Anda di halaman 1dari 5

Diny Oktavia Sabda

1710531041

Seminar Akuntansi Keuangan

1. Asumsi dasar akuntansi yaitu :

 Kesatuan Usaha Khusus (Separate Entity/Economic Entity)

Konsep ini menganggap bahwa Perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha yang
berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya atau dengan kata lain dianggap sebagai “unit
akuntansi” yang terpisah dari pemiliknya atau dari kesatuan usaha yang lain. Untuk tujuan
akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemegang saham atau pemilik. Maka transaksi-
transaksi perusahaan dipisahkan dari transaksi-transaksi pemilik dan oleh karenanya maka
semua pencataan dan laporan dibuat untuk perusahaan tadi.

 Kontinuitas Usaha (Going Concern/Continuity)

Konsep ini menganggap bahwa suatu perusahaan itu akan hidup terus atau diharapkan
tidak akan terjadi likuiditas di masa yang akan datang. Penekanan dari konsep ini adalah
terhadap anggapan bahwa akan tersedia cukup waktu bagi suatu perusahaan untuk
menyelesaikan usaha, kontrak-kontrak dan perjanjian-perjanjian. Oleh karena itu dibuat
berbagai metode penilaian dan pengalokasian dalam akuntansi yang didasarkan pada konsep
ini. Sebagai contoh adalah prosedur amortasisasi dan depresiasi. Jadi bila tidak terdapat bukti
yang cukup jelas bahwa suatu perusahaan itu akan berhenti usahanya maka kesatuan usaha
itu harus dipandang akan hidup terus. Tetapi apabila terdapat bukti yang jelas bahwa suatu
perusahaan itu umurnya terbatas, misalnya dalam hal joint ventures, maka anggapan
kontinuitas usaha ini tidak lagi digunakan.

 Penggunaan Unit Moneter Dalam Pencatatan

Beberapa transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan dapat dicatat dengan
menggunakan ukuran unit fisik atau waktu, tetapi karena tidak semua transaksi itu bisa
menggunakan ukuran unit fisik yang sama, sehingga akan menimbulkan kesulitan-kesulitan
didalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Untuk mengatasi masalah ini maka
semua transaksi-transaksi yang terjadi akan dinyatakan didalam catatan dalam bentuk unit
moneter pada saat terjadinya transaksi itu. Unit moneter yang dipergunakan adalah mata uang
dari Negara dimana perusahaan itu berdiri.

Pencatatan transaksi dengan menggunakan ukuran mata uang pada saat terjdinya suatu
transaksi disebut pecatatan yang didasarkan pada biaya historis. Dasar ini digunakan dengan
suatu anggapan bahwa daya beli unit moneter yang dipakai adalah stabil dan perubahan-
perubahan daya beli yang terjadi tidak akan mengakibatkan penyesuaian- penyesuaian.
Tetapi jika terjadi perubahan daya beli yang mencolok (terutama dalam keadaan inflasi)
maka laporan-laporan keuangan yang disusun dengan dasar biaya historis akan memberikan
gambaran yang tidak sesuai dengan keadaan, dan dengan demikian kegunaannya akan
berkurang.
 Periode Waktu (Time period/Periodicity)

Kegiatan perusahaan berjalan terus dari periode yang satu ke periode yang lain
dengan volume dan laba yang berbeda. Masalah yang timbul adalah pengakuan dan
pengalokasian ke dalam periode-periode tertentu di mana dibuat laporan-laporan
keuangan. Laporan-laporan keuangan ini harus dibuat tepat pada waktunya agar berguna
bagi manajemen dan kreditur. Oleh karena itu periode dilakukan alokasi periode-periode
untuk transaksi-transaksi yang memengaruhi beberapa periode. Alokasi ini dilakukan
dengan taksiran-taksiran

Selisih antara jumlah-jumlah yang ditaksir dengan yang sesungguhnya terjadi jika
tidak cukup berarti, akan diserap oleh periode berikutnya. Tetapi jika selisih itu jumlahnya
tidak cukup berarti sehingga akan menyesatkan laporan keuangan periode berikutnya
maka akan dilakukan penyesuaian terhadap laporan-laporan keuangan periode itu.

 Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)

Prinsip ini menghedaki digunakannya harga perolehan dalka mencatat aktiva, utang,
modal dan biaya. Yang dimaksud dengan harga perolehan adalah harga pertukaran yang
disetujui oleh kedua belah pihak yang tersangkut dalam transaksi. Wlaupun tedapat
kesulitan sampai saat ini prinsip biaya historis masih tetap berlaku karena data biaya historis
ini dianggap paling objektif.

 Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)

Istilah pendapatan dalam prinsip ini merupakan istilah yang luas, dimana di
dalam pendapatan termasuk juga pendapatan bunga, sewa, laba, penjualan aktiva dal
lain-lain. Biasanya pendapatan diakui pada saat terjadinya penjualan barang dan jasa

2. Karakteristik laporan keuangan yang berkualitas yaitu :


 Relevan

Laporan keuangan dikatakan relevan jika informasi yang disajikan dalam laopran keuangan
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna, yaitu membantu mereka dalam
mengevaluasi kejadian masa lalu dan masa kini, serta dapat mengoreksi atas hasil evaluasi di
masa lalu.

 Dapat Dipahami

Kualitas yang penting dalam membuat analisis laporan keuangan adalah memiliki karakteristik
yang dapat di mengerti dan mudah untuk dipahami bagi setiap pengguna. Untuk maksud ini,
pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai mengenai aktivitas ekonomi dan
bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informarsi tersebut dengan ketekunan
yang wajar. Apabila pengguna laporan keuangan dapat mengerti semua informasi yang
disajikan, maka informasi tersebut bisa dikatakan dapat dipahami dan dimengerti.

 Dapat Dibandingkan
Informasi yang terkadung dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan
dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas lain pada
umumnya. Karekteristik ini bertujuan untuk membandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode,untuk mengidentifikasi kecendrungan posisi dan kinerja keuangan serta untuk
mengevaluasi posisi keuangan,kinerja dan perubahan posisi keuangan secara relatif atau
membandingkan laporan keuangan dengan periode yang lampau.

 Andal

Laporan keuangan dikatakan andal apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
bebas dan tak terikat dengan pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan
semua fakta yang ada secara jelas dan jujur serta informasi yang disajikan telah terverivikasi.

3. beberapa dampak dari laporan keuangan yang mengandung salah saji material? dan
hubungannnya dengan ada /tidaknya general audit

Berikut dampak dari laporan keuangan yang mengandung salah saji material:

1. Adanya Resiko Pengambilan Keputusan yang Salah

Laporan keuangan salah satunya digunakan oleh para pengambil keputusan dalam
perusahaan. Adanya kesalahan dalam laporan keuangan tentu akan mempengaruhi proses
pengambilan keputusan ini. Selain itu, hal ini juga bisa menyebabkan adanya keraguan
terhadap kredibilitas perusahaan. Akibatnya, perusahaan akan sulit untuk mendapatkan
kepercayaan dari donatur, investor, atau pelanggan.

2. Kesalahan Laporan Keuangan Mempengaruhi Pajak, Denda, dan Audit

Adanya kesalahan pada laporan keuangan perusahaan tentu akan sangat mempengaruhi
terhadap perhitungan pajak, denda yang harus dibayarkan, serta proses audit perusahaan.
Adanya kesalahan data bisa menyebabkan perusahaan harus membayarkan sejumlah uang
tertentu saat proses audit dilaksanakan. Sebaliknya, adanya data keuangan yang akurat dan
rekonsiliasi yang tuntas membantu seluruh pihak terkait untuk bisa tenang saat proses audit.

3. Laporan Keuangan Digunakan Oleh Konsultan untuk Analisa

Kebanyakan perusahaan sekarang menggunakan jasa konsultan pihak ketiga untuk


melakukan analisa. Hasil dari analisa yang dilakukan oleh konsultan ini akan digunakan
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Namun, konsultan ini
tentu akan menggunakan data-data yang diberikan oleh perusahaan, termasuk juga laporan
keuangan perusahaan. Adanya kesalahan dalam laporan keuangan ini bisa menyebabkan
adanya kesalahan analisa dan saran yang diberikan.
4. Adanya Biaya Tambahan Bagi Perusahaan

Adanya kesalahan pada laporan keuangan juga bisa mengakibatkan adanya biaya tambahan
bagi perusahaan. Kelebihan profit perusahaan yang tertulis pada laporan keuangan bisa
mengakibatkan adanya denda saat audit dilakukan. Selain itu, kesalahan perhitungan
depresiasi aset perusahaan bisa menyebabkan pembayaran pajak yang lebih besar. Karena
hal-hal itulah kesalahan laporan keuangan bisa menyebabkan adanya biaya tambahan bagi
perusahaan.

5. Memberikan Citra Buruk bagi Perusahaan

Keberhasilan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan sangat dipengaruhi oleh citra
perusahaan tersebut di mata masyarakat. Masyarakat cenderung lebih senang membeli
produk atau menggunakan jasa dari perusahaan yang memiliki citra yang baik. Perusahaan
yang memiliki kesalahan pada laporan keuangan dan telah tersebar ke publik akan memiliki
citra yang lebih buruk. Orang akan beranggapan bahwa perusahaan tersebut berisi orang-
orang yang tidak profesional dan diatur oleh manajemen yang buruk. Selain itu, perusahaan
tersebut juga akan dianggap memanipulasi data dan tidak etis.

6. Kesalahan Laporan Keuangan Mempengaruhi Aliran Dana

Dampak umum lainnya dari kesalahan pada laporan keuangan yaitu adanya pengaruh buruk
bagi aliran dana perusahaan. Laporan keuangan yang salah tidak bisa menceritakan mengenai
keadaan keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Memperbaiki hal ini juga termasuk
kegiatan yang sulit dan sangat memakan waktu. Hal ini juga akan mempengaruhi pengaturan
dan pengiriman invoice. Akibatnya, perusahaan akan lebih lama menerima pembayaran dari
waktu yang seharusnya. Hal ini tentu akan mempengaruhi banyak hal lain, misalnya
pembayaran gaji karyawan.

7. Kesalahan Laporan Keuangan Mempengaruhi Proses Budgeting dan Perkiraan

Data dari laporan keuangan tentu akan digunakan untuk proses budgeting di tahun berikutnya.
Adanya kesalahan dalam pembuatan laporan keuangan tentu bisa menyebabkan adanya
kesalahan juga dalam proses budgeting. Selain itu, perkiraan mengenai pertumbuhan
perusahaan juga sangat bergantung terhadap keakuratan data dalam laporan keuangan.
Hubungannnya dengan ada /tidaknya general audit , salah saji akan mempengaruhi
opini auditor dalam audit general terhadap kewajaran laporan keuangan. Adanya salah saji
material dalam laporan keuangan akan menyebabkan perusahaan untuk membayar jasa audit
dalam pelaksanaan proses audit dalam Pemeriksaan Umum (General Audit), yang merupakan
suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang independen dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan. Dan sebaliknya jika adanya data keuangan yang akurat akan
membantu semua pihak untuk tenang saat proses audit.

4. Uraikan beberapa alasan kenapa terjadinya perbedaan struktur Laporan Posisi

Keuangan menurut SAK dengan IFRS?

Masih terdapatnya perbedaan antara PSAK 1 dengan IFRS adalah karena


pengapdosian terhadap IFRS harus disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Selain itu
adopsi di Indonesia termasuk lambat. Seringkali ketika IFRS telah berjalan beberapa tahun,
di Indonesia baru dilakukan pengadopsian. Keduanya memiliki perbedaan secara
pengaplikasian dan teknis penyusunannnya. IFRS tersebut hanya berfungsi sebagai pedoman
dalam menyusun PSAK, Sehingga hal ini juga ditekankan karena kondisi dari negara tersebut
(politik, ekonomi, sosial dll). Oleh karena itu harmonisasi praktik akuntansi internasional sulit
untuk dilakukan.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar akuntansi internasional


(IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan atau full
adoption (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Pada tahun 2012 tersebut diharapkan
Indonesia sudah mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan khusus untuk perbankan
diharapkan tahun 2010.

Jika dikaitkan dengan IFRS maka konvergensi dapat diartikan sebagai proses
menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS. Lembaga profesi
akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi
penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan
keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami
dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca atau
pengguna lain. Maka indonesia harus menyesuaikan peraturan yang dibuatnya dengan
peraturan IFRS

Anda mungkin juga menyukai