Anda di halaman 1dari 8

ISSN 2622-9439; E-ISSN 2622-9447

Volume 2, Maret 2020


Halaman: 455-461

Integrasi dan Interkoneksi antara Pendidikan Kebencanaan dan


Nilai-Nilai Qur’ani dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana di
Sekolah Menengah Pertama
Hayatul Khairul Rahmat1,*, Kasmi2, Anwar Kurniadi2
1
Magister Manajemen Bencana, Fakultas Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan Bogor
Kawasan Pusat Keamanan dan Perdamaian Indonesia, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat - Indonesia
2
Magister Studi Islam Interdisipliner, Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jalan Marsda Adisucipto, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta - Indonesia
Email*: hayatulkhairul@gmail.com

Abstrak. Tulisan membahas pendekatan integrasi dan interkoneksi antara pendidikan bencana dan nilai-nilai Qur’an dalam upaya
pengurangan risiko bencana di sekolah menengah pertama. Indonesia sebagai salah satu negara yang rawan bencana alam karena
berada di ring of fire adalah jalur gunung paling aktif di dunia dan terletak di zona subduksi lempeng Eurasia, lempeng Indo-
Australia, dan lempeng Pasifik. Pemerintah Indonesia telah berupaya mengurangi kerugian melalui penerapan pendidikan bencana di
tingkat pendidikan formal, terutama di sekolah menengah pertama. Makalah ini disusun menggunakan pendekatan studi literatur.
Pendidikan bencana yang terintegrasi dan saling berhubungan menggunakan nilai-nilai Al-Qur’an difokuskan dalam tiga domain,
yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Nilai-nilai Qur’an didasarkan pada al-Hadid ayat 22; al-Rum ayat 41; al-Shura ayat 30;
dan al-Baqarah ayat 155. Melalui pendidikan bencana dengan perspektif integrasi interkoneksi, budaya kesiapan akan dibentuk untuk
bersiap menghadapi bencana. Upaya ini diharapkan dapat mendukung upaya pengurangan risiko bencana untuk siswa sekolah
menengah pertama.

Kata Kunci: Integrasi dan Interkoneksi; Nilai-Nilai Al-Qur’an; Pendidikan Bencana; Pengurangan Risiko Bencana

PENDAHULUAN juga terletak di jalur gempa bumi dan gunung berapi


yang dinilai paling dahsyat oleh United States
Indonesia adalah negara yang rawan akan bencana alam. Geological Surveys (Utomo & Minza, 2016). Jalur yang
Kondisi tersebut membuat Indonesia dilanda oleh terkenal dengan nama Pasific Ring of Fire yang
bencana alam yang datang silih berganti setiap tahunnya. berbentang dari belahan bumi bagian barat tepatnya di
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Badan Nasional Chile, kemudian melewati Jepang dan Asia Tenggara
Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) yang (Israel, 2010).
dilansir pada laman dibi.bnpb.go.id menyebutkan bahwa Dengan potensi terjadinya bencana tersebut,
selama tahun 2019 mulai dari 1 Januari 2019 sampai 30 sangatlah dibutuhkan langkah antisipatif untuk
September 2019 terdapat 2.102 kejadian bencana alam mencegah dalam menghadapi bencana. Pendidikan
di seluruh Indonesia. Intensitas kejadian yang paling menjadi jalur yang tepat untuk memberikan pemahaman
banyak yaitu bencana puting beliung sebanyak 725 kali, terhadap bencana yang kemudian menumbuhkan
bencana tanah longsor sebanyak 549 kali, bencana budaya siap siaga menghadapi bencana. Di tengah
banjir sebanyak 549 kali, bencana kebakaran hutan dan potensi bencana yang mengancam, maka pendidikan
lahan sebanyak 248 kali, sisanya terbagi dalam bencana kebencanaan mutlak diperlukan. Sekolah merupakan
yang lain seperti bencana gempa bumi sebanyak 15 kali, sarana pendidikan yang tepat untuk memberikan
bencana gelombang pasang/ abrasi sebanyak 7 kali, pengetahuan, penanaman sikap sehingga melahirkan
bencana banjir dan tanah longsor sebanyak 5 kali, dan perilaku yang siaga akan bencana.
bencana letusan gunung api sebanyak 4 kali (BNPB, Pendidikan kebencanaan dapat meningkatkan
2019). Dari fenomena alam tersebut dapat membuktikan kesiapsiagaan bencana dan mengurangi kerentanan
Indonesia adalah negara yang rawan akan bencana alam. terhadap bencana. Jadi pendidikan di sekolah sangat
Berbagai bencana alam yang datang silih berganti penting untuk meningkatkan kesadaran pada diri siswa
tersebut dipengaruhi karena Indonesia terletak di antara akan risiko bencana yang ada di sekolah dan mendorong
zona subduksi atau pertemuan tiga lempeng tektonik tindakan kesiapsiagaan. Implementasi ini selama ini
yang bertumbukan yaitu lempeng Indo-Australia, masih berbasis pada metode ceramah dan belum
lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Ketika salah membentuk siswa yang berperan aktif dalam
satu dari lempeng tersebut bergerak, maka akan terjadi pembelajaran. Penerapan pendidikan kebencanaan dapat
gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami di meningkatkan pengetahuan mengenai risiko bencana di
Indonesia (CFE-DMHA, 2015). Selain itu, Indonesia sekolah, tetapi belum mengetahui tindakan yang
456 2: 455-461, 2020

dilakukan pada saat bencana untuk mengurangi dampak Metode Analisa Data
bencana. Melihat hal tersebut, sangatlah penting untuk Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode
mengintegrasikan dan menginterkoneksikan antara analisis deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh
pendidikan kebencanaan dengan ilmu-ilmu lainnya kemudian disusun sehingga mempermudah pembahasan
termasuk ilmu agama, khususnya dalam ilmu agama permasalahan yang ada. Karena titik fokus dari
Islam yang bersumber dari Al-Qur’an. penelitian ini adalah penelitian yang berbasis pustaka,
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan maka data yang dikumpulkan adalah data kualitatif.
mengintegrasikan dan menginterkoneksikan antara Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian
pendidikan kebencanaan dengan nilai-nilai Qur’ani ini ini terdiri dari:
difokuskan dalam tiga ranah yaitu sikap (attitude), 1. Pengumpulan data (data collection)
pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skill). 2. Reduksi data (data reduction)
Dengan demikian akan terlahir siswa yang siap siaga 3. Penyajian data (data display)
menghadapi bencana alam. 4. Pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclusion
drawing and verification)

METODE PENELITIAN PEMBAHASAN

Jenis Penelitian dan Pendekatan Pendekatan Integrasi dan Interkoneksi


Dalam penyusunan naskah ini menggunakan metode Kata integrasi berasal dari kata integrated yang
penelitian kepustakaan (library research) yaitu memiliki arti terpadu. Menurut Trianto (dalam Mahalin,
mengumpulkan semua bahan bacaan yang berkaitan 2015) menyebutkan bahwa integrasi memiliki arti
dengan masalah yang dibahas, kemudian memahami pertama yaitu pembauran, perpaduan, atau
secara teliti dan hati-hati sehingga menghasilkan penggabungan dari dua objek atau lebih sehingga
temuan-temuan penelitian. Sebagai pendukung dalam menjadi kesatuan yang bulat dan utuh, yang kedua
penelitian ini, maka penulis melakukan kegiatan studi berarti bersatunya antar bagian menjadi satu, yang
literatur yang mendalam yaitu dengan menggunakan ketiga berarti menghilangkan hambatan. Integrasi dapat
penulisan deskriptif. dikatakan sebagai keterpaduan yang dalam hal ini suatu
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu melibatkan beberapa ilmu untuk memberikan
sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa pengalaman yang bermakna kepada siswa.
sekarang. Adapun tujuan dari penulisan deskriptif ini Interkoneksi berasal dari bahasa Inggris yaitu
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan interconnection yang berarti menghubungkan yang satu
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta- dengan yang lain. Konsep interkoneksi dalam
fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang pembelajaran menyatakan bahwa suatu ilmu tidak dapat
diselidiki (Nazir, 2003). berdiri sendiri, baik ilmu alam, ilmu sosial, ilmu
humaniora, dan ilmu agama. Ilmu yang sati dengan ilmu
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data yang lainnya saling membutuhkan. Beberapa ilmu
Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah tentunya juga saling koreksi dan saling melengkapi satu
data-data sekunder yaitu sumber data penulisan yang sama lain sehingga dapat membantu manusia dalam
diperoleh secara tidak langsung atau melalui media memahami kompleksitas kehidupan dan memecahkan
perantara. Data sekunder pada umumnya dapat berupa problem yang dihadapi. Menurut Trianto (dalam
bukti, catatan, atau laporan historis yang telah disusun Mahalin, 2015) menyebutkan model terhubung adalah
dalam arsip (data dokumenter), baik yang model integrasi interdisipliner. Model ini secara nyata
dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan mengintegrasikan satu konsep, keterampilan, atau
(Indriantoro & Soepomo, 2002). kemampuan yang ditumbuh kembangkan dalam suatu
Metode penumpulan data yang digunakan dalam pokok bahasan dalam bidang studi.
penelitian ini adalah sebagai berikut: Integrasi-interkoneksi merupakan upaya untuk
1. Studi kepustakaan yaitu dengan membaca literatur- mempertemukan ilmu-ilmu sains atau ilmu-ilmu sosial
literatur yang berkaitan dan menunjang penelitian, ke dalam ilmu-ilmu agama. Pendekatan ini muncul
berupa pustaka cetak maupun elektronik. karena adanya dikotomi ilmu dari berbagai disiplin ilmu.
2. Studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara Pendekatan integrasi dan interkoneksi adalah
membaca laporan penulisan sebelumnya serta pendekatan yang berusaha saling menghargai antara
artikel-artikel yang diakses dari internet, buku, keimuan umum dan agama, sadar akan keterbatasan
maupun jurnal yang sesuai dengan permasalahan. masing-masing dalam memecahkan permasalahan
Pada metode pengumpulan data ini, penulis hanya manusia, dan akan melahirkan sebuah kerjasama,
mengambil data-data yang relevan dari suatu sumber setidaknya saling memahami pendekatan (approach)
atau dokumen yang diperlukan. dan metode berpikir (process and procedure) antara
kedua keilmuan (Hidayat, 2014).
RAHMAT et al. – Integrasi dan Interkoneksi antara Pendidikan Kebencanaan … 457

Pendekatan integrasi-interkoneksi merupakan suatu termasuk matematika kurang berkembang karena


pendekatan yang menempatkan berbagai disiplin ilmu tekanan dari ilmu agama. Pada masa ini, hubungan
(islamic studies, natural studies, social studies, and antara ilmu agama dan ilmu umum tidak harmonis. Pada
humanities) saling menyapa satu bangunan yang utuh. abad modern ini, tekanan dari ilmu agama mulai
Pendekatan ini berusaha menghubungkan antara ilmu berkurang bahkan hampir tidak ada. Berkurangnya
agama dengan ilmu kealaman, ilmu sosial, dan ilmu tekanan dari ilmu agama menyebabkan ilmu umum
humaniora dalam satu pola bersama sebagai suatu berkembang secara pesat.
kesatuan yang berkaitan (Hamami, 2006). Belajar dari perkembangan di atas, perkembangan
Amin Abdullah (2004) melukiskan pola integrasi- ilmu pengetahuan baik ilmu agama maupun ilmu umum
interkoneksi secara metaforis mirip dengan jaring laba- harus berjalan beriringan sehingga satu disiplin ilmu
laba keilmuan (spider web), dimana antar berbagai tidak mendominasi disiplin ilmu lain. Dengan
disiplin yang berbeda saling berhubungan dan memadukan antara ilmu agama dan ilmu umum,
berinteraksi secara aktif dan dinamis. Jaring laba-laba bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat
keilmuan (spider web) dapat ditunjukkan pada gambar manusia dan menjaga kelestarian alam.
berikut: 3. Landasan Filosofis
Secara ontologis, obyek studi ilmu agama dan ilmu
umum memang dapat dibedakan. Ilmu agama memiliki
obyek berupa wahyu, sedangkan ilmu umum memiliki
obyek berupa alam semesta beserta isinya. Secara
epistemologis, ilmu agama lebih dibangun dengan
pendekatan normatif dan ilmu umum dibangun dengan
pendekatan empiris. Secara aksiologis, kedua ilmu ini
juga terlihat berbeda dimana ilmu agama bertujuan
untuk menyejahterakan kehidupan manusia di dunia dan
di akhirat serta ilmu umum untuk menyejahterakan
kehidupan manusia di dunia. Berdasarkan fakta ini,
ilmu-ilmu umum perlu diberikan sentuhan ilmu agama
sehingga tidak hanya kebahagiaan dunia yang diperoleh
tetapi juga kebahagiaan di akhirat.
4. Landasan Psikologis
Potensi dari Allah dalam aspek psikologis yang harus
dicapai adalah hati yang penuh dengan iman (Hadharah
Gambar 1. Jaring Laba-Laba Keilmuan. (Spider Web)
al-Nash), wawasan yang luas (Hadharah al-‘Ilm), dan
kinerja yang produktif (Hadharah al-Falsafah Jasad).
Masing-masing ilmu tetap akan menjaga identitas Sosok pelajar yang diharapkan adalah memiliki iman
dan eksistensinya sendiri-sendiri, tetapi selalu terbuka dan akidah yang kuat yang tertanam menghujam dalam
untuk berkomunikasi dan berdiskusi dengan ilmu lain. hati yang kokok, memiliki ilmu pengetahuan yang luas
Tidak hanya dapat berkomunikasi antar rumpun dan tidak hanya dalam satu keilmuan saja, serta
keilmuan secara internal, tetapi juga bersedia untuk memiliki amal dan kinerja yang produktif dan
menerima masukan dari keilmuan eksternal seperti memberikan kemanfaatan kepada lingkungan sekitar.
dengan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta ilmu-ilmu
agama. Pendidikan Kebencanaan
Menurut Karo (2018) menyebutkan bahwa landasan Membangun budaya pengurangan bencana secara
integrasi-interkoneksi sebagai berikut: permanen dan integratif dapat dilakukan melalui
pendidikan. Tujuan dari pendidikan kebencanaan adalah
1. Landasan Normatif-Teologis untuk meningkatkan tindakan perlindungan, dengan
Landasan normatif-teologis secara sederhana dapat menyajikan informasi tentang bahaya dan risiko yang
diartikan sebagai suatu cara memahami sesuatu dengan ditimbulkan. Jiak direncanakan dengan efektif dan
menggunakan ajaran yang diyakini berasal dari Allah diterapkan dengan baik maka orang akan terbiasa
SWT sebagaimana terdapat di dalam wahyu yang dengan praktik keselamatan dengan segala bentuk
diturunkan-Nya. Landasan ini akan memperkokoh tindakan terkait kebencanaan.
bangunan keilmuan ilmu umum (sains dan teknologi Pendidikan kebencanaan adalah salah satu solusi
serta sosial dan humaniora). Kebenaran normatif- internal di masyarakat untuk mengurangi dampak
teologis bersifat mutlak karena sumbernya berasal dari bencana, serta membiasakan masyarakat untuk tanggap
Allah SWT. dan sigap terhadap bencana yang terjadi. Pendidikan
2. Landasan Historis kebencanaan bermacam-macam bentuknya dimulai dari
Perkembangan ilmu pengetahuan pada abad penanggulangan bencana berbasis masyarakat,
pertengahan didominasi oleh ilmu agama. Ilmu umum pendidikan bencana menuju masyarakat sadar bencana,
458 2: 455-461, 2020

serta kearifan lokal masyarakat dalam menangani 5. Peran serta, membantu individu atau kelompok
bencana (Preston, 2012; Setyowati, 2017). sosial untuk dapat mengembangkan rasa tanggung
Menurut Heru Sesetyo (dalam Purwantoro, 2011) jawab dan urgensi terhadap suatu permasalahan
menyebutkan bahwa pendidikan mitigasi bencana atau lingkungan sehingga dapat mengambil tindakan
disaster education seperti di Jepang bertujuan sebagai relevan untuk pemecahannya.
berikut:
1. Memberi informasi kepada siswa tentang Nilai-Nilai Qur’ani tentang Kebencanaan
pengetahuan yang benar mengenai bencana. Berbicara mengenai kebencanaan dalam sudut pandang
2. Memberi pemahaman tentang perlindungan secara Al-Qur’an sering kali dipahami manusia sebagai bahasa
sistematis. Tuhan unuk menegur atau bahkan memarahi manusia.
3. Membekali siswa melalui practical training yaitu Bencana demi bencana yang terus melanda sering kali
bagaimana melindungi dirinya dan bagaimana menimbulkan spekulasi teologis di masyarakat. Yang
mereka bisa merespons bencana tersebut secara pada akhirnya mereka terperangkap dalam dua
cepat dan tepat. perangkap teologis yang mengharukan yaitu
mengkambing hitamkan korban bencana sendiri atau
Pentingnya pemahaman tentang bencana untuk masa menyalahkan Tuhan yang dianggap memerikan bencana
sekarang hingga masa depan secara eksplisit tanpa pandang ampun dan belas kasihan menghajar
menunjukkan bahwa manusia untuk menyelamatkan diri hamba-nya (Munawir, 2016).
dari ancaman bencana harus dilakukan bersinambungan, Berikut adalah ayat-ayat bencana dalam Al-Qur’an:
dengan jaminan estafet antar generasi yang dapat
dipertanggung jawabkan. Dengan demikian, fondasi 1. Q.S al-Hadid ayat 22
awal pendidikan kebencanaan sejak dini menjadi bekal
menuju masyarakat yang sadar akan bencana dari masa ٍ ‫ض َو ََل فِي أ َ ْنفُ ِس ُك ْم ِإ ََل فِي ِكتَا‬
‫ب‬ ِ ‫صي َب ٍة فِي ْاْل َ ْر‬
ِ ‫اب ِم ْن ُم‬ َ ‫ص‬ َ َ ‫َما أ‬
َ ‫ِم ْن قَ ْب ِل أ َ ْن نَب َْرأَهَا ۚ ِإ َن ذ َلِكَ َعلَى‬
ke masa. Dengan mengacu kepada Soetaryono (1999)
tentang pendidikan lingkungan maka pendidikan
‫ّللاِ َيسِير‬
kebencanaan termasuk long life education. “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan
Pendidikan kebencanaan pada hakikatnya (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis
merupakan salah satu aspek dari kehidupan lingkungan. dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
Konsepsi dari pendidikan kebencanaan merupakan menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
proses pendidikan tentang hubungan manusia dengan adalah mudah bagi Allah.”
alam dan lingkungan binaan, termasuk tata hubungan
manusia dengan dinamika alam, pencemaran, alokasi 2. Q.S. al-Rum ayat 41
pengurasan sumber daya alam, pelestarian alam,
transportasi, dan teknologi perencanaan kota, dan ِ َ‫ت أ َ ْيدِي الن‬
‫اس ِليُذِيقَ ُه ْم‬ َ ‫ساد ُ فِي ْال َب ِر َو ْال َبحْ ِر ِب َما َك‬
ْ ‫س َب‬ َ َ‫ظ َه َر ْالف‬
َ
pedesaan. Adapun sasaran pendidikan kebencanaan َ‫ض الَذِي َع ِملُوا لَ َعلَ ُه ْم يَ ْر ِجعُون‬َ ‫بَ ْع‬
sesuai dengan yang disampaikan dalam Resolution
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
Belgrad International Conference on Environmental
disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay
Education (dalam Soetaryono, 1999) dapat diuraikan
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
sebagai berikut:
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
1. Kesadaran, membantu individu atau kelompok untuk
jalan yang benar).”
memiliki kesadaran dan kepekaan terhadap
lingkungan keseluruhan berikut permasalahan yang
3. Q.S. al-Syura ayat 30
terkait.
2. Pengetahuan, membantu individu atau kelompok
sosial memiliki pemahaman terhadap lingkungan ٍ ‫ت أ َ ْيدِي ُك ْم َو َي ْعفُو َع ْن َك ِث‬
‫ير‬ َ ‫صيبَ ٍة فَ ِب َما َك‬
ْ ‫س َب‬ َ َ ‫َو َما أ‬
ِ ‫صابَ ُك ْم ِم ْن ُم‬
total, permasalahan yang terkait serta kehadiaran “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka
mansuai yang menyandang peran dan tanggung adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan
jawab penting di dalamnya. Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-
3. Sikap, membantu individu atau kelompok sosial kesalahanmu).”
memiliki nilai-nilai sosial, rasa kepedulian yang kuat
dengan lingkungannya, serta motivasi untuk 4. Q.S. al-Baqarah ayat 155
berperan aktif dalam upaya perlindungan dan
pengembangan lingkungan. ٍ ‫ف َو ْال ُجوعِ َونَ ْق‬
‫ص ِمنَ ا ْْل َ ْم َوا ِل‬ ِ ‫ش ْيءٍ ِمنَ ْالخ َْو‬ َ ‫َولَنَ ْبلُ َونَ ُك ْم ِب‬
4. Keterampilan, membantu individu atau kelompok
َ‫صا ِب ِرين‬ ِ ‫َو ْاْل َ ْنفُ ِس َوالثَ َم َرا‬
َ ‫ت ۗ َوبَش ِِر ال‬
sosial mengevaluasi persyaratan-persyaratan
lingkungan dengan program pendidikan dari segi “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,
ekologi, politik, ekonomi, sosial, estetika, dan dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
pendidikan. jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar.”
RAHMAT et al. – Integrasi dan Interkoneksi antara Pendidikan Kebencanaan … 459

Peran Pendidikan dalam Pengurangan Risiko United Nations Children’s Fund mengintegrasikan
Bencana pengurangan risiko bencana dalam salah satu
Pengurangan risiko bencana merupakan serangkaian programnya dan juga berperan dalam Kerangka Kerja
upaya untuk mengurangi risiko bencana yang dilakukan Hyogo (Hyogo Framework for Action). Pengurangan
melalui penyadaran, peningkatan kemampuan risiko bencana sangat berkaitan dengan Pendidikan
menghadapi ancaman bencana, dan/ atau penerapan sesuai dengan yang diusulkan dalam Sendai Framework
upaya fisik dan non fisik yang dilakukan oleh anggota for Disaster Risk Reduction 2015-2030, yang
masyarakat secara aktif, partisipatif, dan terorganisir menjelaskan bahwa program prioritas dalam
(Setyowati, 2019). Secara umum tujuan dari mewujudkan pengurangan risiko bencana adalah
pengurangan risiko bencana berbasis komunitas atau Pendidikan kebencanaan di sekolah. Berikut adalah
masyarakat sebagai berikut: peran Pendidikan pengurangan risiko bencana sesuai
1. Meningkatkan kesiapan masyarakat dalam dengan pedoman Hyogo Framework for Action (Rahma,
pengurangan risiko bencana berbasis komunitas. 2018):
2. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam 1. Interdisiplin dan menyeluruh (holistik) dalam
pembangunan berbasis pengurangan risiko bencana. keseluruhan kurikulum. Pembelajaran PRB
3. Menyusun rencana pembangunan masyarakat terintegrasi dalam keseluruhan kurikulum
berbasis pengurangan risiko bencana secara pendidikan, dan tidak dilaksanakan sebagai mata
partisipatif pelajaran tersendiri. PRB sangat penting dan harus
4. Melaksanakan model pembangunan berbasis disertakan dalam kurikulum sekolah. Integrasi
pengurangan risiko bencana. seharusnya tidak hanya dilakukan di Ilmu Sosial
namun harus mencakup semua bidang pembelajaran;
Menurut Maguire & Hagan (2007) dan Izadkhah Ilmu Pengetahuan Alam, Ekonomi dan Manajemen,
(2005), prinsip-prinsip dasar pengurangan risiko bahasa, ilmu pengetahuan manusia, Agama dan
berbasis masyarakat adalah sebagai berikut: Matematika.
1. Cepat dan tepat, penanggulangan bencana harus 2. Berorientasi nilai, sesuai dengan norma yang dianut
dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan dimana pendidikan lebih bersifat rasional dan
tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam memperhitungkan manfaatnya. Nilai bersama yang
penanggulangan akan berdampak pada tingginya mendasari PRB menjadi norma yang dianut, namun
kerugian material maupun korban jiwa. dapat dikritisi, didebat, diuji dan diterapkan sebagai
2. Prioritas, apabila terjadi bencana, kegiatan adaptasi yang diperlukan. Pendidikan PRB bertujuan
penanggulangan harus mendapat prioritas dan untuk menghasilkan budaya aman dan sadar bencana,
diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya dari
manusia. dalam sekolah, dalam praktiknya mengutamakan
3. Koordinasi dan keterpaduan, penanggulangan hak dasar manusia, keberlanjutan, mengutamakan
bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan kearifan lokal dalam praktiknya, membangun
saling mendukung. kemitraan dengan komponen lembaga lain baik
4. Prinsip keterpaduan adalah penanggulangan bencana pemerintah maupun non pemerintah dengan prinsip
dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang kolaborasi dan strategi, serta inklusivitas dengan
didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling memperhatikan kepentingan semua peserta didik
mendukung. tanpa kecuali termasuk mereka yang berkebutuhan
5. Berdaya guna, kegiatan penanggulangan bencana khusus.
harus berdaya guna khususnya mengatasi kesulitan 3. Mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan
masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga masalah. Pengembangan pemikiran kritis dan
dan biaya yang berlebihan. pemecahan masalah dengan membentuk
6. Transparansi dan akuntabilitas, penanggulangan kepercayaan diri dalam mengungkapkan dilema dan
bencana dilakukan secara terbuka dan dapat tantangan membangun budaya aman dan
dipertanggungjawabkan. ketangguhan terhadap bencana.
7. Kemitraan, mengutamakan kerjasama antara 4. Multimetode yang memungkinkan siswa dan guru
individu, kelompok atau organisasi untuk mendapatkan pengetahuan dan memainkan peran
melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan dalam membentuk lingkungan belajar. Misalnya saja
bersama. membuat peta risiko bencana bersama. Selain diberi
8. Partisipatif, masyarakat terlibat aktif pada setiap penjelasan kebencanaan melalui bahasa dan media
proses pengambilan keputusan pembangunan dan yang dapat dipahami anak, permainan (games)
secara gotong royong menjalankan pembangunan. merupakan strategi yang tepat. Hal ini dapat
9. Non-diskriminatif, bahwa dalam penanggulangan membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan
bencana tidak memberi perlakukan berbeda terhadap menghindarkan anak dari rasa takut.
jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran 5. Peserta belajar ikut serta memutuskan bagaimana
kepercayaan. cara mereka belajar. Pendidikan PRB utamanya
melibatkan anak dalam perencanaan kesiapsiagaan
460 2: 455-461, 2020

keadaan darurat, lokakarya dan pelatihan untuk pencegahan, pendidikan tanggap darurat, pendidikan
keselamatan mereka sendiri. Tujuan khususnya rehabilitasi, pendidikan rekontruksi, pendidikan mitigasi,
mengalokasikan peran dan tanggung jawab pada dan pendidikan kesiapsiagaan. Dengan menggunakan
anak untuk memperkuat ketahanan mereka. Belajar paradigma integrasi dan interkoneksi, kurikulum
mengenai keadaan darurat adalah aspek penting pendidikan kebencanaan ini dilakukan melalui kegiatan
dalam kesiapsiagaan bencana. berikut:
6. Konsep disesuaikan dengan bahasa yang umum dan 1. Integrasi antara ketiga ranah pendidikan yaitu
disampaikan dalam budaya lokal setempat. pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan nilai
Terutama di Indonesia, yang kultur masyarakat dan (value). Dalam hal integrasi ini harus dimuat secara
kondisi geografisnya sangat beragam, mitigasi eksplisit pada kegiatan intrakurikuler mata pelajaran
bencana berbasis kearifan lokal (local wisdom) yang berkaitan dengan kebencanaan yaitu ilmu
sangat efektif. Ketangguhan masyarakat dalam pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan alam.
menghadapi bencana, diperoleh dari pemahaman 2. Insersi atau penyisipan pengetahuan (knowledge),
kearifan daerahnya. Kurikulum berbasis kearifan sikap (attitude), dan nilai (value). Penyisipan ini
lokal dapat menjelaskan hubungan manusia dengan dilakukan pada pelajaran yang sudah ada seperti
alam dan budayanya, toleran terhadap alamnya dan pendidikan agama, pendidikan Pancasila dan
memahami lingkungan tempat tinggalnya. Kearifan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, maupun
lokal mencakup pengetahuan misalnya mengenai pelajaran agama di madrasah seperti Al-Qur’an al-
ciri-ciri bencana, sistem peringatan dini, larangan Hadist dan Aqidah Akhlak.
kegiatan yang merusak alam dan keseimbangan 3. Penguatan pendidikan kebencanaan melalui kegiatan
ekosistem, yang dapat dibangun sedini mungkin dan ekstra kurikuler yang didukung oleh pelaksanaan
menjadi suatu budaya dalam masyarakat setempat perlombaan bertemakan kebencanaan pada jenjang
(Desfandi, 2014). pendidikan sekolah menengah pertama.

Implementasi Integrasi Interkoneksi dalam


Pendidikan Kebencanaan dan Nilai-Nilai Qur’ani KESIMPULAN
Pembelajaran integrasi sebagai sebuah konsep
merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan Sebagai negara yang akrab dengan bencana alam,
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman pendidikan berperan penting dalam pengurangan risiko
belajar yang bermakna (al-Nashr, 2015). Menurut bencana di Indonesia. Sekolah merupakan lembaga
Sukayati (2004), pembelajaran integrasi memiliki pendidikan formal yang dianggap efektif dalam
karakteristik sebagai berikut: mengubah pola pikir. Melalui pendidikan kebencanaan
1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. yang diintegasikan dengan nilai-nilai Qur’ani dapat
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan menanamkan sikap sadar, siaga, dan tanggap bencana
kebermaknaan. kepada siswa di sekolah menengah pertama. Dalam
3. Belajar melalui pengalaman langsung. pelaksanaan pendidikan kebencanaan ini dapat
4. Lebih memperhatikan proses dari pada hasil semata. dilakukan dengan integrasi, insersi, dan penguatan
5. Sarat dengan muatan keterkaitan. melalui kegiatan ekstra kurikuler dengan menekankan
pada pencegahan, tanggap darurat, rehabilitasi,
Pembelajaran integratif dan interkonektif sangat rekontruksi, mitigasi, dan kesiapsiagaan. Dalam
tepat untuk mengurangi risiko bencana. Integrasi ini implementasinya, integrasi dan interkoneksi ini tidak
diwujudkan bukan dalam bentuk mata pelajaran sendiri hanya dalam pengetahuan (knowledge) saja tetapi juga
tetapi diintegrasikan dengan mata pelajaran lain dengan dalam hal sikap (attitude), dan psikomotorik.
tema yang saling berkaitan. Dalam penyelenggaraan
pendidikan kebencanaan ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara: DAFTAR PUSTAKA
1. Mengintegrasikan materi kebencanaan ke dalam
bahan ajar. Abdullah, M. Amin, dkk. 2004. Integrasi Sains-Islam:
2. Mengintegrasikan materi kebencanaan ke dalam Mempertemukan Epistemologi Islam dan Sains.
mata pelajaran pokok dan muatan lokal. Yogyakarta: Pilar Religia.
3. Mengintegrasikan materi kebencanaan ke dalam Al-Nashr, M. Sofyan. 2015. Integrasi Pendidikan Siaga
kegiatan ekstrakurikuler wajib dan pilihan. Bencana dalam Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah. Magistra,
4. Mengintegrasikan materi kebencanaan ke dalam 6(2), 82-101.
program pengembangan diri. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2019. Data
5. Memadukan pendidikan kebencanaan ke dalam Informasi Bencana Indonesia 2019. Retrieved from
kebijakan sekolah. http://dibi.bnpb.go.id, diakses pada 27 Oktober 2019.
CFE-DMHA. 2015. Indonesia Disaster Management
Adapun materi kurikulum pendidikan kebencanaan Reference Handbook. Hawaii: Center for Excellence in
akan berisikan beberapa hal yaitu pendidikan Disaster Management and Humanitarian Assistance.
RAHMAT et al. – Integrasi dan Interkoneksi antara Pendidikan Kebencanaan … 461

Desfandi, Mirza. 2014. Urgensi Kurikulum Pendidikan Purwantoro, Suhadi. 2011. Kapan Pembelajaran Mitigasi
Kebencanaan Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia. Sosio Bencana akan Dilaksanakan?. Prosiding Semiloka
Didaktika, 1(2), 191-198. Nasional Urgensi Pendidikan Mitigasi Bencana Fakultas
Hamami, Tasman. 2006. Pemikiran Pendidikan Islam Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta,
[Ringkasan Disertasi]. Doktor Studi Islam Program 1-14.
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Rahma, Aldila. 2018. Implementasi Program Pengurangan
Yogyakarta. Risiko Bencana (PRB) Melalui Pendidikan Formal. Varia
Hidayat, Muslih. 2014. Pendekatan Integratif-Interkonektif: Pendidikan, 30 (1), 1-11.
Tinjauan Paradigmatik dan Implementatif dalam Setyowati, Dewi Liesnoor, Isti Hidayah, Juhadi, Tjaturahono,
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Ta’dib, 19 (2), Ananto Aji, Aryono Adhi, Arif Widiyatmoko & Satya
276-287. Budi Nugraha. 2015. Panduan Pengurangan Risiko
Israel, Brett. 2010. Indonesia’s Explosive Geology Explained. Bencana (PRB) Sekolah. Semarang: Swadaya Manunggal.
Retrieved from http://www.livescience.com/8823- Setyowati, Dewi Liesnoor dkk 2017. Community Efforts for
indonesia-explosive-geology-explained.html., diakses Adaptation and Anticipate to Flood Tide (Rob) in Bedono
pada 27 Oktober 2019. Village, District Sayung, Demak, Central Java, Indonesia.
Izadkhah & Hosseini, M. 2005. Toward Resilient Man In India, 97 (5), 241-252.
Communities in Developing Countries Through Education Setyowati, Dewi Liesnoor. 2016. Pendidikan Bencana Banjir
of Children for Disaster Preparedness. International (Kesiapan Masyarakat dalam Menghadapi Banjir di Kali
Journal of Emergency Management, 2 (3), 138-148. Beringin Indonesia dan Sungai Uthapao Thailand).
Karo, Dismiani Br. 2018. Pengaruh Pembelajaran dengan Semarang: Sanggar Krida Aditama.
Pendekatan Interkoneksi Matematika Al-Qur’an Terhadap Setyowati, Dewi Liesnoor. 2017. Pendidikan Kebencanaan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Islam An- (Bencana Banjir, Longsor, Gempa Bumi, dan Tsunami).
Nur Prima Medan [Skripsi]. Jurusan Pendidikan Semarang: Sanggar Krida Aditama.
Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Setyowati, Dewi Liesnoor. 2019. Pendidikan Kebencanaan.
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Maguire & Hagan. Disaster and Communities: Understanting Soetaryono. 1999. Aplikasi Pendidikan Lingkungan pada
Social Resilience. Australian Journal of Emergency Jenjang Sekolah Menengah. Lokakarya Penerapan Model
Management, 22 (2), 16-26. Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah Kerjasama
Mahalin, Uliya. 2015. Implementasi Pembelajaran Fisika Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan
dengan Pendekatan Integrasi Interkoneksi untuk Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bogor.
Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa di Sekolah Sukayati. 2004. Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar:
Berbasis Pesantren [Skripsi]. Program Studi Pendidikan Terapan dari Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta:
Fisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Program Pelatihan Profesi Guru.
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Supomo, Bambang & Nur Indriantoro. 2002. Metode
Munawir. 2016. Fenomena Bencana dalam Al-Qur’an: Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
Perspektif Pergeseran Teologi dari Teosentris ke Universitas Gadjahmada.
Antroposentris. Maghza, 1(2), 81-88.
Utomo, Masitha Hanum & Wenty Marina Minza. 2016.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Perilaku Menolong Relawan Spontan Bencana Alam.
Indonesia. Gadjah Mada Journal of Psychology, 2 (1), pp. 48-59.
Preston, John. 2012. What is Disaster Education?. Rotterdam:
Sense Publisher.
THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK

Anda mungkin juga menyukai