengalaman politik
yang memadai.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain sebagai
berikut :

1. Islam, di samping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga
agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.

2. Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat tentang kewajiban
menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru dunia.

3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu mulai
memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara
keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.

4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan


beragama bagi rakyat.

5. Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak
memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.

6. Bangsa Sami di Syiria dan Palestina, dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab
lebih dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang memerintah mereka.

7. Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu membantu penguasa
Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.

Pada masa kekuasaan para khulafaur rasyidin, banyak kemajuan peradaban telah dicapai. Di
antaranya adalah muculnya gerakan pemikiran dalam Islam. Di antara gerakan pemikiran yang
menonjol pada masa khulafaur rasyidin adalah sebagai berikut :

1. Menjaga keutuhan Al-Qur’an Al-Karim dan mengumpulkan dalam bentuk mushaf pada masa
Abu Bakar.

2. Memberlakukan mushaf standar pada masa Utsman bin Affan.

3. Keseriusan mereka untuk mencari serta mengajarkan ilmu dan memerangi kebodohan
berIslam pada penduduk negeri. Oleh sebab itu, para sahabat pada masa Utsman dikirim ke
berbagai pelosok untuk menyiarkan Islam. Mereka mengajarkan Al-Qur’an dan As-sunnah
kepada banyak penduduk negeri yang sudah dibuka.
4. Sebagian orang yang tidak senang kepada Islam, terutama dari pihak orientalis abad ke-19
banyak mempelajari fenomena futuhat al-Islamiyah dan menafsirkan dengan motif bendawi.

5. Islam pada masa awal tidak mengenal pemisahaan antara dakwah dan Negara, antara da’I
maupun panglima.

Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya “Tarikh Al-Islam As-Siyasi”, menjelaskan bahwa organisasi-
organisasi atau lembaga-lembaga negara yang ada pada masa Khulafaur rasyidin, diantaranya
sebagi berikut :

1. Lembaga Politik.

Termasuk dalam lembaga politik khilafah (jabatan kepala negara), wizarah (kementerian
negara), dan kitabah (sekretaris negara.

2. Lembaga Tata Usaha Negara

Termasuk dalam urusan lembaga tata usaha negara, Idaratul Aqalim (pengelolaan pemerintah
daerah) dan diwan (pengurusan departemen) seperti diwan kharaj (kantor urusan keuangan),
diwan rasail (kantor urusan arsip), diwanul barid (kantor urusan pos), diwan shyurtah (kantor
urusan kepolisian) dan departemen lainnya.

3. Lembaga Keuangan Negara.

Termasuk dalam lembaga keuangan negara adalah urusan-urusan keuangan dalam masalah
ketentaraan, baik angkatan perang maupun angkatan laut, serta perlengkapan dan
persenjataannya.

4. Lembaga Kehakiman Negara.

Termasuk dalam lembaga kehakiman negara, urusan-urusan mengenai Qadhi (pengadilan


negeri), Madhalim (pengadilan banding), dan Hisabah (pengadilan perkara yang bersifat lurus
dan terkadang juga perkara pidana yang memerlukan pengurusan segera.

Anda mungkin juga menyukai