Anda di halaman 1dari 1

Gerakan DI/TII di Aceh

Latar belakang munculnya DI/TII di Aceh adalah kekecewaan tokoh-tokoh Aceh atas dihapusnya
Provisi Aceh dan dijadikannya Aceh sebagai karesidenan di bawah Provinsi Sumatera Utara

Pemberontakan DI/TII di Aceh dipicu antara lain karena kekecewaan tokoh-tokoh Aceh yang
dipimpin oleh Daud Beureueh kepada pemerintah pusat. Kekecewaan ini diakibatkan oleh
penghapusan status provinsi Aceh, yang dilebur dengan Sumatera Utara.

Setelah munculnya pemberotakan DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo, pada tahun 1953 Daud Beureueh menyatakan bergabung dengan DI/TII. Pasukan
tentara Indonesia dengan cepat dapat merebut kota-kota besar di Aceh, namun wilayah
pedalaman dikuasai gerilya DI/TII.  

Akhir dari pemberontakan DI/TII di Aceh adalah menyerahnya Daud Beureueh setelah dicapai
kesepakatan dalam Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh.

Musyawarah ini berlangsung pada tanggal 17-21 Desember 1962. Upaya ini menghasilkan
kesepakatan mengembalikan status provinsi Aceh, dan memberikan provinsi ini otonomi
khusus. Hasil diplomasi ini adalah menyerahnya Daud Beureueh dan berakhirnya
pemberontakan DI/TII di Aceh

Opini terhadap DI/TII:

Gerakan DI/TII ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republic Indonesia (NKRI dan
membnetuk Negara islam. Padahal penduduk Indonesia terdiri dari lima agama yang berbeda-
beda dan terdiri dari berbagai ras yang jumlahnya beragam. Perbedaan agama bukan
menjadipemicu disintegrasi bagnsa melainkan untuk memperkaya khasanah kebudayan
Indonesia yang beragam. Walaupun berbeda agama maupun budaya tetapi masih tetap satu
tanah air bangsa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai