Anda di halaman 1dari 29

Tugas 2 (Individu)

Nama : Nur Almi


NIM : A 241 18 009
Mata Kuliah : Penilaian Pembelajaran Fisika

TES OBJEKTIF
A. Pengertian Tes Objektif
Tes objektif yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short
answer test) tes ya-tidak (yes-no test) dan test model baru (new tipe test) adalah
salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang dapat
jawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu jawaban (atau lebih) di antara
beberapa kemungkinan jawaban yang dapat dipasangkan pada masing-
masing items atau dengan cara mengisikan (menuliskan) jawaban berupa kata-kata
atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk
masing-masing butir items yang bersangkutan.
Dilihat dari sistem penskorannya, tes objektif akan menghasilkan skor yang
sama. Sebagaimana nama yang digunakannya, soal objektif adalah soal yang
tingkat kebenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif . Karena sifatnya yang objektif
maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Soal ini tidak
memberi peluang untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya
mengenal benar dan salah. Apabila respons siswa sesuai dengan jawaban yang
dikehendaki maka respons tersebut benar dan biasa diberi skor 1. Apabila kondisi
yang terjadi sebaliknya, maka respons siswa salah dan biasa diberi skor 0. Jawaban
siswa bersifat mengarah kepada satu jawaban yang benar (convergence).
Merujuk kepada berbagai pendapat tentang tes objektif dapat diambil
kesimpulan bahwa tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan
peserta tes untuk memberikan respon telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga
peserta tes tinggal memilihnya. Jawaban yang berupa pilihan bersifat
deterministik, sehingga hanya ada dua kemungkinan kebenaran jawaban – benar
atau salah
B. Jenis-jenis Tes Objektif
Jenis-jenis tes objektif adaalah sebagai berikut :
1. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan
tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus
memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Tes
ini terdiri dari keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau
alternatif (options). Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar
yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distructor).
Mengenai jumlah alternatif jawaban sebenarnya tidak ada aturan baku.
Guru bisa membuat 3, 4, atau 5 alternatif jawaban. Semakin banyak semakin
bagus. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi faktor menebak (chance of
guessing). Adapun kemampuan yang dapat diukur oleh bentuk soal pilihan
ganda antara lain: mengenal istilah, fakta, prinsip, metode, dan prosedur;
mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip; menafsirkan hubungan sebab-
akibat dan menilai metode prosedur.
Berikut beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan-ganda,
yaitu:
a. Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.
b. Berilah petunjuk mengerjakannya dengan jelas.
c. Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah
dipelajari peserta didik.
d. Pernyataan pada soal seharusnya merumuskan persoalan yang jelas dan
berarti.
e. Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak
terputus.
f. Alternatif jawaban harus berfungsi, homogen dan logis.
g. Panjang pilihan pada suatu soal hendaknya lebih pendek daripada itemnya.
h. Usahakan agar pernyataan dan pilihan tidak mudah diasosiasikan.
i. Alternatif jawaban yang betul hendaknya jangan sistematis.
j. Harus diyakini benar bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.
Contoh Tes Pilihan Ganda
Bunyi kereta api sudah terdengar jika telinga didekatkan pada rel sekalipun
kereta masih jauh.Hal ini merupakan bukti bahwa…….
a. Bunyi dapat merambat melalui besi
b. Udara tidak dapat merambatkan bunyi kereta api
c. Bunyi kereta sanagt nyaring
d. Rel kereta terbuat dari besi
Kelebihan dan Kelemahan Tes Pilihan Ganda sebagai berikut :
Kelebihan Tes Pilihan Ganda Kelemahan Tes Pilihan Ganda
1. Hasil belajar dari yang sederhana 1. Menyusunnya membutuhkan
sampai yang komplek dapat diukur waktu yang lama
2. Terstruktur dan petunjuknya jelas 2.  Sulit menemukan pengacau
3.  Alternatif jawaban yang salah 3. Kurang efektif mengukur
dapat memberikan informasi beberapa tipe pemecahan
diagnostik masalah, kemampuan untuk
4. Tidak dimungkinkan untuk mengorganisir dan
menerka jawaban mengekspresikan ide
5.  Penilaian mudah, objektif dan 4. Nilai dapat dipengaruhi
dapat dipercaya dengan kemampuan baca yang
baik

2. Tes Benar Salah (True-False Test)


Tes benar salah adalah bentuk tes yang terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama berupa bacaan atau uraian cerita. Bagian kedua berupa butir soal
pernyataan benar salah. Siswa hanya menjawab benar atau salah dari butir soal
uraian. Oleh karena itu soal uraian (essay item) menjadi bentuk objektif benar
salah (True-false items) akan lebih mudah dalam penilaian karena waktu utnuk
koreksinya tidak lama dan dapat diwakilkan kepada orang lain. Soal yang
diberikan memiliki bobot materi yang tinggi sehingga dapat melatih siswa
untuk berpikir tingkat tinggi. Soal memiliki sehimpunan jawaban yang
membutuhkan analisis, evaluasi dan kreasi. Kemudian untuk menghindari asal
tebak jawaban benar maka akan diberikan denda skor untuk jawaban benar,
jawaban salah, maupun tidak menjawab.
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal benar-salah menurut adalah
sebagai berikut:
a. Dalam menyusun item bentuk benar-salah ini hendaknya jumlah item cukup
banyak di atas 50 soal, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
b. Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.
c. Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat
yang sederhana.
d. Hindarkan pernyataan yang terlalu umum, kompleks, dan negatif.
e. Hindarkan penggunaan kata yang dapat memberi petunjuk tentang jawaban
yang dikehendaki. Misalnya: biasanya, umumnya, selalu.
Contoh soal tes benar salah
Isilah dengan huruf B jika benar dan huruf S jika salah,untuk setiap pernyataan
berikut!
(………) Bila cepat rambat bunyi di udara 350 m/s menempuh jarak 2100
m.maka waktu yang diperlukan dari sumber bunyi untuk merambat adalah 6
sekon.
Kelebihan dan Kelemahan Tes Benar Salah sebagai berikut :
Kelebihan Tes Benar Salah Kelemahan Tes Benar Salah
1. Soal ini baik untuk hasil 1. Sulit menuliskan soal di luar tingkat
-hasil dimana hanya ada pengetahuan yang bebas dari maksud
dua alternatif jawaban ganda
2. Tuntutan kurang ditekankan 2. Jawaban soal tidak memberikan bukti
pada kemampuan baca bahwa siswa mengetahui dengan baik
3.  Sejumlah soal relatif dapat 3. Tidak ada informasi diagnostik dari
dijawab dalam tipe tes jawaban yang salah
secara berkala 4. Memungkinkan dan mendorong siswa
4. Penilaian mudah, objektif untuk menerka-nerka.
dan dapat dipercaya.

3. Tes Melengkapi (Completion Test)


Tes bentuk melengkapi (complete test) dapat berupa isian dan ada pula
yang merupakan jawaban singkat. Tes ini merupakan satu-satunya tes objektif
yang menuntut agar peserta tes memberikan jawaban, bukan memilih jawaban.
Tes melengkapi dikatagorikan ke dalam tes objektif. Pada bentuk tes isian ini
peserta tes melengkapi atau mengisi titik-titik atau bagian yang dikosongkan
pada pokok uji dengan hanya satu kata, ungkapan, maupun angka. Peserta tes
dapat pula diminta untuk memberikan jawaban atas suatu soal yang
memerlukan perhitungan. Apabila pada suatu pokok uji tedapat dua atau lebih
titik-titik yang harus diisi,maka setiap titik-titik itu hanya dapat diisi dengan
benar oleh kata atau angka yang sudah tertentu atau pasti. Tes ini bisa disusun
berurutan ke bawah dengan diberi nomor dan dapat pula disusun dalam bentuk
kalimat tersambung berbentuk karangan. Tes bentuk melengkapi dapat juga
berupa gambar table yang harus dilengkapi.
Untuk menyusun soal bentuk ini, terdapat beberapa kriteria, yaitu:
a. Hendaknya tidak menggunakan soal yang terbuka, sehingga ada
kemungkinan peserta didik menjawab secara terurai.
b. Untuk soal tes bentuk melengkapi hendaknya tidak mengambil pernyataan
langsung dari buku (textbook).
c. Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan pada akhir
atau dekat akhir kalimat daripada pada awal kalimat. 
d. Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak. Pilihlah untuk masalah
yang urgen saja.
e. Pernyataan hendaknya hanya mengandung satu alternatif jawaban, dan
f. Jika perlu dapat digunakan gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan
jelas.
Contoh tes isian singkat
1) Getaran yang merambat disebut dengan ...
(Kunci : gelombang)
2) Penggabungan dua gelombang atau lebih disebut dengan ...
(Kunci : superposisi)
Kelebihan dan kelemahan Tes Isian Singkat sebagai berikut.
Kelebihan Tes Isian Singkat Kelemahan Tes Isian Singkat
1. Mudah dalam pembuatan 1. Sulit menyusun kata-kata yang
2. Kemungkinan menebak jawaban jawabannya hanya satu
sangat sulit 2. Tidak cocok untuk mengukur
3. Cocok untuk soal-soal hitungan hasil-hasil belajar yang komplek
4. Hasil-hasil pengetahuan dapat 3. Penilaian menjemukan dan
diukur secara luas memakan waktu banyak

4. Menjodohkan (Matching Test)


Matching test dapat diganti dengan istilah mempertandingkan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu
seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai
jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid adalah mencari dan
menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan
pertanyaannya.
Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan-ganda terdiri
dari stem dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah
satu option yang dianggap paling tepat, sedangkan bentuk menjodohkan terdiri
atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada
dua kolom yang berbeda. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak daripada
jumlah persoalan. Bentuk soal ini sangat baik untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana dan kemampuan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan
antara dua hal. Makin banyak hubungan antara premis dengan respons dibuat,
maka makin baik soal yang disajikan.
Untuk menyusun soal bentuk ini, terdapat memberikan beberapa kriteria, yaitu:
a. Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami.
b. Sesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator.
c. Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, sedangkan jawabannya di sebelah
kanan.
d. Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak daripada jumlah soal.
e. Susunlah item-item dan alternatif jawaban dengan sistematika tertentu.
Misalnya, sebelum pokok persoalan, didahului dengan stem, atau bisa juga
langsung pada pokok persoalan.
f. Seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu halaman.
g. Gunakanlah kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok
persoalan.
Terdapat dua ragam tes bentuk menjodohkan, yakni :
1) Sistem penjodohan sempurna
Dalam sistem ini, tiap satu butir dalam premis memiliki satu jawaban
sebagai jodohnya. Contonya sebagai berikut ini:
Petunjuk : Pilihlah kata atau pernyataan dari deretan kata atau pernyataan itu
pada lajur B yang sesuai atau berhubungan dengan salah satu kata atau
pernyataan yang terdapat pada lajur A.
Lajur A                                                            Lajur B
1.      Besaran pokok a. Hertz (Hz)
2.      Integral kecepatan b. Kecepatan
3.      Satuan Frekuensi c. Panjang
4.      Getaran yang merambat d. posisi
5.      Turunan dari posisi e. gelombang

Kunci jawaban :
1.      c
2.      d
3.      a
4.      e
5.      b
2) Sistem penjodohan tidak sempurna
Dalam sistem ini terdapat dua atau lebih butir dalam premis yang
bersama-sama mempunyai pasangan (jodoh) yang sama. Contohnya sebagia
berikut ini:
Petunjuk : Pilihlah kata atau pernyataan dari deretan kata atau pernyataan itu
pada lajur B yang sesuai atau berhubungan dengan salah satu kata atau
pernyataan yang terdapat pada lajur A.
Lajur A                                                            Lajur B
1.      Satuan percepatan  a. m/s
2.      Integral percepatan b. m/s2
3.      Satuan kecepatan c. kecepatan
4.      Penggabungan 2 gelombang d. percepatan
5.      Contoh gelombang e.volume
f.superposisi
g. gelombang tali
Kunci Jawaban :
1.      b
2.      c
3.      a
4.      f
5.      g
Kelebihan dan kelemahan Tes Menjodohkan sebagai berikut.
Kelebihan Tes Menjodohkan Kelemahan Tes Menjodohkan
1. Suatu bentuk yang efisien 1. Materi soal dibatasi oleh faktor
diberikan di mana ingatan/pengetahuan yang sederhana
sekelompok respon sama dan kurang dapat dipakai untuk
menyesuaikan dengan mengukur penguasaan yang bersifat
rangkaian isi soal pengertian dan kemampuan membuat
2. Waktu membaca dan tafsiran
merespon relatif singkat 2. Sulit menyusun soal yang mengandung
3. Mudah untuk dibuat sejumlah respons yang homogen
4. Penilaian mudah, objektif 3. Mudah terpengaruh dengan
dan dapat dipercaya    petunjuk yang tidak relevan

C. Cara Menskor Tes Objektif


Berikut adalah cara menskor tes objektif:
1. Tes Pilihan Ganda ( Multiple Choice Test )
Cara menskor untuk bentuk tes pilihan ganda sebagai berikut;
Item yang dijawab benar diberikan skor 1 dan yang salah diberi skor 0 ( nol ).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
S = R – { W/(n-1)}
S adalah skor
R adalah jumlah jawaban yang bena
W adalah jumlah jawaban yang salah
n adalah banyaknya option
contoh:
Banyaknya soal : 20 buah
Jumlah jawaban yang benar : 14 buah
Jumlah jawaban yang salah : 6 buah
Banyaknya option : 4 buah
maka ,skor yang diperoleh adalah S = 14 – {6/(4-1)} = 12
2. Tes Benar Salah (True-False Test)
Berikut rumusnya :
S = R – W atau S = T – 2W
S adalah skor
R adalah jumlah jawaban yang benar
W adalah jumlah jawaban yang salah
Contoh:
Banyaknya soal 10 buah
Jumlah jawaban yang betul : 8 buah
Jumlah jawaban yang salah : 2 buah
maka , S = 8-2 = 6
3. Tes Isian Singkat (Completion Test)
Tes bentuk jawaban singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban
berbentuk kata atau kalimat singkat/pendek.
Rumusnya sebagai berikut:
S=R
S adalah skor
R adalah jumlah soal yang dijawab benar
Contoh:
Jumlah soal : 10 buah
Jumlah soal yang dijawab benar : 7 buah
Jumlah soal yang dikosongkan : 2 buah
Jumlah soal yang dijawab salah : 1 buah
maka skor yang akan diperoleh adalah S = 7.
4. Menjodohkan (Matching Test)
Untuk menilai tes yang berbentuk matching , diperhitungkan dari jumlah item
yang dijawab benar saja.
Sehingga dengan rums penskoran tersebut item yang dijawab salah atau item
yang dikosongkan keduanya dianggap salah.
Rumusnya sama dengan Rumus completion test ( Tes Melengkapi ).
Rumusnya sebagai berikut:
S=R
S adalah skor
R adalah jumlah jawaban yang benar
contoh:
Jumlah Item : 10 buah
Jumlah soal yang dijawab benar : 7 buah
Jumlah soal yang dijawab salah : 3 buah
maka skor yang diperoleh adalah S = 10-3 = 7
D. Ketepatan Penggunaan Tes Objektif
Tes hasil belajar bentuk objektif sebagai salah satu bentuk tes hasil belajar
tepat digunakan apabila tester berhadapan dengan kenyataan-kenyataan disebutkan
berikut ini:
1. Peserta tes jumlahnya cukup banyak
2. Penyusun tes (tester) telah memiliki kemampuan dan bekal pengalaman yang
luas dalam menyusun butir-butir tes obyektif.
3. Penyusunan tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam mempersiapkan
penyusunan butir-butir soal test objektif.
4. Penyusun tes merencanakan, bahwa butir-butir tes soal objektif itu tidak hanya
akan dipergunakan dalam satu kali tes saja melainkan akan dipergunakan lagi
dalam kesempatan tes hasil belajar yang akan datang.
5. Penyusunan tes mempunyai keyakinan penuh bahwa dengan menggunakan
butir-butir soal tes objektif yang disusunnya itu akan dapat dianalisa dalam
rangka mengetahui kualitas butir-butir itemnya, misalnya dari segi derajat
kesukaran, daya pembedanya dan sebagainya.
6. Penyusunan tes objektif berkeyakinan bahwa dengan menggeluarkan butir-butir
soal tes objektif maka prinsip objektivitas akan lebih mungkin untuk
diwujudkan ketimbang menggunakan butir-butir soal tes subjektif.

E. Petunjuk Penggunaan Tes Objektif


Dengan tujuan agar tes objektif betul-betul dapat menjalankan fungsinya
sebagai alat pengukur hasil belajar, maka petunjuk operasional berikut ini kiranya
dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir item obyektif.
Pertama, untuk dapat menyusun butir-butir soal tes objektif yang bermutu tinggi,
pembuat tes (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain) harus membiasakan diri dan
sering berlatih, sehingga dari waktu ke waktu ia akan dapat merancang dan
menyusun butir-butir soal tes objektif dengan lebih baik dan lebih sempurna.
Kedua, setiap kali alat pengukur hasil belajar berupa tes obyetif itu selesai
digunakan, hendaknya dilakukan penganalisisan item dengan tujuan dapat
mengidentifikasi butir-butir item mana yang sudah termasuk dalam kategori “baik”
dan butir-butir item mana yang masih termasuk dalam kategori “kurang baik” dan
“tidak baik”.
Ketiga,  dalam rangka mencegah timbulnya permainan spekulasi dan kerjasama
yang tidak sehat di kalangan testee, perlu disiapkan terlebih dahulu suatu norma
yang memperhitungkan faktor tebakan. Norma dimaksud berupa sanksi yang akan
diberikan kepada testee, di mana untuk setiap butir item yang dijawab salah,
kepada testee yang bersangkutan akan dikenai denda berupa pengurangan skor.
Dengan cara demikian maka testee diharapkan akan bekerja secara jujur dan
berusaha menjawab soal menurut keyakinannya sendiri, sebab bukan mungkin
bahwa “pertolongan” yang diperoleh dari kalimat testee lainnya justru akan
menjadi “mala petaka” bagi dirinya sendiri.
Keempat, agar tes obyektif disamping mengungkap aspek ingatan atau hafalan
juga dapat mengungkap aspek-aspek berpikir yang lebih dalam, maka dalam
merancang dan menyusun butir-butir item tes obyektif hendaknya tester
menggunakan alat bantu berupa tabel spesifikasi soal atau yang sering dikenal
dengan istilah blue print atau kisi-kisi soal. Dengan menggunakan alat bantu
tersebut diharapkan akan terjadi keseimbangan antara butir soal (yang jumlahnya
cukup banyak itu) dengan aspek-aspek psikologis (yang seharusnya diungkapkan
dalam tes tersebut).
Kelima, dalam menyusun  kalimat soal-soal tes obyektif, bahasa atau istilah-istilah
yang dipergunakan hendaknya cukup sederhana, ringkas, jelas dan mudah
dipahami oleh testee. Susunan kalimat yang berkepanjangan istilah-istilah yang
tidak jelas atau meragukan dapat berakibat terjadinya hambatan bagi testee untuk
memberikan jawabannya.
Keenam, untuk mencegah terjadinya silang pendapat atau perbedaan
antara testee dengan tester, dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif
hendaknya diusahakan sungguh-sungguh agar tidak ada butir-butir yang dapat
mengahasilkan penafsiran ganda atau kerancuan dalam pemberian jawabannya.
Ketujuh,  cara memenggal atau memutus kalimat, membubuhkan tanda baca seperti
titik, koma dan sebagainya, penulisan tanda-tanda aljabar seperti kuadrat, akar dan
sebagainya, hendak ditulis dengan secara benar, usahakan agar tidak terjadi
kesalahan ketik atau kesalahan cetak sehingga tidak mengganggu
konsentrasi testee dalam memberikan jawaban soal.
Kedelapan,  dengan cara bagaimanakah testee seharusnya memberikan jawaban
terhadap butir-butir soal yang diajukan dalam tes, hendaknya diberikan pedoman
atau petunjuknya secara jelas dan tegas sehingga testee dapat bekerja sesuai
dengan petunjuk umum atau petunjuk khusus yang dicantumkan dalam lembar
jawaban soal tes.
F. Kelebihan dan Kekurangan Tes Objektif
Sebagai alat pengukur keberhasilan belajar peserta didik, tes objektif ini
disamping memiliki kelebihan tertentu, juga tidak dapat terlepas dari kekurangan.
Diantara kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh tes objektif ialah, bahwa:
1. Tes objektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili
materi yang telah diajarkan kepada peserta didik atau telah diperintahkan
kepada peserta didik untuk mempelajarinya. Hal ini dapat dipahami dengan
melihat kenyataan bahwa butir-butir soal yang dikeluarkan dalam bentuk tes
objektif itu jumlahnya cukup banyak. Dengan jumlah butir soal yang cukup
banyak itu, maka berbagai aspek psikologis yang seharusnya diungkap lewat tes
hasil belajar, seperti: aspek pengetahuan, aspek pemahaman, aplikasi, analisis,
sintetis dan lain-lain, dapat dicakup dan diungkap secara lengkap melalui tes
hasil belajar tersebut.
2. Tes objektif lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih objektif,
baik dalam mengoreksi lembar-lembar jawaban soal, menentukan bobot skor
maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya. Ini dimungkinkan, karena
jawaban soal tes objektif itu hanya ada dua kemungkinan yaitu “Betul” dan
“Salah”, sehingga tertutup kemungkinan bagi tester untuk memberikan
“tambahan skor” bagi testee yang disukainya, atau “mengurangi” skor bagi
testee yang kurang disukainya. Disamping itu, faktor lain seperti baik-buruknya
tulisan dan lain-lain tidak mungkin lagi akan memberikan pengaruh, baik
pengaruh yang sifatnya menguntungkan bagi testee maupun pengaruh yang
sifatnya merugikan mereka.
3. Mengoreksi hasil tes objektif adalah jauh lebih mudah dan lebih cepat
ketimbang mengoreksi hasil tes uraian. Hal ini disebabkan karena untuk setiap
butir soal tes objektif telah disediakan kunci jawaban yang sifatnya sangat
sederhana, yaitu berupa huruf-huruf abjad seperti A, B, C, D dan E, sehingga
pekerjaan koreksi perhitungan dan penjumlahan skor hasil tes serta penentuan
nilainya dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.
4. Berbeda dengan tes uraian, maka tes objektif memberikan kemungkinan kepada
oranglain untuk ditugasi atau dimintai bantuan guna mengoreksi hasil tes
tersebut. Hal ini dimungkinkan, sebab dengan memgang Kunci Jawaban Soal
yang sudah disediakan, orang lain tidak akan mengalami kesulitan dalam
mengoreksi lembar-lembar jawaban tes objektif tersebut.bahkan lebih dari itu,
dengan lembar jawaban yang sudah dipersiapkan scara matang, pekerjaan
koreksi hasil ujian dapat dilakukan dengan menggunakan jasa komputer yang
dapat bekerja dengan sangat cepat dan teliti, sehingga dapat dieliminir tingkat
kesalahan koreksi sampai sekecil-kecilnya.
5. Butir-butir soal pada tes objektif jauh lebih mudah dianalisis, baik analisis dari
segi derajat kesukarannya, daya pembedanya, validitas maupun reliabilitasnya.
Berdasar hasil analisis yang pada umumnya menggunakan statistik sebagai alat
bantunya, akan dapat ditentukan tinggi-rendahnya mutu tes, disamping dapat
diusahakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaannya, sehingga dari waktu
ke waktu butir-butir soal tes objektif tersebut dapat lebih ditingkatkan mutu
atau kualitasnya dan dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur hasil
belajar yang baik.
Adapun segi-segi kekurangan dari tes objektif antara lain adalah, bahwa:
1. Menyusun butir-butir soal tes objektif adalah tidak semudah seperti halnya
menyusun tes uraian. Bukan hanya karena jumlah butir-butir soalnya cukup
banyak, menyiapkan kemungkinan jawab yang harus dipasangkan pada setiap
butir item pada tes objektif itu juga bukan merupakan pekerjaan yang ringan.
2. Tes objektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkap proses
berpikir yang tinggi atau mendalam. Ia lebih banyak mengungkap daya ingat atau
hafalan ketimbang mengungkap tingkat kedalaman berpikir testee terhadap materi
yang diujikan. Kekurangan ini terutama disebabkan karena untuk memberikan
jawaban pada tes objektif yang pada umumnya jawabannya pendek-pendek itu,
tentee tidak terlalu dituntut untuk berpikir secara mendalam.
3. Dengan tes objektif, terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain spekulasi,
tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban soal. Ini dapat terjadi, sebab
bagi testee yang sekalipun sebenarnya tidak tahu jawabannya, namun karena
pada setiap butir soal sudah dipasang kemungkinan-kemungkinan jawabannya,
maka tidak ada kesulitan sama sekali bagi testee untuk menebak salah satu
diantara kemungkinan jawab yang telah tersedia itu. Kalau saja jawaban yang
sifatnya menebak itu ternyata betul, maka tes tersebut akan menjadi alat
pengukur yang diragukan data ketepatan mengukurnya.
4. Cara memberikan jawaban soal pada tes objektif, dimana dipergunakan simbol-
simbol huruf yang sifatnya seragam, seperti: A, B, C, D dan E atau B- S dan
sebagainya, maka hal seperti ini dapat membuka peluang bagi testee untuk
melakukan kerjasama yang tidak sehat dengan testee lainnya. Misalnya dengan
menggunakan kode-kode berupa gerakan tangan, gelengan kepada atau dengan
cara-cara lainnya. Keadaan seperti ini sudah barang tentu akan membawa akibat
sama seperti yang dikemukakan pada butir 3, sebab baik faktor “menebak”
maupun faktor “berbuat curang” dapat dipastikan akan mengakibatkan
terjadinya kekeliruan (error) dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar,
dimana testee dengan kemampuan tinggi –(karena keberhati-hatiannya dalam
menentukan pilihan jawab)- jawabannya menjadi salah, sedang testee yang
sebenarnya kemampuannya rensah –(karena menebak dan berbuat curang)-
justru betul jawabannya.
Cara Mengatasi Kekurangan:
1. Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih
terus-menerus hingga betul-betul mahir.
2. Menggunakan table spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua.
3. Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan
(guessing) yang bersifat spekulatif itu.
TES URAIAN
A.    Pengertian Tes Uraian
Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang
secara tidak langsung, melalui respond seseorang terhadap stimulus atau
pertanyaan. Tes Uraian (essay test), yang juga sering dengan istilah tes subyektif,
adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik tertentu. Tes
uraian menuntut Peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan
menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya
yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Tes uraiana menurut Wiersma dan Juers (1999:73), Essay items provide the
students with an opportunity to organize, analyze, and synthesize ideas. Its potential
for measuring higher – level or complex learning outcomes. . Butir tes uraian
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyusun menganalisis dan
mensintesis ide-ide dan mengembangkan sendiri argumen serta menuliskannya dalam
bentuk yang tersusun. Tes uraian adalah butir soal yang menuntut siswa untuk
menyusun, merumuskan, dan mengemukakan sendiri jawabannya menurut kata-
katanya sendiri secara bebas. Tes uraian adalah bentuk tes dengan pertanyaan atau
tugas yang menjawabnya memerlukan ekspresi pemikiran peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tes uraian adalah butir
soal dengan pertanyaan dan jawabannya menuntut peserta didik untuk belajar
beragumentasi dengan bahasanya sendiri.

B.    Ciri-ciri Tes Uraian


Tes uraian banyak digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi
dalam aspek kognitif, seperti menggunakan, menganalisis, menilai dan berpikir
kreatif, sebab melalui tes tipe ini  peserta didik diajak untuk dapat menerangkan,
mengungkapkan, menciptakan, membandingkan, maupun menilai suatu objek
evaluasi. tes ini kurang cukup untuk mengukur aspek materi pelajaran yang pernah
disampaikan. Akan tetapi, tes uraian menyediakan kebebasan kepada peserta didik
dalam menentukan responsnya terhadap materi yang ditanyakan. Peserta didik
menyusun, menggunakan bahasanya sendiri dan pengetahuan yang telah dimilikinya
dalam menformulasikan jawaban yang disusunnya.
Ciri utama tes uraian yaitu a). Setiap peserta ujian menyusun jawabannya
sendiri dengan meminimalkan hambatan yang akan timbul, b). Peserta didik
menggunakan bahasa dan kata-katanya sendiri dalam menjawab pertanyaan (biasanya
menggunakan tulisan tangan sendiri atau mungkin juga ketikan komputer), c).
Pertanyaan yang diajukan lebih bersifat umum dan sangat sedikit jumlahnya, serta
kurang mewakili semua bahan atau materi belajar.d). Peserta didik mengemukakan
jawabannya dengan bermacam kelengkapan dan ketelitian, sesuai dengan kondisi
masing-masing.

Adapun ciri-ciri tes uraian yang lainnya yaitu sebagai berikut:


1.     Berbentuk pertanyaan
Tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa
uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
2.     Menuntut untuk memberikan pendapat
Tes tersebut bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah menuntut untuk memberikan
penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan dan sebagainya.
3.     Jumlah butir soal terbatas.
Tes uraian jumlah butir soalnya uumnya berkisar antara lima sampai dengn sepuluh
butir.
4.     Pada umumnya butir-butir soal tes uraian diawali dengan kata-kata jelaskan,
mengapa, bagaimana, terangkan, uraikan, dan kata-kata lain yang hampir sama
dengan itu.
C.    Macam-Macam Tes Uraian
Tes Uraian dibagi menjadi 2 macam yaitu
1.     Uraian Terbatas atau terstruktur
Soal yang disusun tidak mengembang tetapi lebih terarah dan terbatas,
sehingga ada batasan jawaban.Walaupun kalimat jawaban perserta didik itu
beraneka ragam, tetapi harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam
sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan
dikehendaki dalam soalnya. Maka yang paling penting dan harus diperhatikan
yaitu sistematika jawabannya. 
Contohnya:
a. Sebutkan dan jelaskan secara singkat tiga peristiwa yang terjadi pada
masa Khulafaur Rasyidin!
b. Sebutkan lima komponen dalam sistem komputer!
 

2.     Uraian tak terbatas atau bebas


Tes uraian jenis ini membuka kesempatan kepada setiap orang yang
menjawab pertnyaan untuk mengeluaran pendapatnya sesuai dengan yang dia
ketahui. Bebas beragumentasi dengan soal dan menjawab menurut
pandangannya masing-masing. Setiap tes mengandung problematik bukan hanya
sekedar menanyakan fakta-fakta saja. Oleh karena itu, setiap test mempunyai
cara dan sistematika yang berbeda-beda. Tetapi harus mempunyai patokan dalam
mengoreksi jawaban.
Contohnya:
1)     Coba jelaskan perbedaan tanaman monnokotil dan tanaman dikotil!
2)     Jelaskan perbedaan antara rukun dan wajib haji tersebut!
3)     Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, jalaskan dengan singkat!
D.    Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Tes Uraian
Seorang guru atau pendidik dalam membuat soal tes uraian harus
memperhatikan beberapa hal yaitu:
1. Setiap soal dalam pembuatannya harus direncanakan dengan baik serta
diarahkan untuk menguji salah satu tujuan pembelajaran. Tapi bukan berarti
satu soal hanya mengarah pada satu tujuan pembelajaran.
2. Setiap pertanyaan dirumuskan secara tepat, jawabannya singkat dan bukan
pertanyaannya yang sangat umum. Hal ini dapat mengurai daya pembeda dan
reliabilitas pertanyaan yang disusun
3. Waktu yang disediakan sesuai dengan tuntutan yang dikehendaki.
4. Semua pertanyaan harus mewakili semua materi yang sudah di
sampaikan.Oleh karena itu, penyusunan soal dilakukan sesuai dengan kisi-kisi
yang dibuat.
Tes uraian merupakan salah satu tes hasil belajar yang dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar, untuk mengetes daya ingat dan pemahaman testee terhadap
materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes. Serta kemampuan testee dalam
memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya. Tes uraian atau tes subyektif
ini digunakan bla jumlah testeenya terbatas.
E.    Kelebihan dan Kekurangan Tes Uraian
Tes hasil belajar bentuk uraian, memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1.     Pembuatannya mudah dan cepat
Dalam pembuatan soal tes uraian kalimat-kalimat yang digunakan cukup
pendek, sehingga dalam penyusunannya tidak terlalu sulit dan tidak terlalu
banyak memakan waktu, tenaga, pikiran, peralatan dan biaya.
2.     Dapat mencegah timbulnya spekulasi oleh peserta ujian.
Hal ini dimungkinkan karena hanya peserta yang mampu memahami
pertanyaan atau perintah yang diajukan dalam tes itu sajalah yang akan dapat
memberikan jawaban yang benar dan tepat. Namun, ada peserta ujian yang tidak
memahami pertanyaan yang dikemukakan dalam tes serta kemungkinan kecil
jawaban benar.
3.     Dapat mengevaluasi dan mengukur tingkat kedalaman dan penguasaan peserta
ujian dalam memahami materi yang ditanyakan dalam tes tersebut.
4.     Memacu peserta didik untuk mengemukakan pendapat.
Menggunakan tes uraian dapat mendorong dan membiasakan testee untuk
berani mengemukakan pendapat dan terbiasa untuk berani mengemukakan
pendapat dengan menggunakan ssusunan kalimat dan gaya bahasanya sendiri.
5.     Peserta ujian  tidak menerka-nerka.
6.     Ketepatan dan kebenaran testee dapat dilihat dari kalimat-kalimatnya.
7.     Menghemat waktu dalam  menyusun pertanyaan
8.     Tidak membutuhkan fasilitas yang banyak, seperti fasilitas untuk menstensil.,
kertas dan alat tulis lainnya.
            Adapun kelemahan dari tes hasil belajar bentuk uraian yaitu:
1.     Materi yang dicakup tidak luas
Tes hasil belajar bentuk uraian pada umumnya kurang dapat menampung isi
dan luasnya materi yang telah diberikan, yang seharusnya diujikan dalam tes hasil
belajar. Hal ini disebabkan karena jumlah butir soal tes uraian terbatas, sehingga sulit
bagi pembuat soal untuk menyusun soal dalam jumlah yang terbatas, dan soal
tersebut hasrus mewakili keseluruhan materi pelajar yang telah dipelajari.
2.     Cara mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit dan diperlukan waktu yang
lama.
Hal ini disebabkan karena jawaban dari soal tes uraian bisa panjang dan lebar
serta bervariasi. Sehingga dalam mengoreksi jawaban menyita tenaga, pikiran, dan
waktu serta sukar sekali dinilai secara tepat dan komprehensif.
3.     Guru sering terkecoh dalam memberikan nilai dan Ada kecendurungan guru untuk
memberikan nilai.
Maksudnya disini yaitu walaupun jawaban yang ditulis dilembar jawab itu
benar tetapi karena tulisannya tidak teratur, lembar jawab kotor, sobek dan
sebagainya. Maka nilai yang diberikan lebih rendah dari pada yang semestinya.
Sebaliknya dengan jawabannya kurang berkualitas tetapi karena tulisannya rapi, urut,
lembar jawab bersih, justru mendapatkan skor atau nilai yang lebih tinggi dari pada
semestinya. Hal ini terjadi karena dilihat dari keindahan kalimat dan tulisan, bahkan
juga oleh jumlah lembar jawaban.
4.     Jawaban tidak bisa dikoreksi oleh orang lain kecuali penyusunnya.
Hal ini terjadi karena yang dapat mengoreksinya terbata pada guru-guru yang
menguasai materi sehingga kurang praktis bila jumlah peserta didiknya banyak.
Jikalau orang lain yang mengoreksi jawaban akan mengalami kesulitan dan ada
kemungkinan pemberian nilai hasil tes bisa berbeda dari yang semestinya.
5.     Daya ketetepatan mengukur (validitas) dan daya kestabilan mengukur (reliabilitas)
yang dimiliki tes uraian rendah. Sehingga kurang dapat diandalkan sebagai alat
pengukuran hasil belajar yang baik.
6.     Nilai pada suatu butir memengaruhi nilai pada butir selanjutnya
7.     Kurangnya kemampuan peserta didik dalam memahami isi atau kurang konsisten
dalam menerjemahkan suatu utir, sehingga tes yang diberikan tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
F.     Petunjuk Operasional dalam Penyusunan Tes Uraian
Penyusunan tes uraian itu bertitik tolah dari keunggulan-keunggulan dan
kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Maka ada beberapa pedoman dalam menyusun
soal tes uraian diantaranya
1.     Memahami jenis stimulus yang diperlukan untuk menimbulkan atau
memancing keluarnya respond-respond.
2.     Materi yang akan diujikan hendaknya materi yang kurang cocok diukur
dengan menggunakan tes objektif.
3.     Mencakup semua ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan.
Setiap soal dapat tercakup berbagai macam materi yang cukup luas dan saling
berkaitan serta bersifat komprehensif.
4.     Untuk menghindari timbulnya perbuatan curang seperti menyontek,
hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan
susunan kalimat yang terdapat didalam buku pelajaran atau bahan lain yang
diminta untuk mempelajarinya dan dapat menyasah kecermatan peserta didik.
5.     Menyususun dan merumuskan kunci jawabannya dari soal yang telah dibuat.
Jawaban soal uraian jangan terlalu umum sehingga menyulitkan guru untuk
menskornya karena jawaban peserta didik yang heterogen.
6.     Pertanyaan-pertanyaan jangan dibuat seragam, melainkan dibuat secara
bervariasi. Sehingga tidak merasa bosan ketika mengerjakan soal tes uraian.
7.     Kalimat soal disusun secara ringkas, padat dan jelas. Sehingga cepat dipahami
dan tidak menimbulkan kebingungan dalam memberikan jawabannya.
8.     Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas
sehingga mudah dipahami dan tidak menimbulkan kebingungan seperti:
“Jawaban soal harus dituliskan si atas lembar berdasarkan nomor urut soal”.
9.     Jangan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih beberapa
item dari sejumlah item yang diberikan, sebab cara demikian tidak
memungkinkan untuk memperoleh skor yang dapat dibandingkan.
10.  Soal-soal tes urai harus mengarah pada hal-hal seperti menelaah persoalan,
menjelaskan, menggambarkan membandingkan dua hal atau lebih, memberikn
kritik terhadap sesuatu, menyelesaikan suatu persoalan seperti menghitung.[31]
11.  Gunakan bahan-bahan atau pengantar materi dalam menyususn tes uraian
tersebut.[32]
12.  Pertanyaan dimulai menggunakan kata-kata seperti: “Bandingkan”, “Berilah
alasan”, “Jelaskan bagaimana pendapat anda”, dan sebagainya. Jangan
memulai pertanyaan soal uraian dengan kata-kata “Apa”, “Siapa”, “Kapan”,
“Bilamana”, dan “Berapa”.
13.  Soal berhubungan dengan masalah yang terjadi di masyarakat. Hal ini
diarahkan untuk menilai bagaimana pendapat dan perhatian peserta didik
terhadap masalah yang terjadi.
14.  Usahakan agar soal uraian yang disusun dapat menimbulkan perilaku yang
dikenhendaki untuk dilakukan oleh peserta didik.
15.  Sesuaikan panjang-pendeknya dan kompleksitas jawaban dengan tingkat
kematangan siswa.
16.  Tulislah pedoman skor atau nilai jawaban untuk tiap soal.
G.   Cara Mengoreksi Soal Uraian
Metode yang ddapat di lakukan dalam mengoreksi soal bentuk uraian Yaitu:
1.     Metode Pernomor
Guru dalam mengoreksi jawaban peserta didik untuk setiap nomor. Misalnya,
guru mengoreksi jawaban nomor satu untuk seluruh peserta didik, kemudian
dilanjutkan dengan mengoreksi nomor dua dan seterusnya.[36] Metode ini membantu
guru dalam memberikan nilai, karena mempermudah guru dalam menilai kualitas
jawaban peserta didik itu berbeda-beda. Akan tetapi, metode pernomor ini sangat
membutuhkan waktu yang cukup lama .
2.     Metode Perlembar
Guru dalam mengoreksi jawaban peserta didik dengan metode ini yaitu
dengan mengoreksi setiap lembar jawaban peserta didik mulai dari nomor satu
sampai nomor terakhir. Kelebihan dari metode ini yaitu relatif lebih murah dan
memerlukan waktu yang relatif sedikit. Sedangkan kelemahannya yaitu guru sering
memberi skor yang berbeda atas dua jawaban yang saa kualitasnya atau sebaliknya.
3.     Metode Bersilang
Guru dalam mengoreksi jawaban peserta didik dengan menukarkan hasil
koreksi dengan seseorang korektor kepada korektor yang lain. Jika telah selesai
diikoreksi oleh seorang korektor, kemudian dikoreksi kembali oleh korektor yang
lain. Kelebihan dari metode ini yaitu faktor subjektif dapat dikurangi, sedangkan
kelemahnnya yaitu membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak.[37]
      Berdasarkan penjelasan diatas guru dapat menggunakan salahsatu dari ketiga
metode tersebut atau secara bervariasi. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan.
Adapun metode yang dapat digunakan guru dalam mengoreksi jawaban soal uraian
yaitu
1.     Analytical Method,
Metode ini merupakan suatu cara untuk mengoreksi jawaban peserta didik dengan
menganalisis jawaban peserta didik dengan jawaban yang sudah disediakan guru ,
kemudian dianalisis menjadi beberapa langkah atau unsur yang terpisahdan setiap
langkah diberi skor -skor tertentu.Setelah satu model jawaban tersusun , maka
jawaban masing-masing tersebut, kemudian diberi skor dengan tingkat kebenarannya.
2.     Sorting Method
Metode memilih yang dipergunakan untuk memberi skor terhadap jawaban-jawaban
yang tidak dibagi-bagi menjadi unsur-unsur. Jawaban peserta didik harus dibaca
secara keseluruhan.
            Selanjutnya ada metode yang bisa digunakan guru dalam mengoreksi jawaban
dari peserta didik yang cocok untuk bentuk soal uraian bebas dan soal uraian terbatas,
yaitu:
1.     Metode Rating Method
Metode ini merupakan salah satu cara untuk mengoreksi jawaban peserta
didik dengan setiap jawaban peserta didik ditetapkan dalam salah satu kelompok yang
sudah dipilah-pilah berdasarkan kualitasnya selagi jawaban tersebut dibaca.
Kelompk- kelompok tersebut menggambarkan kualitas dan menentukan berapa skor
yang akan diberikan pada setiap jawaban. Contohnya, sebuah soal akan diberi skor
maksimum 9, maka bagi soal tersebut dapat dibuat 10 kelompok jawaban dari 9
sampai 0. Metode ini sangat cocok digunakan untuk bentuk uraian berbeda.
2.     Metode Point Method
Metode ini, setiap jawaban peserta didik dibandingkan dengan jawaban ideal
yang telah ditetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang diberikan untuk setiap
jawaban akan bergantung pada kesesuaian atau kesamaan dengan kunci jawaban.
Metode ini sangat cocok digunakan untuk bentuk soal uraian terbatas.
            Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto, ada 6 cara dalam mengoreksi
jawaban peserta diidik, yaitu:
1.     Nilailah jawaban-jawaban soal uraian sesuai dengan hasil belajar yang sedang diukur.
2.     Untuk soal-soal uraian dengan jawaban terbatas berilah skor dengan point atau
sunakan pedoman jawaban sebagai petunjuk.
3.     untuk soal tes uraian dengan jawaban terbuka, maka gunakan kriteria tertentu sebagai
pedoman penilaian.
4.     Evaluasilah semua jawaban peserta didik soal demi soal dan bukan siswa demi siswa.
5.     Evaluasilah jawaban-jawaban sal uraian tanpa mengetahui identitas atau nama pesera
didik  yang mengerjakan jawaban itu.
6.     Meminta bantuan guru dua atau tiga orang untuk mngecek reabilitas penilaian
terhadap jawabn-jawaban uraian tersebut.
H.    Langkah-langkah Pemberian Skor
Adapun langkah-langkah pemberian skor untuk soal bentuk uraian non-objektif
adalah sebagai berikut:
1.     Tulislah garis-garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan egangan
dalam pemberitahuan skor.
2.     Tetapkan rentang skor untuk setiap kriteria jawaban.
3.     Pemberian skor pada setiap jawaban bergantung pada kualitas jawaban yang
diberikan oleh peserta didik.
4.     Jumlahkan skor-skor yang diperoleh dari setiap kriteria jawaban sebagai skor peserta
didik. Jumlah skor tertinggi dari setiap kriteria jawaban disebut skor maksimum dari
suatu soal.
5.     Periksalah soal untuk setiaap nomor dari semua peserta didik sebelum pindah ke
nomor soal yang lain. Tujuannya untuk menghindari pemberian skor berbeda
terhadap jawaban yang sama.
6.     Jika setiap butir soal tlah selesai diskor, hitunglah jumlah skor perolehan peserta didik
untuk setiap soal, kemudian hitunglah nilai tiap soal dengan rumus:
Nilai tiap soal= x bobok soal
7.     Jumlahkan semua nilai yang diperoleh dari semua soal. Jumlah nilai ini disebut nili
akhir dari suatu perangkat tes yang diberikan.
TABEL PERBANDINGAN ANTARA TES OBJEKTIF DENGAN TES
URAIAN
Aspek Tes Uraian Tes Objektif
Taksonomi yang a. Baik digunakan untuk a. Baik digunakan untuk
diukur mengukur kemampuan mengukur pengetahuan
memahami, apabila dan fakta dengan cara memilih
analisis, paling bagus jawaban yang didesai untuk
digunakan untuk jenis tertentu, seperti pilihan
mengukur kemampuan jamak. Analisis hubungan
menyatakan pendapat, dapat digunakan untuk
menyusun ide dan mengukur pemahaman dan
memecahkan masalah aplikasi.
atau aspek evaluasi dan b. Kurang baik untuk
kreatif. mengukur hasil belajar yang
b. Kurang tepat digunakan mencakup kemampuan
untuk mengukur analisis dan evaluasi atau
penguasaan fakta menyusun ide, dan
keterampilan atau untuk
memecahkan masalah.
Jumlah sampel Hanya dapat menanyakan Dapat menanyakan lebih
materi beberapa pertanyaan banyak sampel materi/bahan
sehingga kurang mewakili sehingga benar-benar mewakili
materi yang pernah bahan yang dipelajar
diajarkan
Penyusunan Menyusun pertanyaan yang Menyusun pertanyaan yang
pertanyaan baik sukar tetapi mudah dari baik, sukar dan memerlukan
pertanyaan objektif, waktu waktu
yang diperlukan singkat
Pengolahannya Pengolahan sangat subjektif, Pengolahan objektif, sederhana
sukar, dan ketepatannya dan ketepatannya tinggi
kurang
Faktor-faktor yang Hasil kemampuan murid Hasil kemampuan murid dapat
mengganggu hasil dapat terganggu oleh terganggu oleh kemampuan
pengolahan kemampuan menulis dan membaca dan terkesan
mendongeng
Pengaruh terhadap Mendorong murid untuk Mendorong murid untuk
murid/siswa mengorganisir, banyak mengingat, membuat
menghubungkan, interpretasi dan analisa ide
menyatakan idenya sendiri orang lain

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MEMERIKSA HASIL


TES
1. Memeriksa hasil tes objektif
Keunggulan tes Objektif : hasil tes dapat diperiksa sangat cepat dan tepat serta
mempunyi ketetapan hasil yang tinggi.
Cara pemeriksaan:
- Dengan pemeriksaan secara manual. Cara ini tepat jika jumlah peserta tesnya tidak
terlalu banyak
- Membuat master kunci jawaban pada lembar jawaban kosong.
Jika jumlah peserta tes sangat besar maka pemeriksaan secara manual dirasa
tidak efektif lagi.
Maka digunakan fasilitas komputer untuk menskor dan mengolahnya.
Prinsip kerja pemeriksaan jawaban dengan menggunakan fasilitas komputer :
a. Semua jawaban siswa di scan
b. Identitas data siswa yang terisi benar dipisahkan dengan identitas data siswa yang
salah melalui proses editing.
c. Data yang salah tersebut harus diperbaiki melalui proses up-dating .
d. Setelah semua identitas data siswa benar mala langkah selanjutnya adalah
memasukkan kunci jawaban ke dalam komputer.
e. Langkah berikutnya adalah menghitung jawaban yang benar untuk setiap siswa
melalui proses scoring.

2. Memeriksa hasil tes Uraian


Terdapat lima faktor yang menjadi permasalahan pada saat memeriksa hasil tes
uraian, yaitu:
1. Ketidaktetapan pemeriksa dalam memberikan skor
2. Adanya hallo-effect
3. Adanya carry over effect
4. Adanya order effect, dan
5. Adanya efek penggunaan bahasa serta tulisan siswa.
Cara-cara meminimalkan permasalahan-permasalahan dalam pemeriksaan tes
uraian :
a. Untuk menjaga ketetapan hasil pemeriksaan (reliabilitas), sebaiknya setiap lembar
jawaban siswa minimal diperiksa oleh dua orang pemeriksa yaitu pemeriksa 1 dan
pemeriksa 2.
b. Sebelum mulai memeriksa jawaban siswa, kedua pemeriksa harus duduk bersama
menyamakan persepsi untuk mencari kesepakatan-kesepakatan tentang bagaimana
cara memeriksa jawaban siswa.

Anda mungkin juga menyukai