Anda di halaman 1dari 44

KEPERAWATAN PERIOPERATIF

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7 KELAS 3.1

NI KOMANG DIANA PRATIWI (P07120016003)

ISTRI AGUNG DYAH UTAMI PINATIH (P07120016031)

NI PUTU PRASTIWI FATMASARI (P07120016035)

NI MADE WINDA NURSANTI (P07120016037)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLTEKKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK

2018/2019
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul ”Keperawatan Perioperatif”.
Penulis mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, demikian penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya penulis dengan rendah hati dan dengan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
“Om Shanti Shanti Shanti Om”

Denpasar, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...............................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................................3
A. Konsep Perioperatif............................................................................................3
1. Definisi Keperawatan Perioperatif..................................................................3
2. Tahap-Tahap Keperawatan Perioperatif.........................................................3
3. Persiapan Pasien di Unit Perawatan................................................................4
4. Peran Perawat dalam Keperawatan Perioperatif...........................................13
B. Aplikasi Asuhan Keperawatan Perioperatif......................................................16
1. Pengkajian Data............................................................................................16
2. Analisa Data..................................................................................................22
3. Diagnosa Keperawatan..................................................................................24
4. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................................25
5. Implementasi.................................................................................................29
C. Tindakan Keperawatan Pre Operatif.................................................................35
1. Membersihkan Daerah Operasi.....................................................................35
2. Mencukur Daerah Operasi............................................................................35
3. Informed Concent..........................................................................................37
BAB III............................................................................................................................40
PENUTUP.......................................................................................................................40
A. Simpulan...........................................................................................................40
B. Saran.................................................................................................................40

ii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................41

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pembedahan pasien.Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pembedahan, yaitu preoperative phase, intraoperative phase dan
post operative phase. Masing- masing fase dimulai pada waktu tertentu dan berakhir
pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman
bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan
yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan
dan standar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga
memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan
pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan
prima (Brunner & Suddarth, 2001).

Keperawatan preoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan


perioperatif. Sedangkan tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan yang
dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan
tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien
intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta persiapan mental
sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien berawal dari
kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang
dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada
tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara
masingmasing komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang
optimal, yaitu kesembuhan pasien secara paripurna. Peran perawat dalam fase
preoperasi untuk mempersiapkan aspek fisik dan psikologis pasien tidak harus
dilakukan dalam waktu yang terpisah. Menurut Supartini (2003) aspek fisik dan
psikologis seorang pasien bisa diintervensi dalam waktu yang bersamaan oleh
seorang perawat.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep perioperatif?


2. Bagaimana aplikasi asuhan keperawatan perioperatif?
3. Bagaimana tindakan keperawatan pre operatif?
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai keperawatan perioperatif.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tentang konsep perioperatif.
b. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan perioperatif.
c. Untuk mengetahui tentang tindakan keperawatan preoperatif.
D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu Keperawatan
Medikal Bedah II, khususnya keperawatan perioperatif.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa Jurusan Keperawatan mengenai
keperawatan perioperatif.
b. Memberikan pemahaman bagi mahasiswa lainnya mengenai konsep
perioperative, asuhan keperawatan perioperative, dan tindakan keperawatan
pre operatif.
c. Memberikan pemahaman bagi penulis mengenai konsep perioperative,
asuhan keperawatan perioperative, dan tindakan keperawatan pre operatif.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Perioperatif
1. Definisi Keperawatan Perioperatif
Keperawatan perioperatif adalah merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup
tiga tahap dalam suatu proses pembedahan yaitu tahap pra operasi, tahap intra operasi
dan pasca operasi. Masing-masing tahap mencakup aktivitas atau intervensi
keperawatan dan dukungan dari tim kesehatan lain sebagai satu tim dalam pelayanan
pembedahan (Majid, 2011).
Keperawatan Perioperatif adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan di kamar bedah yang langsung diberikan pasien, dengan
menggunakan metodelogi proses keperawatan. Keperawatan periopertif berpedoman
pada standar keperawatan dilandasi oleh etika keperawatan dalam lingkup tanggung
jawab keperawatan. Perawat yang bekerja di kamar operasi harus memiliki
kompentensi dalam memberikan asuhan keperawatan perioperatif (HIPKABI, 2012).
2. Tahap-Tahap Keperawatan Perioperatif
Ada beberapa tahapan dalam keperawatan perioperatif dan keberhasilan dari
suatu pembedahan tergantung dari setiap tahapan tersebut. Masing-masing tahapan
dimulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula.
Adapun tahap-tahap keperawatan perioperatif adalah (Hamlin, 2009):
a. Tahap pra operasi
Tahap ini merupakan tahap awal dari keperawatan periopertif. Kesuksesan
tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada tahap ini,
kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap
berikutnya. Bagi perawat perioperatif tahap ini di mulai pada saat pasien diserah-
terimakan dikamar operasi dan berakhir pada saat pasien dipindahkan ke meja
operasi.

3
b. Tahap intra operasi.
Tahap ini dimulai setelah pasien dipindahkan ke meja operasi dan berakhir
ketika pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Aktivitas di ruang operasi
difokuskan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik
yang mengganggu pasien tanpa mengenyampingkan psikologis pasien. Diperlukan
kerjasama yang sinergis antar anggota tim operasi yang disesuaikan dengan peran
dan tanggung jawab masing-masing. Salah satu peran dan tanggung jawab
perawat adalah dalam hal posisi pasien yang aman untuk aktifitas pembedahan
dan anestesi.
b. Tahap pasca operasi.
Keperawatan pasca operasi adalah tahap akhir dari keperawatan perioperatif.
Selama tahap ini proses keperawatan diarahkan pada upaya untuk menstabilkan
kondisi pasien. Bagi perawat perioperatif perawatan pasca operasi di mulai sejak
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan sampai diserah-terimakan kembali kepada
perawat ruang rawat inap atau ruang intensif.
3. Persiapan Pasien di Unit Perawatan
a. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan,
yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi. Berbagai
persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi menurut
Brunner & Suddarth (2002), antara lain :
1) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur
yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya
dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.

4
2) Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus
dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada
kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang
normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan pemeriksaan di antaranya
adalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum
(normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana
ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-
obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan
baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria,
insufisiensi renal akut, dan nefritis akut, maka operasi harus ditunda
menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada kasus-kasus yang mengancam
jiwa.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan
yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan
tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement.
Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan
mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah
untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang membutuhkan
5
operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso
gastric tube).
5) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan
sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien
diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah
yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan
pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha.
Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate
pada fraktur femur, dan hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan,
pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum
pembedahan.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh
yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi
pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat dianjurkan
untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene
secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan
kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga
diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
8) Latihan Pra Operasi
6
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi,
seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:
a) Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi
nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien
lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas
tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik
nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut : Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk
(semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang. Letakkan
tangan di atas perut, hirup udara sebanyak-banyaknya dengan
menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat. Tahan nafas
beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara
dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut. Lakukan hal ini berulang
kali (15 kali). Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
b) Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien
yang mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan
mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranestesi.
Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada
tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan
batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan
teknik batuk efektif dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan
dan letakkan melintang di atas incisi sebagai bebat ketika batuk. Kemudian
pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan
tidak hanya batuk dengan mengandalkan kekuatan tenggorokan saja
7
karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan
ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi. Ulangi lagi
sesuai kebutuhan. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien
bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan
handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati
sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
c) Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga
setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang
diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru
tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak
berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut
luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena
justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan
lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih
cepat kentut/flatus.
Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran
pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus.
Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena
dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada
perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan
perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif
namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka
pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien
yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukung
dan mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis
dapat mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan
dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh
karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan
pembedahan/operasi.

8
c. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter
bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan
pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan
radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain-lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien,
dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien
sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter
bedah memutuskan bahwa pasien harus operasi maka dokter anestesi berperan
untuk menentukan apakah kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu
dokter anestesi juga memerlukan berbagai macam pemeriksaan laboratorium
terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan
(clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan
hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
Berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien
sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien,
namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien preoperasi antara lain :
1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto
tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized
Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance Imagine), BNO-IVP,
Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG
(Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT,
ureum, kreatinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsum
tulang jika penyakit terkait dengan kelainan darah.
3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan
tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya
dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa
infeksi kronis saja.

9
4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD), pemeriksaan KGD dilakukan untuk
mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak.
Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan
diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP
(post prandial).
d. Pemeriksaan Status Anestesi
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiusan ditujukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anestesi demi kepentingan
pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan
untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan
yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA
(American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat
dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan,
peredaran darah dan sistem saraf.
e. Informed Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung
jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik pasien maupun
keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun
mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan
medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis
(pembedahan dan anestesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi tidak
dapat dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien. Dan dalam
kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan komplikasi yang
berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat pulang kembali ke rumah
dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko apapun segera setelah
mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor seperti:
kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan,
kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama dalam perawatan.
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi
aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap
pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya
apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga
10
mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien
maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan
mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum
menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk
menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk
dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga
setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran
keluarga.
f. Persiapan Mental/Psikis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa muncul pada
pasien preoperasi adalah kecemasan. Maka perawat harus mengatasi permasalahan
yang sedang dihadapi klien. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang
biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu
mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi
masalah ketakutan dan kecemasan preoperasi, seperti adanya orang terdekat,
tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.
Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan
hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain : Pengalaman operasi
sebelumnya, Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan operasi,
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun
penunjang, Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi
dan petugas kamar operasi., Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur
(pre, intra, post operasi), Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus
dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan
nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi
yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan
beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan

11
hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa
hari/minggu yang lalu.
Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien. Persiapan mental
dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan keterlibatan
keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu
mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien
dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan
pasien untuk menjalani operasi. Peranan perawat dalam memberikan dukungan
mental menurut Taylor ( 1997 ), dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1) Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien
sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi,
hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan
tempat kamar operasi, dan lain-lain. Dengan mengetahui berbagai informasi
selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi,
meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui
tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.
2) Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan
operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana
dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan
mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil
darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah
yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap,
kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan
mempersiapkan mental pasien dengan baik.
3) Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang
segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga
untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
4) Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal
lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
5) Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti
valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan
kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.

12
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi,
petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien
merasa lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga
diberikan kesempatn untuk mengantar pasien sampai ke batas kamar operasi dan
diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar
operasi.
g. Obat-Obatan Premedikasi
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-
obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu
istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah
valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya diberikan sebelum pasien
dioperasi. Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya
diberikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2-3 kali.
(Sjamsuhidayat dan Dejong, 2004).
4. Peran Perawat dalam Keperawatan Perioperatif
Menurut Smeltzer & Bare (2002) peran perawat perioperative dibagi menjadi
dua, yaitu peran perawat pada fase pre operatif dan post operatif.
a. Fase Pre Operatif
1) Pengkajian praoperatif
Penetapan pengkajian dasar pasien dalam tatanan klinik, menjalani wawancara
praoperatif, melibatkan keluarga dalam wawancara, memastikan kelengkapan
preoperatifdan mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi.
2) Unit bedah
Melengkapi pengkajian preoperatif, mengkoordinasi penyuluhan pasien,
menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan membuat rencana
asuhan
3) Ruang operasi
Mengkaji kesadaran pasien, menelaah lembar observasi pasien,
mengidentifikasi pasien dan memastikan daerah pembedahan
4) Perencanaan
Menentukan rencana asuhan dan mengkoordinasi pelayanan
5) Dukungan psikologis

13
Menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi, menentukan status
psikologis, memberikan penguatan akan stimuli nyeri dan
mengkomunikasikan status emosional pada anggota tim kesehatan yang
berkaitan.
b. Fase Post Operatif
1) Komunikasi dari informasi pascaoperatif
Menyebutkan nama pasien, menyebutkan jenis pembedahan, menggambarkan
faktor-faktor intraoperatif, menggambarkan keterbatasan fisik, melaporkan
tingkat kesadaran praoperasi pasien, dan mengkomunikasikan alat yang
diperlukan
2) Pengkajian pascaoperasi ruang pemulihan
Menentukan respon langsung terhadap intervensi pembedahan
3) Unit bedah
Mengevaluasi efektifitas dari asuhan keperawatan di ruang operasi,
menentukan tingkat kepuasan pasien dengan asuhan yang diberikan selama
periode perioperatif, menentukan statu psikologis pasien, dan
membantu dalam pelaksanaan pemulangan.
4) Di rumah/klinik
Gali persepsi pasien tentang pembedahan dan tentukan persepsi keluarga
tentang pembedahan.
Sedangkan peran perawat perioperatif sebagai anggota tim operasi,
mempunyai peran dari dari tahap pra operasi sampai pasca operasi. Secara garis
besar maka peran perawat perioperatif adalah:
a. Perawat Administratif.
Perawat administratif berperan dalam pengaturan manajemen penunjang
pelaksanaan pembedahan. Tanggung jawab dari perawat administratif dalam
kamar operasi diantaranya adalah perencanaan dan pengaturan staf, manajemen
penjadwalan pasien, manajemen perencanaan material dan menajemen kinerja.
Oleh karena tanggung jawab perawat administratif lebih besar maka diperlukan
perawat yang mempunyai pengalaman yang cukup di bidang perawatan
perioperatif. Kemampuan manajemen, perencanaan dan kepemimpinan
diperlukan oleh seorang perawat administratif di kamar operasi (Muttaqin,
2009)

14
b. Perawat Instrumen.
Perawat instrumen adalah seorang tenaga perawat profesional yang
diberikan wewenang dan ditugaskan dalam pengelolaan alat atau instrumen
pembedahan selama tindakan dilakukan. Optimalisasi dari hasil pembedahan
akan sangat di dukung oleh peran perawat instrumen. Beberapa modalitas dan
konsep pengetahuan yang diperlukan perawat instrumen adalah cara persiapan
instrumen berdasarkan tindakan operasi, teknik penyerahan alat, fungsi
instrumen dan perlakuan jaringan (HIPKABI, 2012).
c. Perawat sirkuler.
Perawat sirkuler adalah perawat profesional yang diberi wewenang dan
tanggung jawab membantu kelancaran tindakan pembedahan. Peran perawat
dalam hal ini adalah penghubung antara area steril dan bagian kamar operasi
lainnya. Menjamin perlengkapan yang dibutuhkan oleh perawat instrumen
merupakan tugas lain dari perawat sirkuler (Majid, 2011).
d. Perawat Ruang pemulihan.
Menjaga kondisi pasien sampai pasien sadar penuh agar bisa dikirim
kembali ke ruang rawat inap adalah satu satu tugas perawat ruang pemulihan.
Perawat yang bekerja di ruang pemulihan harus mempunyai keterampilan dan
pengetahuan tentang keperawatan gawat darurat karena kondisi pasien bisa
memburuk sewaktu-waktu pada tahap pasca operasi (muttaqin, 2009).
e. Perawat Anestesi.
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam tim anestesi untuk
kelancaran pelaksanaan pembiusan adalah peran perawat anestesi. Seorang
perawat anestesi adalah perawat yang terlatih di bidang perawatan anestesi dan
telah menyelesaikan program pendidikan D-III anestesi atau yang sederajat. D-
III Keperawatan yang telah mengikuti pelatihan keperawatan anestesi minimal
selama satu tahun, juga bisa diberikan wewenang dalam perawatan anestesi
(Muttaqin, 2009).
Peran perawat anestesi mulai dari tahap pra operasi, intra operasi dan
pasca operasi. Pada tahap pra operasi, perawat anestesi berperan untuk
melakukan sign in bersama dengan dokter anestesi. Tahap intra operatif,
perawat anestesi bertanggung jawab terhadap kesiapan instrumen anestesi,
manajemen pasien termasuk posisi pasien yang aman bagi aktivitas anestesi
dan efek yang ditimbulkan dari anestesi. Kolaborasi dalam pemberian anestesi
15
dan penanganan komplikasi akibat anestesi antara dokter anestesi dan perawat
anestesi, adalah hal yang wajib dilakukan sebagai anggota tim dalam suatu
operasi baik dalam pemberian anestesi lokal, anestesi umum dan anestesi
regional termasuk spinal anestesi (Majid, 2011).
E. Aplikasi Asuhan Keperawatan Perioperatif
1. Pengkajian Data
a. Biodata
Identitas Pasien
Nama                 :    TN “P”
Umur                 :    50 tahun
Agama                :    Islam
Suku/Bangsa       :    Makassar/Indonesia
Pendidikan          :    Sarjana
Pekerjaan            :    Pensiunan
Status                  :    Kawin
Alamat                :    Jl. Malino BT Kaluku
Pendapatan         :    Tidak tentu
Jenis Kelamin      :    Laki-laki
Nama Penanggung
Nama                               :    Ny “M”
Umur                                :    33 tahun
Jenis Kelamin                   :    Perempuan
Pekerjaan                         :    IRT
Hubungan dengan klien   :    Istri
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama                 :    Sakit perut kanan bawah
b) Riwayat keluhan utama     :    Klien merasakan sakit perut 2 hari yang lalu.
- Penyebab/Pencetus      :    Klien mengatakan tidak tahu penyebab sakit
perut
- Sifat Keluhan               :    hilang timbul
- Lokasi penyebaran       :    pada abdomen
c) Hal-hal yang memperberat keluhan  : pada saat beraktivitas
d) Hal-hal yang memperingan keluhan : istirahat, minum obat.
16
e) Keluhan lain yang menyertai  :     Klien kurang nafsu makan.
f) Pertolongan obat yang pernah diberikan : tidak diketahui
2) Riwayat kesehatan masa lalu : Klien sudah pernah mengalami penyakit yang
sama sejak 3 bulan yang lalu.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum klien : Nampak lemah
2) Kesadaran composmentis (GCS : 15)
3) Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi : 16 x/m, Pernapasan : 24 x/m, dan
Suhu : 36oC
4) Tinggi badan : 160 cm
5) Berat badan : 50 kg
6) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Insfeksi : Bentuk kepala : simetris kiri dan kanan, Keadaan rambut  dan
hygiene kepala, Warna rambut : putih beruban, Penyebaran rambut
merata : tidak ada alopesia (kebotakan)
Palpasi: Tidak mudah rontok, Tidak teraba benjolan
b) Muka
Inspeksi: Struktur muka simetris kiri dan kanan, Ekspresi wajah meringis,
Wajah tampak pucat
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada benjolan pada muka
c) Mata
Inspeksi: Tidak terdapat udema pada palpebral, Tidak terjadi icterus pada
sclera, Posisi mata simetris ki/ka, Konjungtiva tidak ada tampak anemis,
Fungsi penglihatan baik
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, Memakai alat bantu.
d) Hidung dan sinus
Inspeksi: Tidak terdapat cairan/secret hidung,  Fungsi penciuman baik,
Struktur hidung simetris ki/ka
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada sinus
e) Telinga

17
Inspeksi: Struktur telinga simetris ki/ka, Lubang telinga tidak berisi
serumen, Pendengaran baik, Tidak memakai alat bantu pendengaran
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
f) Mulut
Inspeksi: Keadaan gigi lengkap, Tidak memakai gigi palsu, Tidak terdapat
peradangan pada gusi, Bibir kering, Kemampuan bicara baik, Keadaan
lidah bersih
g) Tenggorokan
Inspeksi: Tidak nyeri pada saat menelan, Tidak ada keculitan saat menelan
h) Leher
Inspeksi: Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfa,
Tidak ada distensi venajubularis, Tidak terdapat pelebaran venajubularis
Palpasi: Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar
limfe, Tidak ada pelebaran venajubularis
i) Thorax dan pernapasan
Inspeksi: Bentuk dada simetris ki/ka,  Irama pernapasan mengikuti gerakan
dada, Frekuensi pernapasan 16 x/m, Tipe pernapasan : normal
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi: Suara napas vesikuler, Bunyi tambahan tidak ada
Perkusi: Sonor
j) Jantung
Inspeksi: Tidak nampak ictus cerdis
Palpasi: Tidak teraba denyut apek 3 jari dibawah papilla mammae pada
intra kostalis.
Perkusi: Tidak teraba pembesaran jantung
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II murni, Bunyi jantung pekak, Bunyi
tambahan tidak ada.
k) Abdomen
Inspeksi: Tidak ada pembesaran pada abdomen, Tidak ada bekas luka pada
abdomen
Palpasi: Teraba benjolan pada abdomen kanan bawah, Ada nyeri tekan
abdomen kanan bawah
Auskultasi: Penstaltik 11 x/m
Perkusi: Tympani.
18
l) Genitalia
Tidak dilakukan pengkajian karena keluarga klien mengatakan tidak ada
masalah.
m) Ekstremitas
Ekstremitas atas
Motorik : pergerakan terbatas, Kekuatan otot : 4, Sensori : peka terhadap
ransangan suhu, Refleks : normal
Ekstremitas bawah
Motorik   :  pergerakan terbatas, Refleks   :  patella
d. Pola Kegiatan Sehari-hari
1) Nutrisi
Kebiasaan Sebelum Sakit Selama sakit
-  Pola makan 2-3 kali/hari Klien malas makan
-  Nafsu makan Porsi makan tidak ½ porsi makan
dihabiskan dihabiskan
-  Pola minum -   + 8 gelas/hari kurang dari 8 gelas
dalam 1 hari
2) Eliminasi BAB
Kebiasaan Sebelum Sakit Selama sakit
-  Frekuensi BAB + 2 kali/haro Tidak pernah BAB
-  Konsistensi kuning kecoklatan -
-  Frekuensi BAK 3-4 kali/hari 1-2 kali/hari

3) Istirahat dan Tidur


Kebiasaan Sebelum Sakit Selama sakit
-  Tidur malam 2000 – 05 Tidak teratur
-  Tidur siang Tidak tentu Tidak teratur

4) Personal Hygiene
Kebiasaan Sebelum Sakit Selama sakit
-  Mandi 2 kali/hari, pagi dan Tidak pernah
sore
-  Sikat gigi 2 kali/hari, pagi dan Tidak pernah
sore
- kebersihan rambut 2-3 kali/minggu Belum pernah

19
5) Kesehatan Sosial
a) Interaksi dengan keluarga, perawat atau tim kesehatan lain dan pasien
yang lainnya.
b) Orang yang paling terdekat dengan klien adalah istri dan anak-anaknya.
6) Data Spritual
a) Klien beragama Islam dan taat beribadah
b) Klien percaya akan karunia yang diberikan
7) Data Psikologis
a) Klien measa sedih terhadap penyakit yang dideritanya
b)  Harapan klien terhadap kesehatannya agar dia bisa sembuh total seperti
semula.
c)  Hubungan klien dengan perawat baik dan bisa bekerjasama dengan baik.
8) Pemeriksaan Laboratorium
HB     :    9,0 gram/m
HL     :    17,800
LED   :    50
9) Pengobatan / Perawatan
Pengobatan : Amoxan, Dulcolax
e. Data Fokus
DS DO
-    Klien mengeluh nyeri abdomen -     Klien nampak meringis
kanan bawah
-    Klien menanyakan tentang -     Klien nampak sering
proses penyakitnya. bertanya.
-     Klien nampak khawatir
Klien mengatakan cemas bila -     Klien nampak gelisah.
mengingat penyakitnya. -     Ekspresi wajah tegang
Klien merasa khawatir tentang kondisi Klien dan keluarga selalu bertanya
yang dialaminya sekarang. tentang kondisnya
Klien  mengeluh mual  -     Klien  mengeluh muntah-
muntah
-     Turgor bibir  nampak
kering
-     Tanda  tanda  vital
TD   : 120/80  mmHg

20
N     : 16 kali per menit
P      : 24 kali per menit
S      : 36oC

2. Analisa Data       
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

21
DS : Faeces yang terperangkap Gangguan rasa
Klien mengeluh nyeri dalam lumen app menyerap air nyaman nyeri
abdomen bagian kanan meningat
bawah
DO Obstruksi limen apendiks
Klien nampak meringis
Vital Signs Hyperplasia jaringan limfoid
TD : 120/80 mmHg sub mukosa
N     : 16 x/m
P     : 24 x/m Lumen menyempit
S     : 36oC
Imvasi kuman e.coli

Udema, diapedesis bakteri dan


ulserasi mukosa

Apendisitis

Pengeluaran mediator kimia


oleh sel radang

Merangsang nociceptor

Medulla spinalis

Corteks serebri

Nyeri
2. DS : Apendisitis Kurang
Klien mena-nyakan pengetahuan
tentang penyakitnya. Kurang informasi tentang tentang penyakit
DO : penyakit dan prosedur dan
- Klien nampak sering tindakan pengobatannya
bertanya
22
- Klien nampak Kurang pengetahuan
khawatir
Vital Signs
TD : 120/80 mmHg
N     : 16 x/m
P     : 24 x/m
S     : 36oC
3. DS : Perubahan status kesehatan Kecemasan
- Klien menyatakan
cemas bila Ada rencana operasi
mengingat
penyakitnya Kurang informasi
- Klien merasa
khawatir tentang Kecemasan
kondisi yang
dialaminya sekarang
DO :
- Klien nampak
gelisah
- Ekspresi wajah
tegang
- Klien dan keluarga
selalu bertanya
tentang kondisinya.
Vital Signs
TD : 120/80 mmHg
N     : 16 x/m
P     : 24 x/m
S     : 36oC
4. DS : Peningkatan Kekurangan
-  Klien mengeluh metabolisme  tubuh volume cairan
mual
DO : Perporasi jaringan
- Klien  mengeluh

23
muntah-muntah Rangsangan  medulla spinalis
- Turgor bibir nampak
kering Mual/muntah
Vital Signs
TD   : 120/80   mmHg Kekurangan  volume cairan
N     : 16 x  /m
P      : 24 x /m
S      : 36 oC    

5. Diagnosa Keperawatan
N DIAGNOSA TANGGAL DI TANGGAL
O KEPERAWATAN TEMUKAN TERATASI
1. Gangguan rasa nyaman nyeri 22 September Masalah belum
berhubungan dengan peradangan 2018 teratasi
pada apendisitis
2. Kurang pengetahuan tentang 22 September Masalah belum
proses penyakitnya dan 2018 teratasi
pengobatannya berhubungan
dengan kurang informasi.:
3. Kecemasan berhubungan dengan 22 September Masalah belum
perubahan status kesehatan 2018 teratasi
4 Kekurangan  volume 22 September Masalah  belum
cairan  berhubungan 2018 teratasi
dengan  muntah praoperasi

24
6. Rencana Tindakan Keperawatan
Nama                : Tn “P” Tgl Masuk           : 22 September 2018
Umur                : 50 tahun Tgl. Pengkajian   : 23 September 2018
Jenis Kelamin   : Laki-Laki Dx.Medik            :Apendisitis

Hari Rencana Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Tanggal
1. Minggu, Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri, lokasi, 1. Tingkatkan nyeri
23September nyeri  b/d peradangan pada keperawatan selama 1x 2 jam karakteristik, dan yang didapatkan
2018 apendisitis ditandai dengan : diharapkan nyeri akan integritas nyeri dengan sebagai pendomen
Klien mengeluh nyeri berkurang/hilang kriteria : skala (0-10) intervensi
abdomen bagian kanan 1. Klien tidak mengeluh 2. Kaji tanda-tanda vital selanjutnya.
bawah Klien nampak nyeri lagi pada saat 3. Ajarkan teknik 2. Perubahan tanda-
meringiS, Nyeri tekan (+) beraktivitas relaksasi misalnya tanda vital
pada abdomen kanan bawah 2. Klien dapat bergerak napas dalam merupakan indi-kator
Tanda –tanda vital dengan leluasa 4. Lakukan masase pada terjadinya nyeri.
TD : 120/80 mmHg 3. Tanda-tanda vital dalam daerah nyeri 3. Teknik relaksasi
N     : 16 x/m batas normal. 5. Penatalaksanaan (napas dalam) dapat
P     : 24 x/m pembe-rian obat mening-katkan sup-
S       : 36oC analgetik. lain O2 ke jaringan
sehingga nyeri
berkurang.

25
4. Dapat mengurangi
nye-ri
5. Obat analgetik dapat
mengurangi nyeri.

2. Minggu, Kurang pengetahuan proses Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat 1. Sebagai dasar untuk
23Septembe penyakitnya dan pengoba- keperawatan selama 1x 2 jam pengetahuan klien intervensi
r 2018 tannya b/d kurang informasi. diharapkan pengetahuan klien tentang penyakit-nya. selanjutnya.
Klien menanyakan tentang tentang proses penyakit dan 2. Diskusikan tentang 2. pemahaman tentang
proses penya-kitnya, Klien pengo-batannya meningkat pe-ngobatan yang penyakit dapat
nampak bertanya, Klien dengan kriteria : diberikan dan efek mening-katkan
nampak khawatir 1. Klien menyatakan telah samping obat. kerjasama de-ngan
memahami tentang 3. Berikan informasi program terapi.
penyakit dan untuk membatasi 3. Berikan penjelasan
pengobatannya. aktivitas gu-na tgg penyakit dan
2. Klien kooperatif dalam mencegah kelelahan. pengoba-tannya.
program pengobatan. 4. Jelaskan prosedur tin- 4. Menambah
dakan pembendahan pengetahu-an kien
tentang tinda-kan
yang akan dibe-
rikan.

26
3. Minggu, Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan 1. Dengan mengetahui tentang
23September dengan perubahan status tindakan klien. lingkup ke-cemasan klien
2018 kesehatan ditandai dengan : keperawatan selama 2. Beri kesempatan klien akan memudahkan pe-
Klien menyatakan cemas 1x 2 jam diharapkan untuk mengungkapkan nentuan intervensi se-
bila mengingat penyakitnya, rasa cemas teratasi keluhannya. lanjutnya.
klien merasa kha-watir dengan kriteria : 3. Beri informasi tentang 2. Dengan mendengarkan
tentang kondisi yang 1. Klien mengerti perawatan yang diper-lukan keluhan, klien akan merasa
dialaminya se-karang, tentang penyakit selama dirawat diperhatikan dan dapat
ekspresi wajah tegang, klien atau kondisi 4. Ciptakan lingkungan yang mengurangi kecemasannya.
dan keluarga selalu bertanya yang nyaman dan tenang 3. Pemberian informasi yang
tentang kondisnya. dialaminya. adekuat dapat menurunkan
2. Klien kooperatif kecemasan klien dan dapat
dalam melakukan pera-watan
perawatan dan dengan baik.
pengobatan. 4. Agar klien tidak me-rasa
3. Ekspresi wajah bosan dalam menghadapi
tegang perawatan.

4. Minggu, Kekurangan  volume cairan Setelah dilakukan 1. Kaji  tingkat dehiderasi 1. Untuk  mengetahui


23September berhubungandengan  muntah tindakan klien derajat  dehidrasi klien
2018 praoperasi  ditandai dengan: keperawatan selama 2. Anjuran  pemasukan cairan 2. Membantu memenuhi
klien mengeluh mual, klien 1x 2 jam diharapkan peoral  secara bertahap cairan yang hilang

27
mengeluh muntah-muntah, kekurangan  volume 3. observasi tanda-tanda vital 3. Tanda-tanda
turgor bibir nampak kering   cairan teratasi dengan 4. penatalaksanaan  pemberian vital  menggambarkan  kon
Tanda-tanda vital kriteria : cairan imfus disi klien secara umum
TD    : 120/80 mmHg 1. Klien tidak 4. Untuk  mengganti cairan
N      : 16 x /m mengeluh mual yang terbuang 
P       : 24 x /m 2. Klien
S       : 36 oC tidak  mengeluh
muntah-munta
3. Tanda-tanda
vital
TD    : 120/80
mmHg
N      : 16 x /m
P       : 24 x /m
S       : 36 oC

28
7. Implementasi
Nama Pasien           :    Tn “P”                                                                     
No Rekam Medik   :    06 35 19                                                                  
Ruang Rawat          :    Interna
Tanggal No. Dx Jam Implementasi Evaluasi
Sabtu, 1. 08.00 Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, S: klien mengatakan abdomen masih terasa sakit
22 September karakteristik dan integritas O: Ekspresi wajah nampak meringis, Pasien rencana
2018 nyeri  dengan  skala  (0-10) operasi
    Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg         
S : 36oC
N : 16 x/m                     
R : 24 x/m
08.10 Mengukur tanda-tanda vital S: -
pasien O: Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg         
S : 36oC
N : 16 x/m                     
R : 24 x/m
08.20 Mengajarkan teknik relaksasi S: -
O: Klien menarik napas dalam (inspirasi lebih panjang
dari eksparasi) dengan melakukan sebanyak 5 kali
kolaborasi.
08.30 Kolaborasi pemberian obat S: -
analgetik O: Obat sudah diminum
2. 08.00 Mengkaji tingkat pengetahuan S: Pengetahuan klien tentang proses penyakit dan
klien tentang penyakitnya pengobatannya meningkat
O: Klien nampak sering bertanya, Klien mampak
khawatir
Memberikan informasi untuk S: klien mengatakan mengerti dengan informasi yang

29
membatasi aktivitas guna disampaikan
mencegah kelelahan O: pasien tampak paham mengenai informasi yang
diberikan
Menjelaskan kepada klien tentang S:-
prosedur, tindakan keperawatan O: klien mengetahui prosedur tindakan keperawatan
Memberikan informasi tentang S:-
perawatan yang dilakukan selama O: klien mengerti tentang pengobatannya
sakit
09.00 Megkolaborasikan pemberian S:-
obat analgetik O: obat sudah diminum
3 08.00 Mengkaji tingkat kecemasan S: Klien masih merasa cemas terhada penyakitnya
klien O: klien masih nampak cemas dan gelisah
08.20 Memberikan kesempatan klien S:-
untuk mengungkapkan O: Pasien tampak menceritakan keluhan yang dirasakan
keluhannya
09.20 Memberikan informasi tentang S: klien mengatakan mengerti mengenai informasi yang
perawatan yang dilakukan selama diberikan oleh perawat
sakit O: klien tampak mengerti tentang pengobatannya
09.30 Memberikan dorongan spiritual S:-
pada klien O: klien nampak lebih tenang
4. 08.00 Menganjurkan pemasukan cairan S:pasien mengatakan masih mual
secara bertahap O: klien  mengeluh muntah-muntah, turgo bibir klien
      masih nampak kering, klien  masih nampak cemas, masih
terpasang  infus   
08.10 Mengobservasi tanda-tanda vital  S:-
      O: TD    : 120/80  mmHg
           N      : 16 x /m
           S       : 36oC
           P       : 24 x /mnt
08.30 Melanjutkan Pemberian cairan S: -
infus O: pasien tampak terpasang Infus

30
6. Evaluasi
No Hari/Tgl Jam No Evaluasi TTD
. .
Dx
1 Minggu, 23 09.00 1 S:
September 2018 - Klien mengatakan abdomen
masih terasa sakit.
O:
- Ekspresi wajah nampak
meringis
- Pasien rencana operasi
- Tanda-tanda vital
Td : 120/80 mmhg     
S : 36oc
N : 16 x/m 
P : 24 x/m
A : masalah belum teratasi
P  : lanjutkan intervensi
     1. Kaji tingkat nyeri
     2. Observasi tanda-tanda vital
     3. Ajarkan teknik relaksasi
     4. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat analgetik
2 Minggu, 23 09.10 2 S   : 
September 2018 Pengetahuan klien tentang proses
penyakit dan pengobatannya
meningkat
O:
- Klien nampak sering bertanya
- Klien mampak khawatir
A: masalah belum teratasi
P  : lanjutkan intervensi
1. Kaji tingkat pengetahuan
2. Kaji tentang prosedur
tindakan keperawatan yang
dilakukan
3. Kolaborasi pemberian obat
3 Minggu, 23 09.20 3 S : Klien masih merasa cemas
September 2018 terhadap penyakitnya
O :   Klien nampak gelisah
A :   Masalah belum teratasi

31
P  :   Lanjurkan intervensi
1. Kaji tingkat kecemasan
klien
2. Dengarkan semua keluhan
3. Bantu untuk
mengidentifikasi cara untuk
memahami berbagai
perubahan akibat penyakit
dan penanganannya.
4. Beri dorongan spiritual
pada klien
4 Minggu, 23 09.30 4 S :  klien mengatakan masih mual
September 2018 O : 
- Klien  mengeluh muntah-
muntah
- Turgo bibir klien masih nampak
kering
- Klien  masih nampak cemas,
masih terpasang  infus  
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intevensi
1. Kaji tingkat dehidrasi klien
2. Anjurkan masukan cairan
secara bertahap
3.   Observasi tanda-tanda vital
4.   Lanjutkan pemberian cairan
infus
5.   Beri minum obat
cotrimizasoel

32
33
F. Tindakan Keperawatan Pre Operatif
1. Membersihkan Daerah Operasi

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena


tubuh yang kotor dapat menjadi sumber kuman yang dapat mengakibatkan
infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat
dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih
seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal
hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene. Tindakan perioperatif membersihkan daerah
operasi yang diperhatikan oleh perawat selain kebersihan tubuh pasien adalah
pencukuran daerah operasi.
2. Mencukur Daerah Operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya


infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu atau
menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada
beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi,
misalnya pada pasien luka insisi pada lengan. Tindakan pencukuran harus
dilakukan dengan hati-hati dan jangan sampai menimbulkan luka pada daerah
yang dicukur. Sering kali pasien diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri
agar pasien merasa lebih nyaman.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tujuan 1. Terciptanya area operasi yang bersih (bebas dari
rambut/bulu).
2. Mencegah terjadinya infeksi daerah operasi.
Persiapan Alat 1. Sarung tangan on steril.
2. Perlak.
3. Handuk kecil/waslap.
4. Clipper Electric.
5. Cairan desinfektan/betadine/foam pencukur.
6. Plester.
7. Kom berisi air bersih.

34
Prosedur Pelaksanaan Petunjuk yang perlu diperhatikan petugas kamar operasi
pada saat pencukuran adalah sebagai berikut:
1. Waktu yang tepat untuk melakukan pencukuran
adalah segera sebelum operasi dimulai.
2. Dokter harus menulis atau menyampaikan perintah
untuk mencukur.
3. Pasien harus menandatangani persetujuan operasi.
4. Daerah yang dicukur harus berupa daerah persegi
dengan batas luarnya kira-kira 2-3 cm daerah insisi
sebenarnya.
5. Semua pencukuran dilakukan setelah kulit pasien
dibasahi.
6. Gunakan cairan desinfektan/ foam pencukur atau
betadine juga dapat merupakan pilihan, tetapi
pastikan bahwa pasien tidak alergi terhadap cairan
desinfektan atau foam tersebut.
7. Jaga rahasia pribadi pasien (patient’s privacy)
dengan membatasi tirai dan hanya daerah yang akan
dicukur diperlihatkan.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Cukur rambut menggunakan alat cukur elektrik/
clipper rambut dengan gerakan yang tegas ke arah
tumbuhnya rambut dan kulit jangan tergores atau
melipat karena mikroorganisme dapat diam pada
kulit yang pecah.
10. Setelah pencukuran selesai, keringkan daerah
tersebut dengan menggunakan handuk atau waslap,
angkat semua rambut yang lepas (menggunakan
plester agar lebih mudah dan bersih), dan tinggalkan
pasien dalam keadaan rapi dan nyaman.
11. Setelah selesai pencukuran tulis dan paraflah pada
lembar terintegritas pada status pasien setelah

35
selesai pencukuran.
12. Buang sarung tangan, mata pisau clipper, kassa
yang telah digunakan pada tempat sampah yang
sesuai, bersihkan baki, clipper dan kembalikan pada
tempat semula.
Perhatian 1. Jangan melakukan pencukuran tanpa adanya
perintah tertulis.
2. Waktu melakukan pengkajian awal pada kulit pasien
laporkan bila sudah ada luka atau goresan ataupun
setiap ruam yang ditemukan sebelum memulai
persiapan prabedah pada pasien.
3. Setiap luka atau goresan pada pasien perlu
dilaporkan kepada dokter bedah dan dibuat laporan
kejadian.
4. Semua pencukuran di daerah kepala dilakukan
dengan hati-hati.
5. Semua pencukuran sebaiknya dilakukan dalam
ruangan persiapan operasi.

3. Informed Concent

Informed concent terdiri atas kata informed artinya telah mendapatkan


informasi dan consent berarti persetujuan (izin). Berdasarkan Permenkes
No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik informed consent adalah
suatu izin atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan secara bebas, sadar,
dan rasional setelah memperoleh informasi yang lengkap, valid, dan akurat yang
dipahami dari dokter tentang keadaan penyakitnya serta tindakan medis yang
akan diperolehnya. Informed consent adalah pernyataan setuju (consent) atau
izin dari seorang (pasien) yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan
(voluntary) tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien
sesudah mendapatkan informasi cukup tentang tindakan kedokteran yang
dimaksud. Guwandi (2004).

36
Adapun fungsi dan tujuan Informed Concent. Dilihat dari fungsinya,
informed consent memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi bagi pasien dan fungsi
bagi dokter. Dari sisi pasien, informed consent berfungsi untuk :

a. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk memutuskan secara bebas


pilihannya berdasarkan pemahaman yang memadai
b. Proteksi dari pasien dan subyek
c. Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan
d. Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan
introspeksi diri sendiri (self-Secrunity)
e. Promosi dari keputusan-keputusan yang rasional
f. Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi sebagai suatu
nilai sosial dan mengadakan pengawasan penyelidikan biomedik).

Guwandi (I), 208 Tanya Jawab Persetujuan Tindakan Medik (Informed


Consent). (Jakarta : FKUI, 1994), hal.2

Sedangkan bagi pihak dokter, informed consent berfungsi untuk


membatasi otoritas dokter terhadap pasiennya. Sehingga dokter dalam
melakukan tindakan medis lebih berhati-hati, dengan kata lain mengadakan
tindakan medis atas persetujuan dari pasien. Adapun tujuan dari Informed
consent menurut jenis tindakan dibagi atas tiga yaitu bertujuan untuk penelitian,
mencari diagnosis dan untuk terapi.

Ratna Suprapti Samil, Etika Kedokteran Indonesia, (Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, 2001), hal.45

Tujuan dari Informed Consent menurut J. Guwandi adalah :

a. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan tanpa


sepengetahuan pasien
b. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang tidak
terduga dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment yang
tak mungkin dihindarkan walaupun dokter sudah mengusahakan dengan cara
semaksimal mungkin dan bertindak dengan sangat hati-hati dan teliti.

37
Guwandi (II), Rahasia Medis, (Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran UI,
2005), hal. 32

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


Pengertian Suatu persetujuan dari pasien/keluarga mengenai tindakan
medis/ perawatan selama dirawat di RS
Tujuan Sebagai pedoman persetujuan dari pasien atau keluarga
terhadap tindakan yang dilakukan
Kebijakan Dilakukan kepada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan
Operasi Prosedur
Prosedur 1. Setelah pasien diindikasikan tindakan operasi oleh dokter,
pasien atau keluarga dijelaskan mengenai:
a. Pengertian tindakan operasi
b. Tujuan tindakan operasi
c. Indikasi tindakan operasi
d. Komplikasi tindakan operasi
e. Prosedur tindakan operasi
2. Penjelasan diberikan oleh dokter yang merawat pasien
tersebut atau perawat yang sudah mendapatkan limpahan
dari dokter yang merawat
3. Yang berhak menandatangani persetujuan tindakan adalah:
a. Pasien itu sendiri dengan usia > 18 tahun dan dalam
kondisi sadar penuh
b. Pasangan hidup pasien (istri atau suami)
c. Orang tua / wali
d. Bagi pasien usia < 18 tahun, wali atau orang tua atau
keluarga terdekat (penanggung jawab)
4. Setelah pasien dan keluarga paham tentang tindakan
Operasi yang akan dilakukan, kemudian menandatangani
surat persetujuan yang telah tersedia dengan disertai saksi
sesuai dengan format surat pernyataan

38
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Ada beberapa tahapan dalam keperawatan perioperatif dan keberhasilan dari


suatu pembedahan tergantung dari setiap tahapan tersebut. Masing-masing
tahapan dimulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula.
Adapun tahap-tahap keperawatan perioperatif adalah Tahap pra operasi, Tahap
intra operasi, dan Tahap pasca operasi. Persiapan fisik maupun pemeriksaan
penunjang serta persiapan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu
tindakan pembedahan berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama
tahap persiapan. Peran Perawat dalam Keperawatan Perioperatif dibagi menjadi
dua, yaitu peran perawat pada fase pre operatif dan post operatif. Sedangkan
peran perawat perioperatif sebagai anggota tim operasi, mempunyai peran dari
dari tahap pra operasi sampai pasca operasi. Secara garis besar maka peran
perawat perioperatif adalah : Perawat Administratif, Perawat Instrumen, Perawat
sirkuler, Perawat Ruang pemulihan, dan Perawat Anestesi.

Tindakan keperawatan preoperative membersihkan daerah operasi dan


Mencukur Daerah Operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada
daerah yang dilakukan pembedahan. Tindakan keperawatan preoperative ini
harus dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku.
B. Saran

Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara optimal


terkait dengan pengembangan mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Dan
penulis menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini dikembangkan lebih
lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-tulisan sejarah yang bermutu.
Demikianlah makalah ini penulis persembahkan, semoga dapat bermanfaat.

39
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2011. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Kompetensi Guru.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I. Made Karyasa, EGC, Jakarta
Gruendemann, Barbara J. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol. I Prinsip. Alih
bahasa, Brahm U. Pendit. Editor edisi Bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha dan
Siti Aminah. Jakarta: EGC.2005.
Hamlin, R. Richardson, M. Davies, M. 2009. Perioperative Nursing and Introductory
Text. Victoria: Elsivier
Hipkabi, PP. 2012. Buku Pelatihan Dasar-Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah. Jakarta:
Hipkabi Press
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematodologi. Jakarta: Salemba Medika
Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah (Sabiston’s Essentials Surgery). Alih bahasa,
Petrus Andrianto dkk. Jakarta: EGC. 1995.
Sjamsuhidayat, R & De jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Taylor L, La Mone . 1997. Fundamentals of Nursing: the art and science of nursing
care B. Third Edition. Philadhelpia: Lippincott

40

Anda mungkin juga menyukai