Anda di halaman 1dari 4

Nama: Anisa Fitriana

NIM: 2018016006
Prodi: Pendidikan IPA A
Mata Kuliah: Kapita Selekta IPA

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN APRESIASI SISWA


TERHADAP PROFESI PENGRAJIN TEMPE DALAM PEMBELAJARAN IPA
BERPENDEKATAN ETNOSAINS

Pada proses belajar mengajar selama ini hanya cenderung atau


mengutamakan perkembangan aspek intelektual atau kognitif saja dengan buku
teks siswa maupun buku guru menjadi sumber belajar utama. Dalam
meningkatkan keterampilan proses sains serta hasil belajar siswa diperlukan
pengembangan perangkat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Pengembangan perangkat pembelajaran IPA berpendekatan etnosains bisa
digunakan sebagai solusi untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut karena
pendekatan etnosains merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan
perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian
dari proses pembelajaran. Pembelajaran berpendekatan etnosains dilandaskan
pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental atau
mendasar dan penting bagi pendidikan sebagai ekspresi dan komunikasi suatu
gagasan dan perkembangan pengetahuan. Keterampilan proses sains adalah
wawasan keterampilan yang intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari
kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri peserta didik.
Pembelajaran IPA yang menggunakan pendekatan etnosains diyakini dapat
merubah pembelajaran dari Teacher Centered Learning menjadi Student Centered
Learning, yaitu menciptakan pembelajaran IPA berpendekatan etnosains yang
mengaitkan pembelajaran budaya masyarakat akan meningkatkan apresiasi
peserta didik terhadap budaya masyarakat.
Metode penelitian ini dilakukan dengan mengobservasi aspek keterampilan
proses sains yang dilakukan oleh siswa. Apresiasi diketahui dengan memberikan
angket apresiasi sebelum dan sesudah pembelajaran IPA berpendekatan
etnosains.
Pada kegiatan pembelajaran IPA dengan pendekatan etnosains, siswa
melakukan wawancara kepada masyarakat pengrajin tempe mengenai
proses-proses yang terjadi dalam pembuatan tempe untuk mengetahui
pemahaman sains masyarakat dalam proses pembuatan tempe. Pengrajin tempe
menjawab sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya selama ini. Walaupun
masyarakat sudah menjelaskan proses pembuatan tempe sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki akan tetapi penjelasannya belum sesuai dengan
penjelasan secara ilmiahnya. Dari hal tersebut sehingga diperoleh perbandingan
antara sains masyarakat dengan sains ilmiah mengenai proses pembuatan tempe.
Tahapan Sains Masyarakat Gambar Proses Sains Ilmiah
Perebusan Membersihkan Sebagai proses hidrasi yaitu agar
biji kedelai kedelai biji kedelai menyerap air sebanyak
mungkin. Melunakkan biji kedelai
supaya nantinya dapat menyerap
asam pada tahap perendaman.

Pengupasan Menghilangkan kulit Agar miselium fungi dapat


kulit biji biji kedelai menembus biji kedelai selama
kedelai proses fermentasi

Perendaman Melarutkan kulit biji Hidrasi biji kedelai dan


biji kedelai kedelai membiarkan terjadinya fermentasi
asam laktat agar diperoleh
keasaman yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan fungi. Fermentasi
asam laktat dan pengasaman
bermanfaat meningkatkan nilai gizi
dan menghilangkan bakteri
beracun.
Proses Menghilangkan Menghilangkan kotoran yang
pencucian semua kotoran dibentuk oleh bakteri asam laktat
akhir dan agar biji kedelai tidak terlalu
asam
Inokulasi Pemberian ragi untuk Inokulum dapat berupa kapang
fermentasi yang tumbuh dan dikeringkan pada
daun jati, sopra kapang tempe
dalam medium tepung, dan kultur
Rhizopus oligosporus murni.
Pemberian Agar jamur dapat Sebagai tempat masuknya udara
lubang pada tumbuh dengan baik, karena kapang tempe
bungkus bungkus kedelai membutuhkan oksigen untuk
tempe harus dilubangi tumbuh
Biji-biji Menyatukan biji Pada proses ini kapang tumbuh
kedelai yang kedelai menjadi pada permukaan dan menembus
sudah tempe, berlangsung biji-biji kedelai, menyatukannya
dibungkus kurang lebih tiga hari menjadi tempe. Fermentasi dapat
dibiarkan dua malam dilakukan pada suhu 20 ℃ - 37 ℃
untuk selama 18-36 jam. Waktu
mengalami fermentasi yang lebih singkat
proses biasanya untuk tempe yang
fermentasi menggunakan banyak inokulum
dan suhu yang lebih tinggi,
sementara proses tradisional
menggunakan laru dari daun
biasanya membutuhkan waktu
fermentasi sampai 36 jam.
Tabel analisis etnosains pembuatan tempe smp
Kompetensi Dasar Konsep sains dalam proses pembuatan
tempe
3.7 menerapkan konsep bioteknologi Pada proses pembuatan tempe
dan perannya dalam kehidupan memanfaatkan proses fermentasi yang
manusia dilakukan oleh mikroorganisme berupa
jamur Rhizopus Oligosporus.

Proses pembuatan tempe diatas dikupas secara ilmiah konsep ilmu sains
didalamnya dan dikaitkan dengan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA SMP,
sehingga pembelajaran IPA berpendekatan etnosains siswa belajar dengan
mengobservasi dan melakukan praktikum secara langsung proses pembuatan
tempe, dengan sedikit panduan dari guru siswa dapat memahami konsep-konsep
sains yang ada dalam proses pembuatan tempe. Pembelajaran IPA berpendekatan
etnosains mengakibatnya terjadinya peningkatan apresiasi siswa terhadap
pengrajin tempe, karena pembelajaran IPA berpendekatan etnosains mengaitkan
antara budaya masyarakat dalam membuat tempe dengan pembelajaran IPA.

Anda mungkin juga menyukai