Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN ANAK II

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PRA OPERATI


PADA ANAK”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Anak II

Dosen Pengampu : Feny Kusumadewi, S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 13:

Aji Irwan 18021004


Chissy Andhita A.O. 6
Ira Anton 18021011
Minawati 6
Nuraeni 18021013
Nurul Khidayah H. 9
18021012
9
18021012
5
18021012
8
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN PROGRAM STUDI S-1
KEPERAWATAN TANGERANG SELATAN 2020

KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul KEPERAWATAN ANAK II “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PRA OPERATI PADA ANAK”

Penulisan makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kami sampaikan kepada :

1. Allah SWT atas segala nikmat iman, karunia serta limpahan rahmat sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
2. Kedua orang tua, yang selalu mendo’akan dan memberikan semangat serta
dukungan untuk menyelesaikan makalah ini.
3. Bpk. Dr. Resna A. Soerawidjaja, MScPH., selaku Ketua Yayasan STIKes Banten.
4. Ibu Dian Puspitasari Effendi, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Program Studi
Keperawatan STIKes Banten.
5. Ibu feny Kusumadewi, S.Kp., M.Kep , selaku Pembimbing dan Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III.
6. Teman – teman seperjuangan Angkatan 2018.

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi, contoh dan
sistematika penulisan dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap agar penulisan makalah
ini dapat berguna bagi semua pembaca dan rekan-rekan Mahasiswa Keperawatan
khususnya.
Tangerang Selatan,Oktober 2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI ...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.......................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan penulisan....................................................................................4
1.4 Manfaat penulisan.................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perawatan Praoperatif............................................................................5


2.2 Asuhan praoperatif ..............................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................22
3.2 Saran.....................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pembedahan, yaitu preoperative phase, intraoperative
phase dan postoperative phase. Masing- masing fase dimulai pada waktu
tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang
perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat
dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.
Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari
tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga
kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima
(Brunner & Suddarth, 2001 ).
Keperawatan preoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Sedangkan tindakan keperawatan preoperatif merupakan
tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien
untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin
keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan
penunjang serta persiapan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu
tindakan pembedahan klien berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan
selama tahap persiapan. Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan
preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada tahap-tahap
selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara masingmasing
komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang optimal,
yaitu kesembuhan pasien secara paripurna (Rothrock 1999). Kegiatan
keperawatan yang dapat dilakukan sesuai peran perawat perioperatif antara
lain mengidentifikasi factor – factor yang mempengaruhi resiko pelaksanaan
operasi, mengkaji kebutuhan fisik dan psikologis dan memfasilitasi persiapan
fisik dan psikologis selama masa pra pembedahan (Taylor, 1997).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
Tindakan keperawatan apa sajakah yang telah dilakukan perawat terhadap
pasien preoperatif di ruang bedah

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Anak 2


khususnya pada bagian prosedur bedah dan asuhan keperawatan
praopratif .

2. Tujuan Khusus

a. Mampu memahami dan menjelaskan konsep keperawatan pra


operatif.
b. Mampu memahami dan menjelaskan aktivitas bermain untuk
prosedur spesifik.
c. Mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan anak
menjalani pembedahan.

d. Mampu memahami dan menjelaskan rencana asuhen keperawatan


anak yang menjalani pembedahan .

1.4 Manfaat Penulisan


Terkait dengan tujuan maka makalah pembelajaran ini diharapkan dapat
memberi manfaat pada:

1. Bidang Akademis

Sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam Asuhan


Keperawatan anak dalam menjalani pembedahan .

2. Bidang Praktis, makalah pembelajaran ini bermanfaaat bagi :

a. Bagi Mahasiswa Stikes Banten

Hasil makalah pembelajaran ini dapat menjadi masukkan bagi


mahasiswa Stikes Banten lainnya dalam asuhan Keperawatan anak 2.

b. Untuk Penulis

Hasil penulisan makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi
penulis berikutnya, yang akan melakukan penulisan Asuhan
Keperawatan anak 2 tentang asuhan keperawatan anak dalam
menjalani pembedahan/ praoperatif.

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah yang kami buat terdiri dari 3 bab yaitu :

1. BAB I

Pada Bab I terdiri dari :

a. Latar Belakang Masalah

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan Penulisan

d. Manfaat Penulisan
e. Sistematika Penulisan

2. BAB II
Pada Bab II, terdiri dari :

3. BAB III

Pada Bab III, terdiri dari :

a. Kesimpulan

b. Saran
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. PROSEDUR BEDAH
Perawatan praoperatif
Anak-anak yang mengalami prosedur bedah memerlukan persiapan fisik dan
psikologik. Secara umum, persiapan psikologik sama dengan yang didiskusikan
dalam prosedur apa pun dan dapat menggunakan banyak teknik seperti yang
digunakan dalam mempersiapkan anak untuk hospitalisasi, seperti film, buku,
permainan, dan tur. Akan tetapi, terdapat juga beberapa perbedaaan yang penting.
Meskipun anak-anak tertidur pada saat intervensi bedah dilakukan, mereka adalah
subjek dari berbagai prosedur praoperatif dan pascaoperatif. Poin-poin yang
ditekankan pada saat sebelum dan setelah pembedahan adalah antara lain adalah
penerimaan, uji darah, injeksi obat praoperatif (jika diresepkan), periode sebelum dan
selama pemindahan keruang operasi, dan kembalinya dari unit perawatan pasca-
anestesi (PACU, postanesthesi care unit)
Intervensi psikologik yang terdiri atas persiapan yang sistematik, latihan kejadian
yang akan datanag, dan perawatan penunjang selama saat-saat stress (mis, saat masuk
rumah sakit) telah terbukti lebih efektif daripada persiapan sesi tunggal atau
perawatan penunjang yang konsisten tanpa persiapan dan latihan yang sistematik.
Permainan selalu menjadi strategi yang efektif dalam mempersiapkan anak, dan
peningkatan pengenalan dengan prosedur medis dapat menurunkan kecemasan.
Meskipun rasa takut terhadap anestesi dianggap sebagai masalah utama diantara
anak anak, sedikit data yang ditemukan untuk peristiwa ini. Salah satu penelitian
terhadap anak usia sekolah menemukan bahwa hal yang ditakutkan adalah injeksi dan
masker wajah.
Kehadiran orangtua selama induksi menjadi lebih sering banyak dilakukan,
meskipun hanya beberapa institusi yang menyetujui kebijakan tersebut. Laporan dari
ornagtua yang telah hadir selama induksi sangat menyenangkan. Meskipun beberapa
diantaranya merasa cemas, namun sebagian besar orang tua dapat menegndalikan
kecemasan mereka, tidak mengganggu induksi, dan mendukung anak, (Hall dkk,
1995, LaRose-Nash dkk, 1995). Sebagian pihak menghawatirkan kesesuaian praktik
ini bagi semua orangtua.
Akan tetapi, berdasarkan respon ornagtua yang menyenangkan terhadap praktik
tersebut dan keinginan sebagian besar anak untuk bersama orangtua selama prosedur
yang menimbulkan stress, kebijakan yang menawarkan orang tua pilihan untuk
menghindari induksi, dikombinasikan dengan program persiapan anak dan orangtua
terhadap apa yang akan terjadi dan yang diharapkan dari mereka, dan merupakan hal
yang dianjurkan. Jika orang tua memilih untuk menghadiri atau tidak diperbolehkan
mengahadiri induksi ini, meninggalkan benda kesukaan milik anak dan menyatukan
anak dan orangtua sesegera mungkin setelah pembedahan (terutama di PACU)
merupakan intervensi yang penting. Selama pembedahan keluarga harus emnunggu
di tempat khusus dan perlu selalu diberi informasi tentang perkembangan anak.
Anggota keluarga juga harus mengetahui dimana dan kapan mereka dapat
mengunjungi anak tersebut setelah pembedahan.
Selain kemungkinan terpisah dari orangtua sebelum dan setelah pembedahan,
anak-anak akan dirawat oleh sejumlah praktisi yang tidak dikenalnya. Meskipun
perawat pendukung yang sama harus tetap bersama anak menjalani sebanyak
mungkin prosedur, anak juga dapat bersama perawat lainnya, terutama jika pasien
kembali dari unit khusus pascaoperasi. Banyak rumah sakit yang mengadakan tur
bedah bagi anak-anak dan ornagtua untuk memperkenalkan mereka dengan individu
lain yang akan terlibat dalam perawatan mereka.
Selain persiapan psikologik, anak-anak biasanya membutuhkan berbagai jenis
perawatan fisik sebelum pembedahan. Masalah penting adalah berkaitan dengan
restriksi makanan dan cairan sebelum pembedahan untuk menghindari aspirasi
selama anestesi. Sebelum dilakukan pembatasan cairan, anak-anak dianjurkan untuk
minum guna meningkatkan hidrasi dan meminimalkan kekeringan dan rasa haus
yang mereka alami. Nayi membutuhkan perhatian khusus dalam kebutuhan cairan.
Mereka tidak boleh dibiarkan tanpa cairan oral selama periode pascaoperatif yang
lama untuk menghindari deplesi glikogen dan dehidrasi.
Meskipun sebagian besar prosedur praoperatif bersifat rutin, perawat harus ingat
bahwa prosedur-prosedur tersebut dapat menimbulkan kecemasan padda anak-anak
dan orangtua. Sebagi contoh, untuk anak kecil, memintanya memakai baju rumah
sakit yang longgar tanpa pakaian dalam atau celana piyama dapat menjadi hal yang
traumatic. Oleh karena itu penggunaan pakaian dalam harus tetao diperbolehkan.
Kejadian yang paling menghawatirkan anak umumnya adalah injeksi praoperatif.
Sayangnya, baru sedikit penelitian yang dilakukan terhadap hal lain. Jika anak yang
tidak mengalami nyeri praoperatif, dipersiapkan secara psikologis untuk
pembedahan, dan orangtua berada di dekatnya, maka medikasi pra-anestetik mungkin
tidak diperlukan. Jika mengguankan obat-obatan, obat-obatan tersebut harus bersifat
“atraumatik” dengan menggunakan rute oral, jalur IV yang sudah ada sebelumnya,
atau rektal.
Berbagai program pengobatan pra-anestetik yang digunakan pada anak-anak, dan
tidak dapat consensus mengenai metode yang optimal untuk itu obat-obat yang
digunakan harus mencapai lima tujuan (American Academy of Pediatric, 1992)
1. Menjaga keselamatan dan kesejahteraan pasien
2. Meminimalkan ketidaknyamanan fisik atau nyeri
3. Meminimalkan respons psikologik negative terhadap pengobatan dan
memberikan analgesia, dan memaksimalkan potensi amnesia
4. Mengendalikan perilaku
5. Mengembalikan pasien ke keadaan yang aman untuk pemulangan, seperti
ditentukan oleh kriteria-kriteria yang sudah diketahui, jika memungkinkan

Penggunaan obat-obat sedative saat prosedur memiliki resiko yang serius,


seperti hipoventilasi, apnea, obstruksi jalan napas, kerusakan kardiopulmunal.
Dianjurkan untuk menganggap sedasi sebagai rangkaian keadaan dengan rentang dari
sedasi sadar sampai dalam. Sedasi sadar adalah keadaan kesadaran terdepresi yang
dikendalikan secara medis yang:

1. Memungkinkan tetap adanya reflex protektif


2. Mempertahankan kemampuan klien untuk memelihara kepatenan jalan
napas secara mandiri
3. Memungkinkan adanya respon yang tepat dari pasien terhadap stimulasi
fisik atau perintah verbal (mis, buka mata anda)

Sedasi dalam adalah keadaan kesadaran terdepresi atau tidak sadar yang
dikendalikan secara medis, yaitu keadaan pasien yang tidak mudah dibangunakan.
Keadaan ini dapat disertai dengan:

1. Hilangnya reflex protektif baik sebagian maupun keseluruhan


2. Hilangnya kemampuan untuk mempertahankan kepatenan jalan napas
secara mandiri
3. Hilangnya kemampuan untuk berespons terhadap stimulasi fisik atau
perintah verbal. Hilangnya kemampuan-kemampuan ini dapat berlanjut
sampai anestesi umum (Algren dan Algren, 1997)

The American Academy of Pediatric (1992) telah menetapkan kebijakan-


kebijakan yang memberi panduan untuk sedasi sadar. Panduan ini mencakup
pengawasan peralatan gawat darurat, seperti system pemberian oksigen dengan
tekanan positif, penatalaksanaan jalan napas dan peralatan bernapas, dan troli
emergency. Tingkat kesadaran dan respon sivitas pasien, frekuensi jantung, tekanan
darah, frekuensi pernapasan, dan saturasi oksigen (via oksimetri nadi) harus dipantau
selama prosedur oleh seseorang yang memang ditugaskan untuk tujuan ini. Pada
semua kasus kondisi pasien setelah prosedur juga harus didokumentasikan.

Anak-anak juga mungkin merasa takut terhadap induksi anestesi yang


menggunakan masker. Hal-hal yang dapat mengurangi kecemasan berkaitan dengan
anestesi inhalasi antara lain:

1. Menyamarkan bau yang tidak menyenangkan dari gas anestesi dengan


pemberian zat pengharum yang menyenangkan pada masker
2. Menggunakan masker plastic transparan bukan masker hitam pekat dan
secara bertahap membawanya kea rah wajah
3. Mengarahkan aliran gas dari slang ke wajah anak sampai anak mulai
mengantuk
4. Memperbolehkan anak duduk saat induksi anestesi
5. Memperbolehkan permainan praoperatif dengan masker dan boneka atau
patung
2. Aktivitas bermain untuk prosedur

ASUPAN CAIRAN
1. Buat es lilin sesuai jus kesukaan anak.Potong gelatin menjadi bentuk-bentuk
yang menarik
2. Buat permainan pesawat ketika membalikan halaman buku atau permainan
seperti simon syas.
3. Gunakan cangkir obat yang kecil; beri hiasan pada cangkir.
4. warna air dengan pewarna mananan atau bubuk campuran air minum.
Adakan pesta teh: tuangkan teh diatas meja kecil.
5. biarkan anak mengisi spuit dan menyemprotkan isinnyan kedalam mukut
atau menggunakannya untuk mengisi cangkir yang telah dihias.
6. potong sedotan menjadi dua dan letakkan dalam wadah kecil( lebih mudah
bagi anak untuk mengisap cairan ).
7. Hiasi sedotan tersebut :potong dan buat dua lubang kecil dan masukkan
sedotan melewati lubang tersebut; tempelkan stiker kecil pada sedotan
tersebut.
8. Gunakan sedotan yang telah di hias .
9. Buat ‘’poster perkembangan “; beri hadiah kalau ia sudah minum dalam
jumlah yang telah ditetapkan.
NAFAS DALAM
a. Meniup gelembung-gelembung dengan alat peniup gelembung.
b. Meniup gelembung-gelembung dengan sedotan (tanpa sabun)
c. Meniup baling-baling,bulu,pluit,harmonika,balon,terompet,terompet pesta
d. Latihan dengan alat yang berpita .
e. Adakan pertandingan meniup dengan menggunakan balon, perahu, balon
kapas, bulu,manik-manik,bola ping-pong,selembar kertas;tiup benda-benda
tersebut diatas meja sampai garis akhir,melewati air,melewati penghalang
lain,ke udara memantul dari suatu benda,atau keatas dan kebawah.
f. Mengisap kertas atau kain dari suatu wadah dan pindahkan kewadah lain
dengan
g. menggunakan botol tiup yang berisi air tersebut dari satu sisi kesisi lainnya.
h. Mendramatisasi cerita-cerita sepeti” saya akan meniup menghembus
rumahmu hingga jatuh’’ dari cerita three little pigs.
i. Melukis dengan mengunakan tiupan sedotan .
j. Menarik nafas dalam dan”meniup lilin” pada kue ulang tahun
k. Mengunakan semprotan cat kecil untuk “melukis kuku dengan air dan
meniup kuku tersebut sampai kering.

RENTAANG GERAK DAN PENGGUNAAN EKSTREMITAS


1) Melempar sebuah kantong kacang/ kecil pada target yang diam atau bergerak
atau melempar gumpalan kertas kedalam kerangjang sampah
2) Menyentuh atau menendang bola Mylar yang di pegang atau di gantung pada
posisi yang berbeda ( jika anak memakai traksi permainan” mengelitik jari”;
lakukan jika di minta.
3) Permainan twister atau simon says.
4) Permainan pura-pura dan tebak-tebakan(mis .,meniru burug,kupu-kupu,atau
kuda).
5) Adakan pertandingan sepeda roda tiga atau kursi roda di daera yang aman.
6) Permainan menendang atau melempar bola dengan bola busa yang lembut di
area yang aman.atur posisi tempat tidur sehingga anak harus turun untuk
menonton televisi atau ke luar ruangan . memanjat dinding seperti “laba-
laba” berpura-pura mengajari dansa atau senan “aerobik” anjurkan
partisipasi orang tua.
7) Anjurkan anak untuk berenang jika memungkinkan .
8) Bermain video games atau pinball ( gerakan motorik halus ).
9) Permainan “petak umpet “; sembunyikan permanianan di tempat tidur (atau
di kamar jika pasien di ambulassi) dan minta anak untuk mencari dengan
tangan atau kaki.
10) sediakan tanah liat untuk di bentuk dengan jari.
11) Buat lukisan atau gambar pada selembar kertas besar yang di tempel di lantai
atau di dinding.
12) Anjurkan anak untuk menyisir rambut sendiri; bermain seperti” penata
rambut” dengan “pelangga” pada posisi yang berbeda.

BERENDAM
1. Bermain dengan mainan atau benda-benda kecil (cangkir ,spuit,sabun) di dalam
air
2. Mencuci boneka atau mainan
3. Gelembung-gelembung dapat di masukan kedalam air mandi jika diperbolekan ;
gerakan gelembung-gelemnung tersebun untuk menciptakan suatu bentuk
atau”monster”.
4. Mengambil manik-manik atau koin dari bagian dasar bak mandi berpura-pura
seakan-akan perahu adalah kapal selam dengan membuatnnya semakin tengelam.
5. Bacakan cerita anak selama berendam, beryanyi bersama anak,atau bermain
permainan,seperti kartu,papan catur,atau permaninan papan lainnya( jika dua
tangan juga di rendam,gerakan bermain tersebut untuk anak.)
6. berendam duduk : beri anak sesuatu didengarkan (musik,cerita ) atau untuk
dilihat (permainan gambar,buku)
7. buat lubang di cangkir plastik,isi cangkir tersebut dengan air,dan biarkan
airnnya”menghujanin” anak

INJEKSI
1. Membiarkan anak memegang spuit,vial,dan kapas alkohol,dan memberikan
injeksi kepada boneka.
2. Menggunakan spuit untuk menghias kue dengan cat semprot atau
mengarahkan tembakan kedalam wadah
3. Membuat “lingkaran ajaib” pada area sebelumnnya injeksi dilakukan:
membuat gambar wajah tersenyum pada lingkaran tersebut setelah
injeksi,tetapi jangan mengambar pada daera tusukan.
4. Membiarkan anak mengoleksi spuit (tanpa jarum); membuat objek kreatif
sesuai keinginan anak dengan spuit tersebut. Jika injeksi atau fungsi atau funsi
vena harus di berikan berkali-kali buat”poster perkembangan”;beri hadiah jika
anak sudah mencapai jumlah injeksi yang talah di tentukan.
5. Meminta anak menghitung 10 sampai 15 selama injeksi
AMBULASI
1. Memberi anak sesuatu untuk mendorong.
2. Todler :mendorong dan manarik mainan.
3. Anak usia sekolah: kereta atau standaar IV yang telah di dekorasi
4. Remaja :seorang bayi di kursi roda atau dorongan mengadakan parade ;buat
topi ,drum,dll

MEMPERLUAS LINGKUNGAN (MIS.UNTUK PASIEN YANG MENGUNAKAN


TRAKSI)
Mengatur tempat tidur menjadi seperti kapal bajak laut atau pesawat dengan hiasan .
Meletakan cermin sehingga pasien dapat melihat sekelling ruangan ,memindahkan tempat
tidur pasien dengan sering, terutama keruangan bermain karidor,atau keluar.

ASUHAN PRAOPERATIF

Setelah perosedur pembedahan, berbagai intervensi dan observasi fisik dan pisikologik di
perlukan ntuk mencegah atau meminimalkan kemungkinan munculnya efek anastesi yang
tidak di inginkan dan prosedur pembedahan,(lihat rencana asuhan keperawatan, hlm, 849
sampai 852, kotak pedoman). Meskipun sebagian besar intervensi ini di buat oleh dokter,
namun perawat bertanggung jawab untuk menilai implementasinya. Sebagai contoh,
tanda-tanda vital di ukur seperlunya sampai setabil. Pencatatan suhu, nadi, pernafasan,
dan tekanan darah yang sederhana tanpa membandingkan hasil pemeriksaan dengan hasil
sebelumnya merupakan teknik yang sia-sia. Setiap tanda-tanda vital di evaluasi dalam
kaitannya dengan efek samping anastesi dan tanda-tanda ancaman syok, pernapasan yang
memburuk, atau nyeri. Perawat juga harus mewaspadai terjadinya hipertermia maligna,
miopati genetik yang berpotensi mematikan. Pada anak-anak yang rentan, zat anastetik
tertentu dapat memicu gangguan ini, kekakuan otot, hipermetabolisme, dan destruksi sel
otot. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi atau tidak terjadi seama pembedahan, oleh
karena itu pemantauan ketat di PACU dan unit perawat reguler merupakan hal yang
sangat penting. Tanda-tanda dini dari gangguan ini antara lain adalah takikardia,
peningkatan tekanan darah, takipnea, kulit bercak-bercak, dan kekakuan otot banyak
praktisi yang menanggap bahwa peningkatan suhu sebagai tanda akhir dari gangguan ini
(Dunn, 1997)

Pemberian rasa nyaman merupakan tanggung jawab keperawatan yang utama setelah
pembedahan.nyeri di kaji, dan analgesik diberikan untuk memberirasa nyaman dan untuk
memfasilitasi kerja sama anak dengan perosedur pascaoperatif seperti ambulasi dan
pernafasan dalam. Analgesik IV yang di jadwalkan secara rutin dan menggunakan
analgesia yang dikendalikan oleh pasien (PCA, patient- cantrolled- analgesia), bukan
yang diberikan jika perlu, memberikan kjepuasan yang lebih besar terhadap kontrol nyeri
(lihat penatalaksanaan nyeri Bab 21). Perawatan mulut merupakan askep penting lainnya
asuhan keperawatan karena sebagian anak-anak di puaskan sampai bising usus muncul
kembali (lihat higiene oral, Hlm 585).

Karena infeski pernafasan merupaka komplikasi yang potensial, setiap upaya harus di
lakukan untuk mengareasi paru-paru untuk mengeluarkan sekret. Paru-paru di auskultasi
secara teratur untuk mengidentifikasi bunyi abnormal atau adanya area-area yang tidak
trrdengar bunyi nafas. Untuk mencegah pneuonia hipostatik. Gerakan pernafasan dapat di
dorong dengan spirometer insentif. Atau aktifitas pemotivasi lainnya (lihat kotak 22.3)
jika tindakan-tindakan ini diberikan dalam permainan, maka amak cenderung akan lebih
patuh. Posisi anak di ubah setiap 2 jam, dan di anjurkan untuk nafas dalam.

TIP KEPERAWATAN karena nafas dalam biasanya menimbulkan nyeri setelah


pembedahan, berikan pramedikasi untuk mengatasi nyeri yang di alami anak dan belat
sisi operasi pada anak (bergantung pada lokasinya) denhgan meminta anak untuk
memeluk bantal kecil atau boneka binatang kesukaannya.

Selama periode pemulihan, luangkan sebagian waktu bersama anak untuk mengkaji
persepsi mereka tentang pembedahan. Bermain, menggambar, dan bercerita merupakan
metode yang sangat baik untuk mengetahui pemikiran mereka. Dengan informasi tersebut
perawat dapat mendukung atau memperbaiki persepsi mereka atau membantu anak-anak
dalam merasakan keberhasilan setelah melewati prosedur yang menimbulkan stres.

Rencana asuhan keperawatan anak yang menjalani pembedahan

Diagnosis keperawatan

1. Resiko cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan, anestesi


Tujuan
1) pasien akan memberikan persetujuan tindalan yang lengkap dan
menandatangani dokumen- dokumen yang diperlukan

Intervensi keperawatan/ rasional

a. Tanyakan apakah orang tua memiliki pertanyaan, tentang prosedur untuk


menentukan tingkat pemehaman mereka dan untuk memberi informasi
tambahan (dari perawat atau frofesional lainnya ).
b. Perikasa bagan untuk format persetujuan tindakan yang ditanda tangani
atau dapat persetujuan tindakan. Hubungan dokter untuk menentukan
apakah orang tua telah diberitahu tentang prosedur karena persetujuan
tindakan adalah tanggung jawab dokter.
c. Dafatkan dan/atau saksikan penandatanganan persetujuan tindakan jika
tidak dpreroleh sebelumnya

Hasil yang Diharapkan:


keluarga memberikan persetujuan tindakan sepenuhnya keluarga
menandatangani dokumen-dokumen yang diperlukan.

2) Pasien menerima tidakan-tindakan hygiene yang tepat

Intervensi Keperawatan/ Rasional


a. Mandikan anak dan rafihkan rambutnya
b. beri perawatan mulut untuk meningkatkan kenyamanan ketika
berpuasa.
c. bersihkan daerah operatif sesuai dengan metode yang sudah diresefkan,
jika diinstruksikan, untuk meninimalkan resiko infeksi.
Hasil yang Diharapkan:
Anak dibersihkan dan dipersiapkan dengan baik (sebutkan )

3) Pasien menerima persiapan yang sesuai


Intervensi Keperawatan/ Rasional
a. Lakukan prosesur khusus sesuai intruksi (mis. Enam kelom) beri
antibiotic sesua intruksi, observasi adanya efek samping yang telah
diketahui.
b. Intrusikan dan/ atau bantu anak dengan pengujian khusus, seperti film
sinar-x.
c. konsultasikan dengan dokter tentang perubahan yang sesuai dengan
jadwal atau rute bemberian obat yang diterima anak
d. Beri anak pakaian yang sesuai (mis. Gown khusus kamar operasi)
berikan anak memeakai pakaian dalam atau celana piyama untuk
memberikan frivasi.
e. Berikan label pada barang- barang dan pakaian milik pribadi hapus
riasan dan /atau cat kuku untuk mrngobservasi adanya sianosis.
f. Lepaskan perhiasan dan /atau prostetik (mis, gigi palsu) karena dapat
hilang atau menganggu anaster dan pembedahan periksa adanya gigi
yang goyang.
g. Informasikan hasil anastesi, jika hal tersebut terdeteksi, untuk mencegah
asfirasi gigi selama anastesi.
Hasil yang Diharapkan:
Anak dipesiapkan denagn tepat (sebutkan )

4) Pasien tidak akan mengalami konflikasi

Intervensi Keperawatan/ Rasional


a. Perhatikan status puasa anak sesuai intruksi untuk mencegah asfirasi
selama anastesi (cairan jernih sampai 2 jam sebelum pembedahan untuk
anak-anak pada usia berapapun tidak anak menambah resiko asfirasi
pulmonal selama pembedahan elektif)
b. pastikan anak terhidrasi dengan baik sebelum puasa dimulai, terutama
bayi, yang lebih beresiko mengalami dehidrasi
c. ukur dan catat tanda- tanda vital. Laporkan danya penyimpangan dari
hasil pengukuran awal, terutama peningkatan suhu, yang dapat
menidentifikasikan adanya infeksi.
d. Minta anak untuk berkemih sebelum pengobatan praoperatif diberikan
untuk mencegah distensi kandung kemih atau inkontinensia selama
anestesi. Catat waktu terakhir berkemih jika tidak dafat berkemih
e. pastikan bahwa alergi tertulis dengan jelas pada catatan pasien untuk
mengurangi resiko reaksi merugikan. Periksa nilai laboratorium, untuk
adanya tanda-tanda abnormalitas sistemik, seperti infeksi ( penurunan
hemoglobin dan/atau hematocrit), atau pemanjangan masa pendarahan
taua masa pembekuan yang memanjang).
f. Pertahankan bayi tetap hangat selama pemindahan dan waktu menunggu.

Hasil yang Diharapkan


Anak dipuasakan selama waktu yang ditentukan sebelum operasi. Anak
berkemih. Informasi penting tentang anak tercatat dengan jelas

5) pasien tidak akan mengalami cidera

Intervesi Keperawatan/ Rasional


a. Pastikan gelang identitas terpasang dengan benar
b. periksa gelang identitas bersama tim bedah untuk memstikan identitas
yang benar.
c. pasang penghalang tempat tidur untuk mencegah jatuh
d. gunakan restrein selama pemindahan dengan kereta dorong ( atau tanda
lainnya ) untuk mencegah jatuh
e. jangan meninggalkan anak tanpa pengawasan.
Hasil yang Diharapkan:
Anak aman dari bahaya Langsung. Anak dapat diidentifikasi dengan jelas
dan benar.

2. Ansietas/ rasa takut yang berhubungan dengan perpisahan dengan system


pendukung, lingkungan yang tidak dikenal, defisit pengetahuan.

Tujuan
1) Pasien menunjukan rasa aman dan optimal
Intervensi keperawatan/ rasional
a. Lakukan penyeluhann praoperatif untu mengurangi ansietasi
b. Orientasi anak dengan lingkungan asing
c. Jelaskan dimana orang tua akan berada Ketika anak berada di
ruang operasi
d. Minta seseorang tetap Bersama anak untuk meningkatkan rasa
aman.

Hasil yang diharapkan

Anak menunjukan rasa aman atau ansietas yang minimal.

2) Pasien/ keluarga menunjukan pemahaman tentang pembedahan dan


asuhan pascaoperasi
Intervensi keperawatan/ rasional
a. Siapkan prosedur pascaoperasi, sesuai indikasi (mis, selang
nasogastric, cairan intravena [IV], ganti balutan, drain luka bila
perlu)
b. Jelaskan alesan dilakukan pembedahan, jika akan dilakukan
prosedur operatif khusus, jelaskan prinsif- prinsip dasar dan
jelaskan keperawatan, jika perlu, untuk memperkuat informasi
yang di berikan oleh Dokter.
c. Jelaskan semua prosedur praoperatif (mis, pengambilan darah, uji
laboratorium lainnya)
d. Pada situasi kederuratan, jelaskan komponen- komponen paling
ensesial dari pembedahan (mis, ruangn anak sebelum, dan setelah
pembedahan, anestesi, balutan)
e. Terima reaksi perilaku orang tua dan anak karena reaksi tersebut
akan sangat beragam.

Hasil yang diharapkan


Anak dan keluarga menunjukan pemahama tentang kejadian- kejadian
yang akan terjadi (sebut metode pembelajaran dan evaluasi yang
digunakan ). Reaksi keluarga diterima dan didukung.

3) Pasien menunjukan tanda- tanda relaksasi optimum, dan dukungan


sebelum sampai diruang operasi.
Intervensi keperawatan/ rasional
a. Berikan saya dari operasi atau lebih disukai orang, jika
diinstruksikan untuk meningkatkan tidur dan reaksasi
b. Letakkan peralatan yang tidak dikenal dari penglihatan anak
untuk mengurangi ansietas atau rasa takut.
c. Tempa anak di ruangan yang tenang dengan distraksi minimum
untuk meningkatkan reaksasi dan tidur
d. jangan meninggalkan anak sendirian
e. Jelaskan apa yang sedang terjadi kecuali jika anak sedang tidur
f. Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak selama diperboleh
dan sesuai keinginan mereka
g. Izinkan orang tua untuk menggendong anak sampai tertidur jika
diinginkan
h. Anjuran orang tua untuk menemani anak sebisa mungkin terutama
selama induksi anestesi
i. Berikan tenda yang di signifikan bersama anak dalam kurung
misal mainan kesukaan untuk memberikan rasa aman dan nyaman

Hasil yang diharapkan

Anak tertidur atau berbaring dengan tenang dan anak tidak ditinggal
sendirian.

3. Perubahan proses yang berhubungan dengan prosedur bedah

Tujuan
Pasien (keluarga) menerima dukungan dan jaminan yang adekuat.
a. Perkuat dan klarifikasi informasi yang diberikan oleh dokter
b. Jelaskan pemeriksaan diagnostik dan prosedur yang berhubungan
misalnya pemeriksaan sinar X
c. Jelaskan jadwal anak: Kapan anak akan menerima premedikasi, waktu
anak akan pergi untuk menjalani pembedahan, ruangan yang di mana
anak akan kembali, asuhan dan rutinitas pasca prosedur.
d. Eksplorasi perasaan keluarga berkait dengan prosedur tersebut dan
implikasi untuk mengkaji hubungan intervensi lebih lanjut
e. Libatkan orang tua dan mempersiapkan anak
f. Meluangkan waktu untuk bersama keluarga memberikan dukungan dan
jaminan sesuai kebutuhan
g. Lihat juga rencana asuhan keperawatan: keluarga dari anak yang sakit
atau yang dihospitalisasi

Hasil yang di harapkan

keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur (Sebutkan


demonstrasinya) dan informasi berkait (sebutkan) kan keluarga mengikuti
petunjuk yang diberikan (Sebutkan).
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Anak-anak yang mengalami prosedur bedah memerlukan persiapan fisik dan
psikologik. persiapan psikologik sama dengan yang didiskusikan dalam prosedur
apa pun dan dapat menggunakan banyak teknik seperti yang digunakan dalam
mempersiapkan anak untuk hospitalisasi, seperti film, buku, permainan, dan tur.
Intervensi psikologik yang terdiri atas persiapan yang sistematik, latihan kejadian
yang akan datanag, dan perawatan penunjang selama saat-saat stress (mis, saat
masuk rumah sakit) telah terbukti lebih efektif daripada persiapan sesi tunggal
atau perawatan penunjang yang konsisten tanpa persiapan dan latihan yang
sistematik. Permainan selalu menjadi strategi yang efektif dalam mempersiapkan
anak, dan peningkatan pengenalan dengan prosedur medis dapat menurunkan
kecemasan.
Kehadiran orangtua selama induksi menjadi lebih sering banyak dilakukan,
meskipun hanya beberapa institusi yang menyetujui kebijakan tersebut. Laporan
dari orangtua yang telah hadir selama induksi sangat menyenangkan. Meskipun
beberapa diantaranya merasa cemas, namun sebagian besar orang tua dapat
menegndalikan kecemasan mereka, tidak mengganggu induksi, dan mendukung
anak. Selain persiapan psikologik, anak-anak biasanya membutuhkan berbagai
jenis perawatan fisik sebelum pembedahan. Masalah penting adalah berkaitan
dengan restriksi makanan dan cairan sebelum pembedahan untuk menghindari
aspirasi selama anestesi. Sebelum dilakukan pembatasan cairan, anak-anak
dianjurkan untuk minum guna meningkatkan hidrasi dan meminimalkan
kekeringan dan rasa haus yang mereka alam.
Meskipun sebagian besar prosedur praoperatif bersifat rutin, perawat harus ingat
bahwa prosedur-prosedur tersebut dapat menimbulkan kecemasan padda anak-
anak dan orangtua. Sebagi contoh, untuk anak kecil, memintanya memakai baju
rumah sakit yang longgar tanpa pakaian dalam atau celana piyama dapat menjadi
hal yang traumatic.
Penggunaan obat-obat sedative saat prosedur memiliki resiko yang serius, seperti
hipoventilasi, apnea, obstruksi jalan napas, kerusakan kardiopulmunal. Dianjurkan
untuk menganggap sedasi sebagai rangkaian keadaan dengan rentang dari sedasi
sadar sampai dalam. Sedasi sadar adalah keadaan kesadaran terdepresi yang
dikendalikan secara medis yang :
1. Memungkinkan tetap adanya reflex protektif
2. Mempertahankan kemampuan klien untuk memelihara kepatenan jalan napas
secara mandiri
3. Memungkinkan adanya respon yang tepat dari pasien terhadap stimulasi fisik
atau perintah verbal (mis, buka mata anda)

Sedasi dalam adalah keadaan kesadaran terdepresi atau tidak sadar yang
dikendalikan secara medis, yaitu keadaan pasien yang tidak mudah
dibangunakan. Keadaan ini dapat disertai dengan:

1. Hilangnya reflex protektif baik sebagian maupun keseluruhan


2. Hilangnya kemampuan untuk mempertahankan kepatenan jalan
napas secara mandiri
3. Hilangnya kemampuan untuk berespons terhadap stimulasi fisik atau
perintah verbal. Hilangnya kemampuan-kemampuan ini dapat
berlanjut sampai anestesi umum (Algren dan Algren, 1997)

3.2 Saran

Bagi para mahasiswa dengan adanya makalah ini semoga dapat


menambah wawasannya mengenai perioperatif care pada pediatric sendiri,
dan saat kita memberikan asuhan keperawatan agar bisa memberikan
asuhan yang optimal kepada anak / pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2018). Buku ajar keperawatan pediatrik, Ed 6,Vol.2 Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai