Anda di halaman 1dari 13

2.

1 Keseimbangan Pasar Dua Jenis Barang

Barang yang mempunyai hubungan substitusi, kuantitas barang yang diminta atau
ditawarkan selain tergantung dari harga barang itu sendiri, juga tergantung dari harga
barang lainnya.

Fungsi permintaan dan penawaran masing-masing barang tersebut adalah sebagai berikut:

 Fungsi permintaan dan penawaran barang pertama :

Qd1 =
f(P1,P2)
Qs1 =
Catatan :
g(P1,P2)
Qd1 = Jumlah yang diminta dari produk 1
Qs1 = Jumlah yang ditawarkan dari produk  1
P1 = Harga Produk 1
P2 = Harga Produk 2

 Fungsi permintaan dan penawaran barang kedua :


Qd2 =
f(P1,P2)
Qs2 =
Catatan :
g(P1,P2)
Qd2 = Jumlah yang diminta dari produk 2
Qs2 = Jumlah yang ditawarkan dari produk 2
P1 = Harga Produk 1
P2 = Harga Produk 2

Keseimbangan pasar akan tercapai/terjadi jika :

1. Kuantitas barang pertama yang diminta sama dengan yang di tawarkan.


Qd1 =
Qs1
2. Kuantitas barang kedua yang diminta sama dengan yang ditawarkan.
Qd2 =
Qs2
Harga dan kuantitas keseimbangan pasar untuk masing-masing barang :

P1(E) , Q1(E) dan P2(E) , Q2(E)

P1 dan P2 adalah harga per unit barang pertama dan kedua.

Q1 dan Q2 adalah kuantitas barang pertama dan kedua.

Model analisis keseimbangan pasar dua jenis barang ini dapat diperluas untuk
lebih dari dua jenis barang (n>2) jenis barang.

Catatan :

E = Keseimbangan pasar

Contoh soal 4-13

1. Permintaan dan penawaran dua jenis barang yang memiliki hubungan substitusi masing-
masing ditunjukan oleh pasangan fungsi di bawah ini :

Tentukanlah harga dan kuantitas keseimbangan untuk masing-masing barang!


Jenis Barang Permintaan Penawaran

Barang Pertama Qd1 = 100 – 2 P1 + 3 P2 Qs1 = 2 P1 – 4


Barang Kedua Qd2 = 150 + 4P1 – P2 Qs2 = 3 P2 – 6

Penyelesaian :

Qd1 = 100 – 2 P1 + 3 P2 (1)


Qs1 = 2 P1 – 4 (2)
Qd2 = 150 + 4 P1 – P2 (3)
Qs2 = 3 P2 – 6 (4)

Dari (1) dan (2) didapat :

100 – 2P1 + 3P2 = 2 P1 – 4


4 P1 – 3 P2 = 104 (5)
Dari (3) dan (4) didapat :

150 + 4 P1 – P2 = 3 P2 – 6
- 4 P1 + 4 P2 = 156 (6)

Dari (5) dan (6) didapat :

4 P1 – 3 P2 = 104
- 4 P1 + 4 P2 = 156

+
P2=P2(E) = 260

Selanjutnya :

 Bila P2(E) = 260 dimasukan ke (5) atau (6) akan diperoleh P1(E) = 221

 Bila P2(E) = 260 dan P1(E) = 221 dimasukan ke (1) atau P1(E) = 221 dimasukan ke (2)
diperoleh Q1(E) = 438

 Bila P2(E) = 260 dan P1(E) = 221 dimasukan ke (3) atau P2(E) = 260 dimasukan ke (4)
diperoleh Q2(E) = 774 Jadi, Harga dan kuantitas keseimbangan barang pertama adalah
P1(E) = 221 dan Q1(E) = 438. Harga dan kuantitas keseimbangan barang kedua adalah
P2(E) = 260 dan Q2(E) = 774.

2.2 Pengaruh Pajak dan Subsidi Terhadap Keseimbangan Dua Jenis Barang

Pengenaan pajak dan pemberian subsidi oleh pemerintah terhadap salah satu
barang yang dimiliki hubungan subtitusi, dapat mempengaruhi harga dan kuantitas
barang itu sendiri, dan dapat juga mempengaruhi harga dan kuantitas barang lainnya yang
diminta/ditawakan. Terhadap kedua jenis barang itu dapat saja keduanya dikenakan pajak
atau kedua barang diberikan subsidi atau salah satunya dikenakan pajak dan barang
lainnya diberikan subsidi. Seperti analisis pengaruh pajak dan subsidi terhadap
keseimbangan pasar satu jenis barang, fungsi permintaan pembeli/konsumen dianggap
tetap, yang berubah hanyalah fungsi penawarannya.

Contoh soal 4-14

Permintaan dan penawaran dua jenis barang yang memiliki hubungan substitusi ditunjukan oleh
pasangan fungsi berikut ini

Jenis barang Permintaan Penawaran

Barang Pertama Qd1 = 5 – P1 + P2 Qs1 = P1 + P2 – 5


Barang Kedua Qd2 = 10 – P2 – P1 Qs2 = 2P2 – P1 – 2
Pemerintah mengenakan pajak penjualan sebesar ½ per unit untuk barang pertama, dan 1 per unit
terhadap barang yang kedua. Tentukanlah harga dan kuantitas keseimbangan untuk masing-
masing barang sebelum dan setelah pemerintah mengenakan pajak. Hitunglah total pajak yang
diterima oleh pemerintah!

Penyelesaian :

Qd1 = 5 – P1 + P2 (1)
Qs1 = P1 + P2 – 5 (2)
Qd2 = 10 – P2 – P1 (3)
Qs2 = 2P2 – P1 – 2 (4)

Keseimbangan sebelum pajak :

Dari (1) dan (2) didapat :

5 – P1 + P2 = P1 + P2 – 5
2P1 + 10
P1 = P1(E) = 5

Dari (3) dan (4) didapat :

10 – P2 – P1 = 2P2 – P2 – 2
12 = 3P2
P2 = P2(E) = 4

Bila P1(E) = 5 dan P2(E) = 4 dimasukkan ke (1) atau (2) diperoleh Q1(E).

Qd1 = - P1 + P2 + 5
Q1(E) = - 5 + 4 + 5
Q1 (E) = 4

P1(E) = 5 dan P2(E) = 4 dimasukan ke (3) atau (4) diperoleh Q2(E).

Qd2 = - P2 – P1 + 10
Q2(E) = - 4 – 5 + 10
Q2 (E) = 1

Jika, harga dan kuantitas keseimbangan pasar sebelum pajak untuk barang pertama
adalah P1(E) = 5 dan Q1(E) = 1. Untuk barang kedua adalah P2(E) = 4 dan Q2(E) = 1. Jadi,
Keseimbangan pasar setelah pajak

Qd1(t) = 5 – P1 + P2 (tetap) (1)


Qs1(t) = (P1 – ½)+P2–5=P1+P2–5 1/2 (berubah) (2)
Qd2(t) = 10 – P2 – P1 (tetap) (3)
Qs2(t) = 2(P2–1)–P1–2=2P2–P1-4 (berubah) (4)
Dari (1) dan (2) didapat :

5- P1+P2 = P1+P2-5 ½
10 ½ = 2P1
P1 = 21/4 P1 = P1(t) = 21/4

Dari (3) dan (4) didapat :

10 – P2 – P1 = 2P2 – P1 -4
3P2 = 14
P2 = 14/3 P2 = P2(t) = 14/3

Bila P1(t) = 21/4 dan P2(t) = 14/3 dimasukan ke (2) atau ke (1) diperoleh Q1(t).

Qd1(t) = P1 + P2 – 5 ½

= 21/4 + 14/3 – 11 /2

= 63+56-66

12

= 53/12

Qd1(t) = Q1(t) = 53/12

Bila P1(t) = 21/4 dan P2(t) = 14/3 dimasukkan ke (4) diperoleh Q2(t).

Qs2(t) = 2P2 – P1 – 4

= 2 (14/3) – 21/4 – 4

= 28/3 – 21/4 – 4

= 112/12 – 63/12 – 4

= 49/12 – 4

= 49 – 48

12

= 1/12

Qs2(t) = Q2(t) = 1/12


Harga dan kuantitas keseimbangan pasar setelah dikenakan pajak untuk barang pertama adalah
P1(t) = 21/4 dan Q1(t) = 53/12. untuk barang kedua adalah P2(t) = 14/3 dan Q2(t) = 1/12.

Total pajak yang diterima oleh pemerintah (t)

T = t1 . Q1(t) + t2 . Q2(t)

= ½ . 53/12 + 1(1/12)

= 53/24+2/24

= 55/24.

2.3 Analisis Pulang Pokok

 Penerimaan Rata rata (Average Revenu)

Average Revenu (AR) adalah penerimaan total dibagi kuantitas barang yang
diproduksi (dijual).

AR = R/Q =
Q.P/Q = P
Jadi, penerimaan rata rata sama dengan harga per unit barang yang diproduksi (dijual).

 Fungsi Biaya

Fungsi Total yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang akan semakin besar bila
kuantitas produksinya semakin banyak. Ini berarti biaya total adalah fungsi dari kuantitas barang
yang diproduksi. Besarnya biaya total ini merupakan hasil kali antara banyaknya barang yang
diproduksi dengan biaya rata rata per unit, yang dapat dinyatakan sebagai :

C = f(Q)
= QĆ
C = biaya total (total cost)
Q = kuantitas barang yang diproduksi
Ć = biaya rata rata per unit barang

 Biaya total dapat dibagi atas dua kelompok umum yaitu biaya tahap (fixed cost) dan
biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang senantiasa tetap besarnya,
tidak tergantung dari banyak sedikitnya barang yang diproduksi seperti antara lain gaji
pegawai, sewa, bunga,uang penyusutan. Sementara biaya variabel adalah biaya yang
besarnya dapat berubah ubah tergantung dari banyak sedikitnya barang yang diproduksi
seperti antara lain: upah tenaga kerja, bahan baku, biaya advertensi. Jadi biaya variabel
inilah yang sebenarnya merupakan fungsi dari banyaknya barang yang diproduksi, yang
dapat dinyatakan sebagai berikut

VC = f(Q)
= v.Q
V = biaya variabel per unit barang
Q = kuantitas barang yang diproduksi

Dikaitkan dengan biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost) maka biaya
total (total cost) dapat dinyatakan sebagai berikut :
C = FC +
VC

= FC + f(Q)
Biaya rata rata (Average Cost)

Biaya rata rata atau biaya per unit (AC) adalah hasil bagi biaya total dengan kuantitas
barang yang diproduksi

AC = C/Q

 Keuntungan, Kerugian dan Pulang Pokok

Bila total revenue ( total penjualan) lebih besar dari total biaya, maka perusahaan tersebut
mendapatkan untung/laba. Bila total revenu lebih kecil dari total biaya, maka perusahaan tersebut
menderita kerugian (keuntungan negatif) dan apabila total revenu sama dengan total biaya maka
perusahaan tersebut berada dalam keadaan pulang pokok. Dalam keadaan pulang pokok
perusahaan tidak mendapatkan laba dan tidak pula menderita kerugian. Secara grafis
menunjukan titik potong antara kurva total revenu (R) dan biaya total biaya (C) menunjukan titik
pulang pokok (Break Even Point)

Persamaan yang menyatakan hubungan antara laba, total revenu dan total biaya adalah :

=R–
C
R = Total revenu/total penjualan, C = biaya total dan p = laba. Bila p positif = laba, dan bila p
negatif = rugi, dan bila p = 0 keadaan pulang pokok

Keadaan pulang pokok bila dinyatakan dalam grafik, seperti gambar berikut :
 Titik Pulang Pokok (BEP)

Titik pulang pokok (titik impas) terjadi bila penerimaan total (R) yang diterima
perusahaan sama dengan biaya total (C) yang dikeluarkan oleh perusahaan, yang dapat
dinyatakan sebagai berikut:

R=C
R = FC +VC
R - VC = PC
Q(PC- v) = FC

QE = FC / (P
   
–V)
VC =Total Variabel cost = total biaya variabel
v = biaya variabel per unit
P = harga jual per unit produk
QE = Kuantitas pulang pokok/Impas
FC = total biaya tetap
R = penerimaan total/total penjualan
(P - v) = profit margin atau kontribusi

Contoh 4 -15

1. Biaya totak sebuah perusahaan yang memproduksi sejenis barang ditunjukan oleh C =
30.000 +100Q dan penerimaan totalnya R = 200Q

Pertanyaan :

a. Berapa unit perusahaan tersebut berproduksi agar berada pada posisi impas (pulang
pokok) ?
b. Rugi atau untungkah bila perusahaan tersebut berproduksi 400 unit ?

Penyelesaian :
a. QE = ... ?

Keadaan pulang pokok akan tercapai bila penerimaan total sama dengan biaya total

C=R
30.000 + 100Q = 200Q
30.000 = 100Q
Q = 300

Jadi agar perusahaan tersebut berada pada posisi pulang pokok (impas) seharusnya
berproduksi sebanyak 300 unit.

b. Bila Q = 400, maka p positif atau negatif?


Bila Q = 400, maka
C = 30.000 + 100 (400) = 70.000
R = 200Q
= 200(400) = 80.000

Oleh karena R = 80.000> C = 70.000, maka perusahaan memperoleh keuntungan (p yang


positif)

2.4 Penentuan Pendapatan Nasional

Hubungan konsumsi dan pendapatn nasional secara umum dapat dinyatakan sebagai :

C = f(Y)
Dalam bentuk liniernya adalah sebagai berikut :
C = C0+
bY
Menurut Keynes, pendapatan nasional suatu negara terdiri dari konsumsi dan tabungan
nasional, yang dapat dinyatakan sebagai berikut :

Y=C+S
C = Konsumsi Masyarakat.
Y = Pendapatan Nasional.
S = Tabungan Masyarakat.
C0 = Konsumsi otonom yaitu besarnya konsumsi nasional apabila pendapatan nasional nol
(merupakan konstanta).
b = ( C /Y ) = Marginal Propensity to consume (MPC) yaitu besarnya tambahan konsumsi
sebagai akibat adanya tambahan 1 unit pendapatan nasional.
Contoh 4-19

1. Untuk perekonomian suatu negara secara keseluruhan konsumsi merupakan fungsi linier
terhadap pendapatan nasionalnya. Pada setiap tingkat pendapatan, konsumsi sama dengan
4 minliar (dalam satuan uang negara tersebut) ditambah 80% dari pendapatan
nasionalnya.

a. Tentukan fungsi konsumsinya


b. Tentukanlah besar konsumsi agregat apabila pendapatannya 30 miliar
c. Buatlah grafiknya untuk butir (a)

Penyelesaian :

a. Fungsi konsumsi, C = f(Y) ?


C0 = 4
b = C / Y = 80% = 0,8
Maka, C = C0+bY

C = f(Y) = 4 + 0,8 Y

Jadi, fungsi konsumsinya adalah C = 4 + 0,8Y

b. Bila Y = 30, C = ?
C = 4 + 0,8Y
= 4 + 0,8 (30)
= 4 + 24 = 28

Bila pendapatan nasional negara tersebut 30 miliar, maka besarnya konsumsinya adalah
28 miliar.

c. Gambar grafiknya
C= 4 + 0,8 Y

Y 0 -5

C 4 0
(Y,C) (0,4) (-5,0)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Barang yang mempunyai hubungan substitusi, kuantitas barang yang diminta atau
ditawarkan selain tergantung dari harga barang itu sendiri, juga tergantung dari harga
barang lainnya. Dan pengenaan pajak dan pemberian subsidi oleh pemerintah terhadap
salah satu barang yang dimiliki hubungan subtitusi, dapat mempengaruhi harga dan
kuantitas barang itu sendiri, dan dapat juga mempengaruhi harga dan kuantitas barang
lainnya yang diminta/ditawakan. Terhadap kedua jenis barang itu dapat saja keduanya
dikenakan pajak atau kedua barang diberikan subsidi atau salah satunya dikenakan pajak
dan barang lainnya diberikan subsidi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai