Anda di halaman 1dari 9

1.

HIV
HIV (Human Immunodefficiency Virus) adalah etiologi dari penyakit
HIV/AIDS. HIV ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah yang
terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu yang terinfeksi kepada
janinnya atau melalui laktasi. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima
fase yaitu (1) Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala; (2) Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu
dengan gejala flu like illness; (3) Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih
tahun dengan gejala tidk ada; (4) Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan
gejala demam, keringat malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati,
lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut; (5) AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5
tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis
berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologis.
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan. Seiring
pertambahan replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel limfosit CD 4+
akan terus menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV dan timbulnya gejala
klinis pada AIDS berkisar antara 5 – 10 tahun. Infeksi primer HIV dapat memicu
gejala infeksi akut yang spesifik, seperti demam, nyeri kepala, faringitis dan
nyeri tenggorokan, limfadenopati, dan ruam kulit. Fase akut tersebut dilanjutkan
dengan periode laten yang asimtomatis, tetapi pada fase inilah terjadi penurunan
jumlah sel limfosit CD 4+ selama bertahun – tahun hingga terjadi manifestasi
klinis AIDS akibat defisiensi imun (berupa infeksi oportunistik).
2. Aspek Biopsikososial

Dalam menangani kasus AIDS ini diperlukan pendekatan


biopsikososiosal artinya melihat pasien dari segi organobiologik,
psikologik/kejiwaan, psiko-sosial tetapi juga aspek spritual/kerohanian. Pasien
tidaklah dipandang sebagai individu seorang diri, melainkan seseorang anggota
dari sebuah keluarga, masyarakat dan lingkungan sosialnya.
3. Home Visit
a. Tahapan/ tatacara
1) Untuk Mengumpulkan Data tentang Pasien
a) Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
b) Mengatur jadwal kunjungan
c) Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan
d) Melakukan pengumpulan data
e) Melakukan pencatatan data
f) Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan kesehatan
2) Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Dokter
Keluarga
a) Mempersiapkan jadwal kunjungan
b) Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun kepada pasien
c) Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran
d) Mengisi rekam medis keluarga
3) Menyusun rencana tidak lanjut Untuk Memberikan Pertolongan
Kedokteran Atas Inisiatif Pasien Atau Pihak Keluarga
a) Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien
b) Mempersiapkan keperluan kunjungan.
c) Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran.
d) Mengisi rekam medis keluarga.
e) Menyusun rencana tindak lanjut
b. Dasar
Dokter keluarga dalam pelayanannya memiliki 9 prinsip antara lain:
1) Komprehensif dan holistik
2) Kontinu
3) Mengutamakan pencegahan
4) Koordinatif dan kolaboratif
5) Personal sebagai bagian integral dari keluarganya
6) Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
7) Menjunjung tinggi etika, moral, dan hukum
8) Sadar biaya dan sadar mutu
9) Dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan
4. Bentuk Layanan Dokter Keluarga
a. Hospital based  Pelayanan Dokter Keluarga sebagian bagian dari
pelayanan Rumah Sakit (Hospital Based) pada bentuk ini pelayanan
dokter keluarga diselenggarakan di rumah sakit.
b. Family clinic  Pelayanan Dokter Keluarga dilaksanakan oleh Klinik
Dokter Keluarga (Family Clinic). Praktek mandiri (solo practice) dan
bersama –sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua bentuk
klinik dokter keluaga tersebut yang paling dianjurkan adalah klinik
dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya
merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.
c. Family practice  Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui
praktek dokter keluarga (Family Practice).

Klasifikasi praktek kedokteran keluarga  Jenis Klinik Berdasarkan


Pelayananya Dalam Permenkes No 028 Tentang Klinik Dibagi Atas

 Klinik Pratama  merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan


medik dasar.
 Klinik Utama  merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan
medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.

Sedangkan klasifikasi klinik dokter keluarga yaitu :

 Klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic)


 Sepakat bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluarkan kompleks
rumah sakit (satelite family clinic)
5. Prinsip, konsep, manajemen praktik dokter keluarga
a. Prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga
Prinsip – prinsip pelayanan dokter eluarga di indonesia mengikuti anjuran
WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip – prinsip ini dalam banyak
terbitannya, yaitu:
1) Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2) Pelayanan yang kontinu
3) Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4) Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5) Penangan personal bagi setiap pasien sebagia bagian integral dari
keluarganya
6) Pelayanan yang mempertimbangkan keluara, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat itnggalnya
7) Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
8) Pelayanan yang dapat diaudut dan dapat dipertanggungjawabkan
9) Pelayanan yang sadar baya dan sadar mutu
b. Konsep Pelayanan Kedokteran Keluarga
Cabang ilmu kedokteran yang diterapkan pada pelayanan dokter keluarga
disebut dengan nama ilmu kedokteran keluarga. Batasan ilmu kedokteran
keluarga di antaranya adalah:
1) Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum
ilmu kedokteran yang orientasnya adalah untuk memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh
kepada satu kesatuan individu, keluarga, dan masyarakat dengan
memperhatikan faktor – faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya
2) Imu kedokteran keluarga menunjuk pada body of knowledge dari
pelayanan dokter keluarga yang merupakan disiplin baru dari ilmu
kedokteran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
khalayak secara lebih responsif dan bertanggung jawab
3) Ilmu kedokteran keluarga adalah salah satu cabang ilmu keodkteran
yang ditandai dengan terdapatnya suatu kelompok pengetahuan
kedokteran yang bersifat khusus
4) Ilmu kedokteran keluarga adalah body of knowledege tentang fenomena
yang dihadapi serta teknik yang dipergunakan oleb para dokter yang
menyelenggarakan perawatan kesehatan perseorangan pada tingkat
pertama dan berkelanjutan
5) Ilmu kedokteran keluarga adalah sebuah pendekatan multidispliner yang
terpadu menuju perawatan kesehatan yang menyeluruh dari unit
keluarga
c. Standar Manajemen klinik
Pelayanan dk dilaksankan pada suatu tempat pelayanan yang disebut dengan
klinik dengan manajemen yang profesional
1) Pembagian kerja: semua personel mengerti dengan jelas pembagian
kerjanya masing masing
2) Program pelatihan: dilakukan pada pekerja yang baru
3) Program kesehatan dan keselamatan kerja: semua prosenil kerja
memahami dan mengikuti K3/ keselamatan dalam kerja pada pusat
pelayanan
4) Pembahasan administrasi klinik

Standar fasilitas praktik

1) Fasilitas pelayanan dk sesuai dengan peraturan dalam berpraktik


2) Kerahasiaan dan privasi
3) Bagunan: bagunan permanen atau semipermanen yang manan dan
terjangkau oleh berbagai kondisi pasien
4) Alat komunikasi
5) Papan nama
6) Standar pengelolaan praktik
 Pengelolaan rekam medik
 Pengelolaan rantai dingin untuk kualitas vaksin
 Pengelolaan dan pecegahan infeksi
 Pengelolaan limbah
 Pengelolaan air bersih
 Pengelolaan obat
6. Sistem rujukan dokter keluarga
Pembagian wewenang dan tanggung jawab antara dokter keluarga dan dokter
konsultan banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas 4 macam,
yakni:
a. Interval referral
Dokter keluarga menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu
tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter keluarga tidak ikut
menanganinya.
b. Collateral referral
Dokter keluarga menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja. Misalnya
penanganan chronic glaucoma yang dilimpahkan kepada dokter spesialis
mata.
c. Cross referral (rujukan silang)
Dokter keluarga menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
d. Split referral (rujukan terpecah)
Dokter keluarga, sesuai dengan masalah kesehatan yang ditangani,
menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab tersebut, dokter keluarga tidak
ikut campur.

Rujukan medik dapat dilakukan terhadap :


a. Penderita
Penderita dikirim oleh perujuk kepada konsultan, atau apabila penderita
tidak dapat dikirim maka perujuk meminta kesediaan konsultan untuk
bersama-sama memeriksanya.
b. Bahan pemeriksaan
Dapat berupa jaringan tubuh (hasil insisi, ekstirpasi, biopsi, maupun reseksi),
darah, serum, tinja, air seni, secret, serta cairan tubuh yang lain.

Rujukan medik dapat berupa pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap yang


dapat dilaksanakan secara lisan maupun tertulis.
a. Rujukan medik lisan
Dokter perujuk dan konsultan melakukan pemeriksaan bersama Dokter
perujuk memberi keterangan selengkapnya serta mengemukakan apa yang
akan diinginkannya (kesulitan / masalah) Kemudian keduanya
mendiskusikan hasil pemeriksaan di tempat tersendiri Bila ada perselisihan
pendapat, jangan sampai menggoncangkan kepercayaan penderita terhadap
dokter perujuk
b. Rujukan medik tertulis
Rujukan ditulis dalam amplop tertutup diajukan oleh dokter perujuk kepada
konsultan disertai keterangan yang cukup. Dalam hal rujukan penderita,
maka konsultan mengirim kembali penderita tersebut disertai pendapat dan
anjuran tertulis pula. Bila dikehendaki oleh dokter perujuk, konsultan dapat
melakukan pengelolaan atau pengobatan penderita sampai sembuh.
Konsultan tidak dibenarkan memberitahukan kepada penderita secara
langsung maupun tidak langsung tentang kekeliruan yang mungkin dibuat
oleh dokter perujuk terhadap penderita. Pendapat dan anjuran
Arah rujukan medik yang benar
a. Dari dokter umum kepada dokter spesialis
Permasalahan yang dihadapi oleh dokter umum diharapkan untuk dapat
dipecahkan oleh dokter spesialis sesuai dengan bidangnya.

b. Dari dokter spesialis tertentu kepada dokter spesialis lain


Selain untuk keperluan diagnostik, rujukan demikian biasanya bertujuan
untuk memperoleh konfirmasi tentang kemungkinan adanya komplikasi-
komplikasi yang dapat terjadi dalam ruang lingkup bidang keahlian di luar
spesialisasi dokter perujuk.
c. Dari dokter spesialis kepada dokter umum (di daerah tempat tinggal
penderita)
Rujukan medik ini paling jarang terjadi, biasanya dilakukan oleh dokter
spesialis atas permintan penderita dengan pertimbangan kesulitan
transportasi karena tempat tinggal penderita sangat jauh dari dokter spesialis
tersebut. Tentunya tidak semua tindakan dapat dirujuk ke bawah
mengingatmfasilitas, kemampuan, dan kewenangan yang ada pada dokter
umum tersebut.
Daftar Pustaka
1. Veronica. Infeksi human immunodeficiency virus dan acquired
immunodeficiency syndrome. Denpasar. 20161:1–42
2. Kemenkes RI. Jaminan kesehatan Nasional; 2019
3. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014
4. Azwar, Azrul et.al. Dokter Keluarga, Kelompok Studi Dokter Keluarga. 1983.
5. Arista Eka Prasetyawati. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Surakarta: FK
Universitas Sebelas Maret
6. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: WHO
Indonesia; 2009

Anda mungkin juga menyukai