Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DOSEN DAN PENGGUNAAN

MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA


PENDIDIKAN SOSIOLOGI-ANTROPOLOGI UNS

Oleh :

Uut Agustin : (K8414054)


Yeni Istikomah : (K8414058)
Yuanita Dwi H. : (K8414060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan sebuah pilar yang sangat penting dalam sebuah
negara. Kondisi Sumber Daya Manusia dari sebuah negara merupakan
cerminan dari kualitas pendidikan yang ada dalam negara tersebut. Apabila
kualitas pendidikan sebuah negara itu bagus, maka akan menghasikan
Sumber Daya Manusia yang bagus pula dan sebaliknya. Begitu pula dengan
Indonesia. Indonesia merupakan negara yang sangat indah dengan segala
kekayaannya. Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah. Bahkan
ada kiasan yang menggambarkan bahwa dengan modal sebuah tongakat
yang ditancapkan di bumi Indonesia dapat tumbuh subur dan menghasilkan
sumber penghidupan karena kesuburan tanahnya. Selain itu kekayaan
budaya yang dimiliki Indonesia juga sangat menakjubkan.
Namun pada kenyataannya banyak masalah yang menggelayuti
Indonesia sehingga negara yang sangat menakjubkan ini tidak kunjung
keluar dari lingkaran setan. Sebuah kutipan menyatakan bahwa majunya
sebuah negara memang harus ditopang dari semua sector. Sector ekonomi,
politik, pendidikan, pembangunan, dan sebagainya. Semuanya harus
berjalan seiring sejalan dan saling menopang dari satu sector dengan sector
lainnya. Terutama sector pendidikan, pendidikan merupakan kunci
pembuka majunya suatu negara. Walaupun setiap sector mempunyai
peranan dalam majunya sebuah negara sesuai porsi nya masing-masing
namun pendidikan mempunyai kedudukan yang sanagat penting dalam
majunya sebuah negara. Tapi jika kita menilik kondisi pendidikan di
Indonesia nampaknya masih jauh dari kata stabil. Masih banyak daerah
daerah di Indonesia yang belum lepas dari becana kebodohan dan belum
tersentuh pendidikan sama sekali. Pendidikan Indonesia memang masih jauh
dari kata merata. Selain itu system nya juga masih ditemukan kecacatan
dalam pelaksanaannya.
Menurut data dari UNESCO pendidikan di Indonesia menempati
peringkat ke-10 dari 14 negara berkembang . Pada dasarnya, terdapat
berbagai factor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, antara lain :
guru atau dosen, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan dan
kurikulum. Dari berbagai factor tersebut dalam proses pembelajaran di
sekolah menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa
mmengabaikan factor-faktor lainnya, Guru atau dosen sebagai subjek
pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Hasil
penelitian sudjana (2001;42) menunjukan bahwa 76,6% di pengaruhi oleh
kinerja pendidik, dengan rincian : kemampuan guru atau dosen 32,45%,
penguasaan materi 32,38%, dan sikap pendidik terhadap mata pelajaran
sebesar 8,06%.
Melihat begitu significant nya pengaruh guru dalam hal ini dosen
terhadap indeks prestasi yang diperoleh oleh mahasiswa maka sudah
seharusnya menjadi refleksi tersendiri bagi seorang dosen untuk senantiasa
bersemangat dalam meningkatkan kompetensi, kapasitas dan kapabilitas
yang ia miliki. Sehingga ia mampu mencetak generasi yang luar biasa yang
mampu bersaing di kancah global. Menurut Novan Ardu Wiyani (2013:29)
di dalam melaksanakan proses pembelajaran, dosen akan menjadi pihak
yang berhak untuk mengambil keputusan atau inisiatif secara rasional,
sadar, dan terencana mengenai tujuan pembelajaran dan pengalaman belajar
apa yang hendak dia berikan kepada mahasiswa serta menentukan berbagai
sumber belajar dan alat evaluasi pembelajaran apa yang hendak digunakan
untuk meraih tujuan dan pengalaman-pengalaman tersebut. Jadi, dapat
dikatakan bahwa pada dasarnya dosen adalah seorang desainer
pembelajaran.
Selain masalah dosen yang mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran mahasiswa, media pembelajan juga memiliki peranan yang
tak kalah penting dalam penyampaian materi yang disampaikan seorang
dosen kepada mahasiswanya. Mengingat dosen yang sangat berpengaruh
terhadap prestasi tentunya sepertia apa media pembelajaran serta metode
pembelajaran yang dipakai seorang dosen dalam menyampaikan materinya
tentu menjadi bagian yang harus di cari seberapa besar peranannya dalam
proses belajar dan mengajar serta prestasi belajar mahasiswa, yang semua
komponen itu sudah menjadi satu-kesatuan yang mempunyai keterkaitan
satu sama lain.
Media pembelajaran ini merupakan alat bantu dosen dalam
menjelaskan materi nya terhadap mahasiswa. Jadi, media pembelajaran ini
berguna untuk semakin memperjelas apa yang disampaikan seorang dosen.
Selain itu, juga berfungsi mempermudah mahasiswa dalam memahami
materi. Maka dari itu, dosen harus mampu merancang media pembelajaran
sebaik mungkin guna membantu mahasiswa dalam memahamkan materi
yang disampaikannya.

B. Rumusan Masalah
 Mayor
1. Bagaimana pengaruh hubungan antara tingkat pendidikan dosen dan
penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi belajar
mahasisiswa Pendidikan Sosiologi-Antropologi UNS?
 Minor
1. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan dosen terhadap prestasi
belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi-Antropologi UNS?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan media pembelajaran terhadap
prestasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi-Antropologi UNS?

C. Tujuan Penelitian
 Mayor
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hubungan antara tingkat
pendidikan dosen dan penggunaan media pembelajaran terhadap
prestasi belajar mahasisiswa Pendidikan Sosiologi-Antropologi UNS.
 Minor
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh prestasi belajar mahasisiswa
Pendidikan Sosiologi-Antropologi UNS.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan media
pembelajaran terhadap prestasi belajar mahasisiswa Pendidikan
Sosiologi-Antropologi UNS.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang berharga berupa konsep konsep mengenai pengaruh hubungan
antara tingkat pendidikan dosen dan penggunaan media pembelajaran
terhadap prestasi belajar mahasisiswa Pendidikan Sosiologi-
Antropologi UNS. Disamping itu, penelitian ini dapat menjadi sumber
referensi dalam memberikan sumbangan konseptual bagi penelitian
selanjutnya, sehingga dapat bermanfaat dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh hubungan antara
tingkat pendidikan dosen dan penggunaan media pembelajaran
terhadap prestasi belajar mahasiswa. Disamping itu, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan bagi
mahasiswa dalam memperkaya ilmu pengetahuan.

b. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi
dosen di Program Studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi UNS
dalam mengembangkan prestasi belajar mahasiswa melalui
dosen dan inovasi penggunaan media pembelajaran dalam
mengikuti pembelajaran di dalam kampus.
c. Bagi Peneliti
Peneliti dapat memperoleh informasi mengenai pengaruh
hubungan antara tingkat pendidikan dosen dan penggunaan
media pembelajaran terhadap prestasi belajar mahasiswa dan
sekaligus untuk mengaplikasikan berbagai ilmu pengetahuan
yang telah dipelajari.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Tingkat Pendidikan Guru
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk
meningkatkan ketribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi
pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani).
Pendidikan juga berarti lembaga yang bertanggung jawab
menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi
pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat (Ihsan Fuad, 2005)
Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan dalah upaya
memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani
itulah yang disebut mendidik. Menurut Rousseau, Pendidikan adalah
memberi kita perbekalan yang tilada ada pada masa anak-anak, akan
tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa (Ahmad Abu,
2003).
Pendidikan, seperti sasarannya yaaitu manusia, mengandung
banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses
transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan
pariwisata budaya dari generasi satu ke generasi yang lain. Sebagai
proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didk (Tirtarahardja et al., 2005)

b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang
berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, Tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara
menyajikan bahan pengajaran. Tingkat pendidikan sekolah terdiri
dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
(Ikhsan, 2005)
MenurutBuchori (1994: 17), yang dimaksud dengan tingkat
pendidikan adalah tngkatan pendidikan yang diperoleh secara formal
yang dibuktikan dengan ijazah formal, ijazah adalah tanda
pengakuan bahwa seseorang telah menyelesaikan suatu pogram
pendidikan tertentu. Dengan demikian ijazah dapat digunakan untuk
meunjukkan kemampuan seseorang.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 14, menyatakan
bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidika mennengah dan pendidikan tinggi. Serta pasal 19 ayat 1
menyebutkan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.
Batasan tingkat pendidikan guru dapat diartikan jenjang
pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh guru, dalam hal ini
jenjang pendidikan tinggi yang mencakup program atau tingkat
diploma, sarjana, magister, doktor. Tingkat diploma sendiri terbagi
menjadi Diploma Satu (S1), S2 dan S3.

2. Penggunaan Media Pembelajaran


a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa latn yang merupakan bentuk
jamak dari kata “medium” yang secara harfiah yaitu “perantara” atau
pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan (Azhar
Arsyad, 2010 : 6). Menurut Oemar Hamalik (2010: 201) “media”
adalah suatu eksistensi manusia yang memungkinkan mempengaruhi
orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia.
Sedangkan definisi media pembelajaran menurut John D.
Latuheru yang dikutip oleh Santoso S. Hamidjojo (1998: 16) yaitu
“media” adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh
manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, sehingga ide, atau
pendapat, atau gagasan yang dikemukakan atau disampaikan itu bisa
sampai pada penerima.
Dari pemaparan ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
media pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai
macam komponen yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
dari pengajar (guru) kepada pembelajar (siswa) agar dapat
memudahkan pembelajar dalam menerima suatu materi.

b. Fungsi Media Pembelajaran


Fungsi media pembelajaran menurut Levie danLentz dalam
Azar Arsyad (2010: 16), yaitu :
1) Fungsi Antesi yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran atau pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang
tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak
memperhatikan.
2) Fungsi afektif dapat terlihat dari kenikmatan siswa ketika belajar
(membaca) teks yang bergambar.
3) Fungsi kognitif terllihat dari temuan-temuan penelitan yang
mengungkapkan bahwa lambang visual memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi
atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali.
Rusman (2009:154) mengungkapkan peranan media dalam
proses pembelajaran dapat ditempatkan sebagai berikut :
1) Sebagai alat untuk memperjelas bahan pembelajaran pada saat
guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan
guru sebagai variasi penjelas verbal mengenai bahan
pembelajaran
2) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk
dikaji lebih lanjut oleh para siswa dalam proses belajarny.
Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber
pertanyaan atau stimulus belajar siswa.
3) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan
bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik secara
individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak
membantu tugas guru dalam kegiatan mengajar.
Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh besar
terhadap alat-alat indera. Terhadap pemahaman isi pelajaran, secara
nalar dapat dikemukakan bahwa dengan penggunaan media akan
lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik pada siswa.
Siswa yang belajar lewat mndengarkan saja akan berbeda tingkat
pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan
siswa yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan
melihat. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan
membawa siswa ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana
ada keterlibatan emosional dan mental. Tentu hal ini berpengaruh
terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang
lebih hidup, yang nantinya beruara kepada peningkatan pemahaman
siswa terhadap materi ajar.
c. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media yang terpenting adalah sebagai saluran untuk
menyampaikan informasi atau materi pembelajaran secara verbalistis
(ceramah) serta merangsang perhatian dan mengaktifkan siswa.
Penyampaian materi secara verbalistis dapat membuat siswa cepat
bosan, hal ini dikarenakan guru dalam menyampaikan setiap topik
secara monoton. Selain itu membuat siswa cenderung pasif, interaksi
guru dan siswa hanya dilakukan satu arah. bosan, hal ini
dikarenakan guru dalam menyampaikan setiap topik secara monoton.
Selain itu membuat siswa cenderung pasif, interaksi guru dan siswa
hanya dilakukan satu arah.
Kemp dan Dayton (Azhar Arsyad, 2010: 21) mengemukakan
dampak positif dari penggunaan media pembelajaran, yaitu
penyampaian pelajaran menjadi lebih baku, pembelajaran bisa lebih
menarik, pembelajaran menjadi lebih interaktif, lama waktu
pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat, kualitas hasil
belajar meningkat, pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana
saja, sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan
proses belajar dapat ditingkatkan, peran guru dapat berubah ke arah
yang lebih positif. Manfaat dari penggunaan media pembelajaran
akan dapat dirasakan secara optimal apabila guru mampu memilih
dan menggunakan media tersebut sesuai dengan tujuan dan
fungsinya.
Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh
banyak ahli, seperti Sudjana dan Rivai (2010: 2) mengemukakan
manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar siswa,
yaitu :
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswasehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar siswa.
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih
dipahami.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak sematamata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga tidak merasa bosan.
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-
lain.
Dari pemaparan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat
dari media pembelajaran di antaranya yaitu, dapat membantu
mempermudah pengajar dalam menyampaikan materi, dapat
membuat pembelajaran lebih menarik dan bervariasi, siswa tidak
akan merasa bosan atau jenuh, dapat menumbuhkan motivasi belajar
siswa dan meningkatkan prestasi belajar.

d. Macam-Macam Media Pembelajaran


Media pembelajaran menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006:
124) dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1) Dilihat dari jenisnya
a) Media Auditif, adalah media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti radio, cassete recorder, piringan
hitam.
b) Media Visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan.
c) Media Audiovisual, adalah media yang mempunyai unsur
suara dan unsur gambar.
2) Dilihat dari daya liputanya, media dibagi dalam :
a) Media dengan gaya liput luas dan serentak.
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang
serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam
waktu yang sama. Contoh : radio dan televisi.
b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
Media ini dalam penggunaanya membutuhkan ruang dan
tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai,
yang harus menggunakan tepat yang tertutup dan gelap.
c) Media untuk pengajaran individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. Termasuk
media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui
komputer.
1) Dilihat dari bahan pembuatanya
a) Media sederhana. Media ini bahan dasarnya mudah
diperoleh dan harganya murah, cara pembuatanya
mudah, peggunaannya tidak sulit.
b) Media kompleks. Media ini adalah media yang bahan
dan alat pembuatan dan penggunaanya memerlukan
keterampilan yang memadai.
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa macam media
pembelajaran. Terkait dalam penelitian ini, penggunaan media
pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap prestasi belajar
menggunakan peralatan kantor adalah dari daya liputannya yaitu
media untuk pengajaran individual. Media ini penggunaaanya hanya
untuk individual, tujuan dari media ini adalah untuk melatih
kecakapan dan ketrampilan. Siswa akan lebih mudah memahami
manfaat dan kegunaan alat-alat kantor jika siswa dapat
mengoperasikan alat-alat kantor langsung.

e. Penggunaan Media Pembelajaran


Penggunaan media pembelajaran bukan berarti mengganti cara
mengajar yang baik, melainkan untuk melengkapi dan membantu
guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Dengan adanya
media pembelajaran diharapkan terjadi komunikasi yang efektif dan
siswa akan lebih mudah memahami maksud dan materi yang
disampaikan guru didepan kelas, sebaliknya guru mudah mentransfer
ilmu pengetahuan kepada siswa, dengan menggunaan media guru
dapat membuat contoh-contoh yang dapat membuat siswa memiliki
kesamaan arti.
Hamalik yang dikutip oleh Azhar Arsyad, (2010: 15),
menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran
akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain
membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga
dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data
dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan
memadatkan informasi.
Salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media
mendukung pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa.
Sebagian media dapat mengolah respon siswa sehingga media itu
dapat disebut sebagai media interaktif. Yang terpenting media itu
disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan
siswa, serta diharapkan dengan menggunakan media pembelajaran
ini dapat mengaktifkan siswa untuk selalu berpartisipasi dalam
proses belajar mengajar.

f. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran


Dalam penggunaan media hendaknya guru memperhatikan
sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan media pembelajaran dapat
mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip itu menurut Brown et al
dalam Rayandra Asyhar (2011: 82-85) secara umum prinsip
penggunaan media adalah sebagai berikut:
1) Kesesuaian
2) Kejelasan sajian
3) Kemudahan Akses
4) Keterjangkauan
5) Ketersediaan
6) Kualitas
7) Ada alternatif
8) Interactivitas
9) Organisasi
10) Kebaruan
11) Berorientasi siswa.
Sedangkan menurut Asnawir dan M. Basyiruddin Usman (2002:
19), prinsip-prinsip penggunaan media pembelajaran adalah sebagai
berikut :
1) Penggunaan media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai
bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan
hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang
digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan bila
sewaktu-waktu digunakan.
2) Media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber
belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang
dihadapi dalam proses belajar mengajar.
3) Guru hendaknya dapat menguasai teknik-teknik dari suatu media
pembelajaran yang digunakan.
4) Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan
suatu media pembelajaran.
5) Penggunaan media pembelajaran harus diorganisir secara
sistematis.
6) Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari
beberapa macam media, maka guru dapat memanfaatkan
multimedia yang menguntungkan dan memperlancar proses
belajar mengajar dan dapat merangsang motivasi belajar siswa
sehingga dapat meningkatkan interaksi belajar mengajar.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan
media pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip. Media
yang digunakan dalam pembelajaran harus jelas sehingga materi yang
disampaikan mudah dipahami oleh siswa, media pembelajaran harus
mudah diakses oleh siswa, sesuai dengan waktu, tempat dan situasi
media pembelajaran digunakan karena media pembelajaran dapat
memberikan komunikasi dua arah secara interaktif.

3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2010: 2) belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
nkeseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Menurut Ngalim (2006: 102) belajar adalah suatu proses yang
menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam
tingkah laku dan atau kecakapan. Wina (2009: 112) belajar adalah
proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga
menyebabkan munculnya perubahan prilaku. Aktivitas mental itu
terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang
disadari.
Menurut Sugihartono (2007: 74) belajar merupakan suatu
proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud
perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif
permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan
lingkungannya.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan
pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri karena adanya
interaksi dengan lingkungan yang disadari.

b. Pengertian Prestasi Belajar


Menurut Sumadi (2002:297), Prestasi Belajar sebagai nilai
yang merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru
terkait dengan kemajuan atau Prestasi Belajar siswa selama waktu
tertentu. Bukti keberhasilan dari seseorang setelah memperoleh
pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu merupakan Prestasi
Belajar yang dicapai oleh siswa dalam waktu tertentu.
Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005: 895) berarti :
1) penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan guru
2) kemampuan yang sungguh-sungguh ada atau dapat diamati
(actual ability) dan yang dapat diukur langsung dengan tes
tertentu.
Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian
usaha belajar. Dengan mengetahui prestasi belajar, dapat diketahui
kedudukan anak di dalam kelas. Seperti yang dinyatakan oleh
Sutratinah (2001: 43) bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil
usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf
maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap anak dalam periode tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian Prestasi Belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa Prestasi Belajar adalah hasil penilaian dari
kegiatan belajar yang telah dilakukan dan merupakan bentuk
perumusan akhir yang diberikan oleh dosen untuk melihat sampai di
mana kemampuan mahasiswa yang dinyatakan dalam bentuk simbul,
angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Secara umum menurut Baharuddin (2009:19) faktor-faktor yang
mempengaruhi Prestasi Belajar dibedakan menjadi dua
kategori yaitu:
1) Faktor Internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan dapat mempengaruhi Prestasi Belajar individu.
Faktor-faktor internal ini terdiri dari faktor isiologis dan
psikologis.
2) Faktor Eksternal, dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan sosial
seperti lingkungan sosial sekolah yang di dalamnya termasuk
guru, administrasi dan Teman Sebaya, lingkungan sosial
masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga seperti ketegangan
keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga, status sosial
ekonomi. Sedangkan lingkungan nonsosial terdiri dari
lingkungan alamiah, faktor instrumental, faktor materi pelajaran.
Menurut Ngalim (2006: 102) Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu :
1) Faktor Sosial meliputi : faktor keluarga, guru dan cara
mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam
belajarmengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan
motivasi sosial
2) Faktor individual antara lain : kematangan, kecerdasan, latihan,
motivasi dan faktor pribadi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Prestasi
Belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1) Faktor internal yakni faktor yang muncul dari dalam diri
individu yang berupa faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat
tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, kesiapan, kecerdasan, latihan, motivasi dan
faktor pribadi) dan faktor kelelahan.
2) Faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
diantaranya lingkungan sosial seperti lingkungan sosial sekolah
yang di dalamnya termasuk metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. Lingkungan
keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orang tua, latar belakang kebudayaan) dan faktor masyarakat
(kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat).

d. Pengukur Prestasi Belajar


Menurut Sugihartono (2007: 130) menyatakan: Dalam
kegiatan belajar mengajar, pengukuran hasil belajar dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa
setelah menghayati proses belajar. Maka pengukuran yang dilakukan
guru lazimnya menggunakan tes sebagai alat ukur. Hasil pengukuran
tersebut berwujud angka ataupun pernyataan yang mencerminkan
tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa, yang lebih
dikenal dengan prestasi belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar yang
berupa pengetahuan dan keterampilan yang dapat diukur dengan tes.
Menurut pendapat Nana Sudjana (2005: 22) prestasi belajar terdiri
dari 3 ranah yaitu:
1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atauN ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap nilai yang terdiri dari
lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban dan reaksi, penilaian,
organisasi, internalisasi. Pengukuran ranah efektif tidak dapat
dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku siswa dapat
berubah sewaktu-waktu.
3) Ranah Psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Pengukuran ranah
psokomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa
penampilan.
Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2010: 140) mengatakan
bahwa: “Evaluasi yang berarti pengungkapan dan pengukuran hasil
belajar itu pada dasarnya merupakan penyusunan deskripsi siswa,
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Namun perlu penyusun
kemukakan bahwa kebanyakan pelaksanaan evaluasi cenderung
bersifat kuantitatif, lantaran simbol angka atau skor untuk
menentukan kualitaas kesuluruhan kinerja akademik siswa dianggap
nisbi.”
Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengukuran Prestasi Belajar adalah suatu usaha mengetahui
penguasaan materi dengan mempertimbangkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang mencerminkan kompetensi siswa yang
hasilnya berupa nilai rerata hasil belajar yang menggambarkan kadar
daya serap belajar siswa.

B. Penelitian yang Relevan


Secara teoritis, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua macam yakni faktor internal dan faktor
eksternal. Dalam penelitian ini penulis mengkorelasikan antara tingkat
pendidikan guru dan media pembelajaran dengan prestasi belajar. Berikut
ini adalah penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti
lakukan :
Penelitian I, dengan judul “Hubungan Antara Motivasi Belajar dan
Media Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI
SMA Negeri 1 Tawangsari tahun pelajaran 2009/2010”, Hasil dari
penelitian ini adalah bahwa ada hubungan positif yang cukup signifikan
antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Sosiologi kelas XI SMA
Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo diterima karena variabel motivasi belajar
diperoleh rxly = 0,144 dengan nilai signifikansi sebesar 0, 150. Ada
hubungan positif yang sangat signifikan antara media pembelajaran antara
media pembelajaran dengan prestasi belajar sosiologi kelas XI SMA Negeri
1 Tawangsari Sukoharjo diterima karena variabel media pembelajaran
diperoleh rx2y = 0,290 dengan nilai signifikansi sebesar 0,004. Ada hubungan
positif yang sangat signifikan antara motivasi belajar dan media
pembelajaran dengan prestasi belajar sosiologi kelas XI SMA Negeri
Tawangsari Sukoharjo diterima karena Ry (x1,2) = 0,309 , p= 0,008 dan F=
5,107. (Sanna Meihasanti, 2010 “Hubungan Antara Motivasi Belajar dan
Media Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI
SMA Negeri 1 Tawangsari tahun pelajaran 2009/2010”, Vol V, 108).
Penelitian II, dengan judul “Pengaruh Media Pembelajaran dan
Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI di SMA
Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2005/2006”. Ada pengaruh yang besar
media pembelajaran terhadap prestasi belajar sosiologi kelas XI SMA
Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2005/2006, diterima karena r xly = 0,606
dan P= 0,000 (Sesuai kaidah diuji hipotesis yaitu p<0,01 ), Sedangkan rx2y =
0,307 dan P= 0,018 (Sesuai kaidah uji hipotesis yaitu p<0,05). Ada
pengaruh yang cukup Lingkungan Belajar terhadap prestasi belajar sosiologi
siswa kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta tahun Ajaran 2005/2006 diterima
dengan Sumbangan Relatif (SR) Variabel Lingkungan Belajar (X2) sebesar
13, 415 % dan sumbangan efektif (SE) sebesar 5,695 %, sedangkan
sumbangan efektif (SE) variabel media pembelajaran sebesar 36,760 %.
Ada pengaruh yang cukup besar media pembelajaran dan lingkungan belajar
terhadap prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta
tahun pelajaran 2005/2006 diterima, dengan sumbangan relatif (SR) variabel
media pembelajaran dan variabel lingkungan belajar sebesar 100% dan
Sumbangn Efektif (SE) variabel media pembelajarn dan variabel lingkungan
belajar sebesar 42,455 %, sementara sumbangan efektif (SE) Variabel
Media Pembelajaran sebesar 36, 760 % dan sumbangan efektif (SE) variabel
lingkungan belajar sebesar 5,695 %. (Nur Hariyanti, 2006 “Pengaruh Media
Pembelajaran dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Sosiologi
Siswa Kelas XI di SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2005/2006 Vol
V 91-92).
Penelitian III, dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pendidikan
Dan Kekayaan Orang Tua dengan Kesadaran Menyekolahkan Anak pada
Masyarakat Desa Kacangan, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten
Sragen”. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara tingkat
pendidikan orang tua dengan kesadaran menyekolahkan anak, diterima,
karena secara analisis data diperoleh rxly = 0,385 dan p= 0,000. Ada
hubungan posistif yang sangat signifikan antara tingkat kekayaan orang tua
dengan kesadaran menyekolahkan anak, diterima, karena secara analisis
data diperoleh rx2y = 0,257 dan p= 0,008. Ada hubungan posistif yang sangat
signifikan antara tingkat pendidikan dan kekayaan orang tua dengan
kesadaran menyekolahkan anak, diterima, karena dari hasil analisis data
menunjukkan rxl x2y = 0,503, F=17,306 dan p =0,000 (Dwi Susanti, 2007
“Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Kekayaan Orang Tua dengan
Kesadaran Menyekolahkan Anak pada Masyarakat Desa Kacangan,
Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen” Vol V, 116)
C. Kerangka Berpikir
Tingkat Pendidikan Guru merupakan salah satu faktor utama yang
mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa. Pendidikan pada jenjang
apapun yang secara bertingkat dan berkelanjutan merupakan satu di antara
sekian modal yang dibutuhkan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya,
demikian pula guru sebagai motor penggerak utama pembelajaran di
sekolah, selain guru secara mutlak menguasai materi ajar, juga bagaimana
materi tersebut sampai kepada peserta didik agar mudah ditangkap,
dipahami, dan dikembangkan. Pendidikan guru berjenjang disesuaikan
dengan subyek ajar dan materi ajar, serta tidak terlepas pula dengan
perkembangan kebijakan pemerintah yang ada. Semakin kompleks dan
tinggginya tingkat kesulitan materi, maka dibutuhkan banyaknya persiapan
kemampuan dan keterampilan dalam mengajarkannya
Selain tingkat pendidikan guru, penggunaan media pembelajaran juga
mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Penggunaan media
pembelajaran yaitu segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa. Selain itu untuk
memperlancar proses belajar mengajar dan meningkatkan prestasi belajar,
diperlukan media pembelajaran yang baik sehingga dapar memperjelas
penyajian pesan dan informasi. Penggunaan media pembelajaran yang
sesuai dapat merangsang minat dan perhatian siswa dalam belajar. Hal ini
akan berpengaruh terhadap prestasi belajar sehingga diduga ada hubungan
antara penggunaan media pembelajaran dengan prestasi belajar siswa.

Tingkat Pendidikan
Guru Prestasi Belajar Siswa
di SMK Negeri 6
Surakarta
Penggunaan Media
Pembelajaran
Gambar 1.1 Bagan kerangka berfikir pengaruh tingkat pendidikan guru dan
penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa SMK di
Surakarta.
D. Hipostesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih harus diuji
kebenarannya melalui kegiatan penelitian. Sukardi (2005 : 41) yang
dimaksud dengan hipotesis adalah “jawaban yang masih bersifat sementara
dan bersifat teoretis”. Sudjana (2001 : 219) yang dimaksud dengan hipotesis
adalah “asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya”
Hipotesis menurut Suharsimi (2002: 66), adalah “pernyataan yang diterima
secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat
fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam
verifikasi.” Berdasarkan permasalahan yang ada serta kerangka berpikir
dapat dirumuskan hipotesis kerja penelitian sebagai berikut:
 Mayor
a) Terdapat pengaruh posistif yang signifikan tingkat pendidikan guru
dan penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa
di SMK Negeri 6 Surakarta.
 Minor
1. Terdapat pengaruh posistif yang signifikan tingkat pendidikan guru
terhadap prestasi belajar siswa di SMK Negeri 6 Surakarta
2. Terdapat pengaruh posistif yang signifikan penggunaan media
pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa di SMK Negeri 6
Surakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Negeri 6 Surakarta
yang bertempat di Jl. Mr. Sartono, Nusukan, Banjarsari, Kota
Surakarta,Jawa Tengah dengan subyek penelitian kelas X tahun ajaran
2015/2016 :
1. Tersedianya data yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini.
2. Lokasi sekolah tersebut mudah dijangkau, karena dekat dengan
tempat tinggal peneliti sehingga dapat menghemat biaya, waktu
dan tenaga.
b. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini dimulai sejak bulan
Maret 2016 sampai dengan bulan Mei 2016. Kegiatan penelitian
tersebut mulai dari penyususnan proposal sampai penyusunan laporan
hasil penelitian adalah seperti dibawah ini :

Jadwal Waktu Penelitian

Jenis Tahun 2016


No Maret
Kegiatan April Mei
Minggu ke 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
Penelitian
2. Konsultasi
BAB I, II, III
3. Mengurus
Perijinan
4. Konsultasi
menyusun
instrument
5. Pelaksanaan
6. Pengumpula
n data
7. Tabulasi
8. Mengolah
data
9. Menyusun
Laporan
10 Konsultasi
. Hasil
Penelitian

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi subyek
penelitian. Subjek dari penelitian ini adalah seluruh guru dan siswa SMK
dan yang mengajari siswa SMK Negeri 6 Surakarta yang ada di Kota
Surakarta.
No Tingkat Pendidikan
Mata Pelajaran
. S1 S2
1. Pendidikan Agama Islam 2 1
2. Pendidikan Agama Kristen 1 -
3. Pendidikan Agama Katholik 1 -
4. Pendidikan Kewarganegaraan 3 -
5. Bahasa Indonesia 3 -
6. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 2 1
7. Seni Musik 1 -
8. Seni Tari 1 -
9. Bahasa Inggris 9 -
10. Matematika 8 1
11. Ilmu Pengetahuan Alam 3 1
12. Sejarah 2 -
13. KKPI - 1
14. Kewirausahaan 1 -
TOTAL 37 5
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan subjek
dalam penelitian dan mampu mewakili populasi, hal ini sejalan dengan
pendapat Sukardi (2005: 54) “sebagian dari jumlah populasi yang dipilih
untuk sumber data disebut sampel atau cuplikan.” Sampel dari penelitian
ini adalah guru Bahasa Inggris siswa SMK N 6 Surakarta.
No Tingkat Pendidikan
Guru Mapel
. S1 S2 S3 D4
1. Bahasa Ingris 9 - - -

C. Definisi Operasional dan Kisi-kisi Variabel Penelitian


1. Definisi Penelitian
a) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan
yang akan dicapai dan kemauan yang dikembangkan. 
b) Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat bantu guru untuk
memperlancar interaksi dan penyampaian materi terhadap peserta
didik agar pembelajaran lebih efektif dan efisien.
c) Prestasi Belajar
Prestasi belajar ialah suatu hasil pencapaian dari kegiatan
usaha proses belajar dari seorang peserta didik.
2. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2002 : 96). Sedangkan menurut
Sugiyono (2010 :2) Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentukapa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya.
a) Variabel Bebas
Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur
atau faktor di dalamnya yang adanya menentukan atau mempengaruhi
adanya variabel yang lain (Nawawi dan Hadari, 1995 : 41). Variabel
Bebas: Tingkat Pendidikan (X1), dan Media Pembelajaran (X2).
b) Variabel Terikat
Variabel terikat adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur
atau faktor di dalamnya yang adanya ditentukan atau pengaruh oleh
adanya variabel yang lain (Nawawi dan Hadari, 1995 : 42). Variabel
Terikat : Prestasi Belajar Siswa (Y).
Dalam paradigma ini terdapat dua variabel bebas (X1, X2) dan
satu variabel terikat (Y) seperti terlihat pada gambar dibawah ini

X1

X2

Keterangan :
X1 = Tingkat Pendidikan X2 = Media Pembelajaran
Y = Prestasi Belajar
(Sugiyono, 2010 : 11)
Gambar diatas adalah paradigma ganda dengan dua variabel bebas
atau independent. Untuk mencari besarnya pengaruh antara X1 dengan Y,
dan X2 dengan Y, dapat menggunakan rumus korelasi sederhana. Untuk
mencari besarnya pengaruh antara X1 dan X2 terhadap Y digunakan rumus
korelasi ganda dalam paradigma ini.
D. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel, maka alat
pengumpul data yang digunakan harus relevan dengan masalah yang harus
diteliti. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 160) “instrumen penelitian
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Variasi dari
jenis instrumen penelitian adalah angket, jawaban tertulis, dan check list.
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini berbentuk angket langsung yang
bersifat tertutup, artinya angket tersebut jawabannya sudah disediakan.
Subyek tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan
kondisi atau keadaan dirinya, hal ini dimaksudkan supaya jawaban subyek
tidak terlalu melebar. Alasan peneliti menggunakan angket langsung tertutup
dengan pilihan item pertanyaan menggunakan jawaban pilihan berganda
adalah sebagai berikut:
1. Memberi kemudahan kepada responden dalam memberikan tanggapan,
sehingga responden hanya memilih salah satu dari kemungkinan jawaban
yang telah disediakan.
2. Data yang terkumpul sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen
adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan
Dalam penelitian ini, angket disusun dengan tujuan untuk
mendapatkan data tentang latar belakang pendidikan guru dan
media pembelajaran
2. Merumuskan definisi konsep dari variabel yang diteliti
3. Membuat indikator dari variabel yang diteliti
Indikator latar belakang pendidikan guru :
1. Jenjang pendidikan
2. Spesifikasi jurusan yang diambil di perguruan tinggi
3. Bidang studi yang diajarkan di SMK
4. Program kependidikan/non kependidikan
Indikator Media Pembelajaran
1. Media Visual
2. Media Audio
3. Media Audio Visual
4. Media Cetak
Uraian kisi-kisi instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
Item
No Konsep Indikator Keterangan
+ - ∑
1. Latar Belakang A) Jenjang Pendidikan 1 1
Pendidikan
Guru
B) Spesifikasi jurusan 2 1
yang diambil di
perguruan tinggi
C) Bidang studi yang 3 1
diajarkan di SMK Skala
D) Program 4 1
Likert
kependidikan/non
kependidikan
2. Media A) Media Visual 5,6,7 8 4
Pembelajaran
B) Media Audio 9,10,11 12 4
C) Media Audio 13,14,15 16 4
Visual
D) Media Cetak 17,18,19 20 4
Latar belakang pendidikan diukur dengan menggunakan empat sub variabel atau
indikator dengan tabel rujukan penilaian pada table dibawah ini;
Rujukan Penilaian Latar Belakang Pendidikan
No Latar Belakang Pendidikan Skor
1. S1/ S2 kependidikan sesuai bidang studi 4
2. S1 Non kependidikan sesuai bidang studi 3
3. S1 kependidikan tidak sesuai dengan bidang
2
studi
4. D3/D2/D1/S1 Non Kependidikan tidak sesuai 1
bidang studi

Pengaruh Media Pembelajaran diukur dengan menggunakan instrumen kuisioner.


Angket atau kuisioner tersebut memiliki empat alternatif jawaban yang skornya
adalah sebagai berikut:
Rujukan Penilaian Media Pembelajaran
Item Positif Item Negatif
Jawaban Skor Jawaban Skor
A SL (Selalu) 4 SR 1
B SR (Sering) 3 SL 2
C KK (Kadang) 2 KK 3
D TP(Tidak pernah) 1 TP 4

 Uji Coba Instrumen

Setelah angket disusun, angket tersebut perlu diuji cobakan untuk mengetahui
letak kelemahan atau hal-hal yang akan menyulitkan responden dalam menjawab
pertanyaan. Selain itu uji coba (try out) ini bertujuan untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas angket tersebut. Uji coba atau try out dari angket tersebut peniliti
laksanakan pada guru-guru SMK 6 Surakarta di luar sampel, yang
berjumlah 20 orang guru. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket
digunakan alat ukur sebagai berikut:
a. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas menggunakan pengujian validitas konstruk, dengan cara
mengkonsultasikan instrumen dengan dosen ahli (judgment experts). Setelah
pengujian konstruk dari dosen ahli selesai, maka diteruskan uji coba
instrumen. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruk
dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor
item instrumen, analisis faktor menggunakan rumus korelasi Product
Moment yaitu:
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana
instrument dapat dipercaya dan diandalkan. Uji reliabilitas dalam
penelitian ini menggunakan rumus Alfa Cronbach, sebagai berikut :

E. Metode Pengumpulan Data


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang
menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode
statistika (Azwar, 2007: 5). Menurut Subana dan Sudrajat (2005: 25)
penelitian kuantitatif dilihat dari segi tujuan, penelitian ini dipakai untuk
menguji suatu teori, menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik,
dan untuk menunjukkan hubungan antar variabel dan adapula yang sifatnya
mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendiskripsikan
banyak hal.
Adapun Spesifikasi penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu untuk
mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi
sekarang (ketika penelitian berlangsung) dan penyajiannya apa adanya.
Penelitian ini merupakan penelitian yang mengarah pada studi korelasional.
Studi korelasi ini merupakan hubungan antar dua variabel, tidak saja dalam
bentuk sebab akibat melainkan juga timbal balik antara dua variabel (Subana,
2005: 36). Dengan metode ini peneliti akan mendeskripsikan tentang korelasi
pengaruh tingkat pendidikan guru dan penggunaan media pembelajaran
terhadap prestasi belajar siswa SMK Negeri 6 Surakarta di Surakarta.
Metode pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk
mendapatkan data yang konkrit dari suatu objek yang diteliti. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Angket atau Kuesioner
Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mendapatkan data
variabel, yaitu tentang latar belakang pendidikan guru, pengalaman
mengajar, serta profesionalisme guru. Dalam Suharsimi Arikunto (2006
: 151) “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Dari beberapa pendapat di
atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa kuesioner adalah penyelidikan
mengenai suatu masalah dengan cara memberikan daftar pertanyaan
kepada responden untuk mendapatkan informasi, keterangan,
tanggapan, atau hal lain yang diketahui secara tertulis.
2. Dokumentasi
Dalam penelitian ini selain menggunakan angket, peneliti juga
menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan
cara pencarian data yang menelaah catatan atau dokumen sebagai
sumber data. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh data yang berupa data tertulis, antara lain tentang jumlah
dan identitas guru yang mengajar, data tentang wilayah penelitian,
artikel pendidikan, jurnal internasional, serta buku-buku yang relevan
dengan masalah penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka langkah
selanjutnya adalah analisis data. Analisis data adalah pengolahan data. Secara
garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah, diantaranya:
1. Persiapan,
2. Tabulasi
3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data diarahkan untuk
menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan. Disebabkan datanya adalah
kuantitatif, maka analisis data menggunakan metode statistik yang telah
tersedia. Sebagai contoh, akan menguji hipotesis hubungan antar dua variabel,
bila datanya ordinal maka statistik yang digunakan Korelasi Spearman Rank,
sedang bila datanya interval atau ratio digunakan Korelasi Product Moment.
Bila akan menguji signifikansi komparasi data dua sampel, datanya nominal
digunakan Chi Kuadrat. Selanjutnya bila akan menguji hipotesis komparatif
lebih dari dua sampel, datanya interval, digunakan analisis varian.

Anda mungkin juga menyukai