Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
1.1 Endometriosis
Endometriosis adalah penyakit umum di mana jaringan lapisan dalam rahim
(endometrium) ditemukan pada bagian tubuh lain. Endometrium dapat ditemukan pada
banyak tempat–seperti ovarium, tuba falopi, dinding luar dari rahim, dalam perut atau
sekitar usus dan kandung kemih.
Penyakit ini biasanya terjadi pada anak perempuan dan wanita usia subur.
Endometriosis jarang terjadi pada wanita yang sudah menopause. Penyakit ini adalah
kondisi yang terjadi dalam jangka panjang dan berpengaruh terhadap kehidupan sehari-
hari.
Komplikasi tersering dari endometriosis adalah sulit hamil atau tidak bisa hamil
lagi (infertilitas). Pembedahan dapat meningkatkan kesempatan hamil namun bukanlah
garansi.
Endometriosis adalah munculnya jaringan endometrium di luar rongga rahim.
Penyakit ini merupakan kondisi ginekologi yang umumnya mempengaruhi kualitas
kehidupaan reproduksi perempuan. Endometriosis berkaitan dengan gangguan
kesuburan, nyeri perut, dismenorea, dispareunia. Sekitar 21,5% pasien endometriosis
mengalami rekurensi setelah 2 tahun dan 50% setelah 5 tahun pengobatan (Julie, 2014).
Disamping itu, hanya sedikit dari pasien endometriosis berhasil konsepsi alami
diperkirakan hanya sekitar 10-11% dari keseluruhan pasien endometriosis yang
mengalami gangguan infertilitas (Paolo, 2012).
Hubungan antara endometriosis dengan infertilitas dan gangguan reseptivitas
endometrium merupakan hal komplek dan kontroversi. Kompleksitas tersebut meliputi
berbagai macam faktor yang mempengaruhi reseptivitas endometrium endometriosis,
salah satunya adalah faktor angiogenesis.
Terdapat sekitar 30 jenis faktor proangiogenesis endogen dan sekitar 30 jenis
faktor anti angiogenesis endogen yang dikenal. Faktor proangiogenesis yang berperan
penting
pada endometriosis adalah Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan
TGFB1. Reseptivitas endometrium pasien endometriosis mengalami abnormalitas yang
menyebabkan kegagalan implantasi embrio.
Pada keadaan wanita normal kadar VEGF dan TGF B1 dalam jumlah cukup atau
berlebih sedikit di endometrium khususnya dalam perkembangan desidualisasi stroma
endometrium. TGF B1 diekspresikan oleh kelenjar epitel dan disekresi ke dalam cairan
uterus, dimana interaksi dengan embrio mempromosikan perkembangan embrio sebelum
dan sesudah implantasi. Karena itu TGF B1 penting dalam mendukung endometrium
untuk perkembangan embrio (Andraweera et al., 2012). Selain itu sudah diketahui bahwa
VEGF merupakan regulator penting untuk perkembangan vaskuler selama embriogenesis
atau vaskulogenesis dan juga pembentukan pembuluh darah (angiogenesis). VEGF
sebagai salah satu faktor pertumbuhan, berpengaruh positif terhadap perkembangan
embrio invitro hingga tahap preimplantasi. Dengan menambahkan VEGF pada media
pematangan atau pembiakan, dapat meningkatkan kemampuan oosit berkembang
menjadi blastosit dan juga jumlahnya. Studi sebelumnya menyebutkan bahwa dengan
menambahkan VEGF meningkatkan keberhasilan IVF hingga dua kali (49%)
dibandingkan tanpa VEGF (28%), dan meningkat hingga 87% ketika ditambah
VEGF+TGF (Andraweera et al., 2012). Namun ekspresi VEGF yang berlebih dapat
menyebabkan gangguan homeostatis yang mempengaruhi pertumbuhan pembuluh darah
plasenta (Barut et al., 2010).
Pada kondisi plasenta dan jaringan khorioalantois patologis (hipoksia, infeksi
seperti endometriosis, radang, tumor) menyebabkan peningkatan regulasi ekspresi VEGF
yang menyebabkan ketidakseimbangan faktor angiogenesis sehingga memicu terjadinya
angiogenesis patologis yang ditunjukkan menurunnya reseptivitas endometrium meliputi
kegagalan pemanjangan, percabangan dan diatasi dari simpul kapiler arteri spiralis dan
kegagalan pembentukan villi terminal aliran darah fetoplasenta (Wahlquist, 2006; Barz et
al, 2012).
1.2 Mola sidatidosa
Molahidatidosa adalah Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan
abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous,
janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu
hidup dan tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang diberikan adalah sebagai
segugus buah anggur.
Penyebab pasti terjadinya kehamilan Mola hidatidosa belum diketahui pasti,
namun ada beberapa faktor yang memengaruhinya yaitu faktor ovum, imunoselektif
trofoblast, usia, keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi, defisiensi protein,
infeksi virus dan faktor kromosom yang jelas, dan riwayat kehamilan mola sebelumnya.
Jenis pada molahidatidosa yaitu Molahidatidosa Komplet (MHK) dan Molahidatidosa
Parsial (MHP). Angka kematian yang diakibatkan oleh kehamilan Molahidatidosa
berkisar antara 2,2% - 5,7%.
Pada kehamilan Molahidatidosa jika tidak dilakukan penanganan secara
komprehensif maka masalah kompleks dapat timbul sebagai akibat adanya kehamilan
dengan Molahidatidosa yaitu TTG (Tumor Trofoblast Gestasional) dimana TTG ini
terbagi menjadi 2 macam yaitu: Choriocarcinoma non Villosum dan Choriocarcinoma
Villosum yang bersifat hematogen dan dapat bermetastase ke vagina, paru-paru, ginjal,
hati bahkan sampai ke otak. Dengan presentasi kejadian tersebut adalah 18-20%
keganasan.
Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu perbaikan keadaan
umum ibu, pengeluaran jaringan mola dengan cara Kuretase atau Histerektomi, dan
pemeriksaan tindak lanjut yaitu follow up selama 12 bulan, dengan mengukur kadar B-
HCG dan mencegah kehamilan selama 1 tahun. Tindak lanjut serta penatalaksanaan saat
ini berpusat pada pengukuran serial kadar B-HCG serum untuk mendeteksi Tumor
Trofoblast Persisten. Penyakit ini, baik dalam bentuk jinak atau ganas, banyak ditemukan
di Negara Asia, sedangkan di Negara bagian Barat lebih jarang.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Askep endometriosis
1.3.2 Askep mola hidatidosa

1.4 Tujuan
1.4,1 Tujuan (endometriosis)
bertujuan menjelaskan gangguan reseptivitas endometrium pada pasien
endometriosis yang berhubungan dengan defek penurunan reseptivitas endometrium
endometriosis pada fase sekresi (hari 19-24).
Untuk menilai Ekpresi VEGF dan TGF β1 berkaitan dengan defek reseptivitas
endometrium pasien endometriosis dalam proses adesi pada fase sekresi (siklus
menstruasi hari 19-24).

1.4.2 Tujuam (mola hidatidosa)


1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dari mola hidatidosa
2. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi dari mola hidatidosa
3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari mola hidatidosa
4. Agar mahasiswa mengetahui komplikasi dari mola hidatidosa
5. Agar mahasiswa mengetahui gambaran diagnostik dari mola hidatidosa
6. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari mola hidatidosa
7. Agar mahasiswa mengetahui komplikasi dari mola hidatidosa Mine coins - make

Anda mungkin juga menyukai