Kelompok 3
Nama Anggota :
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
3
kenaikan sebesar 50 persen. Dari jumlah ini hanya sebagian kecil yang
merupakan hibah yang mengalami kenaikan pada tiga tahun pertama untuk
selanjutnya mengalami penurunan pada dua periode terakhir.
Tabel 1. Anggaran Penerimaan Dalam Negeri dan Hibah, 2002-2007
Dari tabel di atas, penerimaan Negara dari pajak maupaun bukan pajak
telah mengalami kenaikan lebih dari dua kali lipat dalam kurun waktu enam
4
tahun dari 2002 sampai 2007, yakni untuk penerimaan Negara dari perpajakan
telah menjadi 2,34 kali dari jumlah tahun 2002, sedangkan dari sumber bukan
pajak telah menjadi 2,24 dari jumlah tahun 2002. Hal ini berarti upaya
intesifikasi dan ekstensifikasi penagihan pajak dan bukan pajak telah
membubuhkan hasil, meskipun tidak tertutup kemungkinan perbaikan di masa
akan datang.
Penerimaan Negara dari pajak dapat dibedakan menjadi, yakni :
1. Pajak Dalam Negeri, Yang Terdiri Dari : Pajak Penghasilan (Pph) dari
Migas Dan Non Migas, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pejak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Perolehan Ha Katas Tanah dan Bangunan, Cukai,
Dan Pajak Lainnya,
2. Pajak dari perdagangan internasional, pajak impor dan pengutan
administrasi ekspor.
Penerimaan paja kdalam negeri dan pajak perdagangan internasional dapat
dilihat pada tabel 3, dimana lebih dari 95 persen merupakan pajak dari dalam
negeri dan sisanya kurang dari 5 persen berasal dari pajak perdagangan
internasional.
Tabel 3. Anggaran Penerimaan Dari Pajak , 2002-2007 (miliar Rp)
5
kontribusi sebesar 33 persen dari jumlah penerimaan pajak dalam negeri,
kemudian diikuti oleh cukai sebesar 12 persen. Seisanya sekitar 5 persen
merupakan kontribusi dari pajak bumi dan bangunan (3 persen) dan bea
perolehan atas tanah dan bangunan dan pajak lainnya.
Penerimaan Negara dari bukan pajak dapat dilihat pada tabel 6, dimana
penerimaan Negara bukan pajak paling besar adalah sumber daya alam,
dimana minyak bumi mempunyai pangsa lebih dari 60 persen, kemudian
diikuti oleh gas alam sekitar 20 persen dari total sumbengan sumber daya
alam. Selain SDM penerimaan Negara bukan pajak juga berasal dari bagian
laba BUMN, Surplul Bank Indonesia, dan PNBP lainnya.
6
Tabel 6. Anggaran Pendapatan Dari Bukan Pajak (miliar Rp), 2002-2007
7
dialokasikan ke daerah untuk dana perimbangan serta dana otonomi
khusus dan penyesuaian. Sedangkan pengeluaran untuk pembiayaan
meliputi pengeluaran untuk obligasi pemerintah, pembayaran pokok
pinjaman luar negeri, dll.
b) Pemerintah Provinsi
Jika pada pemerintah pusat terdapat APBN, maka di pemerintah
propinsi terdapat APBD yang merupakan hasil dari dana alokasi
APBN dari pemerintah pusat dan hasil dari pungutan pajak dari
masyarakat. Dana APBN digunakan untuk pengeluaran untuk belanja
meliputi belanja operasi dan belanja modal. Belanja operasi berupa
belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan,
belanja perjalanan dinas, belanja pinjaman, belanja subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja operasi lainnya. Sedangkan
belanja modal seperti belanja aset tetap, belanja aset lain-lain, dan
belanja tak terduga.
c) Pemerintah Kabupaten/Kota
APBD dalam Kabupaten/Kota digunakan antara lain untuk
pengeluaran untuk belanja, bagi hasil pendapatan ke Desa/Kelurahan,
Bagi hasil pendapatan ke desa/kelurahan, terdiri dari bagi hasil pajak
ke Desa/Kelurahan, bagi hasil retribusi ke Desa/Kelurahan, bagi hasil
pendapatan lainnya ke Desa/Kelurahan, pengeluaran untuk
Pembiayaan, terdiri dari, pembayaran Pokok Pinjaman, penyertaan
modal pemerintah, pemberian pinjaman kepada
BUMD/BUMN/Pemerintah Pusat/Kepala Daerah otonom lainnya.
2) Menurut sifatnya, pengeluaran negara dibedakan menjadi 5, antara lain:
a. Pengeluaran Investasi
Pengeluaran investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk
menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa datang.
Misalnya, pengeluaran untuk pembangunan jalan tol, pelabuhan,
bandara, satelit, peningkatan kapasitas SDM, dll.
b. Pengeluaran Penciptaan Lapangan Kerja
8
Pengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta memicu
peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat.
c. Pengeluaran Kesejahteraan Rakyat
Pengeluaran Kesejahteraan Rakyat adalah pengeluaran yang
mempunyai pengaruh langsung terhadap kesejahteraan masyarakat,
atau pengeluaran yang dan membuat masyarakat menjadi bergembira.
Misalnya pengeluaran untuk pembangunan tempat rekreasi, subsidi,
bantuan langsung tunai, bantuan korban bencana, dll.
d. Pengeluaran Penghematan Masa Depan
Pengeluaran penghematan masa depan adalah pendapatan yang tidak
memberikan manfaat langsung bagi negara, namun bila dikeluarkan
saat ini akan mengurangi pengeluaran pemerintah yang lebih besar di
masa yang akan datang.Pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan
masyarakat, pengeluaran untuk anak-anak yatim, dll.
e. Pengeluaran Yang Tidak Produktif
Pengeluaran yang tidak produktif adalah pengeluaran yang tidak
memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat, namun
diperlukan oleh pemerintah. Misalnya pengeluaran untuk biaya perang.
3) Pengaruh Pengeluaran Negara Terhadap Perekonomian
Dalam pengeluaran negara, dapat menimbulkan dampak atau pengaruh
terhadap perekonomian. Ada beberapa sektor perekonomian yang
umumnya terpengaruh oleh besar atau kecilnya pengeluaran negara, antara
lain :
a. Sektor Produksi
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung
berpengaruh terhadap sektor produksi barang dan jasa. Dilihat secara
agregat pengeluaran negara merupakan faktor produksi (money),
melengkapi faktor-faktor produksi yang lain (man, machine, material,
method, management).
Pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa akan
berpengaruh secara langsung terhadap produksi barang dan jasa yang
9
dibutuhkan pemerintah.. Pengeluaran pemerintah untuk sektor
pendidikan akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap
perekonomian, karena pendidikan akan menghasilkan SDM yang lebih
berkualitas. Dengan SDM yang berkualitas produksi akan meningkat.
b. Sektor Distribusi
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung
berpengaruh terhadap sektor distribusi barang dan jasa. Misalnya,
subsidi yang diberikan oleh masyarakat menyebabkan masyarakat
yang kurang mampu dapat menikmati barang/jasa yang dibutuhkan,
misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dll.
Pengeluaran pemerintah untuk biaya pendidikan SD-SLTA
membuat masyarakat kurang mampu dapat menikmati pendidikan
yang lebih baik (paling tidak sampai tingkat SLTA). Dengan
pendidikan yang lebih baik, diharapkan masyarakat tersebut dapat
meningkatkan taraf hidupnya di masa yang akan datang. Apabila
pemerintah tidak mengeluarkan dana untuk keperluan tersebut, maka
distribusi pendapatan, barang, dan jasa akan berbeda. Hanya
masyarakat mampu saja yang akan menikmati tingkat kehidupan yang
lebih baik, sementara masyarakat kurang mampu tidak memperoleh
kesempatan untuk meningkatkan taraf hidupnya.
c. Sektor Konsumsi Masyarakat
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung
berpengaruh terhadap sektor konsumsi masyarakat atas barang dan
jasa. Dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk subsidi, tidak
hanya menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati
suatu barang/jasa, namun juga menyebabkan masyarakat yang sudah
mampu akan mengkonsumsi produk/jasa lebih banyak lagi.
Kebijakan pengurangan subsidi, misalnya BBM, akan
menyebabkan harga BBM naik, dan kenaikan harga BBM akan
menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap BBM turun.
10
d. Sektor Keseimbangan Perekonomian
Untuk mencapai target-target peningkatan PDB, pemerintah dapat
mengatur alokasi dan tingkat pengeluaran negara. Misalnya dengan
mengatur tingkat pengeluaran negara yang tinggi (untuk sektor-sektor
tertentu), pemerintah dapat mengatur tingkat employment (menuju full
employment). Apabila target penerimaan tidak memadai untuk
membiayai pengeluaran tersebut, pemerintah dapat membiayainya
dengan pola defisit anggaran.
Anggaran belanja negara/pemerintah terdiri dari anggaran untuk
Pemerintah Pusat dan anggaran untuk Pemerintah Daerah, dimana anggaran
unutk Pemerintah Pusat sekitar dua kali dari anggaran untuk Pemerintah
Daerah. Dalam kurun waktu 6 tahun pemerintah telah mampu meningkatkan
anggaran belanjanya lebih dari dua kali lipat dari sebesar Rp 322 trliliun pada
tahun 2002 menjadi lebih dari Rp 752 triliun pada tahun 2007. Kelipatan ini
juga berlaku baik untuk Pemerintah Pusat maupu untuk Pmerintah Daerah.
Tabel 7. Anggaran Belanja Pemerintah, 2002-2007 (Mliar Rupiah)
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Belanja Negara 322.180 376.505 374.351 565.070 699.099 752.373
-Pemerintah Pusat 223.976 265.191 255.309 411.667 478.250 498.172
-Pemerintah Daerah 98.204 120.314 199.042 153.402 220.850 254.201
Sumber : BPS seperti pada BI.LPI2007
11
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Anggaran Belanja Pusat 233.976 256.191 255.309 411.667 478.250 498.172
-Rutin 186.651 186.944 184.438 326.924 408.470 426.488
-Pembangunan 37.325 69.247 70,871 84.743 69.780 71.684
Sumber : BPS seperti pada BI.LPI2007
12
Pengeluaran Rutin 186,651 186,944 184,438 326,924 408,470 426,488
Belanja Pegawai 39,480 47,662 56,738 61,167 79,075 97.983
Belanja Barang 12,777 14,992 17,280 42,312 55,992 61,824
Pembayaran Bunga 87,667 65,351 65,651 60,982 82,495 83,555
Utang Luar Negeri 25,406 46,356 41,276 42,307 58,155 58,803
Utang Dlam Negeri 62,621 18,995 24,375 18,675 24,340 24,752
Subsidi 43,628 43,899 26,362 119,089 107,628 105,073
BBM 31,162 30,038 14,527 89,194 80,609 55,604
Non BBM 12,466 9,901 10,995 23,643 21,367 49,469
Pajak Ditanggung
- 3,960 840 6,253 5,651 0
Pemerintah
Bantuan Sosial - - - - 41,018 52,272
Pengeluaran Rutin
3,099 15,042 18,407 43,374 42,262 25,781
Lainnya
Sumber : BPS seperti pada BI.LPI 2007
13
Dana Pembangunan 94,657 111,070 112,187 146,160 216,798 244,608
Dana Bagi Hasil 24,884 31,370 26,928 52,567 59,564 62,726
Dana Alokasi Umum 69,159 76,978 82,131 88,766 145,664 164,787
Dana Alokasi Khusus 613 1,713 3,128 4,828 11,570 17,094
Dana Otonomi Khusus dan
3,548 9,244 6,855 7,243 4,052 9,593
Penyeimbang
Sumber : BPS seperti pada BI.LPI2007
14
Dengan kata lain diumpamakan terjadi anggaran belanja seimbang. Baik
pengeluaran pemerintah maupun pajak, keduanya mempunyai pengaruh
terhadap penghasilan nasional.
2.6 Pembahasan 6 Kebijakan Perpajakan dan Pengeluaran Pemerintah
Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Penghasilan nasional.
Pengeluaran pemerintah rutin dan pembangunan dibayarkan kepada
masyarakat (pegawai dan pelaksana pembangunan). Mereka menerima
tambahan pendapatan. Dari tambahan pendapatan tersebut mereka cenderung
untuk melakukan tambahan konsumsi dan tambahan tabungan.
Kecenderungan tambahan konsumsinya disebut MPC (marginal propensity to
consume) dan kecenderungan tambahan untuk menabung disebut MPS
(marginal propnsity) MPC biasanya dinyatakan dalam proporsi terhadap
penghasilan (Y), demikian juga MPS dinyatakan dalam proporsi terhadap
penghasilan (Y), sehingga MPC+ MPS =1 kali besarnya penghasilan.
Tambahan konsumsi yang dilakukan oleh orang pertama tadi diterima oleh
orang lain kepada siapa konsumsi tersebut dilakukan
(orang ke dua). Orang ke dua ini, karena menerima tambahan pendapatan,
juga cenderung melakukan tambahan konsumsi dan tambahan tabungan.
Tambahan konsumsinya merupakan tambahan pendapatan bagi yang
menerimanya (orang ke tiga), yang karena ada tambahan pendapatan, juga
cenderung untuk melakukan tambahan konsumsi dan tambahan tabungan.
Begitu selanjutnya proses berjalan sampai jumlah yang tidak terhingga.
Jumlah kenaikan Penghasilan masyarakat sebagai akibat dari adanya
pengeluaran pemerintah adalah jumlah pengeluaran pemerintah itu dikalikan
dengan faktor pengganda. Dengan mengumpamakan bahwa MPC dan MPS
untuk setiap orang yang dikatakan di atas sama (orang ke l, 2, 3,....), maka
dengan memakai manipulasi aljabar dasar diperoleh faktor pengganda sebesar
k = 1/MPS. Kalau setiap orang yang menerima tambahan penghasilan
mempunyai kecenderungan untuk menabung sebesar 20 persen dari tambahan
penghasilannya, maka k = 1/0,20 = 5.
15
Pengaruh Pajak terhadap Penghasilan nasional. Untuk membiayai
pengeluarannya, pemerintah menarik pajak dari rakyat. Pajak ini mempunyai
sifat mengurangi pendapatan dari mereka yang membayar pajak itu (orang 1).
Karena pendapatannya berkurang, mereka cenderung mengurangi konsumsi
(sebesar MPC kali berkurangnya penghasilan), dan mereka cenderung untuk
mengurangi menabung (sebesar MPS kali berkurangnya penghasilan), yang
mempunyai akibat lanjutan terhadap mereka yang terkena pengurangan
penghasilan. Demikian prosesnya berjalan, sama seperti logika
pada'pengeluaran pemerintah, sampai pada orang yang ke tidak terhingga,
jumlah penghasilan masyarakat berkurang karena ada pajak adalah sebesar
pajak itu dikalikan dengan faktor pengganda. Dengan perumpamaan yang
sama seperti pada pengeluaran pemerintah, faktor penggandanya dapat
diperoleh dengan manipulasi aljabar dasar sebesar k = -(1/MPS -1). Kalau
setiap orang yang penghasilan berkurang sebesar tambahan pajak, mempunyai
kecenderungan untuk mengurangi menabung sebesar 20 persen dari jumlah
pengurangan penghasilannya, maka k untuk pajak -( 1/0,20 1) = -4.
Pengganda untuk Anggaran Berimbang. Oleh karena dalam anggaran
berimbang, contoh kita di atas, jumlah pengeluaran pemerintah sama dengan
jumlah pajak, maka akibat dari anggaran belanja yang seimbang terhadap
penghasilan nasional adalah: (Jumlah kenaikan penghasilan nasional karena
pengeluaran pemerintah) dikurangi (jumlah pengurangan penghasilan nasional
kanena adanya pajak). Karena yang pertama adalah sebesar (1/MPS) kali
jumlah pengeluaran pemerintah, dan yang disebut belakangan adalah -(1/MPS
1), maka tambahan penghasilan neto karena anggaran seimbang adalah
(1/MPS)-(1/MPS 1) = 1 kali anggaran berimbang tersebut. Dengan kata lain
faktor pengganda untuk anggaran berimbang adalah (+1).
Tabungan Pemerintah dan Pembangunan ekonomi. Pembangunan
ekonomi satu negara dapat dibiayai oleh sumber-sumber dari dalam negeri dan
dari luar negeri. Sumber pembiayaan pembangunan ekonomi dari dalam
negeri dapat berupa tabungan perseorangan, tabungan perusahaan, dan
tabungan pemerintah, sedangkan yang bersumber dari luar negeri bisa berupa
16
bantuan dan pinjaman luar negeri, penanaman modal langsung dari luar negeri
atau penanaman modal tidak langsung dari luar negeri.
Yang dimaksud dengan tabungan pemerintah adalah semua penerimaan
dari dalam negeri dikurangi dengan semua pengeluaran rutin. Namun untuk
Indonesia masih dikurangi lagi dengan anggaran belanja untuk daerah yang
harus dikeluarkan oleh pemerintah Pusat tiap tahun (bersifat rutin). Tabungan
pemerintah untuk tahun 2002-2007 disajikan pada Tabel 3. yang temyata terus
mengalami peningkatan dari hanya 13,6 triliun rupiah pada tahun 2002 sampai
mencapai 52,3 triliun rupiah pada tahun 2005 dan kembali mengalami
penurunan menjadi hanya 25,6 triliun pada tahun 2006 dan pada tahun 2007
hanya menjadi 9,6 triliun. Jadi pemerintah telah menyisakan penerimaan
dalam negerinya untuk sebagian ditabung. Dalam persentase jumlah tabungan
pemerintah ini berldsar dari sedikit di bawah 5 persen pada tahun 2002, terus
mengalami peningkatan sampai menjadi 13 persen pada tahun 2004, lalu
mengalami penumnan menjadi hanya 1,3 persen dari total penerimaan dalam
negerinya. Kalau kita bandingkan jumlah tabungan pemerintah ini dengan
iumlah pembiayaan rupiah dalam rencana pembangunan tahunannya, ternyata,
seperti terlihat pada Tabel 3. jumlah tabungan pemerintah ini selalu lebih
kecil. Ini berarti bahwa tiap tahun (dari 2002 sampai 2007) pemerintah harus
menggali sumber-sumber pembiayaan dalam negeri untuk menalangi
pembiayaan rupiah dari rencana pembangunannya, yang mungkin berupa
pinjaman dari Bank Indonesia atau pinjaman jangka pendek yang biasa
disebut Treasury Bill.
17
Sumber : Diolah dari Tabel Anggaran Oendapatan dan Belanja Negra, 2002-2007 (miliar rupiah),
(Ketut Nehen ; 377)
Kasus
18
Studi Pendahuluan Pengaruh Penerimaan dan Pengeluaran Negara
Terhadap Imbal Hasil Mismatch Treasury Bills
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
2. Perlu adanya system perpajakan yang cepat, tepat, dan trasparan
mengenai pajak untuk penerimaan Negara sehingga bukan saja hasil
melainkan proses dapat dicermati bersama oleh segenap masyarakat.
21
Daftar Pustaka
http://ferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/Bagian-V-Teori-Pengeluaran-
Pemerintah.pdf
http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-kausalitas-antara-
penerimaan.html
http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/download/3982/2553
22