Disusun oleh :
Kelompok 7
No Nama Lengkap NPM/NIM Jurusan/Universitas
1 JULIUS JUNUS SIANTURI C1A019059 Akutansi Pembagunan
2 GRENSI PRANSINA SITUMORANG D1A019039 IKS
3 MARIA HERLIANA ESA KRISTIANI F01019028 D3 Farmasi
4 IGNATIUS DEOVANNY SINAGA E1J019041 Agroteknologi
5 KATARINA CINDY PROZEILA C1C019176 Akutansi
6 IMELDA GORETI GULTOM ED019037 Agribisnis
7 LISFIA BR LUMBAN BATU B1A019060 Hukum
8 SINTIARA MARITO SILAEN A1C019026
9 DESTISA SIANTURI F1A019042 Matematika MIPA
10 JOIHARPIN SEBAYANG F1B016014 Kimia
DOSEN MATAKULIAH : EDI SUSANTO,SS
ASISTEN MATAKULIAH: RICCOT FABIAUNUS MALAU
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aborsi”. Makalah ini
diajukan guna untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Agama Katolik.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aborsi”. Makalah ini
diajukan guna untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Agama Katolik.
2
Penulismengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu
sehingga makalah ini selesai pada waktunya.Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Bengkulu, 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................. 2
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan............................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Macam – macam aborsi................................................................................... 8
B. Faktor – faktor penyebab terjadinya aborsi................................................... 9
C. Efek aborsi………………………………………………………………… 11
D. Risiko Aborsi……………………………………………………………… 11
E. Pandangan Gereja Katolik terhadap aborsi.................................................... 12
F. Kasus – kasus khusus aborsi............................................................................ 17
E. Cara mencegah aborsi…………………………………………………….. 18
BAB I
PENDAHULUAN
4
A. Latar Belakang
Aborsi berasal dari bahasa Latin “Aborsio” yang berarti pengeluaran hasil
konsepsi sebelum waktunya sehingga janin meninggal.Konsepsi adalah pertemuan
antara sel sperma dan sel telur .Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari
uterus baik secara spontan atau disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu. Jumlah
minggu kehamilan yang spesifik dapat bervariasi antar Negara, begantung pada
perundangan setempat.
B. RUMUSAN MASALAH
5
1. Apa saja macam macam aborsi?
C. TUJUAN PENULISAN
1. SINTIARA MARITO SILAEN ( A1C019026)
a. Untuk mengetahui definisi aborsi
2. LISFIA BR LUMBAN BATU ( B1A019060)
b. Untuk mengetahui macam-macam aborsi
3. JULIUS JUNUS SIANTURI ( C1A019059)
c. Untuk mengetahui efek dari aborsi
4. KATARINA CINDY PROZEILA APRIZA ( C1C019176)
d. Untuk mengetahui resiko aborsi
5. DESTI SIANTURI ( F1A019042)
e. Untuk mengetahui kitab kanonik terhadap aborsi
6. IMELDA GORETI GULTOM ( E1D019037)
f. Kongregasi Ajaran Iman: Pernyataan tentang Aborsi
7. IGNATIUS DEOVANNY SINAGA ( E1J019041)
f. Untuk mengetahui pandangan gereja katolik terhadap aborsi
8. JOIHARPIN SEBAYANG (F1B016014)
g. Untuk mengetahui kasus-kasus aborsi
6
i. Untuk mengetahui faktor penyebab melakukan Aborsi ?
BAB II
7
PEMBAHASAN
3. Aborsi Eugenik
8
Aborsi eugenik adalah pembunuhan yang dilakukan terhadap janin yang
cacat atau jenis kelamin janinnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Aborsi
jenis ini pun masuk dalam kategori kasus khusus.Tetapi kalau aborsi karena bayi
tidak sesuai dengan keinginan ditolak oleh Gereja.Gereja hanya menerima kalau
bayi dalam kandungan cacat tetapi dengan catatan perhitungan medis menunjukkan
masalah itu.
4. Keguguran (Miscariage)
Keguguran adalah aborsi yang terjadi secara alami (terjadi tanpa campur
tangan manusia).Aborsi ini tidak bertentangan dengan ajaran Gereja karena
terjadinya secara alami tanpa campur tangan manusia.Manusia hanya menerimanya
dengan pasrah.
Aborsi yang dilakukan biasanya karena suatu alasan tertentu yang kadang
mendesak dan harus dilakukan.Tetapi ada juga yang melakukan aborsi karena faktor-
faktor yang tidak masuk akal. Di bawah ini diketengahkan faktor-faktor penyebab
seorang ibu melakukan aborsi :
1. Ekonomi.
Faktor ekonomi terkadang memicu terjadinya aborsi. Kesejahteraan anak
dan pendidikan yang layak menimbulkan pikiran lebih baik ia tidak lahir daripada
lahir dan menderita seumur hidup. Pikiran di atas tidak dibenarkan oleh Gereja,
karena aborsi secara sengaja merupakan penghancuran manusia yang tak bersalah
dan tindakan semena-mena.
2. Banyaknya Anak
Banyaknya anak juga menjadi pemicu terjadinya aborsi.Aborsi dilakukan
karena kurangnya ekonomi atau tidak mampu mendidiknya nanti.Melihat masalah
ini, Gereja dengan berpedoman pada Kitab Suci mengatakan bahwa kehidupan
9
perkawinan adalah sesuatu yang suci karena daya cipta Allah langsung berkarya di
dalamnya.Dengan demikian, mengadakan kehidupan baru adalah perbuatan yang
kudus.Mencampuri bidang itu apalagi merintanginya adalah melawan kekudusan
tersebut.Mengenai jumlah anak haruslah ditentukan bersama oleh suami dan istri
berdasarkan suara hatinya.Tetapi suara hati harus tetap berpedoman pada kehendak
Allah yang disampaikan oleh kewenangan Gereja.Suami-istri melukiskan persatuan
Kristus dengan Gereja-Nya yang penuh cinta kasih dengan membuahkan kehidupan
baru.
3. Paksaan
Aborsi selain dilakukan oleh ibu sering kali oleh orang lain. Yang pertama
bersalah ialah ayahnya, jika secara eksplisit mendesak istrinya untuk melakukan
aborsi.Tidak hanya ayahnya tetapi terkadang dari lingkungan keluarga atau lebih
luas lagi dari teman-temannya.Paksaan-paksaan tersebut terkadang membuat
seorang ibu tertekan sehingga terpaksa menyetujui aborsi. Atau seorang ibu ditekan
secara langsung sehingga mau tidak mau ia harus melakukan aborsi. Di sini
tanggung jawab moral terletak pada mereka yang langsung atau tidak langsung
memaksanya untuk melakukan aborsi.
4. Keselamatan Ibu
Kasus yang paling dramatis ialah terjadinya konflik frontal antara nyawa ibu
dan bayinya.Apabila secara objektif dalam perhitungan medis menunjukkan bahwa
kalau melanjutkan kehamilan bisa mematikan baik ibu maupun
bayinya.Menghadapi kasus seperti ini Gereja melalui para moralis Katolik
umumnya menyetujui kasus tersebut dengan prinsip satu di antara mereka harus
diselamatkan.Tetapi di sini bukanlah masalah lebih memilih ibunya daripada
bayinya, atau lebih memilih bayinya daripada ibunya melainkan sebuah pilihan di
antara hidup yang dapat diselamatkan dan hidup yang tidak dapat diselamatkan.
5. Kesehatan Ibu (Aborsi Terapeutik)
Aborsi jenis ini dilakukan untuk mengobati penyakit ibunya. Misalnya,
ibunya mengandung tetapi ia mengidap penyakit jantung. Kalau kehamilannya
diteruskan sampai dengan kelahirannya akan sangat berbahaya bagi ibunya. Maka,
keputusan yang diambil ialah aborsi.Memang, sering dikatakan bahwa aborsi jenis
10
ini adalah terapeutik tetapi sebenarnya tidak tepat istilah itu, karena tidak dibuat
dalam rangka penyembuhan penyakit. Dengan kata lain, aborsi dilakukan tetapi
penyakit jantungnya tidak tersembuhkan.
B. EFEK ABORSI
Pada kasus aborsi terdapat efek dari aborsi. Efek aborsi di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Efek Jangka Pendek
Rasa sakit yang intens
Terjadi kebocoran uterus
Pendarahan yang banyak
Infeksi
Bagian bayi yang tertinggal di dalam
Shock/Koma
Merusak organ tubuh lain
Kematian
D. RESIKO ABORSI
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan
maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa
seseorang yang melakukan aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh
pulang “. Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko
kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis. Risiko kesehatan
dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan
aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah ;
Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya.
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
11
Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
Kanker hati (Liver Cancer).
Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
1. Kitab Suci
Kitab Suci perjanjian Lama dengan keras melarang orang melakukan
pembunuhan “Jangan membunuh” (Kel. 20:13; Ul. 5:17). Ini berarti kehidupan
sangat dihormati dan perlu dijaga agar tidak mengalami kematian, baik secara
alami maupun campur tangan pihak lain. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama tidak
disebutkan secara langsung kata “aborsi”. Kita hanya melihat teks-teks Kitab suci
yang sering digunakan sebagai dasar argumen bila berbicara soal aborsi.
Semua orang setuju bahwa membunuh itu tidak baik dan tidak boleh.Tetapi
persoalan yang muncul ialah bagaimana dengan aborsi?Gereja Katolik melihat
bahwa aborsi adalah perbuatan terkutuk, sebab janin adalah manusia.Aborsi selalu
digolongkan sebagai suatu aksi yang terkutuk sehingga pembunuhannya masuk
klasifikasi pembunuhan manusia.Apalagi pembunuhan itu dilakukan secara
sengaja dengan berbagai motif misalnya ekonomi, dll.
Jadi, pembunuhan janin adalah pembunuhan manusia yang adalah Gambar
Allah sendiri.Dalam rahim ibu Allah berdiam. Ini sesuai dengan apa yang tertulis
dalam Kitab Suci, “Sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya
sendiri” (Kej. 9:6b). Maka, barang siapa melakukan tindakan yang merugikan
12
orang lain terutama aborsi adalah melawan hukum Allah dan dari padanya akan
dituntut nyawa juga. Hidup manusia itu keramat dan tidak dapat diganggu
gugat.Hanya Dia yang boleh mengambil.
Dalam kitab Suci Perjanjian Baru sebagai dasar kehidupan umat Kristiani
atau disebut Injil Kehidupan merupakan inti amanat Yesus.Kelahiran Yesus
merupakan kabar gembira.Kabar gembira ini adalah dasar untuk pemenuhan
kegembiraan pada tiap anak yang lahir di dunia.
Mengenai penyesatan terhadap anak kecil, Yesus memberi hukuman yang
sangat berat dan Dia tidak membicarakan hal yang sama bagi yang menyesatkan
orang dewasa. Mengapa demikian?Karena orang dewasa mempunyai kemampuan
untuk membela diri.Oleh karena itu, membunuhan orang yang paling lemah adalah
berlawanan dengan sikap dan kehendak Allah yang ingin melindungi orang yang
lemah tak berdaya.
Warta Injil diterima oleh Gereja penuh kasih dan harus diwartakan dengan
kesetiaan penuh keberanian sebagai warta kebaikan kepada umat manusia pada
tiap zaman dan pada tiap kebudayaan. Warta itu adalah amanat dari Yesus bahwa
manusia mempunyai nilai pribadi yang tiada bandingnya. Hidup manusia itu
keramat karena sejak awal mulanya melibatkan ”tindakan kreativitas Allah” dan
untuk selamanya tetap ada dalam naungan Sang Pencipta, satu-satunya tujuannya.
Hanya Dialah awal dan akhir tujuan hidup.
13
3. Kitab Hukum Kanonik 1983
“Barang siapa melakukan pengguguran kandungan dan berhasil, terkena
ekskomunikasiyang bersifat otomatis” (Kan. 1398).Artinya, hukuman otomatis
menimpa siapa saja yang bersalah karena aborsi.Ekskomunikasi juga kena pada
semua pihak yang terlibat dalam kasus tersebut.Dengan sanksi ini Gereja mau
menjelaskan bahwa aborsi adalah salah satu dari kejahatan yang terberat dan
paling berbahaya.Sedangkan ekskomunikasi bertujuan menyadarkan orang agar
mengerti betapa berat dosa tertentu dan dengan demikian mendukung penyesalan
dan tobat yang sesuai.
Pandangan kitab hukum kanonik tentang aborsi juga tetap berdasar pada
Kitab Suci, walaupun Kitab Suci tidak secara eksplisit berbicara tentang aborsi dan
tidak mematok larangan langsung dan spesifik.Kitab Suci berangkat dari perintah
Allah, “Jangan membunuh” sebab manusia sejak dari rahim ibunya milik Allah
(bdk. Yer 1:5). Manusia sejak awalnya adalah sakral.Kitab hukum kanonik melihat
bahwa perintah ini merupakan perintah Allah, “Jangan membunuh”, diterapkan
pada kehidupan yang belum lahir (janin). Maka, perbuatan aborsi akan terkena
sanksi yuridis, ekskomunikasi yang bersifat otomatis.
4. Kongregasi Ajaran Iman: Pernyataan tentang Aborsi
Masalah aborsi hampir di mana-mana menjadi bahan diskusi alot.Melihat
masalah ini kongregasi suci ajaran iman terdorong untuk mengeluarkan pernyataan
tentang aborsi.Kongregasi ini menyadari bahwa tugas Gereja adalah melindungi
manusia terhadap segala aspek yang dapat merusak atau melecehkannya dan
memajukan iman dan moral di seluruh Gereja.Maka, mengenai masalah aborsi
Gereja tidak tinggal diam.
Kongregasi ajaran iman dalam berbicara mengenai aborsi merujuk pada
Kitab Suci. “Allah tidak menciptakan kematian dan tidak bergembira atas
kebinasaan apa yang hidup” (Keb. 1: 13). “Allah bukanlah Allah orang mati,
melainkan Allah orang hidup” (Mat. 22:32).Perikop di atas menjelaskan bahwa
Allah telah menciptakan manusia dan yang dikehendaki-Nya adalah kehidupan.Ia
14
menciptakan manusia menurut gambar-Nya agar manusia menjadi mahkota
dunia.Maka, aborsi adalah melawan kehendak Allah.
Hormat terhadap hidup manusia adalah suatu kewajiban karena manusia
bebas.Ia bebas menentukan nasibnya dan berkuasa atas dirinya. Manusia
diciptakan oleh Allah dan dalam Allah ia menemukan pemenuhannya. Ketika
manusia dinyatakan sebagai persona, ia sudah bebas. Ia sudah menjadi orang lain
bagi ibu dan ayahnya.
5. Ensiklik
Para pemimpin Gereja tidak berdiam diri melihat kasus aborsi yang dilakukan oleh
keluarga-keluarga kristiani.Mereka sebagai pemimpin tertinggi Gereja dan
pengajar ajaran moral yang benar sangat prihatin atas masalah aborsi. Aborsi
menjadi masalah yang cukup serius yang harus dibahas tuntas karena aborsi
menyangkut pembunuhan dan ini melawan ajaran Gereja yang tertuang dalam
Kitab Suci..
a) Paus Pius XI: Casti Connubi
Dalam ensikliknya yang promulgasikan pada tanggal 31 Desember 1930,
beliau menuliskan bahwa keluarga-keluarga katolik yang menolak keturunan
dengan berbagai alasan sebenarnya hanya ingin mencari kesenangan
sendiri.Pada dasarnya perkawinan menurut kodratnya terarah pada kelahiran
anak.Maka tindakan membunuh anak adalah suatu perbuatan yang jahat dan
suatu kesalahan berat.Beliau menjelaskan bahwa tindakan aborsi adalah
perbuatan melawan kodrat dengan mengutip Kitab Suci (Kej. 38: 8-
10).Perikop di atas menjelaskan bahwa Tuhan membunuh orang yang tidak
ingin mempunyai keturunan.
Ia juga menegaskan bahwa Gereja mengutuk semua bentuk aborsi
langsung, juga yang disebut aborsi langsung dengan medis dan terapeutik. Ia
berbicara mengenai aborsi dalam konteks keluarga. Ia mengatakan bahwa
Aborsi adalah kejahatan yang sangat berat karena dialamatkan kepada hidup
anak yang masih ada di dalam kandungan.
b) Paus Paulus VI: Humanae vitae
15
Dalam ensikliknya yang promulgasikan pada tanggal 25 Juli 1968 beliau
menghimbau keluarga-keluarga agar tetap menghormati hasil prokreasi
seturut kehendak Allah. Penghentikan proses generatif, terutama pengguguran
yang disengaja harus ditolak. Aborsi tidak boleh dipergunakan sebagai alat
untuk mengkontrol kelahiran.Tugas melanjutkan keturunan merupakan tugas
yang paling berat namun juga merupakan sumber kegembiraan besar seperti
yang dialami oleh Elisabet yang di sebut mandul.Ia bersyukur dan memuji
Tuhan ketika mengetahui bahwa ia hamil pada masa tuanya. Kegembiraan ini
tentunya ada karena ada kerinduan sebelumya.
c) Paus Yohanes Paulus II: Evangelium Vitae
Dalam ensikliknya yang promulgasikan pada tanggal 25 Maret 1995, ia
menjelaskan bahwa perbuatan yang paling jahat adalah aborsi karena
melanggar kehidupan. Ia menjelaskan bahwa segala kejahatan yang dapat
dilaksanakan manusia melawan kehidupan terutama aborsi. Tetapi dewasa ini
banyak orang mulai meredupkan penilaian beratnya kejahatan itu.Kesadaran
moral mulai menipis sehingga banyak orang tidak mampu membedakan
antara baik dan buruk.Hak asasi atas manusiapun mulai
dipertaruhkan.Mengingat keadaan yang serius ini maka, diperlukan
keberanian untuk menetapkan kebenaran sehingga keluarga-keluarga Katolik
tidak jatuh pada sikap kompromis dengan memakai sebutan sebenarnya.
Menangani masalah ini Paus mengutip teguran Nabi Yesaya: “Celakalah
mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang
mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan” (Yes.
5:20).
Ia menegaskan bahwa aborsi pada dasarnya adalah pematian manusia
dalam tahap awal hidupnya antara saat pembuahan sampai kelahiran.
Pematian dengan cara ini mendapat hukuman yang berat dan perbuatan tidak
adil karena yang dibunuh di sini adalah pribadi yag lemah, tak dapat membela
diri. Maka, aborsi adalah pembunuhan yang amat durhaka.Walau demikian,
masih ada kasus-kasus khusus yang diperhatikan oleh Gereja.Misalnya,
16
Aborsi demi keselamatan seorang ibu. Untuk kasus-kasus khusus akan
dibahas dalam poin berikutnya.
Ia juga menjelaskan masalah kapan mulai ada kehidupan karena ada
beberapa pihak mencoba membenarkan aborsi dengan mengatakan bahwa
hasil pembuahan, sekurang-kurangnya sampai hari tertentu belum dipandang
sebagai pribadi. Mengenai masa, ia menegaskan bahwa sesungguhnya dengan
pembuahan sel telur mulailah suatu kehidupan baru, yang bukan hidup ayah
dan bukan hidup ibu, melainkan makhluk baru yang mempunyai kebebasan
untuk tumbuh sendiri dengan sifat-sifat khas tertentu. Oleh karena itu, sejak
saat adanya harus diberi penghormatan mutlak dan diakui.Ia sudah
mempunyai hak asasi manusia dalam keseluruhan dan kesatuan jasmani dan
kejiwaannya.Dengan demikian hak atas hidup adalah mutlak tanpa diganggu
gugat.
Dalam bagian ini kita akan berbicara tentang kasus-kasus khusus aborsi. Kasus-
kasus ini pantas dibicarakan secara tersendiri sebab perlu beberapa klarifikasi yang
sering kali membingungkan.
17
2. Konflik Frontal Antara Nyawa Ibu dan Bayinya
Kasus yang paling dramatis adalah kasus di mana terjadi konflik frontal
antara nyawa ibu dan bayinya.Apabila secara obyektif dalam perhitungan medis
dinyatakan bahwa terjadi suatu keadaan di mana melanjutkan kehamilan bisa
mematikan baik ibu maupun bayinya. Menghadapi keadaan seperti di atas yang
perlu dipilih adalah apa yang paling mungkin diselamatkan. Kalau yang paling
mungkin diselamatkan adalah ibunya maka ibunya harus diselamatkan; bila bayinya
yang paling mungkin maka dia yang diselamatkan.Daripada kedua-duanya mati,
maka lebih baik memilih satu di antaranya.
Tetapi ini bukan berarti bahwa hidup ibunya lebih berarti daripada bayinya,
melainkan kita berhadapan dengan situasi di mana hanya ada dua pilihan:
membiarkan keduanya mati atau menyelamatkan nyawa ibunya. Maka, pilihan
menyelamatkan ibunya adalah pilihan yang paling baik.Melihat kasus seperti itu,
moralis katolik seperti Bernard Haring mengatakan bahwa, “Di sini bukanlah
masalah lebih memilih ibunya daripada bayinya atau lebih memilih bayinya
daripada ibunya, tetapi sebuah pilihan di antara hidup yang dapat diselamatkan dan
hidup yang tidak dapat diselamatkan”.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gereja Katolik sangat kuat mempertahankan pandangannya bahwa aborsi harus
dilarang karena berkaitan dengan hak asasi manusia. Manusia mempunyai hak asasi
manusia karena ia adalah manusia ciptaan Allah. Ia diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah. Hak asasi itu datang dari kodratnya sebagai manusia dan menyatu lekat
dengan martabatnya sebagai manusia. Hak itu tidak dapat diberi atau diambil oleh
orang lain atau institusi lain, melainkan melekat dengan dirinya sebagai manusia. Sejak
manusia ada hak itu melekat padanya dan akan hilang bersama perginya manusia dari
dunia ini (meninggal). Bagi seorang manusia, hidup adalah nilai fundamental untuk
dapat merealisasikan nilai-nilai lainnya.Maka, hak untuk hidup menjadi syarat utama
dan mendasar ketika berbicara mengenai hak asasi manusia.
Manusia diciptakan menurut gambar Allah.Dalam Kitab suci dikisahkan bahwa
Allah melarang melakukan pembunuhan terhadap sesama. Berdasarkan kenyataan di
atas Gereja menganjurkan agar pewartaan akan luhurnya pribadi manusia harus terus
diwartakan karena manusia adalah luhur.
Pendidikan seksualitas sangat penting sebagai strategi mengatasi aborsi.
Pendidikan ini bertujuan agar orang menghargai martabat seksualitas manusia seperti
yang dimaksudkan oleh sang Pencipta. Keluarga-keluarga harus dapat mengerti bahwa
janin yang telah ada sejak konsepsi pertama adalah manusia yang secitra dengan
Allah.Ia berasal dari Allah seperti yang diceritakan dalam Kejadian 1:26-27.
Kalau sampai seksualitas menjadi sumber dosa, maka di sini jelas terjadi
penyimpangan dari rencana Allah. Dan perlu juga mereka mengetahui bahwa
seksualitas adalah anugerah dari Allah, sehingga dalam mempergunakannya harus
bekerja sama dengan Allah dalam menciptakan manusia baru secara bertanggung
jawab dan bermartabat. Ini dapat kita lihat dalam Kitab Kejadian
1:28 “Beranakcuculah dan bertambah banyak”. Perintah ini tentu dialamatkan kepada
manusia (pria dan wanita) secara utuh.
19
Gereja menganjurkan bahwa harus ada suatu tindakan konkret untuk menolong
orang-orang yang berada dalam kesulitan terutama aborsi dengan cara yang
bermartabat. Membantu dengan cara menunjukkan alternatif-alternatif yang ada selain
pengguguran, misalnya, penyuluhan kepada masyarakat, mencari lapangan pekerjaan
atau mencari orang tua asuh bagi bayi-bayi yang orang tuanya tidak mau
memeliharanya. Semua itu dilakukan agar warta Injil Kehidupan semakin menjangkau
sebanyak mungkin orang.
20
3. IGNATIUS JUNUS SIANTURI (C1A019059)
Maka dengan seperti itu aborsi ini merupakan tindakan yang tidak
manusiawi selain dapat membunuh janin dalam kandungan berdampak juga
padakesehatan ibu.
4. KATARINA CINDY PROZEILA APRIZA (C1C019176)
Perbuatan aborsi dengan tujuan dan maksud tertentu memang ada yang
boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan. Tujuan dan maksud
tersebut memang boleh dilakukannya tindakan aborsi, apabila dalam situasi
janin akan mati bersama ibunya apabila tidak dilaksanakan pengguguran dan
situasi dimana ibu akan meninggal bila janin tidak digugurkan. Tetapi tindakan
aborsi tidak diperkenankan apabila seorang wanita malu menanggung resiko
mempunyai anak diluar nikah ataupun di dalam situasi perkawinan dimana
seorang ibu yang hamil dan mempunyai banyak anak, tetapi ibu tersebut tidak
menginginkan kehadiran anaknya didalam kehamilanya, maka ibu tersebut tidak
boleh melakukan tindakan aborsi.Tindakan aborsi tersebut melanggar norma
hukum dan melanggar ajaran agama. Kasus aborsi tidak dapat kita hentikan,
tetapi kita dapat mencegah meningkatnya kasus aborsi dengan cara kita sadar
akan tindakan aborsi itu bukan lah hal yang baik. Solusi atau pencegahan agar
seseorang tidak melakukan aborsi yaitu dengan menguatkan iman diri sendiri,
setia kepada setiap ajaran agama yang melarang keras aborsi dan berfikir
kedepan sebelum melakukan aborsi, memikirkan dampak atau resiko aborsi.
Jika motif aborsi bukan untuk menyelamatkan sang ibu melainkan ibu tersebut
tidak menginginkannya, maka hal tersebut dilarang keras oleh agama katolik
bahkan seluruh agama. Didalam ajaran agama katolik, pada 10 Perintah Allah
yang ke-7 disitu Allah berfirman “ Jangan Membunuh”. Karena anak adalah
anak anugerah Tuhan yang harus disyukuri.
5. DESTI SIANTURI ( F1A019042)
Bahwa melakukan aborsi itu tidak baik dan agama katolik sangat menentang
hal tersebut, sebab keyakinan bahwa kehidupan manusia harus dihormati dan
dilindungi dengan baik sejak saat pembuahan terjadi.
21
6. IMELDA GORETI GULTOM ( E1D019037)
a. Menjalani kehamilan iti berat, apalagi kehamilan yang tidak
dikehendaki. Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan,
aborsi dilakukan karena terjadi kehamilan yang tidak diinginkan.
Apakarena kontrasepsi yang gagal, pemerkosaan, masalah ekonomi dan
jenis kehamilan atau hamil diluar nikah.
b. Gereja mengajak kita untuk menghormati hidup manusia sejak dari awal,
oleh karena iu dapat dikatakan dengan tegas, kita menolak adanya
pengguguran.
c. Aborsi hanya boleh dilakukan dalam keadaan darurat sebagai cara untuk
menyelamatkan ibunya. Jadi aborsi yang dilakukan oleh karena alasan
lain, jelas-jelas dilarang.
7. IGNATIUS DEOVANNY SINAGA ( E1J019041)
Aborsi merupakan tindakan yang tidak manusiawi, karena melanggar
norma-norma kemanusiaan.
8. GRENSI PRANSINA SITUMORANG (D1A019039 )
Etika iman katolik melihat Aborsi harus dilandasi oleh sikap yang etis dan
kristiani .Aborsi merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki tuhan ,namun
setiap perilaku aborsi memiliki alasan atau faktor tersendiri untuk melakukan
Aborsi.Namun manusia dalam kandungan juga layak untuk mendapatkan hak
untuk dilahirkan . dan bagaimanapun juga para pelaku Aborsi tetap dimaafkan
Tuhan “melalui iman kepada Kristus , dosa apapun dapat diampuni ( Yohanes
3:16, Roma 8:1)
9. MARIA HERLIANA ESA KRISTIANI ( F0I019028)
Aborsi adalah bentuk tidak pertanggung jawaban dan tidak mengucap
syukur atas karunia yang Tuhan berikan kepada kita. Kebanyakan dari kasus
aborsi mengganggap bahwa kehadiran seorang anak akan mengakibatkan
bencana bagi dirinya yakni kuangnya ekonomi serta kurangnya persiapan
mental bagi pelaku aborsi tersebut.Sehingga pelaku aborsi tersebut melakukan
tindakan tidak manusiawi dan melanggar-melanggar norma kesusilaan.
22
10. JOIHARPIN SEBAYANG (F1B016014)
a. Seorang yang melakukan tindakan aborsi akan secara otomatis
mendapatkan ekskomunikasi atau penolakan komuni anggota sebuah
gereja dan ini hanya bisa terhapuskan dengan melakukan pengakuan
dosa dan mendapat pengampunan, juga tindakan aborsi hanya bisa
menerima pengampunan dari dosa yang terjadi melalui Uskup Eparikal.
b. Seorang yang telah melakukan aborsi akan mendapatkan efek dan bisa
muncul sakit perut, kram, mual, diare dan muntah darah.
c. Efek akibat aborsi yaitu :
1. Pendarahan vagina berat
2. Infeksi
3. Sepsis
4. Kerusakan rahim
5. Infeksi peradangan panggul
6. Endometritis
7. Kanker
8. Kematian
B. SARAN
23
b. Pemerintah seharusnya menggunakan otoritas untuk mengekang peredaraan
tayangan-tayangan porno di internet yang menjadi pemicu lainnya niat
buruk dalam diri remaja. Pemerintah dapat memblokir sit-situs porno dan
membuat peraturan – peraturan dengan hukum yang tegas bagi pelaku yang
mengedarkan tayangan-tayangan porno secara ilegal.
c. Lembaga0lembaga pendidikn perlu memberikan informs-informasi dan
pendidikan seputar kehidupan eksual yang sehat bagi kaum muda sehingga
kaum muda mamahami resiko dari hubungab seksualyang tidak aman dan
bahaya akan tindakan aborsi.
d. Semua kaum muda. Kaum muda sendiri mesti menanamkan dalam diri
semangat untuk belajar dan melakukan tindakan – tindakan positif yang
menjauhkannya dari kecenderunganjatuh dalam perbuatan-perbuatan yang
moral. Sebab pada akhirnya, segala sesuatu kembali pada pribadi kaum
muda sendiri
24
b. Bagi seorang orang tua
Diharapkan untuk orang tua agar memperhatikan keadaan anaknya
khusussnya anak perempuan seperti membatasi pergaulannya, melihat
perilaku teman anak dan memebrikan informasi awal tentang aborsi.
c. Bagi medis ataupara dokter
Hendaklah selalu menjaga sumpah profesi dan kode etiknya dalam
melakukan pekerjaan atau melakukan aborsi.
5. DESTI SIANTURI ( F1A019042)
a. Agar kiranya memberikan penyuluhan bagi calon ibu bagaimana dampak
aborsi dan hukum aborsi.
b. Sekiranya agar ibu hamil yang melakukan aborsi apabila dalam keadaan
darurat dan jika dipertahankan akan berdampak “kematian”.
25
mudah terjerumus ke hal negatif dan selalu mengandalkan Tuhan dalam segala
hal.
10. JOIHARPIN SEBAYANG (F1B016014)
Sebaiknya untuk kaum wanita jangan melakukan aborsi dan juga hindari
pergaulan bebas supaya tidak terjadi hamil di luar nikah,sehingga yang
melakukan tindakan aborsi berkurang.
26
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen Konsili Vatikan II. Diterjemahkan oleh J. Riberu. Jakarta: Dokumentasi dan
Penerangan KWI – OBOR, 1989.
Kongregasi Suci Ajaran Iman: Pernyataan tentang Aborsi. (Seri Dokumen Gerejawi, no.
73) Diterjemahkan oleh Departemen Komunikasi dan Penerangan KWI. Jakarta:
Departemen Komunikasi dan Penerangan KWI, 2005.
27