Anda di halaman 1dari 10

A.

Masalah Kesehatan : Gasteroenteritis


Gastroentritis merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan
peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah,
seperti lebih dari 3 kali/ hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/ hari. (A. Aziz
Hidayat, 2008).
Gastroentitis menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau
lebih yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). WHO (2005)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Dapat disimpulkan Gastroentritis merupakan inflamasi lambung dan usus
yang disebabkan oleh bakteri, usus, dan pathogen, yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/sehari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair).

B. Etiologi/Faktor Risiko
Faktor penyebab diare menurut Ngastiyah adalah:
1. Faktor Infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis pada anak. Infeksi internal meliputi:
2. Infeksi bakteri, seperti Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebadainya.
3. Infeksi Virus, yaitu Enterivirus(Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis,
Adeno-virus, Rotavirus, dan lain-lain.
4. Infeksi parasit: Cacing(Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa(Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Trichomonas hominis) dan
jamur (Candida albicans).
5. Infeksi parenteral
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti: otitis
media akut(OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya.
6. Faktor malabsorpsi
Malabsorpsi karbihidrat, misalnya disakarida(intoleransi glukosa, fruktosa, dan
galaktosa); malabsorpsi lemak dan malabsorpsi protein.
7. Faktor makanan, yaitu makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
8. Faktor psikologis, yaitu rasa takut dan cemas(jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar.
C. Patofisiologi
Gastroenteritis adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja.
Gastroeneteritis dapat terjadi akibat adanya zat yang tidak dapat diserap oleh tinja,
yang disebut diare osmotic, atau karena iritasi adalah infeksi virus atau bakteri
diusus hakus distal atau usus besar.
Gastroenteritis dapat ditularkan melalui rute rectal oral dari orang keorang
beberapa fasilitas keperawatan harian juga meningkatkan resiko diare. Transfort
akibat rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel mukosa
intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolt.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurunkan area permukaan intestinal.
Iritasi oleh usus suatu pathogen mempengaruhi lapisan mukosa usus,
sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mucus. Iritasi
oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan
motilitas. Peningkatan motilitas mengakibatkan banyak air dan elektrolit terbuang
karena waktu yang tersedia untuk penyerepan zat-zat tersebut dikolon berkurang.
Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik
dan kelainan elektrolit. Toksin colera yang ditularkan melalui bakteri kolera
adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan secara langsung
dapat menyebabkan sekresi air dan elektrolit kedalam usus besar sehingga unsure-
unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah yang besar.
Gangguan absorpsi caiarn dan elektrolit dapat menyebabkan peradangan
dan menurunkan kemampuan intestinal. Meningkatnya motilitas dan cepatnya
pengosongan pada intestinal merupakan ganguan dari absorpsi dan sekresi cairan
elektrolit yang berlebihan. Cairan sodium potassium dan karbonat berpindah dari
rongga ekstra seluler kadalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja
makin lama makin asam semakin akibat banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak absorpsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat
disebabkan Karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai Nampak yaitu berat badan turun,
turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar dan cekung(pada bayi), selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit Nampak kering.

D. Manifestasi Klinis
Tanda :

1. Haus
2. Lidah kering
3. Turgor kulit menurun
4. Suara serak
5. Nadi meningkat
6. Muka pucat
7. Mata cowong
Gejala

1. Keringat dingin
2. Mual, muntah
3. Demam
4. Nyeri perut kejang perut
5. Dehidrasi
E. Pathways

Intoleransi laktosa Faktor infeksi Makanan basi/bercun Malabsopsi

Peningkatan enzim asam Masuk kesaluran Masuk kesaluran Tekanan osmotic


Laktat pencernaan pencernaan usus
meningkat

Meningkatkan stimulus Bakteri mengeluarkan Makanan tidak Pergeseran air


dan elektrolit
Sekresi getah lambung toksin dapat diabsorpsi ke rongga
usus

Kadar asam lambung Sekresi cairan dan elektrolit Hyperperistaltik

Meningkat dalam rongga usus meningkat Isi


rongga
usus meningkat

Mengiritasi mukosa Kemampuan


absorpsi menurun

Lambung

Cairan dan elektrolit Gastroenteritis Feses bersifat asam Mengiritasi

Masuk kelumen usus rectal

Isi rongga usus Output meningkat Hospitalisasi Kurang

Meningkat dan absopsi menurun Informasi

Mual, muntah, dan Cemas

Nafsu makan menurun Dehidrasi Defisit

Prosedur invasi Pengetahuan

Perubahan nutrisi- Kekuranga volume-


Kurang dari kebutuhan cairan tubuh Kerusaka integritas
kulit
tubuh
Merangsang pusat pengaturan Port de entre mikro
Suhu dihipotalamus Organisme patogen
Hipertermi Resiko Infeksi

F. Masalah Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Kekurangan volume cairan
3. Hipertermi
4. Cemas
5. Defisit Pengetahuan
6. Kerusakan integritas kulit
7. Resiko Infeksi
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan psikologis :
keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma,suhu
tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat.
2. Pemeriksaan sistematik :
Inspeksi : mata cekung, membrane mukosa kering,berat badan menurun,anus
kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
Auskultasi : terdengarnya bising usus.(Hudack&Gallo,2007).
3. Pemeriksaan feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk
mengetahui kuman penyebab, tes retistensi terhadap berbagai natibiotik serta
untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
Karakteritis hasil pemeriksaan feses sebagai berikut:
a. Fases berwarna pekat/putih kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen
empedu(obstruksi empedu)
b. Fases berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat seperti Fe, diet
tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti bayam.
c. Fases berwarna pucat disebabkan karena malabsorbsi lemak, diet tinggi susu
dan produk susu
d. Fases berwarna orange atau hijau disebabkan karena infeksi usus. Feses cair
dan berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnya bakteri.
e. Fases seperti tepung berwarna putih disebabkan karena diare yang
penyebabnya virus. Fases sepeti ampas disebabkan karena penyebabnya
adalah parasit. Fases yang didalamnya terdapat unsur pus atau mucus,
disebabkan karena bakteri, darah jika terjadi peradangan pada usus, terdapat
lemak feses jika desebabkan karena malabsorpsi lemak dalam usus halus.
4. Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analis darah dan elektrolit(terutama Na, Ca, K dan P
serum pada diare yang disertai kejang), anemia(hipokronik kadang-kadang
nikrosiotik) dan dapat terjadi karena malnutrisi/malabsorpsi tekanan fungsi
sum-sum tulang (proses inpalmansi kronis) peningkatan sel-sel darah putih,
pemeriksaan kadar ureum creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
5. Pemeriksaan Elektrolit Tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium, Karbonat.
6. Doudenal intubation
Untuk mengetahui kuman secara kuantitatip dak kualitatif terutama pada
kronik.
H. Terapi
1. Lacto B
2. Zink
3. Ceftriaxone
4. Ranitidin
5. Ondansentron
I. Kebutuhan Cairan dan Kebutuhan Kalori
Langkah penanganan utama gastroenteritis adalah memperbanyak
konsumsi air putih dan makanan bernutrisi. Penderita dianjurkan untuk makan
dalam porsi yang lebih sedikit, namun sering. Agar gejala tidak makin memburuk,
hindari mengonsumsi susu, yogurt, kopi, alkohol, keju, serta makanan pedas,
berserat tinggi, atau tinggi lemak. Untuk membantu mengganti cairan tubuh yang
hilang, penderita dapat mengonsumsi oralit. Larutan ini mengandung elektrolit
dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Meskipun oralit dapat dibeli secara
bebas, pastikan selalu mengikuti petunjuk pemakaian atau tanyakan dahulu
kepada dokter.
Jika diperlukan, dokter dapat memberikan obat-obatan untuk meredakan
gejala yang disebabkan oleh gastroenteritis. Jenis obat yang diberikan adalah:
a. Antibiotik, seperti amoxicillin, jika gastroenteritis disebabkan oleh infeksi
bakteri.
b. Antijamur, seperti nystatin, untuk menangani gastroenteritis yang disebabkan
infeksi jamur.
c. Loperamide, untuk meredakan diare.
Penderita perlu menjalani perawatan di rumah sakit jika mengalami dehidrasi
yang cukup parah. Perawatan ini bertujuan untuk mengganti cairan tubuh dan
nutrisi yang hilang, melalui pemberian cairan infus.Berikan makanan dengan
tekstur halus dan mudah dicerna, seperti roti, kentang, atau pisang Jangan
memberikan anak Anda makanan atau minuman yang mengandung susu atau
tinggi gula, seperti es krim, soda, dan permen. Jangan memberikan anak Anda
obat diare yang dijual bebas tanpa resep, kecuali atas anjuran dokter. Pemberian
obat sakit perut anak jenis apa pun sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan dokter.
J. Penatalaksanaan
1. Medis
Menurut Supartini ( 2004 ) penatalaksanaan medis pada pasien gastroenteritis
meliputi:
a. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum :
1) Pemberian cairan pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang
di berikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3,
KCL dan glukosa untuk diare akut.
2) Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan
tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
3) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.

4) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.
5) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset
1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
b. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja
dengan tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa / karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras, dsb ).
1) Obat Anti sekresi Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30
mg. Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
2) Obat spasmolitik
umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora, opium
loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat
pengeras tinja seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
3) Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.
Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari.
Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis,
bronchitis / bronkopeneumonia.
2. Keperawatan
Diagnosa 1 : Diare
NOC : Eliminasi defekasi
Kriteria : Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan
Diare tidak ada
Darah dan lendir pada feses tidak ada
Nyeri kram tidak ada
Kembung tidak ada
NIC : Penatalaksanaan dieare
Aktivitas : Ajarkan pasien tentang penggunaan obat antidiare
yang tepat
Anjurkan pasien/angggota keluarga untuk mencatat warna,
volume, frekuensi, dan konsistensi feses

Ajarkan pasien tentang teknik menurunkan stress, dengan


cara yang tepat

Diagnosa 2 : Kekurangan volume cairan


NOC : Keseimbangan elektrolit dan asam-basa
Kriteria : Frekuensi nadi dan irama dalam rentang diharapkan
Frekuensi dan irama napas dalam rentang yang diharapkan
Kewaspadaan mental dan orientasi kognitif tidak ada
gangguan
Elektrolit serum (misalnya, natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium) dalam batas normal
Serum dan pH urine dalam batas normal

NIC : Manajemen cairan

Aktivitas : Pantau status hidrasi (misalnya, kelembapan membran

mukosa,

keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik)

Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan

keseimbangan cairan ( misalnya, kadar hematokrit, BUN,

albumin, protein total, osmolaritas serum, dan berat jenis


urine)

Timbang berat badan dan pantau kemajuannya

Hitung atau timbang popok

Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran


Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi
NOC : Status Nutrisi
Kriteria : Makanan oral
Pemberian makanan lewat selang
Nutrisi parenteral total
Asupan cairan oral atau IV
NIC : Manajemen nutrisi
Aktivitas : Anjurkan pasien untuk menggunakan gigi palsu atau
perawatan gigi, Berikan pasien minuman dan camilan
bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap dikonsumsi,
bila memungkinkan
Ajarkan pasien bagaimana cara mencatat makanan harian,
bila diperlukan

Diagnosa 4 : Integritas kulit


NOC : Menunjukkan perfusi jaringan
Kriteria : Peningkatan pengisian kembali kapiler
Nadi distal dan proksimal kuat dan simetris
Tingkat sensasi dan warna kulit normal
Suhu ekstremitas hangat
Nyeri local ekstremitas tidak terjadi
NIC : Surveilans kulit
Aktivitas : Pantau kulit dari adanya ruam dan lecet, warna dan
suhu
Kelembapan dan kekeringan yang berlebihan
Area kemerahan dan rusak

Anda mungkin juga menyukai