KATA PENGANTAR
Segala puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul KEPERAWATAN ANAK II “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PRA OPERATI PADA ANAK”
Penulisan makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kami sampaikan kepada :
1. Allah SWT atas segala nikmat iman, karunia serta limpahan rahmat sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
2. Kedua orang tua, yang selalu mendo’akan dan memberikan semangat serta
dukungan untuk menyelesaikan makalah ini.
3. Bpk. Dr. Resna A. Soerawidjaja, MScPH., selaku Ketua Yayasan STIKes Banten.
4. Ibu Dian Puspitasari Effendi, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Program Studi
Keperawatan STIKes Banten.
5. Ibu feny Kusumadewi, S.Kp., M.Kep , selaku Pembimbing dan Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III.
6. Teman – teman seperjuangan Angkatan 2018.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi, contoh dan
sistematika penulisan dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap agar penulisan makalah
ini dapat berguna bagi semua pembaca dan rekan-rekan Mahasiswa Keperawatan
khususnya.
Tangerang Selatan,Oktober 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...........................................................................................22
3.2 Saran.....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Bidang Akademis
b. Untuk Penulis
Hasil penulisan makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi
penulis berikutnya, yang akan melakukan penulisan Asuhan
Keperawatan anak 2 tentang asuhan keperawatan anak dalam
menjalani pembedahan/ praoperatif.
1. BAB I
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan
d. Manfaat Penulisan
e. Sistematika Penulisan
2. BAB II
Pada Bab II, terdiri dari :
3. BAB III
a. Kesimpulan
b. Saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. PROSEDUR BEDAH
Perawatan praoperatif
Anak-anak yang mengalami prosedur bedah memerlukan persiapan fisik dan
psikologik. Secara umum, persiapan psikologik sama dengan yang didiskusikan
dalam prosedur apa pun dan dapat menggunakan banyak teknik seperti yang
digunakan dalam mempersiapkan anak untuk hospitalisasi, seperti film, buku,
permainan, dan tur. Akan tetapi, terdapat juga beberapa perbedaaan yang penting.
Meskipun anak-anak tertidur pada saat intervensi bedah dilakukan, mereka adalah
subjek dari berbagai prosedur praoperatif dan pascaoperatif. Poin-poin yang
ditekankan pada saat sebelum dan setelah pembedahan adalah antara lain adalah
penerimaan, uji darah, injeksi obat praoperatif (jika diresepkan), periode sebelum dan
selama pemindahan keruang operasi, dan kembalinya dari unit perawatan pasca-
anestesi (PACU, postanesthesi care unit)
Intervensi psikologik yang terdiri atas persiapan yang sistematik, latihan kejadian
yang akan datanag, dan perawatan penunjang selama saat-saat stress (mis, saat masuk
rumah sakit) telah terbukti lebih efektif daripada persiapan sesi tunggal atau
perawatan penunjang yang konsisten tanpa persiapan dan latihan yang sistematik.
Permainan selalu menjadi strategi yang efektif dalam mempersiapkan anak, dan
peningkatan pengenalan dengan prosedur medis dapat menurunkan kecemasan.
Meskipun rasa takut terhadap anestesi dianggap sebagai masalah utama diantara
anak anak, sedikit data yang ditemukan untuk peristiwa ini. Salah satu penelitian
terhadap anak usia sekolah menemukan bahwa hal yang ditakutkan adalah injeksi dan
masker wajah.
Kehadiran orangtua selama induksi menjadi lebih sering banyak dilakukan,
meskipun hanya beberapa institusi yang menyetujui kebijakan tersebut. Laporan dari
ornagtua yang telah hadir selama induksi sangat menyenangkan. Meskipun beberapa
diantaranya merasa cemas, namun sebagian besar orang tua dapat menegndalikan
kecemasan mereka, tidak mengganggu induksi, dan mendukung anak, (Hall dkk,
1995, LaRose-Nash dkk, 1995). Sebagian pihak menghawatirkan kesesuaian praktik
ini bagi semua orangtua.
Akan tetapi, berdasarkan respon ornagtua yang menyenangkan terhadap praktik
tersebut dan keinginan sebagian besar anak untuk bersama orangtua selama prosedur
yang menimbulkan stress, kebijakan yang menawarkan orang tua pilihan untuk
menghindari induksi, dikombinasikan dengan program persiapan anak dan orangtua
terhadap apa yang akan terjadi dan yang diharapkan dari mereka, dan merupakan hal
yang dianjurkan. Jika orang tua memilih untuk menghadiri atau tidak diperbolehkan
mengahadiri induksi ini, meninggalkan benda kesukaan milik anak dan menyatukan
anak dan orangtua sesegera mungkin setelah pembedahan (terutama di PACU)
merupakan intervensi yang penting. Selama pembedahan keluarga harus emnunggu
di tempat khusus dan perlu selalu diberi informasi tentang perkembangan anak.
Anggota keluarga juga harus mengetahui dimana dan kapan mereka dapat
mengunjungi anak tersebut setelah pembedahan.
Selain kemungkinan terpisah dari orangtua sebelum dan setelah pembedahan,
anak-anak akan dirawat oleh sejumlah praktisi yang tidak dikenalnya. Meskipun
perawat pendukung yang sama harus tetap bersama anak menjalani sebanyak
mungkin prosedur, anak juga dapat bersama perawat lainnya, terutama jika pasien
kembali dari unit khusus pascaoperasi. Banyak rumah sakit yang mengadakan tur
bedah bagi anak-anak dan ornagtua untuk memperkenalkan mereka dengan individu
lain yang akan terlibat dalam perawatan mereka.
Selain persiapan psikologik, anak-anak biasanya membutuhkan berbagai jenis
perawatan fisik sebelum pembedahan. Masalah penting adalah berkaitan dengan
restriksi makanan dan cairan sebelum pembedahan untuk menghindari aspirasi
selama anestesi. Sebelum dilakukan pembatasan cairan, anak-anak dianjurkan untuk
minum guna meningkatkan hidrasi dan meminimalkan kekeringan dan rasa haus
yang mereka alami. Nayi membutuhkan perhatian khusus dalam kebutuhan cairan.
Mereka tidak boleh dibiarkan tanpa cairan oral selama periode pascaoperatif yang
lama untuk menghindari deplesi glikogen dan dehidrasi.
Meskipun sebagian besar prosedur praoperatif bersifat rutin, perawat harus ingat
bahwa prosedur-prosedur tersebut dapat menimbulkan kecemasan padda anak-anak
dan orangtua. Sebagi contoh, untuk anak kecil, memintanya memakai baju rumah
sakit yang longgar tanpa pakaian dalam atau celana piyama dapat menjadi hal yang
traumatic. Oleh karena itu penggunaan pakaian dalam harus tetao diperbolehkan.
Kejadian yang paling menghawatirkan anak umumnya adalah injeksi praoperatif.
Sayangnya, baru sedikit penelitian yang dilakukan terhadap hal lain. Jika anak yang
tidak mengalami nyeri praoperatif, dipersiapkan secara psikologis untuk
pembedahan, dan orangtua berada di dekatnya, maka medikasi pra-anestetik mungkin
tidak diperlukan. Jika mengguankan obat-obatan, obat-obatan tersebut harus bersifat
“atraumatik” dengan menggunakan rute oral, jalur IV yang sudah ada sebelumnya,
atau rektal.
Berbagai program pengobatan pra-anestetik yang digunakan pada anak-anak, dan
tidak dapat consensus mengenai metode yang optimal untuk itu obat-obat yang
digunakan harus mencapai lima tujuan (American Academy of Pediatric, 1992)
1. Menjaga keselamatan dan kesejahteraan pasien
2. Meminimalkan ketidaknyamanan fisik atau nyeri
3. Meminimalkan respons psikologik negative terhadap pengobatan dan
memberikan analgesia, dan memaksimalkan potensi amnesia
4. Mengendalikan perilaku
5. Mengembalikan pasien ke keadaan yang aman untuk pemulangan, seperti
ditentukan oleh kriteria-kriteria yang sudah diketahui, jika memungkinkan
Sedasi dalam adalah keadaan kesadaran terdepresi atau tidak sadar yang
dikendalikan secara medis, yaitu keadaan pasien yang tidak mudah dibangunakan.
Keadaan ini dapat disertai dengan:
ASUPAN CAIRAN
1. Buat es lilin sesuai jus kesukaan anak.Potong gelatin menjadi bentuk-bentuk
yang menarik
2. Buat permainan pesawat ketika membalikan halaman buku atau permainan
seperti simon syas.
3. Gunakan cangkir obat yang kecil; beri hiasan pada cangkir.
4. warna air dengan pewarna mananan atau bubuk campuran air minum.
Adakan pesta teh: tuangkan teh diatas meja kecil.
5. biarkan anak mengisi spuit dan menyemprotkan isinnyan kedalam mukut
atau menggunakannya untuk mengisi cangkir yang telah dihias.
6. potong sedotan menjadi dua dan letakkan dalam wadah kecil( lebih mudah
bagi anak untuk mengisap cairan ).
7. Hiasi sedotan tersebut :potong dan buat dua lubang kecil dan masukkan
sedotan melewati lubang tersebut; tempelkan stiker kecil pada sedotan
tersebut.
8. Gunakan sedotan yang telah di hias .
9. Buat ‘’poster perkembangan “; beri hadiah kalau ia sudah minum dalam
jumlah yang telah ditetapkan.
NAFAS DALAM
a. Meniup gelembung-gelembung dengan alat peniup gelembung.
b. Meniup gelembung-gelembung dengan sedotan (tanpa sabun)
c. Meniup baling-baling,bulu,pluit,harmonika,balon,terompet,terompet pesta
d. Latihan dengan alat yang berpita .
e. Adakan pertandingan meniup dengan menggunakan balon, perahu, balon
kapas, bulu,manik-manik,bola ping-pong,selembar kertas;tiup benda-benda
tersebut diatas meja sampai garis akhir,melewati air,melewati penghalang
lain,ke udara memantul dari suatu benda,atau keatas dan kebawah.
f. Mengisap kertas atau kain dari suatu wadah dan pindahkan kewadah lain
dengan
g. menggunakan botol tiup yang berisi air tersebut dari satu sisi kesisi lainnya.
h. Mendramatisasi cerita-cerita sepeti” saya akan meniup menghembus
rumahmu hingga jatuh’’ dari cerita three little pigs.
i. Melukis dengan mengunakan tiupan sedotan .
j. Menarik nafas dalam dan”meniup lilin” pada kue ulang tahun
k. Mengunakan semprotan cat kecil untuk “melukis kuku dengan air dan
meniup kuku tersebut sampai kering.
BERENDAM
1. Bermain dengan mainan atau benda-benda kecil (cangkir ,spuit,sabun) di dalam
air
2. Mencuci boneka atau mainan
3. Gelembung-gelembung dapat di masukan kedalam air mandi jika diperbolekan ;
gerakan gelembung-gelemnung tersebun untuk menciptakan suatu bentuk
atau”monster”.
4. Mengambil manik-manik atau koin dari bagian dasar bak mandi berpura-pura
seakan-akan perahu adalah kapal selam dengan membuatnnya semakin tengelam.
5. Bacakan cerita anak selama berendam, beryanyi bersama anak,atau bermain
permainan,seperti kartu,papan catur,atau permaninan papan lainnya( jika dua
tangan juga di rendam,gerakan bermain tersebut untuk anak.)
6. berendam duduk : beri anak sesuatu didengarkan (musik,cerita ) atau untuk
dilihat (permainan gambar,buku)
7. buat lubang di cangkir plastik,isi cangkir tersebut dengan air,dan biarkan
airnnya”menghujanin” anak
INJEKSI
1. Membiarkan anak memegang spuit,vial,dan kapas alkohol,dan memberikan
injeksi kepada boneka.
2. Menggunakan spuit untuk menghias kue dengan cat semprot atau
mengarahkan tembakan kedalam wadah
3. Membuat “lingkaran ajaib” pada area sebelumnnya injeksi dilakukan:
membuat gambar wajah tersenyum pada lingkaran tersebut setelah
injeksi,tetapi jangan mengambar pada daera tusukan.
4. Membiarkan anak mengoleksi spuit (tanpa jarum); membuat objek kreatif
sesuai keinginan anak dengan spuit tersebut. Jika injeksi atau fungsi atau funsi
vena harus di berikan berkali-kali buat”poster perkembangan”;beri hadiah jika
anak sudah mencapai jumlah injeksi yang talah di tentukan.
5. Meminta anak menghitung 10 sampai 15 selama injeksi
AMBULASI
1. Memberi anak sesuatu untuk mendorong.
2. Todler :mendorong dan manarik mainan.
3. Anak usia sekolah: kereta atau standaar IV yang telah di dekorasi
4. Remaja :seorang bayi di kursi roda atau dorongan mengadakan parade ;buat
topi ,drum,dll
ASUHAN PRAOPERATIF
Setelah perosedur pembedahan, berbagai intervensi dan observasi fisik dan pisikologik di
perlukan ntuk mencegah atau meminimalkan kemungkinan munculnya efek anastesi yang
tidak di inginkan dan prosedur pembedahan,(lihat rencana asuhan keperawatan, hlm, 849
sampai 852, kotak pedoman). Meskipun sebagian besar intervensi ini di buat oleh dokter,
namun perawat bertanggung jawab untuk menilai implementasinya. Sebagai contoh,
tanda-tanda vital di ukur seperlunya sampai setabil. Pencatatan suhu, nadi, pernafasan,
dan tekanan darah yang sederhana tanpa membandingkan hasil pemeriksaan dengan hasil
sebelumnya merupakan teknik yang sia-sia. Setiap tanda-tanda vital di evaluasi dalam
kaitannya dengan efek samping anastesi dan tanda-tanda ancaman syok, pernapasan yang
memburuk, atau nyeri. Perawat juga harus mewaspadai terjadinya hipertermia maligna,
miopati genetik yang berpotensi mematikan. Pada anak-anak yang rentan, zat anastetik
tertentu dapat memicu gangguan ini, kekakuan otot, hipermetabolisme, dan destruksi sel
otot. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi atau tidak terjadi seama pembedahan, oleh
karena itu pemantauan ketat di PACU dan unit perawat reguler merupakan hal yang
sangat penting. Tanda-tanda dini dari gangguan ini antara lain adalah takikardia,
peningkatan tekanan darah, takipnea, kulit bercak-bercak, dan kekakuan otot banyak
praktisi yang menanggap bahwa peningkatan suhu sebagai tanda akhir dari gangguan ini
(Dunn, 1997)
Pemberian rasa nyaman merupakan tanggung jawab keperawatan yang utama setelah
pembedahan.nyeri di kaji, dan analgesik diberikan untuk memberirasa nyaman dan untuk
memfasilitasi kerja sama anak dengan perosedur pascaoperatif seperti ambulasi dan
pernafasan dalam. Analgesik IV yang di jadwalkan secara rutin dan menggunakan
analgesia yang dikendalikan oleh pasien (PCA, patient- cantrolled- analgesia), bukan
yang diberikan jika perlu, memberikan kjepuasan yang lebih besar terhadap kontrol nyeri
(lihat penatalaksanaan nyeri Bab 21). Perawatan mulut merupakan askep penting lainnya
asuhan keperawatan karena sebagian anak-anak di puaskan sampai bising usus muncul
kembali (lihat higiene oral, Hlm 585).
Karena infeski pernafasan merupaka komplikasi yang potensial, setiap upaya harus di
lakukan untuk mengareasi paru-paru untuk mengeluarkan sekret. Paru-paru di auskultasi
secara teratur untuk mengidentifikasi bunyi abnormal atau adanya area-area yang tidak
trrdengar bunyi nafas. Untuk mencegah pneuonia hipostatik. Gerakan pernafasan dapat di
dorong dengan spirometer insentif. Atau aktifitas pemotivasi lainnya (lihat kotak 22.3)
jika tindakan-tindakan ini diberikan dalam permainan, maka amak cenderung akan lebih
patuh. Posisi anak di ubah setiap 2 jam, dan di anjurkan untuk nafas dalam.
Selama periode pemulihan, luangkan sebagian waktu bersama anak untuk mengkaji
persepsi mereka tentang pembedahan. Bermain, menggambar, dan bercerita merupakan
metode yang sangat baik untuk mengetahui pemikiran mereka. Dengan informasi tersebut
perawat dapat mendukung atau memperbaiki persepsi mereka atau membantu anak-anak
dalam merasakan keberhasilan setelah melewati prosedur yang menimbulkan stres.
Diagnosis keperawatan
Tujuan
1) Pasien menunjukan rasa aman dan optimal
Intervensi keperawatan/ rasional
a. Lakukan penyeluhann praoperatif untu mengurangi ansietasi
b. Orientasi anak dengan lingkungan asing
c. Jelaskan dimana orang tua akan berada Ketika anak berada di
ruang operasi
d. Minta seseorang tetap Bersama anak untuk meningkatkan rasa
aman.
Anak tertidur atau berbaring dengan tenang dan anak tidak ditinggal
sendirian.
Tujuan
Pasien (keluarga) menerima dukungan dan jaminan yang adekuat.
a. Perkuat dan klarifikasi informasi yang diberikan oleh dokter
b. Jelaskan pemeriksaan diagnostik dan prosedur yang berhubungan
misalnya pemeriksaan sinar X
c. Jelaskan jadwal anak: Kapan anak akan menerima premedikasi, waktu
anak akan pergi untuk menjalani pembedahan, ruangan yang di mana
anak akan kembali, asuhan dan rutinitas pasca prosedur.
d. Eksplorasi perasaan keluarga berkait dengan prosedur tersebut dan
implikasi untuk mengkaji hubungan intervensi lebih lanjut
e. Libatkan orang tua dan mempersiapkan anak
f. Meluangkan waktu untuk bersama keluarga memberikan dukungan dan
jaminan sesuai kebutuhan
g. Lihat juga rencana asuhan keperawatan: keluarga dari anak yang sakit
atau yang dihospitalisasi
3.1 KESIMPULAN
Anak-anak yang mengalami prosedur bedah memerlukan persiapan fisik dan
psikologik. persiapan psikologik sama dengan yang didiskusikan dalam prosedur
apa pun dan dapat menggunakan banyak teknik seperti yang digunakan dalam
mempersiapkan anak untuk hospitalisasi, seperti film, buku, permainan, dan tur.
Intervensi psikologik yang terdiri atas persiapan yang sistematik, latihan kejadian
yang akan datanag, dan perawatan penunjang selama saat-saat stress (mis, saat
masuk rumah sakit) telah terbukti lebih efektif daripada persiapan sesi tunggal
atau perawatan penunjang yang konsisten tanpa persiapan dan latihan yang
sistematik. Permainan selalu menjadi strategi yang efektif dalam mempersiapkan
anak, dan peningkatan pengenalan dengan prosedur medis dapat menurunkan
kecemasan.
Kehadiran orangtua selama induksi menjadi lebih sering banyak dilakukan,
meskipun hanya beberapa institusi yang menyetujui kebijakan tersebut. Laporan
dari orangtua yang telah hadir selama induksi sangat menyenangkan. Meskipun
beberapa diantaranya merasa cemas, namun sebagian besar orang tua dapat
menegndalikan kecemasan mereka, tidak mengganggu induksi, dan mendukung
anak. Selain persiapan psikologik, anak-anak biasanya membutuhkan berbagai
jenis perawatan fisik sebelum pembedahan. Masalah penting adalah berkaitan
dengan restriksi makanan dan cairan sebelum pembedahan untuk menghindari
aspirasi selama anestesi. Sebelum dilakukan pembatasan cairan, anak-anak
dianjurkan untuk minum guna meningkatkan hidrasi dan meminimalkan
kekeringan dan rasa haus yang mereka alam.
Meskipun sebagian besar prosedur praoperatif bersifat rutin, perawat harus ingat
bahwa prosedur-prosedur tersebut dapat menimbulkan kecemasan padda anak-
anak dan orangtua. Sebagi contoh, untuk anak kecil, memintanya memakai baju
rumah sakit yang longgar tanpa pakaian dalam atau celana piyama dapat menjadi
hal yang traumatic.
Penggunaan obat-obat sedative saat prosedur memiliki resiko yang serius, seperti
hipoventilasi, apnea, obstruksi jalan napas, kerusakan kardiopulmunal. Dianjurkan
untuk menganggap sedasi sebagai rangkaian keadaan dengan rentang dari sedasi
sadar sampai dalam. Sedasi sadar adalah keadaan kesadaran terdepresi yang
dikendalikan secara medis yang :
1. Memungkinkan tetap adanya reflex protektif
2. Mempertahankan kemampuan klien untuk memelihara kepatenan jalan napas
secara mandiri
3. Memungkinkan adanya respon yang tepat dari pasien terhadap stimulasi fisik
atau perintah verbal (mis, buka mata anda)
Sedasi dalam adalah keadaan kesadaran terdepresi atau tidak sadar yang
dikendalikan secara medis, yaitu keadaan pasien yang tidak mudah
dibangunakan. Keadaan ini dapat disertai dengan:
3.2 Saran
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2018). Buku ajar keperawatan pediatrik, Ed 6,Vol.2 Jakarta: EGC.