Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN MATERI KULIAH

TEORI AKUNTANSI

Fair Value Accounting

Oleh:
Ariel Suryo (1707531045)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
I. PEMAHAMAN FAIR VALUE ACCOUNTING
PSAK 68 mendefinisikan nilai wajar /fair value sebagai “harga yang akan diterima
untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas
dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran”.
TRANSAKSI: (Paragraf 15 dan 16)
Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa transaksi pertukaran terjadi dalam
suatu transaksi teratur di pasar utama, atau jika tidak ada, di pasar yang paling
menguntungkan
Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa:
1. Aset atau liabilitas dipertukarkan dalam suatu transaksi teratur antara pelaku pasar
untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas pada tanggal pengukuran berdasarkan
kondisi pasar saat ini
2. Transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas terjadi:
a. di pasar utama untuk aset atau liabilitas tersebut; atau
b. jika tidak terdapat pasar utama, di pasar yang paling menguntungkan untuk aset
atau liabilitas tersebut.

Pelaku Pasar (Paragraf 22)


Entitas mengukur nilai wajar suatu aset atau liabilitas menggunakan asumsi yang akan
digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga aset atau liabilitas tersebut, dengan
asumsi bahwa pelaku pasar bertindak dalam kepentingan ekonomik terbaiknya.
PSAK 68 mendefinisikan pelaku pasar (market participants) sebagai “pembeli dan
penjual di pasar utama (atau pasar yang paling menguntungkan) untuk aset atau liabilitas
yang memiliki seluruh karakteristik sebagai berikut:
a. Pembeli dan penjual independen satu sama lain, yaitu bukan pihak berelasi
sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 7: Pihak-pihak Berelasi, walaupun harga
dalam transaksi dengan pihak berelasi dapat digunakan sebagai input yang digunakan
dalam pengukuran nilai wajar jika entitas memiliki bukti bahwa transaksi dilakukan
menggunakan persyaratan pasar.
b. Pembeli dan penjual memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai
aset atau liabilitas dan transaksi menggunakan seluruh informasi yang tersedia,
termasuk informasi yang dapat diperoleh melalui upaya uji tuntas yang lazim dan
umum.
c. Pembeli dan penjual dapat melakukan transaksi atas aset atau liabilitas.
1
d. Pembeli dan penjual bersedia untuk melakukan transaksi atas aset atau liabilitas, yaitu
mereka termotivasi namun tidak terpaksa, atau dipaksa untuk melakukan hal tersebut.

Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Paragraf 27)

Pengukuran nilai wajar aset nonkeuangan memperhitungkan kemampuan pelaku pasar


untuk menghasilkan manfaat ekonomik dengan menggunakan aset dalam penggunaan
tertinggi dan terbaiknya (highest and best use) atau dengan menjualnya kepada pelaku
pasar lain yang akan menggunakan aset tersebut dalam penggunaan tertinggi dan
terbaiknya. Hal ini memperhitungkan penggunaan yang secara fisik dimungkinkan
(physically possible), secara hukum diizinkan (legally permissible), dan layak secara
keuangan (financially feasible). Penggunaan tertinggi dan terbaik juga menetapkan
premis penilaian (valuation premise), yang digunakan untuk mengukur nilai wajar.

PSAK 68 mendefinisikan penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use)
sebagai “penggunaan aset nonkeuangan oleh pelaku pasar yang akan memaksimalkan
nilai aset atau kelompok aset dan liabilitas (contohnya suatu bisnis) dimana aset tersebut
akan digunakan”.

Pengalihan liabilitas atau instrumen ekuitas milik entitas sendiri dalam konteks
pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa:

a. Liabilitas akan tetap terutang, dan tidak akan diselesaikan atau diakhiri pada tanggal
pengukuran;
b. Instrumen ekuitas miliki entitas sendiri akan tetap beredar, dan tidak akan dibatalkan
atau diakhiri pada tanggal pengukuran.

Pengukuran nilai wajar liabilitas juga mempertimbangkan risiko wanprestasi (non-


performance risk) dan pembatasan yang berpotensi mencegah pengalihan.

Hirearki Nilai Wajar (Paragraf 72–90)

Teknik penilaian yang digunakan dalam mengukur nilai wajar memaksimalkan


penggunaan input yang dapat diobservasi yang relevan dan meminimalkan penggunaan
input yang tidak dapat diobservasi. Input tersebut dikategorikan dalam tiga level hirarki
nilai wajar, yaitu:

a. Input Level 1, yaitu harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau
liabilitas yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran.

2
Harga kuotasian di pasar aktif menyediakan bukti yang paling andal dari nilai
wajar dan digunakan tanpa penyesuaian.
Penekanan pada Level 1 adalah untuk menentukan kedua hal sebagai berikut:
1. pasar utama untuk aset atau liabilitas atau, jika tidak terdapat pasar utama,
pasar yang paling menguntungkan untuk aset atau liabilitas tersebut; dan
2. apakah entitas dapat melakukan transaksi untuk aset atau liabilitas tersebut
pada harga di pasar tersebut pada tanggal pengukuran.
b. Input Level 2, yaitu input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang
dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.
Jika aset atau liabilitas memiliki persyaratan (kontraktual) yang spesifik, input Level 2
harus dapat diobservasi untuk keseluruhan jangka waktu yang substansial dari aset
atau liabilitas tersebut. Input Level 2 termasuk ke dalam beberapa hal sebagai berikut:
1. harga kuotasian untuk aset atau liabilitas yang serupa di pasar aktif.
2. harga kuotasian untuk aset atau liabilitas yang identik atau yang serupa di
pasar yang tidak aktif.
3. input selain dari harga kuotasian yang dapat diobservasi untuk aset atau
liabilitas, sebagai contoh:
 suku bunga dan kurva imbal hasil yang dapat diobservasi pada interval
kuotasi yang umum;
 loyatilitas yang tersirat; dan
 credit spreads.
4. input yang diperkuat pasar (market-corroborated inputs).
Penyesuaian terhadap input Level 2 akan beragam, tergantung pada faktor yang
spesifik atas aset atau liabilitas. Faktor tersebut termasuk ke dalam hal sebagai
berikut:
 kondisi atau lokasi aset;
 tingkat dimana input terkait dengan item yang sebanding dengan aset atau
liabilitas
 volume atau level aktivitas di pasar dimana input dapat diamati.
c. Input Level 3, yaitu input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.
Input yang tidak dapat diobservasi digunakan untuk mengukur nilai wajar sejauh
input yang dapat diobservasi yang relevan tidak tersedia. Asumsi mengenai risiko
termasuk risiko yang inheren dalam teknik penilaian tertentu yang digunakan untuk

3
mengukur nilai wajar (seperti model penentuan harga) dan risiko yang inheren dalam
input untuk teknik penilaian. Entitas dapat mengembangkan input yang tidak dapat
diobservasi menggunakan informasi terbaik yang tersedia

PSAK 68 mendefinisikan input sebagai “asumsi yang akan digunakan pelaku pasar
ketika menentukan harga aset atau liabilitas termasuk asumsi mengenai risiko, seperti
berikut:

a. Risiko yang inheren dalam teknik penilaian tertentu yang digunakan untuk mengukur
nilai wajar (seperti model penentuan harga).
b. Risiko yang inheren dalam input yang digunakan dalam teknik penilaian.

Tanggal Efektif dan Ketentuan Transaksi (Lampiran C)

PSAK 68 diterapkan untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2015. PSAK 68 diterapkan secara prospektif sejak awal periode tahun
buku pada periode diterapkannya. Persyaratan pengungkapan dalam PSAK 68 tidak perlu
diterapkan dalam informasi komparatif yang disediakan untuk periode sebelum penerapan
awal PSAK 68.

II. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN FAIR VALUE ACCOUNTING

 KELEBIHAN FAIR VALUE ACCOUNTING:


Kelebihan Fair Value Accounting menurut Penman (2007;33) mengemukakan
argumen mengenai kelebihan dari Fair Value:
1. Investor-investor berkaitan dengan nilai, bukan biaya, maka melaporkan fair value
accounting
2. Dengan berlalunya waktu, harga historis jadinya tidak relevan di dalam menaksir
posisi keuangan suatu entitas. Harga menyediakan informasi terbaru sekitar nilai dari
aset-aset.
3. Fair Value Accounting melaporkan aset dan kewajiban dalam cara yang ekonomis
akan memperhatikan mereka; fair value accounting mencerminkan unsur pokok
ekonomi yang benar.
4. Fair Value Accounting melaporkan ekonomic income: seturut diterima secara luas
defenisi Hicksian dari pendapatan sebagai perubahan dalam kekayaan, perubahan
dalam fair value accounting dari aset bersih pada neraca menghasilkan pendapatan.
Fair value accounting adalah solusi kepada permasalahan akuntan dalam pengukuran

4
pendapatan, dan lebih disukai dibanding ratusan peraturan yang mendasari
pendapatan historical cost.
5. Fair value accounting adalah pengukuran berbasis pasar yang tidak dipengaruhi oleh
faktor-faktor khusus untuk entitas tertentu; secara setimpal itu menunjukkan satu
pengukuran yang tidak bias yang konsisten dari periode ke periode dan lintas entitas.

 KELEMAHAN FAIR VALUE ACCOUNTING

Meskipun fair value accounting dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan dari


historical cost namun terdapat kelemahan dari fair value. Menurut Tim Krumwiede
(2008;38) terdapat berapa kritik penting terhadap fair value accounting, yaitu:

1. Meskipun bermaksud baik namun perkiraan manajemen tentang fair value accounting
bisa menjadi salah pada luas berbagai prediksi dan asumsi yang salah.
2. Oportunistik dan ketidakjujuran, manajemen dapat mengambil keuntungan dari
penilaian dan estimasi yang digunakan dalam proses manipulasi dan mengurutkan
angka pada hasil dalam angka pendapatan yang diinginkan

Anda mungkin juga menyukai