Anda di halaman 1dari 16

PERPAJAKAN II

“PERHITUNGAN PPH WAJIB PAJAK BADAN”

Oleh
Nama Kelompok 7 :

Putu Indy Surya Kinanti 1807531122


Ni Putu Intan Aryanti 1807531170
Ni Putu Yarpi Ismiyanti 1807531237

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KASUS REKONSILIASI FISKAL

Kasus : Pengisian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan


PT Perdana didirikan pada tahun 1999 merupakan Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang usaha
dagang.
I. Data Wajib Pajak
Nama Wajib Pajak : PT Perdana
NPWP : 01.444.555.1.541.000
Alamat Kedudukan : 11. Kenari No. 49 Condong Catur - Depok,
Yogyakarta 55281
Nomor Telepon/Faks : (0274) 864 892/(0274) 524 501
Jenis Usaha : Dagang Peralatan Telekomunikasi
Nama Pimpinan : Drs. Akbar Perdana Putra, M.M.
Alamat Rumah : J1. Swakarya No. 5, Yogyakarta
Klasifikasi Badan : PT (Perseroan Terbatas)

II. Kegiatan Usaha


Pada tahun 2017, PT Perdana memperoleh penghasilan dari dalam negeri dan luar
negeri. Laporan laba rugi (komersial) pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:

PT Perdana
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2017
(dalam rupiah)

Penghasilan dari usaha dalam Negeri


Penjualan 20.005.654.000
· Retur penjualan ( 954.852.000)
· Potongan penjualan (545.987.000)
Penjualan neto 18.504.815.000
Harga pokok penjualan (14.654.879.000)
Laba bruto 3.849.936.000
Biaya usaha:
· Gaji, upah, THR, tunjangan lain 1.551.900.000
· Alat tulis dan biaya kantor 23.958.000
· Biaya perjalanan divas 53.465.000
· Biaya listrik dan telepon 16.825.000
· Biaya makan karyawan 36.783.000
· Biaya promosi 297.285.000
· PBB dan bea meterai 53.726.000
 Pajak 60.000.000
· Biaya representasi 65.798.000
· Biaya royalty 237.465.000
· Biaya konsumsi/perjamuari 12.132.000
· Biaya sewa 197.958.000
· Biaya kerugian piutang 105.654.000
· Biaya penyusutan 169.000.000
· Biaya lain-lain 293.873.000
Total biaya usaha (3.175.822.000)
Laba usaha 674.114.000
Penghasilan di luar usaha:
- Dividen 40.000.000
- Sewa 25.000.000
Total penghasilan luar usaha 65.000.000
Laba bersih (penghasilan neto) dalam negeri 739.114.000
Penghasilan dari luar negeri:
- Laba usaha dari Canada 200.000.000
- Bunga obligasi dari Singapura 50.000.000
Total penghasilan dari luar negeri 250.000.000
Laba (penghasilan neto) 989.114.000

*) Rincian harga pokok penjualan


- Persediaan barang dagangan, 1 Januari 2017 Rp 5.000.000.000
- Pembelian neto tahun 2017 Rp 13.000.000.000
- Persediaan barang dagangan, 31 Desember 2017 Rp (3.345.121.000)
Harga pokok penjualan Rp 14.654.879.000

A. Informasi yang digunakan sebagai dasar penyesuaian penghitungan laba (rugi) fiskal:
1. Dalam penjualan tidalk memasukkan penjualan kepada karyawan sebesar Rp
20.000.000 yang penagihannya melalui pemotongan gaji setiap bulan.
2. Di dalam gaji, upah, tunjangan hari raya (THR), dan tunjangan lain terdapat
pengeluaran untuk pembelian beras yang dibagikan kepada karyawan senilai Rp
20.365.000 dan biaya pengobatan karyawan senilai Rp5.100.000.
3. Dalam biaya perjalanan dinas terdapat bukti-bukti pendukung atas nama keluarga
pemegang saham sebesar Rp 596.000.
4. Dalam biaya promosi terdapat sumbangan yang tidak ada hubungannya dengan
kegiatan utama perusahaan sebesar Rp 12.754.000.
5. Pajak sebesar Rp 60.000.000 merupakan angsuran PPh bulanan selama tahun 2009
(angsuran PPh Pasal 25).
6. Pengeluaran berupa biaya representasi tidak didukung dengan bukti pengeluaran
dari pihak eksternal.
7. Biaya royalti sebesar Rp 237.465.000 yang ada bukti pendukungnya dari pihak
eksternal sebesar Rp 225.353.000.
8. Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk diakui
sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2009 sebesar Rp
60.500.000.
9. Perusahaan mempunyai aset tetap sebagai berikut:
a. Mesin produksi dibeli pada tanggal 1 Januari 2011 seharga Rp 500.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun.
b. Kendaraan dibeli pada tanggal 31 Desember 2011 seharga Rp 400.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun.
c. Komputer dibeli pada tanggal 6 Maret 2014 seharga Rp 300.000.000; taksiran
umur ekonomis 5 tahun.
d. Inventaris dibeli pada tanggal 1 Januari 2011 seharga Rp 200.000.000; taksiran
umur ekonomis 8 tahun.
e. Bangunan permanen selesai dibangun dan siap digunakan pada tanggal 31
Desember 2002 senilai Rp 600.000.000; taksiran umur ekonomis 20 tahun.
Berdasarkan kebijakan manajemen perusahaan: mesin produksi mempunyai nilai
residu 10% dari harga perolehan, sedangkan aset tetap yang lain ditaksir
mempunyai nilai residu 20% dari harga perolehan.
Metode penghitungan penyusutan yang digunakan adalah garis lurus. Menurut
fiskal (ketentuan perpajakan), mesin produksi, kendaraan, komputer dan inventaris
merupakan aset berwujud kelompok II. Perusahaan memilih metode Garis Lurus
dalam menghitung penyusutan fiskal.
10. Dalam biaya lain-lain terdapat biaya rekreasi karyawan Rp 2.652.000.
11. Penghasilan sewa (dalam penghasilan luar usaha) sebesar Rp 25.000.000 terdiri
atas sewa bangunan senilai Rp 5.000.000, sewa atas peralatan pabrik senilai Rp
12.000.000 dan sewa atas kendaraan senilai Rp 8.000.000. Penghasilan sewa ini
diterima dari PT Putra Surya, yang beralamat di J1. Mayjen Sutoyo30 Yogyakarta,
NPWP: 01.166.552.2.541.000. Sewa tersebut diterima setiap tahun untuk jangka
waktu beberapa tahun.
12. Dividen sebesar Rp 40.000.000 terdiri atas dividen kas dari penyertaan saham
(20%) pada PT Adinda sebesar Rp 15.000.000, yang beralamat di J1. Lojajar 28
Yogyakarta, NPWP: 01.337.882.1.542.000; dan dividen kas atas penyertaan saham
(30%) pada PT Kapuas Raya sebesar Rp25.000.000.

B. Informasi lain yang digunakan sebagai dasar pengisian SPT Tahunan PPh adalah:
1. PT Perdana selama tahun 2017 telah menjual basil produksinya kepada PT Telkom
Yogyakarta, yang beralamat di J1. Hayam Wuruk No. 157 Yogyakarta, NPWP:
02.118.722.1.541.000. Penjualan tersebut senilai Rp 11.000.000.000 (harga ini
termasuk PPN 10%).
2. PT Perdana (importir yang mempunyai API) selama tahun 2017 mengimpor
sebagian bahan baku untuk proses produksi dari Nagayo, Jepang dengan harga
faktur $40.000. PT Perdana membayar biaya-biaya sebagai berikut: biaya angkut
dan biaya asuransi selama perjalanan antar daerah pabean masing-masing sebesar
$3.000, dan $7.000, bea masuk sebesar 5% dari CIF, dan bea masuk tambahan
sebesar 20% dari CIF. Kurs menurut Keputusan Menteri Keuangan adalah $1 = Rp
10.000. PT Perdana membayar bea masuk dan PPh Pasal 22 impor kepada Ditj en
Bea dan Cukai Tanjung Priok, yang beralamat di J1. Pelabuhan No. 202 Tanjung
Priok Jakarta Utara, NPWP: 00.455.232.2.021.000.
3. Tarif pajak atas laba usaha di luar negeri (Kanada) adalah 40%.
4. Tarif pajak atas bunga obligasi di Singapura adalah 25%.
5. Total angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun 2017 sebesar Rp 60.000.000, dibayarkan
setiap bulan dengan angsuran yang sama dari bulan Maret sampai dengan bulan
Desember 2017.
6. Laba (rugi) fiskal tiga tahun terakhir adalah:
 Rugi fiskal tahun 2014 sebesar Rp 350.000.000
 Laba fiskal tahun 2015 sebesar Rp 150.000.000
 Laba fiskal tahun 2016 sebesar Rp 100.000.000
Sisa rugi tahun 2014 akan dikompensasikan seluruhnya pada tahun 2017

III. Data Pemegang Saham


Nominal
No. Nama NPWP Jenis Saham  lembar per
lembar
1. PT Ananda 01.333.222.1.541.000 Saham Biasa 100.000 Rp 9.000
2. Yunianto 04.111.444.2.541.000 Saham Biasa 50.000 Rp 9.000
3. Akbar Perdana 04.222.555.1.541.000 Saham Biasa 50.000 Rp 9.000

PT Perdana menyampaikan SPT Tahunan PPh pada batas akhir penyampaian SPT.
Diminta:
1. Susunlah rekonsiliasi fiskal untuk menyiapkan menyusun laporan laba rugi fiskal
Penyelesaian :
Penjelasan informasi kasus Al s/d Al2 untuk menyusun rekonsiliasi fiskal dan mengisi
form 1771-I

Sumber Form 1771


Penjelasan
lnformasi yang diisi

A1) Termasuk dalam penjualan adalah penjualan kepada semua pembeli 1771-I51
dengan cara kredit atau tunai dan dengan dasar akrual artinya
penjualan diakui tidak pada saat penerimaan kas tetapi saat
penyerahan barang. Penjualan kepada karyawan yang
pembayarannya tidak dilakukan pada saat transaksi penyerahan
barang tetap diakui sebagai penjualan tahun 2017. Dalam
rekonsiliasi fiskal, penjualan kepada karyawan sebesar
Rp20.000.000 akan menambah penghasilan menurut akuntansi, dan
selanjutnya berpengaruh menaikkan laba kena pajak (sebagai
koreksi negatif).

A2) Imbalan dalam bentuk natura (beras Rp20.365.000 dan pengobatan 1771-I 5c
Rp5.100.000) tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (non-
deductible expense) sesuai Pasal 9 ayat (1) UU PPh. Oleh karena itu
dalam rekonsiliasi fiskal, jumlah biaya tersebut harus dikurangkan
dari biaya menurut akuntansi, yang berarti berpengaruh menaikkan
laba kena pajak (koreksi positif).

A3) Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham 1771-I 5a
(perjalanan dinas anggota keluarga pemegang saham sebesar
Rp596.000) tidak boleh dikurangkan dari penghasilan I bruto (non-
deductible expense) sesuai Pasal 9 ayat (1) UU PPh. Oleh karena
itu, dalam rekonsiliasi fiskal, jumlah biaya tersebut harus
dikurangkan dari biaya menurut akuntansi, yang berarti
berpengaruh menaikkan laba kena pajak (koreksi positif).
A4) Sumbangan untuk berbagai kepentingan kepada pihak-pihak yang 1771-I 5e
tidak mempunyai hubungan kerja, usaha, kepemilikan dan
penguasaan merupakan biaya yang tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto. Biaya sumbangan sebesar Rp12.754.000 dalam
biaya promosi/ildan harus dikurangkan dari biaya menurut
akuntansi, yang berarti berpengaruh menaikkan laba kena pajak
(sebagai koreksi positif).

A5) Pajak Penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak tidak boleh 1771-I 5f
dikurangkan dari penghasilan bruto Wajib Pajak sesuai Pasal 9 ayat
(1) UU PPh. Total angsuran PPh Pasal 25 sebesar Rp60.000.000
yang dibayarkan oleh Wajib Pajak PT Perdana dalam tahun 2017
tidak boleh dimasukkan sebagai biaya tahun 2017. Oleh karena itu,
dalam rekonsiliasi fiskal jumlah tersebut dikurangkan dari biaya
menurut akuntansi, yang berarti menaikkan laba kena pajak (koreksi
positif).

A6) Biaya atau pengeluaran yang tidak ada daftar nominatifnya (biaya 1771-1 51
representasi sebesar Rp65.798.000 tidak ada daftar nominatif),
merupakan non-deductible expense. Dalam rekonsiliasi fiskal,
jumlah biaya tersebut harus dikurangkan dari biaya menurut
akuntansi, yang berarti berpengaruh menaikkan laba kena pajak
(koreksi positif).

A7) Penjelasan sama dengan A6) 1771-1 51


A8) Menurut akuntansi, perusahaan diperbolehkan membentuk 1771-I 5b
cadangankerugian piutang pada setiap akhir tahun untukmenaksir
besarnya piutang yang tidak dapat ditagih pada tahun berikutnya.
Perusahaan membentuk cadangan sebesar Rp105.654.000 pada
akhir tahun 2017, sehingga dalam laporan laba rugi tampak
kerugian piutang sebesar Rp105.654.000. Hal tersebut berbeda
dengan ketentuan fiskal yang menyatakan bahwa kerugian piutang
yang boleh diakui adalah sejumlah piutang yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih pada tahun 2017. Oleh karena piutang yang nyata-
nyata tidak dapat ditagih menurut fiskal adalah Rp60.500.000, maka
biaya kerugian menurut akuntansi harus dikurangi dengan
Rp45.154.000. Penyesuaian ini akan berpengaruh menaikkan laba
kena pajak (sebagai koreksi positif)

A9) Penyusutan menurut akuntansi kemungkinan berbeda dengan 1771-1 6a


menurut fiskal karena terdap at perbedaan dalam meto de dan
penyusutan, pengakuan nilai sisa, taksiran masa manfaat/umur Lampiran
ekonomis. Penghitungan penyusutan tahun 2017 menurut fiskal Khusus 1A
dapat dilihat pada tabel penyusutan berikutnya. Tabel ini sekaligus
dapat digunakan sebagai data pengisian Lampiran Khusus tentang
"Penyusutan dan Amortisasi"

Dalam rekonsiliasi fiskal, biaya penyusutan menurut akuntansi


harus ditambah dengan Rp36.000.000 (yaitu Rp 205.000.000 – Rp
169.000.000), hal ini berarti mengurangi laba kena pajak (sebagai
koreksi negatif).

A10) Penjelasan sama dengan A2). 1771-I 5c


A11) Penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan adalah 1771-I 4
penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final. Oleh karena
bersifat final maka jumlah pajak yang telah dipotong tersebut tidak
dapat dikreditkan dari total PPh yang terutang pada akhir tahun,
sehingga penghasilan tersebut juga tidak perlu diperhitungkan
dalam menentukan laba kena pajak. Dalam koreksi fiskal,
penghasilan berupa sewa atas bangunan sebesar Rp5.000.000
dikurangkan dari penghasilan sewa menurut akuntansi, yang berarti
meurunkan laba kena pajak (koreksi negatif).

Al2) Dividen yang diperoleh atau diterima perseroan terbatas sebagai 1771-I 4
Wajib Pajak dalam negeri bukan merupakan penghasilan kena pajak
(bukan Objek Pajak), sesuai Pasal 4 ayat (3) UU PPh apabila
penyertaannya melebihi 25% dari total modal disetor. Dividen yang
diterima PT Perdana dari PT Ananda sebesar Rp25.000.000 harus
dikurangkan dari penghasilan dividen menurut akuntansi, yang
berarti akan menurunkan laba kena pajak (koreksi negatif),
sedangkan dividen yang sebesar Rp15.000.000 merupakan Objek
Pajak karena penyertaannya kurang dari 25%.

Menyusun Laporan Rekonsiliasi Fiskal Tahun Pajak 2017  dari Lap. L/R komersial & informasi
kasus Al s/d Al2
PT Perdana
Rekonsiliasi Fiskal Penghitungan Laba Rugi
Tahun Pajak 2017
(dalam ribuan rupiah)

Menurut Rekonsiliasi Fiskal Menurut


Koreksi Koreksi
Akuntansi Fiskal
Positif Negatif
Penghasilan dari usaha
dalam Negeri:
20.025.65
Penjualan 20.005.654 20.000 (+)
4
· Retur penjualan (954.852) (954.952)
· Potongan penjualan (545.987) (545.987)
18.524.81
Penjualan Neto 18.504.815
5
(14.654.87
Harga pokok penjualan (14.654.879)
9)
Laba bruto 3.849.936 3.869.936
Biaya usaha:
· Gaji, upah, THR, 1.551.900 25.465 (-) 1.526.435
tunjangan Lain
· Alat tulis dan biaya kantor 23.958 23.958
· Biaya perjalanan dinas 53.465 596 (-) 52.869
· Biaya listrik dan telepon 16.825 16.825
· Biaya makan karyawan 36.783 36.783
· Biaya promosi 297.285 12.754 (-) 284.531
· PBB dan bea meterai 53.726 53.726
· Pajak 60.000 60.000 (-)
· Biaya representasi 65.798 65.798 (-) -
· Biaya Royalti 237.465 12.112 (-) 225.353
Biaya konsumsi/ perjamuan 12.132 12.132
· Biaya sewa 197.958 197.958
· Biaya kerugian piutang 105.654 45.154 (-) 60.500
· Biaya penyusutan 169.000 36.000 (+) 205.000
· Biaya lain-lain 293.873 2.652 (-) 291.221
Total biaya usaha (3.175.822) (2.987.291)
Laba usaha 674.114 882.645
Total Penghasilan di luar usaha:
- Dividen 40.000 25.000 (-) 15.000
- Sewa 25.000 5.000 (-) 20.000
Total penghasilan di luar usaha 65.000 35.000

Laba bersih dalam negeri 739.114 917.645


Penghasilan dari luar negeri:

Laba usaha di Canada 200.000 200.000

Bunga obligasi di Singapura 50.000 50.000

Total penghasilan dari luar 250.000 250.000


negeri
Laba (penghasilan neto) 989.114 1.167.645

Rekonsiliasi fiskal dengan format 2 dapat dilihat langsung pada Lampiran I - Formulir 1771-I SPT
Tahunan PPh Wajib Pajak Badan.
Penjelasan informasi All s/d Al2, dan B1 sampai dengan B4 untuk menghitung kredit pajak dan
mengisi formulir 1771-III dan 1771-IV Tahun Pajak 2017

Sumber Penjelasan Form yang Diisi

Informasi
A11 1771 - III
PPh Pasal 23 atas sewa peralatan pabrik:

= 2% x Rp 12.000.000 = Rp 240.000

PPh Pasal 23 atas sewa kendaraan: 1771 - III

PPh atas= sewa


2% xtanah
Rp8.000.000 = Rp 160.000
dan bangunan (final): 1771-IV Bag. A

= 10% x Rp5.000.000 = Rp500.000


Total PPh Pasal 23 atas sewa: Rp400.000

A12 PPh Pasal 23 atas dividen dari PT Adinda: 1771 - III


= 15% x Rp15.000.000 = Rp2.250.000
Dividen dari PT Kapuas Raya Rp25.000.000 bukan Objek 1771-IV Bag. B
Pajak
Total PPh Pasal 23 = Rp240.000 + Rp160.000 + Rp2.250.000
= Rp2.650.000
B1 PPh Pasal 22 atas penyerahan kepada Pemungut: Dasar 1771 - III
pengenaan pajak = 100/110 x Rp8.800.000.000
= Rp8.000.000.000

PPh Pasal 22 = 1,5% x Rp8.000.000.000


B2 PPh Pasal 22 atas impor barang: 1771 - III

Nilai impor = CIF + bea masuk & bea masuk tambahan

($40.000 + $3.000 + $7.000) + (25% x CIF)

= $50.000 + (25% x $50.000.00)

= $62.500 x Rp10.000

= Rp625.000.000
Total PPh Pasal 22 = Rp150.000.000 + Rp15.625.000
= Rp165.625.000
Lap. L/R & PPh Pasal 24 untuk Negara Kanada: Lamp Khusus 7A
informasi B3 I. PPh yang terutang Rp251.916.375

II. (Penghasilan di Kanada/total PKP) x PPh terutang

= (Rp200 juta/Rp1.167.645.000) x Rp251.916.375

= Rp43.149.480

III. PPh terutang/dibayar di Kanada

Lap L/R & PPh = 40%24x untuk


Pasal Rp200.000.000 = Rp80.000.000
Negara Singapura: Lamp Khusus 7A
kasus B4 1. PPh yang terutang Rp251.916.375
2. (Penghasilan di Singapura/total PKP) x PPh terutang
= (Rp50 juta/Rp1.167.645.000) x Rp251.916.375
= Rp10.787.370
3. PPh terutang/dibayar di Singapura
= 30% x Rp50.000.000 = Rp10.000.000
Kredit pajak LN (PPh Pasal 24) Singapura= Rp10.000.000
Total Kredit Pajak LN (PPh Pasal 24):

B5 = Rp43.149.480
Angsuran PPh Pasal+25
Rp10.000.000 = Rp53.149.480
tidak merupakan biaya/pengeluaran/ 1771 C No. 10 a
pengurang penghasilan bruto (telah dibahas pada penjelasan
A 5) tetapi sebagai pengurang PPh yang terutang, yaitu
dimasukkan sebagai PPh dibayar sendiri.
B6 Rugi fiskal tahun 2015 Rp 350.000.000 1771 A No. 2 dan
Dikompensasikan pada laba fiskal tahun 2016 (Rp150.000.000) Lamp Khusus 2A
Sisa rugi fiskal tahun 2015 Rp 200.000.000
Dikompensasikan pada laba fiskal tahun 2016 (Rp 190.000.000)
Sisa rugi fiskal tahun 2015 Rp 10.000.000
Sisa rugi fiskal tahun 2015 seluruhnya dikompensasikan pada
laba fiskal tahun 2017

Menghitung PPh yang Terutang Tahun Pajak 2017

Penghasilan neto fiskal Rp 1.167.645.000 (L/R fiskal)

Kompensasi rugi tahun sebelumnya Rp 10.000.000 info kasus B 6

Penghasilan kena pajak Rp 1.157.645.000


Penghasilan Kena pajak yang mendapat fasilitas :

(Rp4.800.000.000 : Rp18.524.815.000) × Rp1.157.645.000 = Rp.299.959.000

Penghasilan Kena pajak yang tidak mendapat fasilitas :

(Rp1.157.645.000 - Rp299.959.000) = Rp857.686.000

PPh terutang:

50% × 25% × Rp 299.959.000 Rp 37.494.875

25% × Rp857.686.000 Rp 214.421.500 +

Rp 251.916.375

Menghitung PPh Kurang atau Lebih Dibayar Tahun Pajak 2017

Total PPh terutang Rp 251.916.375

Kredit Pajak:

- PPh Pasal 22 Rp 135.625.000

- PPh Pasal 23 Rp 2.650.000

- PPh Pasal 24 Rp 53.149.480

- PPh Pasal 25 (info kasus B 5.) Rp 60.000.000

Total kredit pajak tahun 2017 Rp 251.424.480 (-)

PPh kurang dibayar tahun 2017 Rp 491.895

Kekurangan bayar ini disetor ke bank paling lambat tanggal 20 Maret 2018 dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak.

*) PPh Pasal 23 atas sewa Rp400.000; PPh Pasal 23 atas dividen Rp2.250.000

**) PPh pasal 24 Kanada Rp43.149.480, Singapura Rp10.000.000

Menghitung Angsuran PPh Pasal 25 Bulanan Tahun Pajak 2018

Dengan asumsi semua penghasilan adalah penghasilan teratur, maka angsuran PPh Pasal 25
sebulan tahun pajak 2018 dihitung sebagai berikut:

Penghasilan sebagai dasar penghitungan angsuran Rp 1.167.645.000

Kompensasi kerugian tahun 2017 tidak terdapat sisa rugi Rp -


Penghasilan kena pajak Rp 1.167.645.000

Penghasilan kena pajak dapat fasilitas :

(Rp 4.800.000,000 : Rp. 18.524.815.000) × Rp. 1.167.645.000 Rp. 302. 550.000

Penghasilan kena pajak yang tidak dapat fasilitas :

(Rp. 1.167.645.000 – Rp. 302.550.000 ) Rp. 865.095.000

PPh yang terutang:

50% x 25% x Rp. 302.550.000 Rp. 37.818.750

25% x Rp. 865.095.000 Rp 216.273.750 +

Rp. 254.092.500

.Kredit Pajak:

- PPh Pasal 22 Rp 135.625.000

- PPh Pasal 23 Rp 2.650.000

- PPh Pasal 24 Rp 53.149.480

Total kredit pajak tahun 2009 Rp 191.424.480 (-)

Dasar penghitungan angsuran Rp 62.665.020

Angsuran PPh Pasal 25 sebulan tahun 2018:

Rp62.668.020 : 12 Rp 5.222.335

Dengan asumsi

1. PT Perdana menyampaikan SPT Tahunan PPh pada tanggal 25 April 2018 yaitu 5
hari sebelum batas akhir penyampaian SPT.

2. Angsuran PPh Pasal 25 bulan Desember 2017 adalah Rp 5.000.000 atau

Rp 60.000.000 : 12

3. Pada bulan Juli 2018 diterima surat ketetapan pajak yang menyebutkan bahwa
angsuran PPh bulanan adalah Rp6.500.000

Maka angsuran pajak bulan Januari s.d Maret 2018 adalah Rp.5.000.000. Angsuran
pajak bulan April s.d Juni 2018 adalah Rp.5.222.335 (sesuai perhitungan dalam SPT
tahunan PPh tahun pajak 2017). Angsuran pajak bulan Agustus s.d Desember 2018
adalah Rp.6.000.000 (sesuai surat ketetapan pajak yang terbit bulan Juni 2018)

Anda mungkin juga menyukai