Antibiotik adalah senyawa kimia organik yang dihasilkan oleh mikroba dan
memiliki berat molekul rendah. Senyawa tersebut akan menghambat pertumbuhan
bakteri dalam konsentrasi yang rendah. Antibiotik akan menghambat membran sel,
sintesis asam amoni, sintesis protein dan menghambat dinding sel (Soekardjo, 1995).
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Peneliti di seluruh dunia memperoleh banyak
zat lain dengan khasiat antibiotik namun berhubung dengan adanya sifat toksis bagi
manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya
adalah streptomycin vial injeksi, Tetrasiklin kapsul, Kanamisin kapsul, Erytromicin
kapsul, Colistin tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin kapsul Kegiatan antibiotika
untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Flemming pada
tahun 1928 (Penisilin). Penemuan ini baru dikembangkan dan dipergunakan dalam
terapi di tahun 1941 oleh dr. Florey (Oxford) yang kemudian banyak zat lain dengan
khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi
berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai
obat (Djide, 2003).
Antibiotik dibagi menjadi dua golongan berdasar kegiatannya yaitu
antibiotik yang memiliki kegiatan luas (Broad Spectrum), yaitu antibiotik yang dapat
mematikan Gram positif dan bakteri Gram negatif. Antibiotik jenis ini diharapkan
dapat mematikan sebagian besar bakteri, termasuk virus tertentu dan protozoa.
Golongan kedua adalah antibiotik yang memiliki kegiatan sempit (narrow spectrum).
Antibiotik golongan ini hanya aktif terhadap beberapa jenis bakteri. penicillin,
streptomisin, neomisin, basitrasina. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh
mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
(microbiostatic). Antibiotik yang termasuk kedalam kategori spektrum luas adalah
Tetrasiklin, Azithromisin, Moxiflosasin, Klaritomisin, Sefuroxime asetil,
Ciproflosasin, Oflosasin, Levoflosasin, Cefdinir, Gatiflosasin, dan Cefpodosime
prosetil. Antibiotik yang termasuk dalam kategori spektrum sempit contohnya
Amoksisilin, Sulfamethoxazole, Klindamisin, Doksiklisin, Eritromisin, Sefaleksin,
Minosiklin, dan Penisilin (Madigan & Martinko, 2006).
Menurut Soekardjo (1995), suatu antibiotik dikatakan ideal apabila
memenuhi syarat-syarat berikut, yaitu mempunyai kemampuan untuk mematikan
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara luas, tidak menyebabkan
terjadinya resistant terhadap mikroorganisme patogen, tidak menimbulkan efek
samping yang buruk pada host, seperti reaksi alergi, kerusakan saraf, iritasi lambung
dan sebagainya, dan tidak mengganggu keseimbangan flora normal, seperti flora
usus atau flora kulit. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas antibiotik, yaitu pH
lingkungan, mikroba dapat tumbuh dengan baik pada pH antara 6.0-8.0. Komponen
dalam media yaitu air, mineral misalnya Na, K, Zn, Mg, dan unsur C dan N.
Stabilitas obat, pada suhu penyimpanan ada beberapa antibiotika yang aktivitasnya
hilang, untuk itu eritromisin jangan disimpan pada suhu kamar karena potensinya
akan menurun tetapi bila disimpan pada suhu 50 C akan tahan beberapa minggu.
Ukuran inoculum, umumnya makin besar inoculum bacteria makin kurang tngkat
kepekaan organisme. Populasi bakteri kecil dapat menguntungkan karena kalau besar
menyebabkan sebagian bakteri menjadi resistenterhadap obat sehingga menghasilkan
daerah hambatan yang lebih sempit dari pada daerah hambatan yang sebenarnya.
Oleh karena itu dalam penelitian dibuat sama ukuran bakterinya yaitu 108 CFU/ml.
Perpanjangan waktu penyimpanan, memberikan kesempatan kepada sebagian bakteri
yang resisten untuk mengadakan pertumbuhan lagi karena aktivitas antibiotika
terhadap bakteri telah berkurang sehingga aktivitas antibiotika tidak jelas. Dalam
Penelitian ini waktu pengeraman 18-24 jam. Aktivitas metabolism organisme, oleh
karena itu dalam penelitian selallu digunakan bakteri yang dimudakan selama 3-4
jam (Jawetz et al., 2001).
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cawan petri,
tabung reaksi, kertas cakram, pembakar bunsen, pipet ukur 1 ml, filler, cotton bud
steril, pinset, label, dan tissue.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah isolat cair
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, medium Nutrient Agar (NA),
medium Nutrient Broth (NB), antibiotik (Kloramfenikol, Tetrasiklin,
Streptomisin, dan Eritromisin) pada konsentrasi berbeda (64 μg/mL, 128 μg/mL,
256 μg/mL, dan 512 μg/mL) , wrapper, dan korek api.
B. Cara Kerja
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Uji Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
Secara aseptis sebanyak 0,5 mL isolat cair Staphylococcus aureus atau
Escherichia coli disuspensikan masing-masing ke dalam 16 tabung yang
berisi medium Nutrient Broth 4 mL. Setelah itu, tiap 4 tabung medium
Nutrient Broth tadi ditambahkan antibiotik Kloramfenikol masing-masing
sebanyak 0,5 ml dengan masing-masing Kloramfenikol terdapat 4
konsentrasi berbeda yaitu 64 μg/mL, 128 μg/mL, 256 μg/mL, dan 512 μg/mL.
Sebanyak 4 tabung medium Nutrient Broth ditambahkan antibiotik
Tetrasiklin masing-masing sebanyak 0,5 ml dengan masing-masing
Tetrasiklin terdapat 4 konsentrasi berbeda yaitu 64 μg/mL, 128 μg/mL, 256
μg/mL, dan 512 μg/mL. Sebanyak 4 tabung medium Nutrient Broth
ditambahkan antibiotik Streptomisin masing-masing sebanyak 0,5 ml dengan
masing-masing Streptomisin terdapat 4 konsentrasi berbeda yaitu 64 μg/mL,
128 μg/mL, 256 μg/mL, dan 512 μg/mL. Sebanyak 4 tabung medium
Nutrient Broth ditambahkan antibiotik Eritromisin masing-masing sebanyak
0,5 ml dengan masing-masing Eritromisin terdapat 4 konsentrasi berbeda
yaitu 64 μg/mL, 128 μg/mL, 256 μg/mL, dan 512 μg/mL. Seluruh tabung
dinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37oC. Setelah diinkubasi, dilihat
interpretasinya dengan mengamati tingkat kekeruhan pada setiap konsentrasi
antibotik. Jika terdapat kekeruhan, maka antibiotik tersebut tidak mampu
menghambat bakteri yang disuspensikan. Kultur jernih didapatkan pada
konsentrasi terendah.
2. Uji Kirby-Bauer
Medium NA pada cawan petri dibagi menjadi 4 zona. Cotton bud
steril dicelupkan ke dalam isolat cair Staphylococcus aureus atau Escherichia
coli, lalu diulas (lawn) searah ke medium NA pada cawan petri. Masing-
masing kertas cakram yang sudah diberi antibiotik berbeda (Kloramfenikol,
Streptomisin, Eritromisin, dan Tetrasiklin) diambil dengan pinset dan
diletakkan di tengah masing-masing zona pada medium NA yang sudah
dibagi sebelumnya. Setiap satu zona berisi satu kertas cakram dengan
antibiotik yang berbeda. Setelah itu, diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu
37oC. Setelah masa inkubasi, diukur zona penghambatan yang terbentuk pada
masing-masing antibiotik terhadap biakan bakteri Staphylococcus aureus atau
d 1+ d 2
Escherichia coli dengan rumus . Hasil pengukuran dibandingkan
2
dengan standar zona penghambatan dari masing-masing antibiotik dan
ditentukan pengaruh yang resistant, intermediate, dan sensitive dari bakteri
uji terhadap masing-masing antibiotik. Hasil perhitungan zona hambat dapat
dicocokkan dengan tabel berikut :
Tabel Antibiogram Escherichia coli
Antibiotik Resistant (mm) Intermediate (mm) Sensitive (mm)
Kloramfenikol ≤ 15 16-17 ≥ 18
Tetrasiklin ≤ 14 15-18 ≥ 19
Eriromisin - - -
Streptomisin ≤ 11 12-14 ≥ 15
Tabel Antibiogram Staphylococcus aureus
Antibiotik Resistant (mm) Intermediate (mm) Sensitive (mm)
Kloramfenikol ≤ 15 16-17 ≥ 18
Tetrasiklin ≤ 18 19-22 ≥ 23
Eriromisin ≤ 13 14-22 ≥ 23
Streptomisin - - -
.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data Penghitungan:
Uji Sensitivitas Bakteri terhadap Antibiotik Metode Kirby-Bauer
Tetrasiklin _4 + 4,5_ = 8,5 = 4,25 42,5 mm (Sensitive)
2 2
Eritromisin _2,5 + 2,5 = 5 = 2,5 25 mm (Sensitive)
2 2
Streptomisin _3 + 6,5_ = 9,5 = 4,75 47,5 mm (Sensitive)
2 2
Kloramfenikol _4 + 2,5_ = 6,5 = 3,25 32,5 mm (Sensitive)
2 2
Berdasarkan data tabel dan penghitungan di atas, kelompok 4 rombongan I
memiliki hasil uji sensitivitas bakteri Staphylococcus aureus terhadap antibiotik
didapatkan hasil penghitungan uji Kirby-Bauer pada antibiotik Tetrasiklin
diameter rata-rata koloni adalah 42,5 mm, antibiotik Eritromisin diameter rata-rata
koloni adalah 25 mm, antibiotik Streptomisin diameter rata-rata koloni adalah
47,5 mm, dan antibiotik Kloramfenikol diameter rata-rata koloni adalah 32,5 mm.
Hasil uji minimum inhibitory concentration (MIC) medium Nutrient Broth (NB)
dengan warna paling jernih didapatkan pada penambahan antibiotik Tetrasiklin 64
μg/mL, antibiotik Kloramfenikol 512 μg/mL, antibiotik Streptomisin 256 μg/mL,
dan antibiotik Eritromisin 256 μg/mL.
A B
C D
A B C D
A B C D
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran dalam praktikum kali ini adalah sebaiknya setiap praktikan
menghargai detik-detik terakhir praktikum Bakteriologi dan mengisinya
dengan sikap yang baik karena asisten praktikum akan memberikan materi
praktikum yang sangat bermanfaat. Praktikan seharusnya tidak berpikir cepat
pulang sehingga praktikan dapat menikmati acara praktikum dan ilmunya
masuk ke otak.
DAFTAR PUSTAKA