Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan
sesuai dengan tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan
merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial
ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan
kesehatan secara individual. Anak membutuhkan lingkungan yang dapat
memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar
mandiri. Anak sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap,
perasaan dan minat yang berbeda dengan orang dewasa dengan segala
keterbatasan.
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering
menimbulkanpengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu
ketakutan dan keteganganatau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan
oleh berbagai faktor diantaranyaperpisahan dengan orang tua, kehilangan
kontrol, dan akibat dari tindakan invasifyang menimbulkan rasa nyeri.
Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi sepertimenolak makan,
menangis, teriak, memukul, menendang, menggigit, tidak kooperatif
ataumenolak tindakan keperawatan yang diberikan dan lain lain.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan
pengaruhhospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain.
Bermainmerupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperolehkesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang
dapat menstimulasipertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan
cerminan kemampuan fisik,intelektual, emosional dan sosial sehingga
bermain merupakan media yang baikuntuk belajar karena dengan bermain
anak-anakakan belajar berkomunikasi,menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang baru, melakukan apa yang dapatdilakukannya, dan dapat mengenal
waktu, jarak serta suara.
Anak-anakpada usia preschoolsenang terhadap hal-hal yang baru salah
satunya binatang, oleh karena itu mengenal suara binatang bisa menjadi
alternatif untuk mengembangkan kreatifitas anak dandapat menurunkan
tingkat kecemasan pada anak selama dirawat.
Dengan ini, untuk mengurangi dampak hospitalisasi terhadap anak
kita bermaksud untuk melaksanakan terapi bermain yang bertujuan untuk
membantu anak terhindar dari stress, stressor dan dampak hospitalisasi yang
mengancam pertumbuhan dan perkembangan anak.
B. Tujuan Intruksional
1. Tujuan Intruksional Umum { TIU }
Setelah mengikuti terapi bermain dapat meminimalkan dampak
hospitalisasi pada anak sehingga dapat mempercepat proses kesembuhan
anak.
2. Tujuan Intruksional Khusus { TIK }
a. Meningkatkan perkembangan mental, imajinasi dan kreativitas anak
usia preschool.
b. Melatih meningkatkan kognitif anak dalam hal pengenalan suara
binatang.
c. Dapat menerapkan waktu yang tepat untuk melakukan permainan
sehingga anak tidak kehilangan waktu bermain.
d. Meningkatkan kemampuan dan kreatifitas.
e. Meningkatkan keterampilan anak.
f. Mengidentifikasi anak terhadap keterampilan tertentu.
g. Memberikan kesenangan dan kepuasan terhadap anak.
C. Manfaat Terapi Bermain
1. Untuk anak-anak sebagai salah satu terapi pengobatan dan
menghilangkan kejenuhan terhadap suasana rumah sakit (hospitalisasi).
2. Sebagai sarana orang tua untuk mengetahui suasana hati anak saat
bermain.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional
dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal
waktu, jarak, serta suara (Wong, 1995).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya
sendiri dan memperoleh kesenangan.  (Foster, 1998).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah:
“Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-
hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat
menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan
meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”
B. Fungsi Bermain Pada Anak
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan,
sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta
kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi
(Soetjiningsih, 1995).
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka
orang tua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak
yang akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih
lanjut,mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang
yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya seperti masa
kritis,optimal dan sensitif.
Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain
pada anak diantaranya :
1.  Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas
anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat
dilakukan rangsangan  taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini
perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang
visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih
menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru
dilihatnya.Demikian juga pendengaran,apabila sejak bayi dikenalkan atau
dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari
anak lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
2.  Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini
dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba
melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek
permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan
dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga
fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan
kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana
pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran
orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia
toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah
mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran
seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang
anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,
kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan
teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi
dengan teman dan orang lain.
4.  Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak
mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu
memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga
anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain
bongkar pasang mobil-mobilan.
5.  Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang
merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau
belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
6.  Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga
adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat
menghibur diri anak terhadap dunianya.
7.  Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal
ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari
budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya,
dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang
harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
C. Klasifikasi Bermain
1.   Menurut Isi :
a. “Social Play” : belajar memberi respon, misalnya orang dewasa
berbicara/memanjakan anak, maka anak akan merasa senang dengan
respon mengeluarkan suara tersenyum.
b. “Sense Of Pleasure Play” : dengan bermain akan memperoleh
kesenangan dari suatu objek disekelilingnya, misalnya : bermain pasir,
air.
c. “Skill Play” dengan bermain anak dapat memperoleh ketrampilan
sehingga anak akan memperoleh berulang-ulang.
d. “Dramatik Play atau Role Play” dengan bermain anak akan dapat
melakukan peran, misalnya : sebagai perawat, dokter, guru, ibu, ayah
dan anak akan membuat fantasi dari permainan tersebut.
2.   Menurut Karakterisitik Sosial :
a. “Solitery Play” bermain sendiri walaupun ada orang lain
didekatnya(1–3 tahun ).
b. “Paralel Play”, bermain sejenis , anak bermain dalam suatu
kelompok, masing-masing mempunyai mainan yang sama, tetapi tidak
ada interaksi diantara mereka : tidak tergantung (interaksi tetapi belum
bersosialisasi) Todler, Preschool.
c. “Associative Play” bermain dalam kelompok. Anak bermain dalam
suatu aktivitas yang sama tetapi belum terorganisasi. Tidak ada
pembagian tugas, mereka bermain sesuai keinginannya.
d. “Cooperative” pelayanan bermain dalam kelompok. Permainan
terorganisir, terencana, ada tujuan, ada aturan-aturan misalnya : main
kartu, balap sepeda.
e. “Unlocker play” (pengamat). Anak melihat anak bermain hal ini
sudah merupakan bermain, menurunkan stress.
D. Tahap Tumbuh Kembang Anak Usia Pre School
1. Perkembangan Biologi
a. BB meningkat 14,6 kg (3 tahun), 16,7 kg (4 tahun), 18,7 kg (5 tahun).
b. Tinggi badan rata-rata bertambah 6,75 - 7,5 cm.
c. Perhitungan berat badan menurut Soetjiningsih :
d. Umur (dalam tahun) x 2 + 8.
2. Perkembangan Motorik Kasar
a. Usia 36 bulan
 Pakai dan ganti baju sendiri.
 Berjalan mundur.
 Naik turun tangga berganti-gantikaki.
 Berdiri sesaat dengan 1 kaki.
b. Usia 4 tahun
 Melompat dengan satu kaki.
 Memanjat dan melompat.
 Melempar bola cukup banyak.
 Naik tangga dengan lancar.
c. Usia 5 tahun
 Melompat-lompat dengan 1 kaki.
 Berlari tanpa kesulitan.
 Bermain lompat tali.
 Mainan tangkap.
 Naik turun tangga dengan lancar.
3. Perkembangan Motorik Halus
a. Usia 36 bulan
 Memasang manik-manik besar.
 Melukis tanda silang dan bulat.
 Membuka kancing depan dan samping.
 Menyusun 10 balok tanpa jatuh.
b. Usia 4 tahun
 Menggunting gambar sederhana.
 Menggambar bujur sangkar.
c. Usia 5 tahun
 Memukul kepala paku dengan palu.
 Mengikat tali sepatu.
 Dapat menulis beberapa huruf alphabet.
4. Perkembangan Kognitif
a. Fase prekonseptual
 Memory span increase/ Rentang peningkatan memori.
 ntre on one aspect of situation/Masuk pada satu aspek dari situasi.
 Classify object according to one characteristic/Mengklasifikasikan
objek menurut salah satu karakteristik.
b. Fase intuitive/fase intuitif
 Attention span increase/ Rentang peningkatan perhatian.
 Classify object in terms of their use/Mengklasifikasikan objek
dalam hal penggunaannya.
 Egosentric interpretation of events/ Interpretasi peristiwa
egosentris.
 Irreversible thought/pikiran irreversibel(Tidak dapat kembali ke
keadaan semula).
5. Perkembangan Moral
 Orientasi pda hukum dan kepatuhan.
 Anak berorientasi pada hal sebenarnya.
6. Perkembangan Bahasa
a. Usia 3 tahun
 Banyak bertanya.
 Berbicara saat ada atau tidak ada orang.
 Menggunakan bahasa telegravis.
 Menggunakan konsonan d,b,t,k,y.
 Menghilangkan w dari pembicaraan.
 Pembedaharaan kata 900 kata.
 Membuat kesalahan suara spesifik (s,sh,ch,z,th,r,l).
b. Usia 4 tahun
 Perbendaharaan kata 1500 kata.
 Menghitung 1 s/d 3.
 Menceritakan cerita jantung.
c. Usia 5 tahun
 Perbendaharaan kata kira-kira 2100 kata.
 Menggunakan kalimat dengan enam sampai delapan kata, dengan
semua bagian bicara.
 Menyebutkan empat atau lebih warna.
 Mengetahui nama-nama hari.
E. Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Bermain
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan.
2. Status kesehatan anak sakit →perkembangan psikomotor kognitif
terganggu.
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan→lokasi, negara, kultur.
5. Alat permainan → senang dapat menggunakan.
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi.
F. Tahap Perkembangan Bermain
1. Tahap eksplorasi: Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara
bermain.
2. Tahap permainan: Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam
tahap permainan.
3. Tahap bermain sungguhan: Anak sudah ikut dalam permainan.
4. Tahap melamun: Merupakan tahap terakhir anak membayangkan
permainan berikutnya.
G. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana.
2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis.
3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien.
4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien.
5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak.
6. Permainan melibatkan orang tua/pendamping anak/klien untuk
melancarkan proses kegiatan.
BAB III
KEGIATAN BERMAIN
A. Rancangan Bermain
Permainan yang kita lakukan adalah mengenal suara binatang. Leader
mencontohkan sebuah suara binatang dengan audio. Minta anak untuk
menebak suara binatang apakah itu? Berikan kesempatan anak untuk
menebak, kemudian tunjukan suara binatang apakah itu.
B. Media dan Alat
1. Audio/suara jenis-jenis binatang
2. Gambar-gambar binatang
C. Sasaran
Klien usia preschool (berusia 3-6 tahun) baik laki-laki maupun perempuan
yang dirawat di ruang rawat inap Perawatan Anak RSUD Daya Kota
Makassar
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Jumat, 22 Februari 2018
2. Waktu : Pukul 09.00 s/d selesai
3. Tempat : Ruang Rawat Inap Perawatan Anak RSUD Daya Kota
Makassar
E. Pengorganisasian dan Pembagian Tugas
1. Leader :
a. Membuka acara permainan.
b. Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai.
c. Mengarahkan permainan.
d. Memandu proses permainan.
2. Co Leader :
a. Membantu leader mengatur jalannya permainan
b. Membantu memberi motivasi pada peserta bersama dengan leader.
c. Bersama dengan leader memandu dan mengarahkan proses bermain.
3. Observer :
a. Mengawasi jalannya permainan.
b. Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir permainan.
c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
d. Menyusun laporan dan menilai hasil permainan.
4. Fasilitator : Nurwahyuti dan Hasriani
a. Membimbing anak bermain.
b. Memberi motivasi dan semangat kepada anak dalam mengenal suara
binatang.
c. Memperhatikan respon anak saat bermain.
d. Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan perawat dan
keluarganya.
F. Susunan Kegiatan
No Tahap/Waktu Kegiatan Bermain Kegiatan Klien/Peserta

1 Pembukaan - Leader membuka kegiatan - Menjawab salam


( ± 5 menit) dengan mengucapkan - Mendengarkan
salam - Memperhatikan/Menden
- Leader memperkenalkan garkan
nama terapis yang lain. - Memperhatikan/Menden
- Leader menjelaskan garkan
tujuan dari permainan
- Kontrak waktu dengan
peserta terapi

2 Pelaksanaan - Leader dibantu oleh co - Berpindah


( ± 25 menit) leader dan fasilitator posisi/mengambil posisi
untuk mengatur posisi
duduk klien/peserta
- Fasilitator menyiapkan
sarana dan media yang
akan digunakan
- Leader mencontohkan - Memperhatikan
sebuah suara binatang - Mendengarkan
dengan audio
- Leader dan co leader
mengajak dan memotivasi - Menjawab
klien/peserta untuk
mengungkapkan
/menjawab suara binatang
apa yang terdengar
- Fasilitator menunjukan
gambar binatang yang - Memperhatikan
didengarkan.
- Leader dan co leader
memberi semangat dan - Menjawab/Memperhatik
kesempatan menjawab an
pada klien/peserta selama
proses mendengarkan
suara binatang
- Observer memotivasi - Memperhatikan/Menjaw
kilen/peserta untukdapat ab
menjawab suara binatang
yang didengarkan,
Apabila klien/peserta
tidak mau aktif, libatkan
orang tua atau
pendamping klien/peserta. - Menjawab pertanyaan
3 Evaluasi - Leader menanyakan
(± 10 menit) tentang perasaan
kilen/peserta setelah diberi
bermain pengenalan suara
binatang
4 Penutup - Leader menutup acara - Menjawab salam
(± 5 menit) permainan, leader, co
leader, fasilitator,
observer memberikan
reward kepada seluruh
peserta
G. Setting di Ruangan
Setting/posisi bermain

Keterangan :
Leader

Co leader

Fasilitator

Observer

Klien

H. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan dan alat
memadai.
b. Lingkungan yang tenang dan mendukung.
c. Sarana disiapkan pagi hari sebelum acara dimulai.
d. Struktur peran telah ditentukan 1 hari sebelum pelaksanaan.
e. Kontrak dengan keluarga pasien/peserta yang akan diberi terapi
bermain dilakukan 1 hari sebelum dan pagi hari sebelum kegiatan
dilaksanakan.
2. Proses
a. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan tepat waktu.
b. Leader dibantu co leader memandu terapi bermain dari awal hingga
akhir kegiatan.
c. Respon klien/peserta baik selama proses bermain berlangsung.
d. lien/peserta tampak aktif selama proses bermain berlangsung.
e. lien/peserta mau dan dapat menjawab suara binatang yang
didengarkan dengan baik didampingi olehfasilitator.
f. Keluarga ikut membantu klien/peserta selama pelaksanaan proses
bermain.
g. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiwa/therapis
tercapai dengan baik.
h. Masing-masingmahasiswa/therapis bekerja sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
3. Hasil
a. lien merasa terhibur, 75 % mampu mengikuti kegiatan yang
dilakukan, 25 % klien dapat menyatakan perasaan senang.
b. lien/peserta mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak
bermain sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak
mempunyai fungsi yaitu untuk perkembangan sensorik, motorik, intelektual,
sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral sekaligus terapi anak saat sakit.
Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan
yang normal, mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan
idenya mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah
dan membantu anak untuk beradaptasi secara efektif terhadap stress karena
sakit dan di rawat di Rumah Sakit.
B. Saran
1. Orangtua
Sebaiknya orangtua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak
agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat
dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari
permainan tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga
harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat
terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA
Erlita., (2006). Pengaruh Permainan Pada Perkembangan Anak.
http://info.balitacerdas.com Diakses pada tanggal 15 Februari 2016.

Foster and Humsberger., (1998). Family Centered Nursing Care of Children. WB


sauders Company, Philadelpia USA.

Hurlock, E B., (1991). Perkembangan Anak Jilid I., Erlangga : Jakarta.

Kliegman, Robert M., (2000). Ilmu Keshatan Anak Nelson Vol 3, Editor Bahasa
Indonesia: Jakarta

Markum, dkk., (1990). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: IDI

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi4.,


Jakarta: EGC

PROPOSAL KEGIATAN
TERAPI BERMAIN DI RUANG PERAWATAN ANAK
RSUD DAYA KOTA MAKASSAR

OLEH

KELOMPOK III
SAHWAN, S.Kep
NURWAHYUTI, S.Kep
LISDAYANTI, S.Kep
HASRIANI, S.Kep
WIDIAWANTI ZAINUDDIN, S.Kep

CI LAHAN CI INSTITUSI

(.....................................) (...........................................)

DEPARTEMEN ANAK PROGRAM PROFESI NERS


STIKES MARENDENG MAJENE
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai