Anda di halaman 1dari 92

UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN TEORI PARENT CHILD INTERACTION


BARNARD DALAM ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
DI BCH RSUPN dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR

ZULHARMASWITA
1106123003

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK
DEPOK
JUNI, 2014

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN TEORI PARENT CHILD INTERACTION


BARNARD DALAM ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
DI BCH RSUPN dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ners Spesialis Keperawatan Anak

ZULHARMASWITA
1106123003

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK
DEPOK
JUNI, 2014

ii

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah Akhir yang berjudul “Penerapan Teori Parent Child Interaction Barnard
dalam Asuhan Keperawatan Anak dengan Ketidakseimbangan Nutrisi di BCH
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta”. Karya Ilmiah Akhir ini disusun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak pada
Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermafaat bagi pelayanan, pendidikan dan
penelitian keperawatan.

Penulis menyadari Karya Ilmiah Akhir ini dapat disusun atas bantuan berbagai
pihak baik dari pelayanan dan pendidikan. Pada kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih dan rasa hormat pada:
1. Nani Nurhaeni, SKp., MN selaku supervisor utama yang dengan penuh
kesabaran telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi
selama proses penyusunan Karya Ilmiah Akhir;
2. Siti Chodijah, Ns., MN selaku supervisor yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan, masukan, semangat dan motivasi selama
proses penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini;
3. Ibu Tia Setiawati, M.Kep., Sp. Kep. An yang telah memberikan masukan
yang bermanfaat;
4. Ibu dr.Riana P. Tamba, Sp.B., Sp.BA (K) yang telah memberikan banyak
tambahan dan masukan;
5. Ibu Dra. Junaiti Sahar, PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
6. Ibu Henny Permatasari, M.Kep., Sp. Kep. Kom, selaku ketua Program Studi
Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
7. Direktur RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang telah memberikan
izin dalam melakukan praktik residensi;

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


8. Kepala Diklat dan Keperawatan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
yang telah memberikan izin dalam melakukan praktik residensi;
9. Kepala SMF Bedah Anak (BCH) RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta,
Kepala ruangan beserta seluruh staf BCH RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta atas kerja sama dan bantuan sehingga praktik dan penyusunan Karya
Ilmiah Akhir ini dapat terlaksana;
10. Seluruh civitas akademik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
yang telah memberikan dukungan dan fasilitas terlaksananya praktik dan
penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini;
11. Suami dan anak-anakku tersayang, orangtua-ku terkasih yang telah
memberikan dukungan dan pengorbanan yang luar biasa selama praktik dan
penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini;
12. Teman-teman Angkatan 2011 dan berbagai pihak yang telah membantu
sehingga Karya Ilmiah Akhir ini dapat diselesaikan dan tanpa mengurangi
rasa hormat penulis tidak dapat menyebutkan satu per satu.

Akhir kata, semoga bantuan, dukungan dan kebaikan yang telah diberikan
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

Depok, Juni 2014

Penulis

vi

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
ABSTRAK

Nama : Zulharmaswita
Program studi : Ners Spesialis Keperawatan Anak
Judul : Penerapan Teori Parent Child Interaction Barnard dalam
Asuhan Keperawatan Anak dengan Ketidakseimbangan
Nutrisi di BCH RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Abstrak

Nutrisi yang adekuat berperan penting dalam menjaga homeostasis tubuh dan
pertumbuhan terutama pada anak. Gizi kurang sebelum operasi gastrointestinal
salah satunya disebabkan oleh penurunan asupan makanan oral. Gizi kurang
sebelum operasi merupakan faktor risiko utama untuk peningkatan morbiditas dan
mortalitas pasca operasi. Penatalaksanaan operasi gastrointestinal antara lain
puasa beberapa jam sebelum operasi sampai beberapa hari setelah operasi. Tujuan
penyusunan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk mengaplikasikan teori Parent
Child Interaction Barnard pada anak yang mengalami ketidakseimbangan nutrisi
dengan masalah bedah gastrointestinal. Kondisi ini menyebabkan masalah
ketidakseimbangan nutrisi pasca operasi menjadi lebih serius. Tiga (3) dari lima
(5) kasus anak yang dirawat dengan menerapkan teori Parent Child Interaction
Barnard, masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi dengan meningkatkan
interaksi orang tua/pemberi asuhan selama memenuhi kebutuhan/masalah yang
dialami anak dalam rangka mencapai respon/perilaku adaptif anak.

Kata kunci: nutrisi; respon/perilaku anak; respon/perilaku orangtua/pemberi


asuhan

viii

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


ABSTRACT

Name : Zulharmaswita
Study Programe : Paediatric Nursing Specialist
Title : Application of Parent Child Interaction Theory of Barnard
in Nursing Care with Nutrition Imbalance of Children in
BCH dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta

Abstract

Adequate nutrition plays an important role in maintaining body homeostasis and


growth, especially in children. Malnutrition before surgery gastrointestinal one
caused by a decrease in oral food intake. Malnutrition before surgery is a major
risk factor for increased morbidity and mortality after surgery. Management of
gastrointestinal surgery including preoperative fasting a few hours to a few days
after surgery. The purpose of the preparation of the scientific work aims to apply
the theory of Parent Child Interaction Barnard on children who have nutritional
imbalance with gastrointestinal surgical problems. This condition causes
postoperative nutritional imbalance problem becomes more serious. Three (3) of
the five (5) cases of children treated by applying the theory of Parent Child
Interaction Barnard, nutritional imbalance problem solved by improving the
interaction of parents / caregivers for meeting the needs / problems experienced
by children in order to achieve the response / adaptive behavior of children.

Keyword: nutrition; child response/behavior; parent/caregiver response/behavior

ix

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………. i


HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………………. . vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ............................................................ . viii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ................................................................. ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. . x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. . xi
DAFTAR GAMBAR ………....……………………………………………… xii
DAFTAR SKEMA ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. . xiv
BAB 1 PENDAHULUAN .……………………………….......................... . 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 5
1.3 Sistematika Penulisan........................................................................ 5

BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN ........................................... 7


2.1 Gambaran Kasus ............................................................................ 7
2.2 Tinjauan Teoritis........... ................................................................. 13
2.3 Integrasi Model Keperawatan dalam Proses Keperawatan ............ 23
2.4 Aplikasi Teori Parent Child Interaction Barnard ........................... 29

BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI NERS SPESIALIS ................... 39


3.1 Pencapaian Kompetensi sesuai Area Peminatan ........................... 40
3.2 Peran Ners Keperawatan Anak ...................................................... 43

BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................... 46


4.1 Penerapan Teori Parent Child Interaction Barnard dalam Asuhan
Keperawatan Anak dengan Masalah Bedah Intestinal yang
Mengalami Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari
Kebutuhan ..................................................................................... 46
4.2 Praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam
Pencapaian Kompetensi ................................................................ 53

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 57


3.1 Simpulan ................................................................ ...................... .. 57
3.2 Saran ............................................................................................. .. 58

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59

LAMPIRAN

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Status Metabolik Bayi dengan Penyakit Kritis .....……………. 15


Tabel 2.2 Kebutuhan Energi, Air, Asam Amino Bayi dan Anak ............... 15
Tabel 2.3. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
berdasarkan Indeks ...................................................................................... 16
Tabel 2.4. Kebutuhan atau Masalah An. G ................................................ 30
Tabel 2.5. Repon/Perilaku Pemberi Asuhan An. G .................................... 30
Tabel 2.6. Implementasi Repon/Perilaku Pemberi Asuhan An. G ............... 34
Tabel 2.7 Evaluasi Asuhan Keperawatan An. G .......................................... 37

xi

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model Barnard ......................................................................... 23


Gambar 2.2. Model interaksi pengkajian kesehatan anak menurut Barnad .. 24

xii

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


DAFTAR SKEMA

Skema 2.1. Integrasi Teori Parent Child Interaction Barnard dalam


Asuhan Keperawatan Anak dengan Malah Bedah Intestinal ................ 25

xiii

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kontrak Belajar


Lampiran 2 : Kasus Kelolaan 1
Lampiran 3 : Kasus Kelolaan 2
Lampiran 4 : Kasus Kelolaan 3
Lampiran 5 : Kasus Kelolaan 4
Lampiran 6 : Kasus Kelolaan 5

xiv

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nutrisi yang adekuat berperan penting dalam menjaga homeostasis tubuh dan
pertumbuhan terutama pada anak. Kebutuhan nutrisi anak berbeda dengan
dewasa (Falcao, 2002). Hockenberry dan Wilson (2009) menyatakan tujuan
dukungan nutrisi adalah menyediakan zat gizi yang adekuat untuk mendukung
pertumbuhan yang normal, menyediakan energi dan protein yang adekuat
untuk penyembuhan, mengembalikan dan mengganti kekurangan zat gizi yang
hilang.

Kekurangan zat gizi dapat disebabkan puasa yang lama, penyakit, stres, atau
trauma yang menyebabkan penipisan cadangan tubuh terutama cadangan
protein, dan dipercepat oleh proses hipermetabolik. Kondisi ini menurunkan
kemampuan daya tahan tubuh dan meningkatkan morbiditas serta mortalitas
(Falcao, 2002). Selain lebih tingginya morbiditas dan mortalitas pasien gizi
kurang, kondisi tersebut juga meningkatkan lama rawat (Length Of Stay/LOS)
dan meningkatkan biaya rumah sakit (Hiesmayr, Schindler, Pernicka, et al.
2009).

World Health Organization (WHO) menyebutkan masalah malnutrisi atau gizi


kurang merupakan ancaman terbesar terhadap kesehatan masyarakat di dunia.
Hal ini juga dibuktikan prevalensi pasien gizi kurang di rumah sakit berkisar
hingga 50%. Selain itu juga terbukti berdasarkan skrining gizi dan terapi
nutrisi pada pasien bedah, pasien risiko gangguan gizi sebelum operasi
meningkat hingga 40% (Cerantola, Grass, Cristaudi, Demartines, Schafer, &
Hubner, 2011). Gizi kurang sebelum operasi gastrointestinal disebabkan oleh
penurunan asupan makanan oral, penyakit kronis, cachexia tumor, gangguan
penyerapan karena obstruksi usus, dan reseksi usus sebelumnya (Schiesser,
Muller, Kirchhoff, Breitenstein, Schafer, & Clavien, 2008).

1 Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


2

Cerantola, Grass, Cristaudi, Demartines, Schafer, dan Hubner, (2011) dalam


penelitiannya juga membuktikan bahwa gizi kurang sebelum operasi
merupakan faktor risiko utama untuk peningkatan morbiditas dan mortalitas
pasca operasi. Hal ini diperoleh melalui skrining gizi dan nutrisi perioperatif
pada pasien yang menjalani operasi gastrointestinal. Sulistyaningrum dan
Puruhita (2007) dalam studi observasionalnya juga menilai status gizi dan
dampaknya pada pasien bedah, ditemukan adanya hubungan yang signifikan
antara status gizi dengan lama penyembuhan luka operasi khususnya di bagian
abdomen. Semakin baik indeks massa tubuh (IMT) dan semakin tinggi
albumin semakin cepat penyembuhan luka operasi. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Ija (2009) menunjukkan adanya pengaruh status gizi secara
signifikan terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap.

Operasi gastrointestinal atau abdomen memiliki salah satu penatalaksanaan


pasca operasi yaitu tidak boleh makan (NPO). Sholadoye, Suleiman,
Mshelbwala, dan Ameh, (2012) menyatakan bahwa penatalaksanaan pasca
operasi intestinal adalah: hidrasi melalui intravena, tidak boleh makan,
pemasangan nasogastric tube (NGT), evaluasi klinikal dan radiologi abdomen
untuk menegakkan kebocoran anastomosis. Berdasarkan pemahaman ini
banyak dokter bedah mempertahankan pasien untuk puasa (not permit oral,
NPO) selama 4-5 hari pasca operasi. Sementara puasa lebih dari 2-3 hari tidak
dapat ditoleransi oleh anak. Jika dipuasakan lebih lama anak membutuhkan
total parenteral nutrition (TPN). Dampak dari puasa lama ini adalah
bertambahnya biaya dan risiko komplikasi (Amanollahi & Azizi, 2013).

Komplikasi pasca operasi intestinal yang dapat muncul antara lain: nyeri,
asupan nutrisi yang sedikit, keterlambatan penyembuhan luka, komplikasi
pulmonal, infeksi, perpanjangan lama rawat, dan peningkatan biaya pasien
serta perawatan (Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld, &
Senagore, 2010; Thompson & Magnuson, 2012). Kunci untuk meminimalkan
semua komplikasi tersebut adalah perawatan harus berfokus pada pemenuhan
nutrisi, cairan, menajemen nyeri, ambulasi, dan penatalaksanaan farmakologik

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


3

atau pengobatan (Thompson & Magnuson, 2012). Pemenuhan nutrisi pasca


operasi dan tidak menambah komplikasi pasca reseksi atau anastomosis usus
dapat berupa pemberian makan lebih dini karena puasa lama tidak
memberikan manfaat yang jelas dan meningkatkan kepuasan orang tua dan
anak (Amanollahi & Azizi,2013) karena perawatan anak tidak bisa dilepaskan
dari interaksi anak - orang tua terutama ibu.

Orangtua merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan orang yang
paling bertanggung jawab terhadap tumbuh dan kembang anak. Perawat harus
memperhatikan dan memahami hubungan dan interaksi antara orangtua dan
anak dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional kepada anak
dan keluarga (Pridham, Lutz, Anderson, Riesch, & Becker, 2010). Pemberian
asuhan keperawatan dengan memperhatikan prinsip interaksi orangtua/
pemberi asuhan-anak merupakan penerapan salah satu dari teori keperawatan.
Teori keperawatan yang menerapkan interaksi orangtua/pemberi asuhan-anak
dalam asuhan keperawatan yaitu model interaksi orangtua/ pemberi asuhan-
anak (Parent-Child Interaction ) menurut Kathryn E. Barnard. Model interaksi
Barnard ini dapat menjadi panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan masalah bedah gastrointestinal.

Fokus teori Barnard adalah perkembangan instrumen pengkajian untuk


mengevaluasi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak disamping
memandang orangtua/pemberi asuhan dan anak sebagai sebuah sistem
interaktif. Sistem orangtua/ pemberi asuhan-anak dipengaruhi oleh
karakteristik individu setiap anggota dan karakteristik individu tersebut
dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan sistem yang diharapkan dapat
memunculkan perilaku adaptif. Karateristik orangtua/pemberi asuhan berupa
sensitivity to cues, alleviation of distress, providing growth social, emotional,
and cognitive fostering situation. Sementara karakteristik anak atau bayi
berupa clarity to cues, dan responsiveness to caregiver (Tomey & Aligood,
2010).

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


4

Selanjutnya Barnard mengembangkan teorinya dengan menggunakan konsep


Child Health Assessment Interaction Theory yang memiliki 3 konsep dasar
yaitu: (1) lingkungan yang diwakili oleh lingkaran besar, (2) ibu diwakili oleh
lingkaran terbesar kedua, dan (3) anak atau bayi diwakili oleh lingkaran
terkecil. Barnard menggambarkan seorang anak atau bayi dengan
menggunakan karakteristik perilaku baru lahir, pola makan dan tidur, tampilan
fisik, temperamen dan kemampuan anak untuk beradaptasi terhadap petugas
kesehatan dan lingkungan. Ketiga lingkaran berkumpul di titik yang dihasilkan
dari lingkaran tumpang tindih. Daerah ini merupakan interaksi lingkungan,
anak atau bayi dan ibu. Ketiga komponen memiliki potensi untuk
mempengaruhi satu sama lain (Tomey & Aligood, 2010).

Model interaksi pemberi asuhan (orangtua)-anak Barnard dapat digunakan


sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan anak
atau bayi dengan masalah bedah gastrointestinal. Anak atau bayi dengan
masalah bedah gastrointestinal memiliki risiko untuk mengalami
ketidakseimbangan nutrisi baik sebelum atau pasca bedah, sehingga perawat
harus memperhatikan pemenuhan nutrisi atau makan anak atau bayi. Sinyal
yang dimunculkan anak dapat berupa menangis atau rewel, pola makan tidak
teratur, mual, muntah, nafsu makan berkurang yang ditandai dengan makan
sedikit, berat badan yang turun atau tidak sesuai umur atau tinggi badan atau
panjang badan. Respon pemberi asuhan setelah melihat sinyal atau respon
anak dapat berupa memberikan makan, menimbang berat badan dan
menciptakan lingkunganyang nyaman saat makan, memantau hasil
laboratorium. Respon anak yang diharapkan setelah dilakukan tindakan oleh
pemberi asuhan atau orangtua adalah anak tenang, pola makan teratur,mual
dan muntah tidak ada,berat badan naik atau sesuai umur atau tinggi badan atau
panjang badan (Tomey & Aligood, 2010; Blake, 1954, 1965 dalam Pridham,
Lutz, Anderson, Riesch, & Becker, 2010; Wilkinson & Ahern, 2012)

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk menerapkan pendekatan


proses keperawatan model interaksi pemberi asuhan (orangtua)-anak Barnard

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


5

yang dilakukan perawat pada anak atau bayi dengan masalah masalah bedah
gastrointestinal yang mengalami ketidakseimbangan nutrisi baik sebelum atau
pasca bedah, untuk membantu mencapai perilaku adaptif anak atau bayi dan
meningkatkan proses penyembuhan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Memberikan gambaran tentang pemberian asuhan keperawatan pada anak
dengan masalah bedah gastrointestinal menggunakan pendekatan teori
keperawatan model Kathryn E. Barnard di Ruang BCH RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Teridentifikasinya gambaran penerapan teori keperawatan model
Kathryn E. Barnard pada asuhan keperawatan anak dengan masalah
bedah gastrointestinal.
b. Teridentifikasinya gambaran pencapaian kompetensi dan peran
perawat dalam asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah
gastrointestinal.
c. Teridentifikasinya analisis penerapan teori keperawatan model
Kathryn E. Barnard pada asuhan keperawatan anak dengan masalah
bedah gastrointestinal.
d. Teridentifikasinya analisis pencapaian kompetensi praktik ners
spesialis keperawatan anak.

1.3 Sistematika penulisan


Karya ilmiah akhir ini terdiri dari lima bab, dengan masing-masing bab berisi
pokok bahasan tertentu. Bab 1 pendahuluan, mencakup latar belakang, tujuan,
dan sistematika penulisan. Bab 2 merupakan penerapan teori keperawatan
dalam praktik residensi meliputi gambaran kasus, tinjauan teoritis, integrasi
model Kathryn E. Barnard dalam proses keperawatan. Bab 3 membahas
tentang pencapaian kompetensi ners spesialis keperawatan anak selama
praktik residensi. Bab 4 pembahasan, mencakup penerapan teori Kathryn E.

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


6

Barnard dalam asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah


gastrointestinal dan pembahasan praktik ners spesialis keperawatan anak
dalam pencapaian kompetensi. Bab 5 mencakup simpulan dan saran. Selain itu
dilengkapi dengan daftar kepustakaan dan lampiran terkait dokumen selama
praktik residensi.

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


BAB 2

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN

2.1 Gambaran Kasus


2.1.1 Kasus 1
An. Dj, laki-laki, usia 1 bulan 2 minggu, anak ke-4, lahir spontan, cukup
bulan, berat badan lahir 3850 gram, dan riwayat buang air besar usia 1
minggu sedikit-sedikit, tidak menyemprot, warna hijau. Bayi dirawat di
ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa medis obstruksi usus fungsional
ec. susp. Morbus Hirschsprung.

Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku bayi antara
lain: berat badan 3300 gram, bayi terpasang nasogastric tube (NGT) dalam
kondisi diklem, perut kembung, lingkar perut 39 cm, buang air besar dengan
spooling 2 kali sehari, balance cairan negatif 56,2 cc (tanpa IWL), minum
ASI mau, sering muntah dengan jumlah sedikit-sedikit. Tanda-Tanda Vital
(TTV) yaitu denyut jantung 115 kali/menit, frekuensi pernafasan 30
kali/menit, dan suhu 36,8ºC. Temperamen dan daya adaptasi anak; anak
termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian, harapan,
pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium;
pemeriksaan hematologi: dalam batas normal, albumin agak rendah 3.03
g/dl (normal: 3.8 – 5.4), gula darah dan elektrolit dalam batas normal.
Masalah/kebutuhan yang teridentifikasi yaitu konstipasi dan risiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Respon/perilaku pemberi asuhan atau intervensi dan implemetasi yaitu


melaksanakan manajemen konstipasi: mengkaji abdomen; massa, distensi,
lingkar perut dan bising usus, mengkaji: frekuensi buang air besar, warna
feses, dan konsistensi feses, menjelaskan pada orangtua/ibu tentang tindakan
spooling, melanjutkan program spooling, melibatkan dan mengajarkan

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


8

orangtua dalam bantuan eliminasi/spooling. Memotivasi ibu untuk terus


memberikan air susu ibu (ASI) sesuai keinginan anak dan lebih sering,
memonitor pemberian cairan intravena, dan menimbang berat badan pada
interval yang tepat.

Evaluasi setelah dilakukan implementasi yaitu masalah yang teratasi atau


kebutuhan yang terpenuhi: konstipasi dan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh teratasi. Anak dizinkan pulang dengan kriteria: orang
tua sudah bisa melakukan spooling, anak mau minum ASI dan tidak ada
muntah dan kembung.

2.1.2 Kasus 2
An. Z, laki-laki, usia 4 tahun 1 bulan, anak ke-1, lahir spontan, cukup bulan,
berat badan lahir 2600 gram, dan riwayat sulit buang air besar dan buat
stoma/kolostomi 10 bulan yang lalu. Anak dirawat di ruang bedah anak
(BCH) dengan diagnosa medis Morbus Hirschsprung on kolostomi pro
operasi definitif tutup stoma.

Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum
operasi antara lain: berat badan 11,6 kg, status gizi berdasarkan BB/TB: gizi
kurang, gigi ada caries, abdomen kuadran kiri bawah terdapat stoma,
produksi ada, tidak ada iritasi, buang air besar ditampung kantong
kolostomi. Makan sedikit: setengah porsi + lauk + sayur, jarang makan
buah. Tanda-tanda vital (TTV) yaitu denyut jantung 90 kali/menit, frekuensi
pernafasan 24 kali/menit, dan suhu 36,4ºC. Respon anak setelah operasi:
anak sadar, terlihat lemas, berkeringat, meringis, sambil memegang telinga
ibu, ibu mengatakan kalau anak nyeri anak akan menarik atau memegang
telinga ibu. Luka operasi tertutup kassa, tidak ada rembesan. Anak puasa,
nasogastric tube (NGT) terpasang, produksi minimal, dan warna bening.
Terapi injeksi dan cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10 mEq): 43,3 ml/jam.
Temperamen dan daya adaptasi anak; anak termasuk easy child.

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


9

Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian, harapan, pengalaman dan


kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium; pemeriksaan hematologi:
dalam batas normal, albumin dalam batas nomal 3.9g/dl (normal: 3.8 – 5.4),
dan elektrolit dalam batas normal. Masalah/kebutuhan yang teridentifikasi
sebelum opeasi yaitu ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh, risiko kerusakan integritas kulit. Setelah opeasi: nyeri akut, risiko
ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi.

Respon/perilaku pemberi asuhan/ intervensi dan implemetasi yaitu


melaksanakan manajemen nutrisi, melakukan surveilan kulit, melakukan
manajemen nyeri dan kolaborasi pemberian analgesik, manajemen cairan,
perawatan luka dan pengendalian infeksi.

Evaluasi setelah dilakukan implementasi yaitu masalah yang teratasi atau


kebutuhan yang terpenuhi: kerusakan integritas kulit dengan kriteria
integritas kulit dan mukosa utuh; nyeri akut dengan kriteria anak tidak
gelisah/rewel, Flacc Scale 0 dan ekspresi rileks; ketidakseimbangan volume
cairan dengan kriteria hidrasi baik, keseimbangan asupan dan haluaran
seimbang, dan nilai Hb dan Ht normal; dan infeksi dengan kriteria
penyembuhan luka baik (luka kering, bersih), terbebas dari tanda dan gejala
infeksi, nilai laboratorium normal. Masalah yang belum teratasi atau
kebutuhan yang belum terpenuhi: ketidakseimbangan nutrisi.

.2.1.3 Kasus 3
An. N, perempuan, usia 2 tahun, anak ke-2, lahir spontan, cukup bulan, berat
badan lahir 2700 gram, dan riwayat sering batuk pilek dan telinga berair.
Anak dirawat di ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa hernia
umbilikalis.

Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum
operasi antara lain: anak tampak kurang bertenaga/lemas, berat badan 9 kg,

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


10

TB 80 cm, makan bubur tim porsi sedikit, status gizi berdasarkan BB/TB:
gizi kurang, abdomen terdapat benjolan sebesar baso di daerah pusar dan
membesar kalau menangis dan mengecil kalau anak tenang, makan sedikit,
jalan belum kuat, massa otot ekstremitas kurang, tanda-tanda vital yaitu
denyut jantung 100 kali/menit, frekuensi pernafasan 26 kali/menit, dan suhu
36ºC, ibu terlihat cemas. Respon anak setelah operasi hernia: anak sadar,
mual muntah tidak ada, luka operasi tertutup pasta transparan, tanda-tanda
vital: denyut jantung 98 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, suhu
36,6ºC, anak sudah boleh minum. Terapi injeksi dan cairan diberikan IVFD
KaEn 1B: 900 ml/24 jam (38 ml/jam). Temperamen dan daya adaptasi anak;
anak termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian,
harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium;
pemeriksaan hematologi: dalam batas normal, albumin dalam batas nomal
4.32 g/dl (normal: 3.8 – 5.4), gula darah (89 mg/dl) dan elektrolit dalam
batas normal. Masalah/kebutuhan yang teridentifikasi sebelum operasi yaitu
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas orangtua.
Setelah operasi: nyeri akut, dan risiko infeksi.

Respon/perilaku pemberi asuhan/ intervensi dan implemetasi yaitu


melaksanakan manajemen nutrisi, melakukan manajemen nyeri dan
kolaborasi pemberian analgesik, perawatan luka dan pengendalian infeksi.
Tindakan lainnya yaitu memberikan rasa tenang dan nyaman saat bicara
dengan ibu, memberikan dorongan kepada ibu untuk mengungkapan rasa
cemas, memberikan informasi tentang perawatan anak.

Evaluasi setelah dilakukan implementasi yaitu masalah yang teratasi atau


kebutuhan yang terpenuhi: ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh dengan kriteria berat badan anak naik (9 kg menjadi 9.5
kg), anak tampak lebih berseri; ansietas orangtua dengan kriteria orangtua
tampak lebih rileks dan fokus pada pengetahuan dan keterampilan merawat
anak; nyeri akut dengan kriteria anak tidak gelisah/rewel, Flacc Scale 0 dan

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


11

ekspresi rileks; dan risiko infeksi dengan kriteria penyembuhan luka baik
(luka kering, bersih), terbebas dari tanda dan gejala infeksi, nilai
laboratorium normal.

2.1.4 Kasus 4
An. S, perempuan, usia 14 tahun 5 bulan, anak ke-1, dan riwayat nyeri perut
bagian atas dan bertambah sehabis makan dan ada benjolan sebesar telur
ayam. Anak dirawat di ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa medis
kista duktus koledokus.

Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum
operasi antara lain: berat badan 50,5 kg, TB 161 cm, status gizi berdasarkan
BB/TB: gizi baik, abdomen bagian atas terdapat benjolan, kulit ikterik,
buang air besar biasa warna seperti air teh, buang air besar seperti dempul,
nafsu makan menurun sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, tapi masih
bisa dipaksa makan kalau tidak nyeri, mual kadang-kadang, tanda-tanda
vital yaitu denyut jantung 82 kali/menit, frekuensi pernafasan 20 kali/menit,
dan suhu 36,7ºC, tekanan darah 93/60 mmHg. Temperamen dan daya
adaptasi anak; anak termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis,
kepedulian, harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil
laboratorium; pemeriksaan hematologi: dalam batas, albumin dalam batas
nomal 3.36 g/dl (normal: 3.2 – 4.5), gula darah (82 mg/dl, normal < 140
mg/dl) dan elektrolit dalam batas normal. Respon anak setelah operasi
(eksisi kista dan anastomosis Roux-en-Y: anak pindah dari PICU, anak
sadar, terlihat lemas, meringis, luka operasi tertutup kassa, tidak ada
rembesan, anak puasa, nasogastric tube (NGT) terpasang, produksi minimal,
dan warna keruh. Terapi injeksi dan cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10
mEq): 62,3 ml/jam, Aminofusin 6%: 61,5 cc/jam. Masalah/kebutuhan yang
teridentifikasi sebelum operasi yaitu nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh, dan ansietas orang tua. Setelah operasi nyeri
akut, risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi.

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


12

Respon/perilaku pemberi asuhan/ intervensi dan implemetasi yaitu


melaksanakan melakukan manajemen nyeri dan kolaborasi pemberian
analgesik, manajemen nutrisi, pengendalian ansietas orang tua, manajemen
cairan, perawatan luka dan pengendalian infeksi.

Evaluasi setelah dilakukan implementasi yaitu masalah yang teratasi atau


kebutuhan yang terpenuhi: ketidakseimbangan nutrisi dengan kriteria berat
badan dapat dipertahankan; nyeri akut dengan kriteria anak tidak gelisah,
Flacc Scale 0 dan ekspresi rileks; infeksi dengan kriteria penyembuhan luka
baik (luka kering, bersih), terbebas dari tanda dan gejala infeksi, nilai
laboratorium normal; dan ketidakseimbangan volume cairan dengan kriteria
hidrasi baik, keseimbangan asupan dan haluaran, dan nilai Hb dan Ht
normal.

2.1.5 Kasus 5
An. G, laki-laki, usia 1 tahun 6 bulan, anak ke-1, lahir spontan, cukup bulan,
berat badan lahir 2800 gram, PB 47 cm, dan riwayat atresia ani dan buat
stoma/kolostomi usia 2 hari, PSARP (Juni 2013) businasi ukuran 9-15. Anak
dirawat di ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa medis Atresia ani on
kolostomi post PSARP pro tutup stoma.

Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum
operasi antara lain: anak tampakkurus, berat badan 8,5 kg, TB 78 cm, status
gizi berdasarkan BB/TB: gizi kurang, abdomen terdapat stoma, produksi
ada, tidak ada iritasi, buang air besar ditampung kantong kolostomi, makan
sedikit, tanda-tanda vital yaitu denyut jantung 90 kali/menit, frekuensi
pernafasan 24 kali/menit, dan suhu 36,4ºC. Temperamen dan daya adaptasi
anak; anak termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian,
harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium;
pemeriksaan hematologi: dalam batas, albumin dalam batas nomal (normal:

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


13

3.8 – 5.4), gula darah dan elektrolit dalam batas normal. Respon anak
setelah operasi: anak sadar, kadang rewel/menangis, Flace Scale 3, masih
banyak tidur, luka operasi tertutup kassa dengan plester transparan, tidak ada
rembesan. Anak puasa, nasogastric tube (NGT) terpasang, produksi
minimal, dan keruh, kateter terpasang. Terapi injeksi dan cairan diberikan
IVFD N5 + KCL (10 mEq): 35 ml/jam. Masalah/kebutuhan yang
teridentifikasi sebelum operasi yaitu ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh dan risiko kerusakan integritas kulit.. Setelah operasi: nyeri
akut, risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi.

Respon/perilaku pemberi asuhan/intervensi dan implemetasi yaitu


melaksanakan manajemen nutrisi, melakukan surveilan kulit, melakukan
manajemen nyeri dan kolaborasi pemberian analgesik, manajemen cairan,
perawatan luka dan pengendalian infeksi.

Evaluasi setelah dilakukan implementasi yaitu masalah yang teratasi atau


kebutuhan yang terpenuhi: kerusakan integritas kulit dengan kriteria
integritas kulit dan mukosa utuh; nyeri akut dengan kriteria anak tidak
gelisah/rewel, Flacc Scale 0 dan ekspresi rileks; ketidakseimbangan volume
cairan dengan kriteria hidrasi baik, keseimbangan asupan dan haluaran, dan
nilai Hb dan Ht normal; dan infeksi dengan kriteria penyembuhan luka baik
(luka kering, bersih), terbebas dari tanda dan gejala infeksi, nilai
laboratorium normal. Masalah yang belum teratasi atau kebutuhan yang
belum terpenuhi: ketidakseimbangan nutrisi.

2.2 Tinjauan Teoritis


2.2.1 Kebutuhan Nutrisi pada Anak
Kebutuhan nutrisi pada anak berbeda dengan orang dewasa. Perbedaan ini
disebabkan karena kebutuhan anak untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Akibatnya bayi dan anak-anak sangat rentan terhadap masalah gizi.
Dibandingkan dengan orang dewasa, anak memiliki persentase massa otot

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


14

dan lemak lebih rendah, karena itu anak memiliki cadangan yang lebih
sedikit dan resting energy expenditure lebih tinggi. Anak-anak menjadi
memiliki toleransi yang lebih buruk terhadap puasa daripada orang dewasa,
mereka sangat rentan terhadap penurunan protein dan memiliki
peningkatan risiko terjadinya kurang gizi ketika mereka menderita penyakit
serius (Skillman & Wischmeyer, 2008).

Debiasse & Wilmore, (1994 dalam Falcao, 2002) dan Briassoulis,


Venkataraman, dan Thompson, (2010) juga menyatakan kekurangan nutrisi
dapat disebabkan puasa yang lama, kondisi sakit kritis, stres, atau trauma
yang menyebabkan penipisan cadangan tubuh terutama cadangan protein,
dan dipercepat oleh proses metabolisme yang berlebihan atau
hipermetabolik. Respon metabolik akut yang terjadi berupa metabolisme
katabolik yang mengakibatkan simpanan cadangan protein seperti protein
C-reaktif (CRP) dan fibrinogen meningkat setelah cedera serius atau sepsis
dengan penurunan albumin serum, transthyretin, dan transferin, serta
karbohidrat, dan lemak selama periode ini dan dapat mengakibatkan
kegagalan perkembangan (Wojnar, Hawkins, & Lang, (1995) dalam
Falcao, 2002; Briassoulis, Venkataraman, & Thompson, 2010). Status
metabolik anak yang sedang sakit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


15

Tabel 2.1. Status Metabolik pada Bayi dengan Penyakit Kritis


Energi Hipermetabolik
↑ kebutuhan O2
Maldistribusi aliran darah
↑ glukoneogenesis
Karbohidrat Hiperglikemia
↑ respiratory quotient (initially)
↑ piruvat and laktat
Resistensi insulin
Protein ↑ protein catabolism
↑ gluconeogenic amino acids (via Cori
cycle)
↑ glutamine production (gut mucosal fuel)
↓ hemoglobin synthesis
↑ inflammatory mediators
↓ albumin synthesis
Lemak ↑ lipolysis
↓ lipogenesis
↑ triglyceride oxidation
↓ ketone bodies
Sumber: Wojnar, Hawkins, & Lang, (1995) dalam Falcao, 2002

Sementara itu kebutuhan energi, air, asam amino, kebutuhan bayi dan anak
dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2. Kebutuhan Energi, Air, Asam Amino Bayi dan Anak
< 10 kg 11 to 20 kg >21 kg
Air 130 mL 90-100 mL 70-90 mL
Kalori 100 kal 90 kal 80 kal
Asam amino* 2.5 g 2.0 g 1.5 g
*gagal ginjal – 0.5 g; liver failure – 0.5 g; luka bakar – 3.5 g; prematuritas –
3.5 to 4.0 g tergantung usia gestasi
Sumber: Wojnar, Hawkins, & Lang, (1995) dalam Falcao, 2002

Untuk dapat menentukan kebutuhan nutrisi anak terlebih dahulu


dilakukannya skrining atau pengkajian nutrisi. Pengkajian nutrisi yang

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


16

digunakan dapat dilakukan dengan banyak parameter. Indonesia


menggunakan standar antropometri WHO 2005 dalam penilaian status gizi
anak yaitu dengan memperhatikan berat badan, panjang badan atau tinggi
badan, umur, dan indeks massa tubuh (IMT) (Kementerian Kesehatan RI,
2011). Penilaian antropometri ini merupakan metode paling sederhana
untuk mengevaluasi status gizi anak dan memiliki keuntungan dapat
dilakukan untuk semua pasien, non-invasif, dan tidak mahal (Sanchez,
Lopez-Herce, García, Ruperez, & García, 2005). Penilaian tersebut dapat
dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut:
Tabel 2.3. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak berdasarkan
Indeks

Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2011

Selain penegakkan diagnosis kurang gizi pada anak sakit berdasarkan


evaluasi obyektif dengan pengukuran antropometri, dapat juga dilakuan
penilaian riwayat asupan makanan yang cukup dan penurunan berat badan,
analisis parameter biokimia dan imunitas seluler, perhitungan komposisi

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


17

tubuh, proses penyakit dan efek kataboliknya, serta status fungsional sistem
saraf pusat (Falcao, 2002; Prieto & Cid, 2011).
Sementara itu Wilkinson dan Ahern (2009) untuk menegakkan diagnosis
keperawatan anak dengan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh jika terdapat satu diantara tanda NANDA berikut: (1)
berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk
tinggi badan dan rangka tubuh. (2) Asupan makanan kurang dari kebutuhan
metabolik, baik kalori total maupun zat gizi tertentu (non–NANDA
International). (3) Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang
adekuat. (4) Melaporkan asupan makanan yang tidakadekuat kurang dari
recommended dairy allowance (RDA).

Prinsip utama setelah ditentukannya status gizi anak adalah untuk mencapai
terpenuhinya berat badan ideal. Pemenuhan nutrisi pada anak yang sakit
ditujukan untuk memenuhi tiga jenis kebutuhan, yaitu: (1) kebutuhan untuk
mengganti zat gizi yang kurang atau hilang, (2) sebagai kebutuhan rumatan
untuk mendukung pertumbuhan yang normal, dan (3) kebutuhan energi dan
protein tambahan akibat kehilangan dan tambahan untuk pemulihan saat
sakit (Hockenberry & Wilson; 2009; Sjarif, 2011).

Pemenuhan kebutuhan nutrisi ini dapat dilakukan dengan dua alternatif


pemberian yaitu secara enteral (nutrisi melalui oral dan enteral tube
feeding) dan parenteral. Pemilihan cara pemberian nutrisi ini tergantung
pada kondisi saluran pencernaan dan kemampuan menyerap zat gizi
(Stratton & Smith, 2006; Sjarif, 2011). Pemberian nutrisi secara enteral
merupakan cara pemberian makan yang ideal, terbaik dan ekonomis
walaupun dalam jumlah kecil. Hal ini disebabkan struktur dari mikrovili
usus dapat dipertahankan dan perpindahan bakteri dari usus ke darah dapat
dicegah. Kekurangan nutrisi enteral menyebabkan perubahan mikrobiota
usus yang didominasi proteobacteri Gram-negatif. Dengan demikian
dampak komplikasi septik yang dapat muncul melalui nutrisi enteral jauh

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


18

lebih kecil dengan pemberian nutrisi secara parenteral (Falcao, 2002;


Demehri, Barrett, Ralls, Miyasaka, Feng, & Teitelbaum, 2013).

2.2.2 Kebutuhan Nutrisi pada Pembedahan Gastrointestinal


Skrining kebutuhan nutrisi merupakan hal yang harus dilakukan dalam
rangka mengoptimalkan keadaan metabolik sebelum operasi besar sehingga
diperoleh hasil operasi lebih baik. Penurunan kebutuhan nutrisi merupakan
faktor utama dari komplikasi pasca operasi. Pasien bedah gastrointestinal
berisiko penurunan nutrisi yang disebabkan asupan gizi yang tidak
memadai, stres bedah dan peningkatan tingkat metabolisme (Ward, 2003;
Evans, Martindale, Kiraly, & Jones, 2013).

Tujuan pemenuhan nutrisi pada dasarnya adalah untuk memberikan


dukungan kalori dan nitrogen untuk penyembuhan luka dan untuk
menghindari kehilangan massa tubuh secara berlebihan. Secara luas tujuan
nutrisi adalah untuk menghadapi proses peradangan dan respon imun,
mengoptimalkan kontrol glukosa, dan mengurangi respon hipermetabolik
operasi, dan menyediakan mikro dan makronutrien untuk mengoptimalkan
penyembuhan dan pemulihan. Hipermetabolisme dapat berlangsung selama
beberapa minggu atau bulan setelah operasi besar atau trauma, yang
melibatkan kehilangan protein yang signifikan dari massa tubuh terutama
otot (Evans, Martindale, Kiraly, & Jones, 2013).

2.2.3 Perubahan Metabolik pada Pasien Bedah


Stres fisik akibat pembedahan dan injury merupakan respon yang kompleks
yang dimediasi oleh perubahan hormonal dan sistem saraf simpatis, salah
satunya adalah hipermetabolisme dan katabolisme. Stres fisiologis trauma
bedah menyebabkan lonjakan aktivitas simpatik dan kenaikan sekresi
catecholamine. Perubahan ini bersifat sementara, namun jika tingkat
hipermetabolik berlangsung lebih lama maka berikutnya keseimbangan
nitrogen akan negatif. Tingkat metabolik biasanya meningkat sekitar 10%

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


19

pasca operasi (Kinney, Duke, Long, & Gump, 1970 dalam Ward, 2003;
McWhirter & Pennington, 2004 dalam Said, Taslim, & Bahar, 2013).

Jika dukungan nutrisi yang diberikan tidak memadai pada tahap ini maka
proteolisis otot rangka yang berlebihan dapat terjadi dengan depresi lebih
lanjut dari metabolisme. Respon terhadap stres tersebut meningkatkan
interleukin dan mediator stres. Sementara marker nutrisi menurun
sebanding dengan tingkat keparahan penyakit dan berkembangnya systemic
inflammatory response syndrome (SIRS), sepsis, atau multiple organ
system failure (MOSF). Peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi dengan
mukosa, termasuk interferon- γ dan tumor necrosis factor -α (TNF) dan
interleukin (IL-1 dan IL-6) memiliki peran penting dalam menentukan
perubahan metabolik jangka panjang dengan penurunan proliferasi sel
epitel dan meningkatkan apoptosis (Douglas, & Shaw, 1989 dalam Ward,
2003; Briassoulis, Venkataraman, & Thompson, 2010; Demehri, Barrett,
Ralls, Miyasaka, Feng, & Teitelbaum, 2013).

Penelitian yang lain menyatakan bahwa respon katabolik terhadap


pembedahan dapat dicegah dengan asupan yang adekuat. Asupan energi
dan protein yang adekuat berperan penting dalam membatasi kehilangan
protein dan lemak akibat pembedahan. Namun, kebanyakan pasien tidak
dapat makan dengan cukup untuk memenuhi peningkatan dan/atau
mencegah penurunan BB post-operasi (Souba & Wilmore, 2004; Green,
2003 dalam Said, Taslim, & Bahar, 2013).

2.2.4 Perubahan Fisiologis pada Pasien Bedah


Hal ini telah dibuktikan bahwa permeabilitas usus meningkat dua sampai
empat kali lipat segera pada periode pasca operasi dan akan kembali normal
dalam waktu lima hari. Respon fisilogis pasca operasi ileus juga bersifat
sementara dan respon klinis menjadi tidak terlalu penting karena gerakan
usus halus kembali 4-8 jam setelah operasi sehingga tidak dibutuhkan

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


20

puasa terlalu lama (van der Hulst, et al., 1998; Beattie, Prach, Baxter, &
Pennington, 2000 dalam Ward, 2003; Amanollahi & Azizi, 2013),

Tujuan perawatan adalah untuk mempertahankan barrier function mukosa


usus agar tetap utuh. Kekurangan nutrisi enteral menyebabkan perubahan
dalam mikrobiota usus yang didominasi probacteria Gram-negatif. Hal ini
terkait dengan peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi dengan mukosa,
termasuk interferon- γ dan tumor necrosis factor -α (TNF) yang
menyebabkan penurunan proliferasi sel epitel dan meningkatkan apoptosis
dan memberikan kontribusi untuk disfungsi epithelial barrier function
(EBF). Kegagalan barrier function usus yang berfungsi untuk menghambat
masuknya bakteri dan racun yang merupakan agen penyebab respon
inflamasi, sepsis dan gangguan multiorgan ditunjukkan dengan peningkatan
permeabilitas usus (Ward, 2003; Demehri, Barrett, Ralls, Miyasaka, Feng,
& Teitelbaum, 2013).

2.2.5 Manfaat Klinis untuk Pasien Bedah


Dukungan nutrisi menyebabkan meningkatnya status gizi dan hasil klinis
akibat nutrisi yang hilang, morbiditas pasca operasi dan mengurangi lama
raat di rumah sakit dan meningkatkan kualitas hidup (Robinson, Goldstein,
& Levine, 1987; Beier-Holgersen & Boesby, 1996 dalam Ward, 2003; Ija,
2009; Amanollahi & Azizi, 2013). Selain itu skrining atau pengkajian
nutrisi yang tepat sebelum operasi merupakan strategi untuk meminimalkan
hiperglikemia dan resistensi insulin dan beban karbohidrat yang dapat
meningkatkan pemeliharaan keadaan anabolik perioperatif, meningkatkan
penyembuhan, mengurangi komplikasi, dan memperpendek waktu untuk
pemulihan fungsi usus dan dipulangkan dari rumah sakit (Evans,
Martindale, Kiraly, & Jones, 2013).

Komplikasi pasca operasi intestinal yang dapat muncul antara lain: nyeri,
asupan nutrisi yang sedikit, keterlambatan penyembuhan luka, komplikasi

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


21

pulmonal, infeksi, perpanjangan lama rawat, dan peningkatan biaya pasien


serta perawatan (Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld,
& Senagore, 2010; Thompson & Magnuson, 2012). Fokus perawatan untuk
meminimalkan komplikasi tersebut adalah pemenuhan nutrisi, cairan,
menajemen nyeri, ambulasi, dan penatalaksanaan farmakologik atau
pengobatan (Thompson & Magnuson, 2012).

2.2.6 Pemberian Nutrisi Enteral dan Parenteral


Penatalaksanaan pemberian makan pasca operasi secara tradisional setelah
reseksi usus biasanya mensyaratkan puasa sampai lima hari yang disertai
dengan dekompresi abdomen dengan nasogastric tube, pemberian cairan
intravena dan penundaan makan oral sampai motilitas usus kembali.
Namun lebih dari tiga dekade banyak penelitian yang dilakukan terkait
penatalaksanaan tersebut. Saat ini prinsip pemberian makan pasca operasi
adalah pemberian makan enteral lebih awal yaitu 24-48 jam pertama
termasuk pasca anastomosis proksimal. Selain itu masalah monitoring
residual lambung dan kemampuan untuk menerima makan lebih awal, juga
tidak menunjukkan diperolehnya manfaat pada sebagian besar pasien yang
sudah mendapatkan makanan enteral lebih awal (Sholadoye, Suleiman,
Mshelbwala, & Ameh, 2012; Amanollahi & Azizi, 2013; Evans,
Martindale, Kiraly, & Jones, 2013; Reignier, et al. 2013).

Berdasarkan pemahaman tradisional tersebut saat ini masih banyak dokter


bedah mempertahankan pasien untuk puasa (NPO) selama 4-5 hari pasca
operasi. Namun, anak tidak dapat mentoleransi puasa lebih dari 2-3 hari,
jika dipuasakan lebih lama anak membutuhkan total parenteral nutrition
(TPN) dan dampaknya adalah bertambahnya biaya dan risiko komplikasi
(Sholadoye, Suleiman, Mshelbwala, & Ameh, 2012; Amanollahi & Azizi,
2013; Demehri, Barrett, Ralls, Miyasaka, Feng, & Teitelbaum, 2013).

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


22

Martindale, McClave, Taylor, dan Lawson (2013) menyatakan beberapa hal


mengapa pemberian makan lebih awal pada pasein bedah ini menjadi
masalah saat mau memulai pemberian makan enteral: (1) kurangnya
pemahaman tim terhadap potensi manfaat pemberian makan lebih awal, (2)
pemahaman yang buruk tentang pasca operasi ileus, (3) menunggu flatus
atau tanda-tanda aktivitas usus, (4) peduli terhadap komplikasi: aspirasi,
iskemik usus, pemberian makanan akan menyebabkan "kebocoran" dari
anastomosis usus, (5) kurangnya keterampilan untuk penempatan selang
nasogastic, (6) persepsi ketidakmampuan untuk makan sementara yang di
"dipaksakan", dan (7) kurangnya komunikasi antara anggota tim.

Sudah banyak penelitian yang telah membuktikan pemberian makanan


enteral pada pasien pasca operasi reseksi gastrointestinal aman dan
ditoleransi dengan baik (Braga, Gianotti, Gentilini, Liotta, & Di-Carlo,
2002; Fanaie & Ziaee, 2005; Lewis, & Thomas, 2006; Andersen,
Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld, & Senagore, 2010;
Amanollahi & Azizi, 2013; Davila-Perez, et al., 2013). Sementara
pemberian total parenteral nutrition (TPN) juga memiliki tujuan
mempertahankan hidup pada pasien yang harus mengurangi nutrisi enteral
dalam waktu lama, namun bukan tanpa risiko. Komplikasi terkait dengan
nutrisi parenteral lebih besar daripada dengan nutrisi enteral. Nutrisi enteral
lebih baik dimanfaatkan oleh usus daripada yang diberikan secara
parenteral karena dapat mencegah gastrointestinal atrofi mukosa,
meringankan respon stres trauma operasi, menjaga dan melestarikan
imunokompetensi flora usus yang normal. Kekurangan nutrisi enteral
menyebabkan berubahnya lingkungan luminal usus secara drastis, yang
memungkinkan untuk dominasi mikrobiota agresif seperti Gram-negatif
Proteobacteria (Demehri, Barrett, Ralls, Miyasaka, Feng, & Teitelbaum,
2013; Ward, 2003).

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


23

2.3. Integrasi Model Keperawatan dalam Proses Keperawatan


2.3.1 Model Parent Child Interaction Barnard
Berbagai teori keperawatan diperkenalkan oleh para ahli keperawatan. Salah
satunya adalah teori Kathryn E. Barnard. Fokus teori Barnard adalah
perkembangan alat pengkajian untuk mengevaluasi kesehatan, pertumbuhan
dan perkembangan anak disamping memandang orangtua dan anak sebagai
sebuah sistem interaktif. Sistem orangtua-anak dipengaruhi oleh
karakteristik individu setiap anggota dan karakteristik individu tersebut yang
dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan sistem dan Barnard
mendefinisikan modifikasi sebagai perilaku adaptif yang terlihat pada
gambar 2.1 berikut:

Care giver-parent Infant


Characteristics: Characteristics:
Sensitivity to cues Clarity to cues
Alleviation of Responsiveness to
distress, Providing caregiver
growth- fostering
situation

Gambar 2.1. Model Barnard


( Diadopsi dari Barnard, 1994 dalam Chesnay & Anderson, 2012)

Barnard kemudian mengembangkan teorinya dengan menggunakan konsep


Child Health Assessment Interaction Theory yang memiliki 3 konsep dasar
yaitu model The Child Health Assessment Interaction Model diperlihatkan
dalam gambar 2.2 di bawah ini:

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


24

Gambar 2.2. Model interaksi pengkajian kesehatan anak menurut Barnad


(Diadopsi dari Barnard, 1994 dalam Tomey & Aligood 2010)

Interaksi antara orangtua dan anak Barnard (1994 dalam Chesnay &
Anderson, 2012) menguraikan perilaku orang tua atau pemberi asuhan dan
bayi atau anak sebagai berikut:
a. Perilaku Bayi atau Anak
Anak atau bayi diwakili oleh lingkaran terkecil dengan karakteristik
perilaku:
1) Infant’s Clarity of cues
Seorang anak/bayi akan memberikan suatu sinyal (cues) kepada orang tua
dan petugas kesehatan. Pertanda yang dikirimkan dapat mempermudah
atau mempersulit orangtua untuk membaca tanda tersebut dan membuat
modifikasi yang sesuai dengan tanda tersebut. Pertanda yang diberikan
oleh seorang anak/bayi dapat berupa tidur, bangun, lapar, dan lain-lain.
Apabila pertanda yang diberikan membingungkan maka dapat
mengganggu kemampuan adaptasi petugas kesehatan.

2) Infant’s responsiveness to the caregiver


Seorang anak/bayi juga dapat membaca pertanda (cues) yang ditunjukkan
petugas kesehatan dan orang tua, sehingga anak/bayi dapat memodifikasi
kembali perilakunya. Jika seorang anak/bayi tidak berespon terhadap
perilaku dari petugas kesehatan maka adaptasi tidak mungkin terjadi.

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


25

b. Perilaku Orangtua atau Pemberi asuhan


Ibu diwakili oleh lingkaran terbesar kedua dengan karakteristik perilaku:
1) Parent’s sensitivity to the child’s cues
Orangtua/pemberi asuhan harus dapat membaca pertanda yang diberikan
anak/bayi, sehingga mereka dapat memodifikasi perilakunya dengan
tepat. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kesensitifan
orangtua/pemberi asuhan yaitu: keuangan, emosi, dan stress perkawinan.
2) Parent’s ability to alleviate the infant’s distress
Kemampuan orangtua/pemberi asuhan untuk mengurangi distres pada
anaknya tergantung pada pemahaman orangtua/pemberi asuhan tentang
saat terjadinya stres dan pengetahuan orangtua/pemberi asuhan tentang
tindakan yang tepat dilakukan saat stres terjadi.
3) Parent’s social and emotional growth fostering activities
Kemampuan orangtua/pemberi asuhan dalam menstimulasi pertumbuhan
sosial dan emosional anak memerlukan proses adaptasi.
Orangtua/pemberi asuhan berperan mengasuh anak, menjalin interaksi
sosial dengan anak, seperti pada saat makan bersama anak dan
memberikan reinforcement positif terhadap perilaku anak.
Orangtua/pemberi asuhan harus memahami tingkat perkembangan anak
dan dapat menyesuaikan perilakunya terhadap kebutuhan perkembangan
anak.
4) Parent’s cognitive growth fostering activities
Kemampuan orangtua/pemberi asuhan dalam menstimulasi
perkembangan kognitif anak harus ditingkatkan. Sejumlah penelitian
telah mengungkapkan bahwa pertumbuhan kognitif difasilitasi dengan
pemberian rangsangan yang dapat membantu meningkatkan tingkat
pengertian anak.

c. Lingkungan
Lingkungan diwakili oleh lingkaran besar. Lingkungan di sini merujuk
pada lingkungan ibu dan anak animate dan inanimate. Lingkungan

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


26

animate mencakup aktivitas-aktivitas yang dilakukan pengasuh untuk


mengenalkan dan mengarahkan anak kepada dunia luar dan lingkungan
inanimate berupa objek-objek yang tersedia yang memungkinkan anak
untuk melakukan eksplorasi dan manipulasi. Lingkungan sangat
dipengaruhi oleh sekitarnya fisik, pengaruh budaya, dan aspek ekstrinsik
lain yang mempengaruhi seperti pada saat menyusui. Selain itu
karekteristik lingkungan meliput aspek lingkungan fisik dan keluarga,
keterlibatan ayah, dan tingkat hubungan orangtua yang saling
menguntungkan dengan anaknya.

Ketiga lingkaran berkumpul di titik yang dihasilkan dari lingkaran


tumpang tindih. Daerah ini merupakan interaksi lingkungan, anak/bayi
dan ibu. Masing-masing dari tiga memiliki potensi untuk mempengaruhi
satu sama lain. Menurut Barnard karakteristik individu dari tiap anggota
mempengaruhi sistem orangtua/pemberi asuhan-anak/bayi sehingga
terjadi modifikasi perilaku adaptasi untuk memenuhi kebutuhan sistem.
Teori Barnard berfokus pada interaksi ibu-anak/bayi dengan lingkungan.

Basavanthappa (2007) menyebutkan fokus teori yang dikemukakan


Barnard dalam Barnard’s Child Health Assessment Interaction Theory ,
adalah :
1) Pengkajian anak bertujuan mengidentifikasi masalah sebelum
mereka berkembang dan menjadikan intervensi lebih efektif.
2) Faktor lingkungan di pahami sebagai proses interaksi antara orang
tua dan anak yang merupakan hal penting untuk menentukan
tercapainya kesehatan anak.
3) Interaksi pengasuh dan anak memberikan informasi yang
mencerminkan lingkungan alamiah anak yang diterima secara terus
menerus.
4) Kapasitas adaptasi dari pemberi asuhan dipengaruhi oleh respon
anak dan lingkungannya.

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


27

5) Interaksi adaptasi orangtua dan anak merupakan suatu proses yang


saling menguntungkan, dimana perilaku orangtua akan
mempengaruhi anak dan sebaliknya anak akan mempengaruhi
orangtua sehingga keduanya mengalami perubahan.
6) Proses adaptasi lebih mudah dimodifikasi dari karakteristik dasar ibu
dan anak, sehingga interaksi keperawatan seharusnya menekankan
sensitifitas dan respon ibu dalam mengartikan isyarat anak daripada
mencoba merubah karakteristik dasarnya.
7) Aspek penting yang perlu ditingkatkan berkaitan dengan proses
belajar anak adalah memberikan kesempatan anak untuk mengenali
perilakunya dan memperkuat kemampuan anak di dalam
melaksanakan tugasnya.
8) Isu utama bagi profesi keperawatan adalah memberi dukungan
selama tahun pertama kehidupan anak.
9) Pengkajian terhadap proses interaksi adalah suatu proses yang
komprehensif dalam model perawatan kesehatan anak.
10) Pengkajian terhadap lingkungan anak adalah sangat penting dalam
pengkajian kesehatan anak.

2.3.2 Asuhan Keperawatan berdasarkan Teori Parent Child Interaction


Barnard
Teori keperawatan digunakan sebagai arah dalam melakukan penelitian,
praktik, pendidikan dan asuhan keperawatan (Alligood & Tomey, 2010).
Proses keperawatan terdiri dari lima langkah yaitu pengkajian, diagnosis,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Penerapan teori Barnard dalam
proses keperawatan meliputi pengkajian, respon atau perilaku bayi/anak,
masalah/kebutuhan bayi/anak, dan perilaku orangtua/pemberi asuhan.

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan. Perawat melakukan


pemeriksaan fisik, mengobservasi respon bayi/anak, melihat dari catatan
medis, melihat hasil pemeriksan penunjang/diagnostik, dan mendiskusikan

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


28

kebutuhan klien. Data yang diperoleh merupakan respon atau perilaku yang
ditunjukkan bayi/anak.

Tahap kedua yaitu menentukan kebutuhan atau masalah yang dialami anak.
Kebutuhan atau masalah yang dialami anak. merupakan hasil dari respon
atau perilaku orangtua atau pemberi asuhan dalam membaca respon atau
perilaku anak. Tahap ketiga yaitu respon atau perilaku orangtua atau
pemberi asuhan dengan melakukan intervensi berdasarkan kebutuhan atau
masalah yang dialami anak yang bertujuan membantu anak berperilaku
adaptif.

Evaluasi merupakan tahapan dimana perawat mengobservasi kembali


respon atau perilaku anak setelah orangtua atau pemberi asuhan merespon
terhadap kebutuhan atau masalah yang dialami anak. Pemberi asuhan
dalam hal ini perawat mengevaluasi hasil intervensi yang telah diberikan
dan menilai apakah kebutuhan atau masalah anak memberikan respon
adaptif.
Skema 2.1. Integrasi Teori Parent Child Interaction Barnard dalam Asuhan
Keperawatan Anak dengan Masalah Bedah Intestinal

Anak dengan masalah bedah Pengkajian lingkungan


intestinal, persiapan animate dan inanimate:
sebelum operasi, dan pasca respon/perilaku
operasi

Masalah/ kebutuhan
Memungkin mengalami: bayi/anak Evaluasi:
ketidakseimbanagn nutrisi, Respon/perilaku
nyeri akut, risiko adaptif
ketidakseimbangan cairan, Respon/perilaku
risiko kerusakanintegritas orangtua atau pemberi
kulit dan risiko infeksi asuhan

Intervensi keperawatan

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


29

2.4 Aplikasi Teori Parent Child Interaction Barnard


2.4.1 Assessment (pengkajian)
An. G, laki-laki, usia 1 tahun 6 bulan, anak ke-1, lahir spontan, cukup bulan,
berat badan lahir 2800 gram, PB 47 cm, dan riwayat atresia ani dan buat
stoma/kolostomi usia 2 hari, PSARP (Juni 2013) businasi ukuran 9-15. Anak
dirawat di ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa medis Atresia ani on
kolostomi post PSARP pro tutup stoma.

Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum
operasi antara lain: anak tampak kurus, berat badan 8,5 kg, TB 78 cm, status
gizi berdasarkan BB/TB: gizi kurang, abdomen terdapat stoma, produksi
ada, tidak ada iritasi, buang air besar ditampung kantong kolostomi, makan
sedikit, tanda-tanda vital yaitu denyut jantung 90 kali/menit, frekuensi
pernafasan 24 kali/menit, dan suhu 36,4ºC. Temperamen dan daya adaptasi
anak; anak termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian,
harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium;
pemeriksaan hematologi: dalam batas, albumin dan elektrolit dalam batas
normal. Respon anak setelah operasi: anak sadar, rewel/menangis, Flace
Scale 3, masih banyak tidur, luka operasi tertutup kassa dengan plester
transparan, tidak ada rembesan. Anak puasa, nasogastric tube (NGT)
terpasang, produksi minimal, dan keruh, kateter terpasang. Terapi injeksi
dan cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10 mEq): 35 ml/jam.

2.4.2 Kebutuhan atau Masalah (Diagnosis Keperawatan)


Kebutuhan atau masalah yang dialami anak merupakan hasil dari respon
atau perilaku orangtua atau pemberi asuhan dalam membaca respon atau
perilaku anak. Berdasarkan data yang diperoleh, kebutuhan atau masalah
(diagnosis keperawatan) yang teridentifikasi pada An. G dapat dilihat pada
tabel 2.4. berikut:

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


30

Tabel 2.4. Kebutuhan atau Masalah An. G


Respon/perilaku anak Masalah/kebutuhan
Sebelum operasi
Anak tampak kurus, berat badan 8,5 kg, TB 1. Ketidakseimbangan
78 cm, status gizi: gizi kurang, abdomen nutrisi: kurang dari
terdapat stoma, produksi ada, tidak ada kebutuhan tubuh,
iritasi, buang air besar ditampung kantong 2. Risiko kerusakan
kolostomi, makan sedikit, tanda-tanda vital integritas kulit,
yaitu denyut jantung 90 kali/menit, frekuensi
pernafasan 24 kali/menit, dan suhu 36,4ºC.

Setelah operasi:
Anak sadar, rewel/menangis, Flace Scale 3, 3. Nyeri akut,
masih banyak tidur, luka operasi tertutup 4. Risiko
kassa dengan plester transparan, tidak ada ketidakseimbangan
rembesan. Anak puasa, nasogastric tube volume cairan,
(NGT) terpasang, produksi minimal, dan 5. Risiko infeksi.
keruh, kateter terpasang. Terapi injeksi dan
cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10 mEq):
35 ml/jam.

2.4.3 Respon atau Perilaku Orangtua atau Pemberi Asuhan (Intervensi)


Respon atau perilaku orangtua atau pemberi asuhan selanjutnya adalah
melakukan intervensi berdasarkan kebutuhan atau masalah yang dialami
anak yang bertujuan membantu anak berperilaku adaptif. Respon atau
perilaku orangtua atau pemberi asuhan (intervensi) An. G dapat dilihat pada
tabel 2.5. berikut:
Tabel 2.5. Repon/Perilaku Pemberi Asuhan An. G

No Masalah/kebutuhan Respon/perilaku pemberi asuhan


1. Ketidakseimbangan Tujuan:
nutrisi: kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan
kebutuhan tubuh anak mendapatkan nutrisi yang adekuat
berhubungan dengan dengan indikator:
asupan tidak adekuat a. Anak menunjukan mempertahankan
berat badan 8,5 Kg
b. Orang tua mengungkapkan tekad
untuk memberikan diet anak
c. Anak memiliki nilai laboratorium
dalam batas normal (albumin (3.8 –

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


31

No Masalah/kebutuhan Respon/perilaku pemberi asuhan


5.4 g/dl)
d. Anak dapat mentoleransi program diet
yang diberikan: tidak muntah, tidak
kembung
Intervensi:
1. Manajemen nutrisi: bantu atau
sediakan asupan makanan dan cairan
diet seimbang
2. Berikan informasi pada keluarga
tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
3. Pantau nilai laboratorium terutama
albumin dan elektrolit
4. Libatkan orangtua dalam menciptakan
lingkungan nyaman/ menyenangkan
untuk makan
5. Libatkan orangtua dalam memberikan
makanan dalam porsi sedikit tapi
sering
6. Berikan anak minuman dan kudapan
bergizi
7. Kolaborasi bersama ahli gizi jumlah
kalori dan jenis zat gizi yang
dibutuhkan untuk memenuhi nutrisi
anak

2. Risiko kerusakan Tujuan:


integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan
berhubungan dengan anak menunjukkan integritas jaringan:
adanya lembab kulit dan membran mukosa yang
dibuktikan oleh indikator:
a. Sensasi, elastisitas, dan hidrasi tidak
ada gangguan
b. Kulit utuh
c. Warna kulit normal (tidak pucat, tidak
sianosis)
Intervensi:
1. Libatkan orangtua dalam surveilans
kulit: pantau kulit terhadap:
a. Ruam dan lecet
b. Warna dan suhu
c. Kelembaban dan kekeringan yang
berlebihan
d. Area kemerahan dan rusak

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


32

No Masalah/kebutuhan Respon/perilaku pemberi asuhan


2. Libatkan orangtua dalam
membersihkan kulit saat terkena
kotoran (ganti kantong stoma jika
bocor) minimalkan pajanan kulit
terhadap kelembaban (gunakan ukuran
lubang kantong stoma dengan ukuran
stoma yang tepat)

3. Nyeri akut Tujuan:


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
insisi pasca bedah anak menunjukkan tingkat nyeri ringan
yang dibuktikan dengan indikator:
a. Anak tidak gelisah
b. Anak tidak menangis
c. Ekspresi rileks
d. Istirahat/tidur baik (tidur nyenyak, >8
jam/hari)
Intervensi:
1. Manajemen nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif
b. Observasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan
c. Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
kepada orang tua
d. Ajarkan orang tua teknik
nonfarmakologis seperti: masase,
kompres hangat dan dingin, hipnosis
e. Dampingi anak saat memenuhi
kebutuhan rasa nyaman
2. Pemberian analgesik
a. Kolaborasi dan pastikan pemberian
analgesia terapi
b. Laporkan kepada dokter jika terapi
tidak berhasil

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


33

No Masalah/kebutuhan Respon/perilaku pemberi asuhan


4. Risiko Tujuan:
ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
volume cairan anak menunjukkan keseimbangan
berhubungan dengan cairan/volume cairan dengan indikator:
asupan cairan yang a. Menampilkan hidrasi yang baik
tidak adekuat sekunder (membran mukosa lembab, mampu
berkeringat)
b. Asupan cairan intravena dan oral
yang adekuat
c. Memiliki keseimbangan asupan dan
haluaran yang seimbang
d. Memiliki nilai labor dalam batas
normal (Hb: 10.5 – 14 g/dl & Ht: 32 –
42 %)
Intervensi:
1. Libatkan orangtua dalam manajemen
cairan:
a. Pantau warna, jumlah, dan frekuensi
kehilangan cairan
b. Identifikasi faktor pengaruh terhadap
bertambah buruknya dehidrasi: misal
demam, stres, dan program
pengobatan
c. Pantau status hidrasi: kelembaban
membran mukosa, keadekuatan nadi
dan tekanan darah
d. Pertahankan keakuratan catatan
asupan dan haluaran
e. Pantau hasil laboratorium
f. Kolaborasi terapi intravena sesuai
program

5. Risiko infeksi Tujuan:


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
pertahanan sekunder faktor risiko infeksi akan hilang
tidak adekuat, dibuktikan oleh:
prosedur invasif, gizi a. Penyembuhan luka primer dan
kurang sekunder; tidak ada tanda peradangan
luka operasi kering, tidak kemerahan,
tidak panas, tidak bengkak
b. Anak terbebas dari tanda dan gejala
infeksi: anak tidak demam
Intervensi:
1. Perawatan luka insisi: bersihkan,
pantau, dan fasilitasi penyembuhan

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


34

No Masalah/kebutuhan Respon/perilaku pemberi asuhan


luka jahitan
2. Pengendalian infeksi
a. Pantau tanda dan gejala infeksi: suhu,
nadi, drainase, penampilan luka
b. Pantau hasil laboratorium: darah
lengkap, hitung jenis, protein serum,
albumin
c. Ajarkan orang tua teknik cuci tangan
yang benar
d. Terapkan kewaspadaan universal
e. Batasi jumlah pengunjung
3. Kolaborasi pemberian antibiotik

Sumber: Modifikasi Alligood & Tomey, 2010; Wilkinson & Ahern, 2009.

2.4.4 Implementasi (Pelaksanaan)


Implementasi merupakan pelaksanaan respon atau perilaku orangtua/
pemberi asuhan secara nyata dari yang telah dibuat sebelumnya.
Implementasi yang dilakukan pada An. G yang telah dibuat dengan
menerapkan konsep Barnard dapat dilihat pada tabel 2.6. berikut:
Tabel 2.6. Implementasi Repon/Perilaku Pemberi Asuhan An. G
No Kebutuhan/Masalah Implementasi
1. Ketidakseimbangan a. Memotivasi orang tua/ibu untuk
nutrisi: kurang dari memberikan diit bubur sumsum dan air
kebutuhan tubuh gula kepada anak untuk persiapan
berhubungan dengan operasi besok
asupan tidak adekuat b. Melibatkan orangtua mennciptakan
lingkungan yang menyenangkan saat
makan
c. Memonitor hasil laboratorium; Hb
dibawah normal (8.7 g/dl); albumin
sedikit dibawah normal (3.7 g/dl)

2. Risiko kerusakan a. Melibatkan orangtua dalam memantau


integritas kulit kulit sekitar stoma terhadap: ruam dan
berhubungan dengan lecet, warna dan suhu, kelembaban dan
adanya lembab kekeringan yang berlebihan

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


35

No Kebutuhan/Masalah Implementasi
3. Nyeri akut a. Melakukan pengkajian nyeri. Anak
berhubungan dengan menangis kemungkinan karena nyeri
insisi pasca bedah luka pembedahan, tidak nyaman karena
kedua kaki diikat, lapar karena kemarin
puasa, analgesik tidak diberikan takut
over dosis
b. Memberikan informasi kepada orangtua
tentang kemungkinan nyeri pada anak
sehingga anak menangis terus
c. Menganjurkan orangtua/ibu untuk
mengusap-usap anak dan menggendong
anak supaya lebih tenang dan nyaman
d. Mendampingi keluarga saat
memberikan rasa nyaman kepada anak
e. Mengukur tanda vital: nadi dalam batas
normal (98 kali/menit)
f. Meminimalkan manipulasi terhadap
anak untuk dapat istirahat/tidur
g. Mendukung orang tua untuk
memberikan kenyamanan pada anak
dengan mengusap dan
memeluk/menggendong
h. Memberikan terapi analgesia; farmadol
250 mg intravena dengan infus pump
i. Memberikan umpan balik positif
kepada anak dan orang tua atas
keberhasilan memberikan kenyamanan
kepada anak

4. Risiko a. Menganjurkan ibu untuk menampung


ketidakseimbangan urine dengan diaper untuk menentukan
volume cairan balance cairan
berhubungan dengan b. Melibatkan orangtua dalam mengukur
asupan cairan yang balance cairan; intake dan output (tanpa
tidak adekuat sekunder IWL)
c. Melibatkan orangtua dalam memantau

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


36

No Kebutuhan/Masalah Implementasi
warna urine (warna kuning jernih),
frekuensi kehilangan cairan muntah
tidak ada cairan NGT hijau (tidak
terukur)
d. Melibatkan orangtua dalam
mempertahankan keakuratan catatan
asupan dan haluaran
e. Melanjutkan terapi intravena sesuai
program

5. Risiko infeksi a. Memonitor tanda dan gejala infeksi


b. Menerapkan kewaspadaan universal
berhubungan dengan
c. Menerapkan cara mencuci dengan benar
pertahanan sekunder d. Mengukur tanda-tanda vital dalam batas
normal
tidak adekuat, prosedur
e. Memberikan terapi antibiotik;
invasif, gizi kurang cefotaxime 250 mg, intravena
f. Memantau hasil laboratorium Hb dan Ht:
dibawah normal; Hb 8.7 g/dl dan Ht
28%. Anak dapat transfusi PRC 100
cc/12 jam. HT jenis : menunjukan
adanya proses peradangan ringan.
g. Memberikan injeksi metronidazol 300
mg, intravena melalui infus pump

2.4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan mengobservasi kembali respon atau perilaku
anak setelah orangtua atau pemberi asuhan melaksanakan intervensi yang
telah dibuat. Pemberi asuhan dalam hal ini perawat mengevaluasi hasil
intervensi yang telah diberikan dan menilai apakah kebutuhan atau masalah
anak telah terpenuhi atau teratasi. Evaluasi keperawatan setelah perawatan
7 hari yaitu masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh dan nyeri akut teratasi. Kebutuhan atau masalah risiko kerusakan
integritas kulit, risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi
tidak terjadi. Untuk lebih jelasnya, evaluasi keperawatan dapat dilihat pada
tabel 2.7 berikut:

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


37

Tabel 2.7 Evaluasi Asuhan Keperawatan An. G


Respon/perilaku anak Kebutuhan/Masalah Respon/perilaku
pemberi asuhan
15-04-2014:
Anak aktif, tanda vital 1. Ketidakseimbangan Mempertahankan
dalam batas normal: suhu nutrisi: kurang dari intervensi sampai
36,7ºC, 98 kali/menit, kebutuhan tubuh pasca operasi
frekuensi pernafasan 28 berhubungan dengan
kali/menit. rencana asupan tidak adekuat
operasi besok, hari ini belum teratasi
mulai makan bubur Risiko kerusakan Menghentikan
sumsum dan minum air integritas kulit intervensi
gula. Stoma vital, berhubungan dengan
produksi (+) ditampung adanya lembab tidak
kantong terjadi
stoma, tidak terlihat
iritasi.

18-04-2014:
Anak aktif, menangis
2. Nyeri akut Melanjutkan
karena minta “nenen”,
berhubungan dengan intervensi 2x24
hasil laboratorium Hb
insisi pasca bedah jam
dan Ht dalam batas
teratasi sebagian.
normal: Hb 11,1 g/dl, Ht
34,6%; hitung jenis
3. Risiko Melanjutkan
dalam batas normal:
ketidakseimbangan intervensi 2x24
basofil 0.1%, eosinofil
volume cairan jam
0.4%, neutrofil 73.8%,
berhubungan dengan
limfosit 17.3%, monosit
asupan cairan yang
8.4%; albumin sedikit
tidak adekuat sekunder
dibawah normal (3.7
teratasi sebagian
g/dl); tanda vital dalam
batas normal: suhu
4. Risiko infeksi Menghentikan
36,2ºC, 120 kali/menit,
berhubungan dengan intervensi
frekuensi pernafasan 30
pertahanan sekunder
kali/menit; mukosa bibir
tidak terjadi.
lembab, sudah minum/
membasahi mulut dengan
air putih & ASI. intake
(IVFD + Obat) 599 cc,
output (urine +
nasogastric) 153 cc. Ibu
mengatakan anak masih
rewel, ibu juga sudah
memerah asi tapi anak
masih minta “nenen”

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


38

Respon/perilaku anak Kebutuhan/Masalah Respon/perilaku


pemberi asuhan
22-04-2014: 3. Nyeri akut Menghentikan
Anak aktif, tidak rewel, berhubungan dengan intervensi
minum ASI + SF, tidak insisi pasca bedah
muntah, tidak teratasi
kembung, terapi obat
diberikan, balance 4. Risiko Menghentikan
cairan (intake – output) ketidakseimbangan intervensi
sampai siang ini: positif volume cairan
15 cc, ibu mengatakan berhubungan dengan
tidak ada keluhan asupan cairan yang
tidak adekuat sekunder
tidak terjadi

Follow up setelah 1 1. Ketidakseimbangan Menghentikan


minggu via telepon: nutrisi: kurang dari intervensi
ibu mengatakan anak kebutuhan tubuh
sudah makin sehat, berhubungan dengan
masih kontrol, berat asupan tidak adekuat
badan dan tinggi badan belum teratasi
sudah mulai bertambah

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


BAB 3
PENCAPAIAN KOMPETENSI

Standar kompetensi perawat merupakan gambaran kompetensi yang harus


dimiliki oleh seorang perawat profesional yaitu perawat yang mandiri, bekerja
secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah menyelesaikan
program pendidikan profesi keperawatan, terdiri dari ners generalis, ners spesialis
dan ners konsultan. Jika telah lulus uji kompetensi yang dilakukan oleh badan
regulatori yang bersifat otonom, selanjutnya disebut Registered Nurse (RN)
Kompetensi ini akan menjamin pelayanan dan asuhan keperawatan yang
kompeten dan aman bagi klien, keluarga dan masyarakat (PPNI, 2005).

Seorang Ners Spesialis adalah seseorang yang telah menyelesaikan program


pendidikan pasca sarjana (S2) dan atau ditambah pendidikan spesialis
keperawatan1 (PPNI, 2005). Menurut Australian Confederation of Paediatric and
Child Health Nurses (ACPCHN, 2006) ners spesialis anak atau perawat spesialis
anak adalah seorang perawat yang mampu memberikan asuhan keperawatan pada
anak dan bekerjasama dengan keluarga untuk mencapai derajat kesehatan anak
yang optimal, memberikan dukungan dan pendidikan pada keluarga tentang
perawatan anak untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan anak
semaksimal mungkin pada lingkup pelayanan keperawatan di rumah sakit,
masyarakat dan fasilitas kesehatan lainnya termasuk fasilitas perawatan jangka
panjang.

Kompetensi perawat dikelompokkan dalam 3 ranah yaitu ranah pertama: praktik


profesional, etis, legal dan peka budaya meliputi bertanggung gugat terhadap
praktik profesional, dan melaksanakan praktik keperawatan secara etis dan peka
budaya legal dan secara legal. Ranah kedua, pemberian asuhan dan manajemen
asuhan keperawatan meliputi: menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam
pemberian dan manajemen asuhan keperawatan, melaksanakan upaya promosi
kesehatan dalam pelayanan keperawatan, pemberian asuhan keperawatan
(pengkajian, diagnosis, menyusun rencana, melaksanakan tindakan dan evaluasi),

39 Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


40

menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam


pemberian pelayanan, menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman,
membina hubungan interprofesional, dan menjalankan fungsi delegasi dan
supervisi dalam pemberian asuhan keperawatan. Ranah ketiga, pengembangan
profesional meliputi melaksanakan peningkatan profesional dalam praktik
keperawatan, melaksanakan peningkatan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan
dan mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi
(PPNI, 2005)

3.1 Pencapaian Kompetensi sesuai Area Peminatan


Dalam rangka pencapaian kompetensi ners spesialis keperawatan anak, salah
satu caranya adalah melalui praktik residensi keperawatan anak. Praktik
residensi yang dilakukan oleh residen dilaksanakan dalam dua tahap yaitu
residensi I dan residensi II. Praktik residensi dilaksanakan di ruangan sesuai
area peminatan residen. Pada residensi 1, area peminatan yang dipilih residen
adalah perinatologi, puskesmas dan bedah anak. Perinatologi merupakan
peminatan wajib bagi setiap residen anak. Pada residensi 2 area peminatan
residen adalah bedah anak yang merupakan peminatan utama.

Tahapan yang dilalui oleh setiap residen sebelum melaksanakan residensi


adalah membuat kontrak belajar sesuai kompetensi yang akan dicapai.
Residensi I (11 SKS) dilaksanakan selama 16 minggu yang dimulai tanggal 16
September 2013 – 17 Januari 2014 di RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo
Jakarta pada ruangan perinatologi selama 4 minggu, puskesmas Beji selama 6
minggu, ruang BCH (Bedah Anak) selama 6 minggu. Selama 6 minggu. Di
Puskesmas Beji, residen membuat proyek inovasi kelompok dengan tema
“Mengaplikasikan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sesuai dengan
standar pelaksaanaan” mulai pada tanggal 28 Oktober – 6 Desember 2013.

Residensi II (6 SKS) dilaksanakan selama 12 minggu, mulai tanggal 17


Februari – 09 Mei 2014 di ruang BCH (Bedah Anak) RSUPN DR. Cipto
Mangunkusumo Jakarta dan membuat proyek inovasi “Penerapan pemberian

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


41

makan lebih awal pada anak pasca operasi intestinal”. Pencapaian kompetensi
tiap area peminatan dijelaskan sebagai berikut:

3.1.1 Ruang Perawatan Perinatologi


Praktik residensi I dilaksanakan tanggal 16 September 2013 -11 Oktober
2013. Selama praktik di ruang perinatologi, residen mengambil kasus
kelolaan pada neonatus dengan: hiperbilirubinemia, Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), Respiratory Distress (RD), dan Sepsis Neonatal Awitan
Dini (SNAD). Kasus lain yang dirawat diantaranya neonatus dengan
anencephali, neonatus kurang bulan (prematur), Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT), tersangka Sepsis Neonatal Awitan Lambat (SNAL), dan
Apnoe Of prematurity (AOP).

Kompetensi yang dicapai selama praktik di ruang perinatologi meliputi


menilai masa gestasi dengan ballard score, penggunaan alat bantu nafas
seperi High Flow Nasal (HFN) dan Continuous Positive Airway Pressure
(CPAP), penggunaan monitor untuk memantau saturasi oksigen dan denyut
jantung bayi, penggunaan syringe dan infuse pump, memasang infus,
memasang fototerapi, memasang orogastric tube (OGT), manajemen laktasi
dan Perawatan Metode Kanguru (PMK). Kompetensi lain yang dicapai
antara lain memandikan/ melap bayi, melakukan perawatan mulut,
pemberian obat-obatan, positioning bayi, menerapkan developmental care
(meminimalkan suara, mengurangi pencahayaan, touching time), sosialisasi
evidence based practice tentang intervensi keperawatan pada neonatus untuk
mengurangi nyeri saat pemasangan infus dan pengambilan darah berupa
memberikan waktu kepada neonatus untuk istirahat jika pemasangan
berlangsung lama untuk konservasi energi, memberikan ASI dan sentuhan
saat pemasangan infus.

Kompetensi khusus yang diperoleh residen selam di ruang periantologi


adalah: menilai masa gestasi dengan ballard score, penggunaan alat bantu
nafas seperi High Flow Nasal (HFN) dan Continuous Positive Airway

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


42

Pressure (CPAP), memasang fototerapi, memasang orogastric tube (OGT),


manajemen laktasi dan Perawatan Metode Kanguru (PMK), positioning
bayi, dan menerapkan developmental care (meminimalkan suara,
mengurangi pencahayaan, touching time)

3.1.2 Puskesmas Beji, Depok


Praktik dilaksanakan dari tanggal 28 Oktober–6 Desember 2013. Melakukan
asuhan menggunakan pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
setiap harinya, melakukan imunisasi bayi dan anak sekolah, melakukan
kunjungan rumah pada kasus balita dengan gizi kurang dan anak sehat, serta
mensosialisasikan buku KIA. Kompetensi yang dicapai diantaranya
melakukan imunisasi, melakukan penilaian status gizi anak, menilai
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta melakukan pendidikan
kesehatan kepada anak dan orang tua. Kompetensi khusus yang diperoleh
residen selama di puskesmas adalah menggunakan pendekatan manajemen
terpadu balita sakit (MTBS) dan melakukan penilaian status gizi anak.

3.1.3 Ruang Bedah Anak (BCH)


Praktik dilaksanakan tanggal 09 Desember 2013 – 17 Januari 2014. Kasus
yang dikelola yaitu merawat anak dengan atresia ani on kolostomi post
PSARP pro tutup stoma, anak dengan hipospadia, dan anak dengan kelainan
tulang Blount’s disease infantil. Kasus lain yang dirawat yaitu anak dengan
tumor intra abdomen, tumor buli, osteosarcoma, labiopalatoschizis, dan
hirschsprung.

Kompetensi yang dicapai selama praktik di ruang BCH yaitu menggunakan


syringe dan infuse pump, memasang infus, mengambil darah, memberikan
transfusi darah, mempersiapkan anak untuk operasi, melakukan perawatan
kolostomi, melakukan perawatan luka, pemberian obat-obatan, mobilisasi
anak, mengoperasikan alat memantau kardio-respirasi (saturasi), pemberian
obat inhalasi

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


43

Praktik residensi II dilaksanakan tanggal 17 Februari – 09 Mei 2014. Kasus


yang dikelola pada residensi II meliputi anak dengan hirschsprung, hernia,
kista duktus koledokus, dan atresia ani. Kompetensi yang dicapai selama
praktik di ruang BCH pada residensi II ini antara lain menggunakan syringe
dan infuse pump, memasang infus, mengambil darah, memberikan transfusi
darah, mempersiapkan anak untuk operasi, melakukan perawatan kolostomi,
melakukan perawatan luka, pemberian obat-obatan, mobilisasi anak,
mengoperasikan alat memantau kardio-respirasi (saturasi), memasang
fototerapi, manajemen laktasi, pemberian nutrisi enteral/susu, sosialisasi
evidence based practice intervensi keperawatan pada anak pasca operasi
intestinal untuk dapat makan lebih awal.

Kompetensi khusus yang diperoleh residen selamdi BCH antara lain


mempersiapkan anak untuk operasi, melakukan perawatan kolostomi,
melakukan perawatan luka, dan penatalksanaan pasca operasi.

3.2 Peran Ners Spesialis Keperawatan Anak


Peran ners spesialis keperawatan anak yang telah dilaksanakan residen selama
praktik residensi yaitu:

3.2.1 Praktisi Asuhan Keperawatan


Peran perawat sebagai praktisi atau pemberi asuhan keperawatan yaitu
melalui pemberian asuhan keperawatan untuk klien, individu, keluarga,
masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan
kompleks yang dapat dilakukan secara mandiri dan atau kolaborasi dengan
tim kesehatan dan atau dengan sektor terkait lain. Untuk mampu
melaksanakan peran ini, perawat harus memiliki kompetensi dalam
pemberian asuhan keperawatan meliputi pengkajian secara komprehensif,
mengenal masalah keperawatan dengantepat, perencanaan berdasarkan
kebutuhan pasien, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan tingkat
kewenangan serta harus berpedoman pada standar profesi yang meliputi;
standar kompetensi, praktik, pendidikan dan etik (PPNI, 2005).

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


44

Peran sebagai praktisi asuhan keperawatan dilaksanakan residen dengan


memberikan asuhan keperawatan langsung pada klien kelolaan di ruangan
perinatologi, puskesmas dan bedah anak (BCH) dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang didasarkan pada model interaksi
orangtua-anak Barnard. Pemberian asuhan keperawatan kepada anak
dimulai dengan melakukan pengkajian pada klien dan orangtua untuk
mengidentifikasi respon atau perilaku yang ditunjukkan anak. Data
pengkajian atau respon yang ditemukan digunakan untuk menentukan
masalah atau kebutuhan anak yang tertuang dalam bentuk diagnosis
keperawatan. Selanjutnya, residen merespon dengan melakukan intervensi
atau rencana dalam bentuk intervensi keperawatan yang kemudian
diimplementasikan pada anak dan mengevaluasi pelaksanaannya. Selama
memberikan asuhan keperawatan secara tidak langsung, residen juga
menerapkan konsep familiy centered care dengan memberikan kesempatan
pada keluarga ikut serta dalam perawatan anak yang sudah tercakup dalam
penerapan teori keperawatan interaksi orangtua-anak Barnard.

3.2.2 Pendidik dan Konsultan


Peran sebagai pendidik dan kosultan dilaksanakan dalam dalam rangka
penyelesaian masalah kesehatan melalui penddikan kesehatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan klien serta
mengatasi masalah kesehatan sesuai dengan panduan yang tepat (PPNI,
2005; Hockenberry & Wilson, 2009). Peran sebagai pendidik dilakukan
dengan memberikan informasi terkait perkembangan anak, tentang
pelaksanaan fototerapi, tentang cara menyusui, memerah, menyimpan dan
transportasi ASI ke rumah sakit, dan mengajarkan tentang PMK, perawatan
luka di rumah, dan menstimulasi pertumbvuhan dan perkembangan anak.

3.2.3 Advokat bagi Klien dan Keluarga


Perawat berperan membantu anak dan keluarga untuk memutuskan pilihan
dan tindakan yang terbaik untuk anak (Hockenberry & Wilson, 2009). Peran

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


45

advokat dilakukan oleh residen adalah mendampingi dan memfasilitasi


orangtua untuk memperoleh informasi tentang perkembangan kondisi anak
dan memutuskan tindakan yang akan dilakukan pada anak. Pada saat
tersebut, direncanakan pemasangan infus sentral (longline) karena sudah
sulit memasang infus di vena perifer dan sering tidak lancar.

3.2.4 Pengelola Asuhan Keperawatan


Peran sebagai pengelola asuhan keperawatan dilaksanakan dengan
menerapkan konsep kepemimpinan dan manajemen dalam pelayanan
keperawatan (PPNI, 2005). Peran pengelola asuhan keperawatan yang
dilaksanakan residen adalah dengan mengikuti operan perawat ruangan yang
bertujuan untuk mengetahui perkembangan anak dan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya. Residen juga berkoordinasi
dengan perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya.

3.2.5 Peneliti
Peran perawat anak sebagai peneliti bertujuan untuk memberikan kontribusi
dalam perkembangan asuhan keperawatan anak di lahan praktik dan institusi
dimana hasilnya merupakan Evidence Based Practice (EBP) dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan sehari-hari (Hockenberry & Wilson, 2009).
Selama pelaksanaan praktik residensi, peran sebagai peneliti dilaksanakan
melalui penerapan evidence based practice (EBP) dan menggunakan hasil-
hasil penelitian terkait pelayanan keperawatan anak dalam menganalisis
masalah klien, membuat proyek inovasi pada residensi I dan residensi II.

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Penerapan Teori Parent Child Interaction Barnard dalam Asuhan


Keperawatan Anak dengan Masalah Bedah Intestinal yang Mengalami
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan

4.1.1 Karakteristik Klien Kelolaan


Karakteristik bayi/anak kelolaan meliputi kasus dengan masalah bedah
intestinal dengan status gizi 3 anak (balita) dengan status gizi kurang dua
anak (satu orang bayi dan satu orang remaja). Prieto dan Cid (2011)
menyatakan anak dibawah lima tahun di negara berkembang memiliki risiko
mengalami gizi kurang. Kurang gizi ini disebabkan sumber daya keluarga
yang sedikit, karena gangguan perilaku makan atau penyakit yang
mempengaruhi makan atau penyerapan nutrisi. Empat dari kasus kelolan
menjalani operasi intestinal, 3 anak dengan operasi reseksi anatomosis, 1
anak dengan operasi hernia, 1 orang bayi masih dalam pemeriksaan
lanjutan. Ward (2003) menyatakan bahwa pasien dengan bedah
gastrointestinal berisiko mengalami penurunan nutrisi akibat dari asupan
nutrisi yang tidak memadai, trauma pembedahan, meningkatnya tingakat
metabolik.

4.1.2 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan dengan memperhatikan modifikasi prinsip teori
Barnard. Basavanthappa (2007) menyebutkan fokus teori yang
dikemukakan Barnard dalam Barnard’s Child Health Assessment
Interaction Theory adalah pengkajian. Pengkajian anak bertujuan
mengidentifikasi masalah sebelum mereka berkembang dan menjadikan
intervensi lebih efektif dengan melihat respon/perilaku yang ditampilkan
anak (infant’s clarity of cues dan infant’s responsiveness to the caregiver).
Namun dalam menilai respon/perilaku yang ditunjukkan bayi/anak Barnard
tidak menguraikan dengan jelas bentuk respon anak tersebut terutama dalam

46 Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


47

pemenuhan nutrisi atau makan. Hodges, Houck dan Kindermann (2009)


menyatakan respon anak terkait dengan pemberian makan seperti anak
menampilkan ketegangan di awal makan atau anak menghindarkan
pandangan seperti melihat ke bawah atau berpaling selama makan.

Pada kasus kelolan bayi/anak dengan bedah intestinal yang residen rawat
didapati 3 orang dari 5 anak mengalami gizi kurang sebelum operasi
gastrointestinal dan orangtua mengatakan anak makan dalam porsi sedikit.
Ketiga anak tersebut yaitu An. G berusia 1 tahun 6 bulan dan memiliki
riwayat atresia dengan operasi intestinal sebelumnya pembuatan
stoma/kolostomi pada usia 2 hari, dan dilanjutkan dengan Posterior Sagital
Anorektal Plasty (PSARP) pada Juni 2013 dan businasi ukuran 9-15. Anak
Z, berusia 4 tahun 1 bulan dan memiliki riwayat sulit buang air besar dan
telah dilakukan pembuatan stoma/kolostomi 10 bulan yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Anak N berusia 2 tahun dan memiliki riwayat sering
batuk pilek dan telinga berair dengan diagnosa medis hernia. Sementara By.
Dj berusia 1 bulan 2 minggu dengan masalah intestinal Hirschsprung masih
dalam pemeriksaan lanjutan dan An. S berusia 14 tahun 5 bulan dengan
kista duktus koledokus, masuk dengan keluhan mual muntah dan nyeri perut
dan menjalani operasi anastomosis Roux-en-Y.

Melihat dari masalah kesehatan pada 3 kasus kelolaan terlihat munculnya


gizi kurang pada bayi/anak adalah akibat asupan yang kurang sebelum
menjalani bedah intestinal, anak berumur dibawah lima tahun, gangguan
penyerapan karena obstruksi usus, dan reseksi usus sebelumnya (Prieto &
Cid, 2011; Schiesser, Muller, Kirchhoff, Breitenstein, Schafer, & Clavien,
2008). Liu (2013) menyatakan pemberian makan merupakan kegiatan utama
bayi/anak kecil yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan,
sumber interaksi sosial melalui komunikasi verbal dan non-verbal. serta
kesempatan untuk belajar. Pemberian makan ini menjadi fokus orangtua dan
pemberi asuhan karena anak rentan terhadap masalah makan antara lain
makan berlebihan, makan yang sedikit, masalah perilaku makan dan pilihan

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


48

makan yang tidak biasa atau tidak sehat. Cerantola, Grass, Cristaudi,
Demartines, Schafer, dan Hubner (2011) juga menegaskan gizi kurang
sebelum operasi merupakan faktor risiko utama untuk peningkatan
morbiditas dan mortalitas pasca operasi.

4.1.3 Masalah/Kebutuhan Bayi/Anak


Masalah/kebutuhan bayi/anak merupakan hasil dari respon/perilaku yang
dimunculkan bayi/anak. Masalah/kebutuhan bayi/anak yang muncul
meliputi ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan, risiko
kerusakan integritas kulit, nyeri akut, risiko ketidakseimbangan volume
cairan, dan risiko infeksi. Masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan ditegakkan dalam asuhan keperawatan, bila bayi/anak tidak
dalam kondisi puasa atau benar-benar tidak mampu untuk memasukkan
makanan seperti pasien tidak sadar (Wilkinson & Ahern, 2009). Asgeirsson,
El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld, dan Senagore (2010) dan
Thompson dan Magnuson (2012) menyatakan komplikasi pasca operasi
intestinal yang dapat salah satunya adalah asupan nutrisi yang sedikit.
Empat anak dari kasus kelolaan menjalani puasa sebagai salah satu
penatalaksanaan operasi, anak puasa beberapa jam sebelum operasi sampai
beberapa hari (rata-rata 5-7 hari) pasca operasi. Kondisi ini dapat menjadi
komplikasi pasca bedah karena penatalaksanaan pasca operasi yang
dilakukan masih bersifat tradisional.

Penatalaksanaan pemberian makan pasca operasi secara tradisional


mensyaratkan puasa sampai lima hari yang disertai dengan dekompresi
abdomen dengan nasogastric tube, pemberian cairan intravena dan
penundaan makan oral sampai motilitas usus kembali. Namun saat ini
prinsip pemberian makan pasca operasi adalah pemberian makan enteral
lebih awal yaitu 24-48 jam pertama termasuk pasca anastomosis proksimal,
monitoring residual lambung dan kemampuan untuk menerima makan lebih
awal menunjukkan manfaat pada sebagian besar pasien (Sholadoye,

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


49

Suleiman, Mshelbwala, & Ameh, 2012; Amanollahi & Azizi, 2013; Evans,
Martindale, Kiraly, & Jones, 2013; Reignier, et al. 2013).

Risiko kerusakan integritas kulit ditegakkan pada pasien yang tidak


menunjukkan tanda gangguan pada kulit tapi berisiko mengalami gangguan
pada permukaan kulit atau kerusakan (Wilkinson & Ahern, 2009). Pada
kasus kelolaan masalah ini ditegakkan pada dua kasus anak yang terpasang
stoma yaitu An. Z dan An. G. Kedua anak tidak memperlihatkan adanya
tanda-tanda kerusakan kulit. Kulit sekitar stoma tidak terlihat
ruam/kemerahan, stoma vital, produksi ditampung kantong kolostomi.

Masalah nyeri akut dapat ditegakkan berdasarkan laporan pasien saja karena
merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang berlangsung
kurang dari enam bulan (Wilkinson & Ahern, 2009). Empat anak dari kasus
kelolaan mengalami nyeri akut pasca operasi. Salah satu komplikasi pasca
operasi intestinal yang dapat muncul adalah nyeri sehingga dibutuhkan
manajemen nyeri (Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld,
& Senagore, 2010; Thompson & Magnuson, 2012).

Masalah risiko terjadinya kerusakan integritas kulit pada anak kasus


kelolaan berupa faktor ekternal adanya kelembaban akibat terpasang stoma.
Masalah risiko infeksi ditegakkan pada bayi kelolaan dimana ditemukan
data bayi dengan adanya pemasangan kateter intravena dan prosedur invasif
lainnya yang berisiko merusak integritas kulit serta tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (Wilkinson & Ahen, 2009). Sementara masalah risiko
ketidakseimbangan volume cairan ditegakkan pada tiga kasus anak yang
menjalani operasi anatomosis yaitu An. Z, An. S, dan An. G.
Masalah/kebutuhan lain yang diangkat pada kasus kelolaan yaitu konstipasi
dan ansietas orangtua.

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


50

Semua masalah/kebutuhan ini akan berdampak lanjut jika pemberi asuhan


tidak bisa membaca respon yang dimunculkan anak dan berdampak pada
penatalaksanaan pasca operasi menjadi kurang tepat. Evans, Martindale,
Kiraly dan Jones (2013) menyatakan kondisi gizi kurang pada masa
sebelum operasi menentukan tercapainya hasil akhir dari pembedahan yaitu
untuk meningkatkan penyembuhan, mengurangi komplikasi pasca operasi,
mempersingkat masa perawatan dan dipulangkan. Thompson dan Magnuson
(2012) menyatakan untuk mencegah terjadinya komplikasi pasca operasi fokus
perawatan antara lain pemenuhan nutrisi dan cairan, menajemen nyeri,
ambulasi, dan penatalaksanaan farmakologik atau pengobatan.

4.1.4 Respon/Perilaku Orangtua/Pemberi Asuhan


Respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan merupakan intervensi
berdasarkan respon/perilaku bayi/anak dengan menerapkan prinsip Barnard.
Hodges, Houck dan Kindermann (2009) juga menguraikan 4 karakteristik
perilaku orangtua/pemberi asuhan saat pemenuhan nutrisi: (1) kepekaan
membaca respon anak (caregiver sensitivity to cues). Sejauh mana pemberi
asuhuan membaca isyarat anak secara akurat yang terlihat dalam jenis
stimulasi yang diberikan dan waktu stimulasi seperti komentar pengasuh
secara lisan pada respon kelaparan pada anak sebelum anak makan. (2)
Menanggapi kesulitan anak (response to the child’s distress). Efektivitas
pengakuan pemberi asuhan terhadap kesulitan anak dan respon yang tepat
dapat meringankan penderitaan seperti berhenti atau mulai makan. (3)
Aktifitas yang medorong pertumbuhan sosial-emosional (social–emotional
growth fostering) dengan memvariasikan tekanan dan nada suaranya,
ekspresi wajah, sentuhan, dan interaksi sosial, misalnya pengasuh terlibat
dalam bentuk-bentuk sosial interaksi seperti bermain dengan anak
setidaknya sekali selama makan. (4) Mendorong pertumbuhan kognitif
(cognitive–growth fostering) dengan memperkenalkan anak pada
pemandangan, suara, dan pengalaman, seperti ungkapan verbal pemberi
asuhan yang menggambarkan situasi makanan atau makan bersama.

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


51

Pada kasus kelolaan ini intervensi yang merupakan aktivitas asuhan


keperawatan yang meliputi tindakan-tindakan manajemen konstipasi,
manajemen nutrisi, melakukan surveilan kulit, melakukan manajemen nyeri
dan kolaborasi pemberian analgesik, manajemen cairan, perawatan luka dan
pengendalian infeksi. Intervensi yang tercakup dalam manajemen nutrisi
antara lain; kepekaan membaca respon anak (caregiver sensitivity to cues)
dan menanggapi kesulitan anak (response to the child’s distress) dapat
dilihat dari intervensi berupa; bantu atau sediakan asupan makanan dan
cairan diet seimbang untuk anak, berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi anak dan bagaimana memenuhinya, pantau nilai laboratorium
terutama albumin dan elektrolit, berikan makanan dalam porsi sedikit tapi
sering, dan beri anak minuman dan kudapan bergizi. Bentuk intervensi yang
menerapkan prinsip aktifitas yang medorong pertumbuhan sosial-emosional
(social–emotional growth fostering) dan kognitif anak (cognitive–growth
fostering) antara lain dengan libatkan orangtua dalam menciptakan
lingkungan menyenangkan untuk makan,

Seluruh respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan tersebut membutuhkan


kepekaan dan keyakinan dari orangtua/pemberi asuhan sehingga
kebutuhan/masalah anak segera terpenuhi/teratasi. Sullivan dan McGrath
(1999) serta LeCuyer-Mauss (2000) dalam Pridham, et al (2010)
menyatakan bahwa gaya kontrol orang tua/pemberi asuhan dapat dilihat dari
daya tanggap atau respon dan keterlibatan orangtua/pemberi asuhan tersebut
dengan anak dan rasa percaya diri dibandingkan dengan atribut pribadi
seperti usia, pendidikan, dan jabatan.

Pernyataan Sullivan dan McGrath (1999) serta LeCuyer-Mauss (2000)


dalam Pridham, et al (2010) terlihat pada pemberian asuhan atau intervensi
terhadap anak dalam memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah nutrisi
dan cairan pada kasus terpilih ini. Gaya kontrol dan kesensitifan dari
pemberi asuhan terlihat masih terbatas, terutama untuk pemenuhan
kebutuhan nutrisi sehingga muncul masalah dalam pemberian makan lebih

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


52

awal pada anak-anak pasca bedah intestinal. Sementara itu dalam memenuhi
kebutuhan cairan terutama dalam monitor dan pencatatan keakuratan
masukan dan haluaran juga terlihat kontrol dari pemberi asuhan juga belum
optimal (Martindale, McClave, Taylor, & Lawson, 2013). Setelah
keterlibatan orangtua/pemberi asuhan dioptimalkan masalah atau kebutuhan
cairan dapat diatasi atau dipenuhi.

4.1.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan respon/perilaku bayi/anak
terhadap respon/perilakukan yang diberikan orangtua/pemberi asuhan.
Evaluasi keperawatan pada kasus kelolaan setelah impelementasi
keperawatan selama 3–7 hari yaitu: masalah ketidakseimbangan nutrisi
teratasi pada 3 kasus kelolaan, 2 kasus belum teratasi. Manajemen nutrisi
dilaksanakan dalam rentang 3-7 hari, sedangkan masalah
ketidakseimbangan nutrisi pada An. Z dan An. S belum teratasi. Anak puasa
lebih 3 hari dan hari ke-7 anak sudah diizinkan pulang. An. Z baru
mendapatkan nutrisi parenteral pada hari ke-3 pasca operasi, boleh makan
pada hari ke-5 dan hari ke-7 pulang sehingga belum terfollow up. Sementara
pada An. S terdapat perbedaan manajemen nutrisi antara tim medis yang
bertanggungjawab terhadap anak. Pada hari ke-3 anak sudah diperbolehkan
minum air teh bertahap sampai makan. Pada hari ke-4 anak dipuasakan lagi
respon orangtua mengikuti anjuran dokter untuk kembali puasa dengan
alasan yang diberikan kepada ibu karena buang air kecil anak pekat jadi
dipantau dengan cairan infus saja. Pada hari ke-7 anak baru minum susu dan
hari ke-8 anak diizinkan pulang, namun baru pulang pada hari ke-9 pasca
operasi.

Masalah risiko kerusakan integritas kulit dan risiko ketidakseimbangan


volume cairan tidak terjadi. An Z dan An. G tidak memperlihatkan respon
atau tanda-tanda kerusakan kulit,. Masalah nyeri akut teratasi pada semua
kasus kelolaan

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


53

Selama menerapkan prinsip yang terdapat dalam teori Barnard pada semua
kasus terpilih, residen merasa prinsip tersebut dapat dijadikan panduan bagi
pemberi asuhan/perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Terutama
terkait dengan pemberian makan karena sebagian besar penelitian yang
dilakukan terkait dengan teori Barnard ini adalah tentang interaksi
orangtua/pemberi asuhan dalam pemberian makan dan pendidikan. Dengan
menerapkan prinsip teori Barnard ini yaitu berfokus pada respon/perilaku
anak dan respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan terhadap respon yang
diperlihatkan anak, dapat memudahkan orangtua/pemberi asuhan yang
dalam memberikan asuhan keperawatan terutama untuk keseimbangan
nutrisi dan cairan dengan menerapkan interaksi atau keterlibatan orangtua
dalam merawat anak di rumah sakit.

Beberapa kendala ditemukan dalam penerapan teori ini adalah (1) teori ini
masih bersifat umum sehingga agak sulit diterapkan dalam kasus nyata. (2)
Penelitian-penelitian yang dilakukan banyak melihat tentang interaksi
orangtua (ibu dan ayah) dalam pemberian makan dan pendidikan pada bayi.
Residen belum menemukan penelitian yang dilakukan tentang interaksi
pemberi asuhan selain orangtua khususnya perawat dalam memberikan
asuhan kepada anak yang menerapkan konsep Barnard ini. Penelitian yang
dilakukan Holditch-Davis, Miles, dan Belyea (2000) dalam penelitian
deskriptifnya hanya melihat perbedaan dan persamaan interaksi antara ibu
dan nenek pada saat pemberian makan dan diluar pemberian makan. (3)
Tidak ada uraian yang jelas tentang respon baik anak maupun
orangtua/pemberi asuhan yang spesifik dalam rangka memenuhi kebutuhan
anak dalam mencapai perilaku adaptif yang diharapkan terutama dalam
pemberian makan.

4.2 Praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian


Kompetensi
Praktik ners spesialis keperawatananak dalam hal pencapaian kompetensi ners
spesialis dilaksanakan dalam dua semester dengan mata ajar residensi I dan

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


54

residensi II. Residensi 1 dilaksanakan pada semester 1 selama 16 minggu di


tiga area peminatan yaitu perinatologi, puskesmas, dan ruang bedah anak
(BCH). Residensi II dilaksanakan pada semester 2 selama 12 minggu di ruang
bedah anak (BCH). Praktik residensi ini telah memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi residen dalam rangka mencapai target kometensi yang
ditetapkan. Target yang dicapai berupa penerapan model parent child
interaction Barnard pada kasus kelolaan, pencapaian keterampilan klinik dan
program inovasi.

Kompetensi perawat dikelompokkan dalam 3 ranah yaitu ranah pertama:


praktik profesional, etis, legal dan peka budaya meliputi bertanggung gugat
terhadap praktik profesional, dan melaksanakan praktik keperawatan secara
etis dan peka budaya legal dan secara legal. Ranah kedua, pemberian asuhan
dan manajemen asuhan keperawatan meliputi: menerapkan prinsip-prinsip
pokok dalam pemberian dan manajemen asuhan keperawatan, melaksanakan
upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan, pemberian asuhan
keperawatan (pengkajian, diagnosis, menyusun rencana, melaksanakan
tindakan dan evaluasi), menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan
interpersonal dalam pemberian pelayanan, menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang aman, membina hubungan interprofesional, dan menjalankan
fungsi delegasi dan supervisi dalam pemberian asuhan keperawatan. Ranah
ketiga, pengembangan profesional meliputi melaksanakan peningkatan
professional dalam praktik keperawatan, melaksanakan peningkatan mutu
pelayanan dan asuhan keperawatan dan mengikuti pendidikan berkelanjutan
sebagai wujud tanggung jawab profesi (PPNI, 2005)

Pencapaian kompetensi ini meliputi memberikan asuhan keperawatan


berdasarkan analisis hasil penelitian terkait, dan melakukan program inovasi.
Peran ners spesialis keperawatan anak secara mandiri dicapai pada praktik
residensi sebagai pemberi asuhan keperawatan yang dilaksanakan melalui
pemberian asuhan keperawatan secara langsung pada kasus kelolaan. Peran
pendidik dilaksanakan melalui pendidikan kesehatan pada keluarga tentang

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


55

cara perawatan luka dan perawatan kolostomi. Peran advokat terlaksana


melalui pemberian informasi pada untuk membantu keluarga memutuskan
tindakan yang akan dilakukan pada anak dan mendampingi orangtua selama
mendapatkan informasi dari tim kesehatan lainnya. Peran pengelola
terlaksana melalui keikutsertaan residen dalam kegiatan operan dengan
perawat ruangan dan diskusi dengan penanggung jawab ruangan serta tim
kesehatan lain terkait kondisi anak di ruangan secara keseluruhan dan kasus
kelolaan khususnya. Peran peneliti dicapai pada residensi ini melalui
penerapan hasil penelitian pada kasus kelolaandan mencoba melakukan
proyek inovasi dalam pemberian asuhan nutrisi melalui pemberian makan
lebih dini berdasarkan evidence based practice (EBP) pada kasus bedah
intestinal pada perawat di ruangan.

Residen telah menerapkan salah satu teori keperawatan pada kasus kelolaan.
Residen telah menggunakan prinsip utama dari teori Barnard dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan. Dalam pelaksanaannya residen
mengidentifikasi masalah/kebutuhan anak melalui respon/perilaku yang
dimunculkan anak. Selanjutnya merespon perilaku anak tersebut dengan
memberi respon untuk memenuhi kebutuhan anak tersebut dalam rangka
mencapai respon/perilaku adaptif.

Selama residen melaksanakan praktik residensi, residen mendapat kemudahan


dalam pencapaian target kompetensi. Kemudahan tersebut tidak terlepas dari
kebijakan rumah sakit dan puskesmas yang memberikan izin untuk praktik,
proses bimbingan dari institusi pendidikan, puskesmas, dan rumah sakit.
Selain itu, tersedianya media informasi terkait tentang perawatan anak
khususnya bedah dan penerimaan yang baik dari pihak manajemen dan
perawat ruangan. Residen mendapat kesempatan dan dukungann untuk
mengetahui dan mempelajari aspek-aspek klinis dan menerapkan langsung,
dan keterampilan asuhan keperawatan anak selama pendidikan dan dari
pengalan perawat di ruangan. Pelaksanaan praktik residensi ini juga

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


56

mendapat dukungan insitusi pendidikan khususnya supervisor dan supervisor


utama yang terus menerus memberikan arahan dan dukungan dalam
pelaksanaan praktik. Seiring berkembangnya asuhan keperawatan anak maka
seorang ners spesialis harus selalu meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan keahlian dalam memberikan asuhan keperawatan dengan salah satu cara
yang residen perioleh adalah melalui pelaksanaan praktik residensi ini.

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan masalah bedah intestinal yang
mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yaitu
sebagian besar terjadi sebelum anak menjalani operasi. Anak-anak tersebut
memiliki risiko gizi kurang akibat asupan yang tidak memadai dan riwayat
operasi intestinal sebelumnya yaitu pembuatan stoma/kolostomi. Selama
pemberian asuhan keperawatan dengan prinsip teori Barnard terlihat gaya
kontrol dan kesensitifan dari pemberi asuhan masih terbatas. ‘
b. Ners spesialis keperawatan anak memiliki 3 ranah kompetensi yaitu
praktik profesional etis, legal dan peka budaya; pemberian asuhan
keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan dan pengembangan
profesional. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik,
advokat, pengelola asuhan keperawatan dan sebagai peneliti. Kompetensi
dan peran ini telah dicapai melalui praktik di ruang perinatologi,
puskesmas dan bedah anak (BCH).
c. Penerapan teori Parent Child Interaction Barnar memfasilitasi pelaksanaan
asuhan keperawatan pada anak dengan masalah bedah intestinal yang
mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan melalui
identifikasi respon/perilaku bayi/anak dan membalas respon anak tersebut
dengan respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan untuk mencapai respon
adaptif anak dan orangtua/pemberi asuhan. Hambatan dalam penerapan
teori ini karena masih bersifat umum, banyak melihat tentang interaksi
orangtua (ibu dan ayah) dalam pemberian makan dan pendidikan pada
bayi, tidak ada uraian yang jelas tentang respon baik anak maupun
orangtua/pemberi asuhan yang spesifik dalam rangka memenuhi
kebutuhan anak dalam mencapai perilaku adaptif yang diharapkan
terutama dalam pemberian makan.

57 Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


58

d. Ners spesialis keperawatan anak dengan 3 ranah kompetensi yang dimiliki,


dalam asuhan keperawatan anak yang terus berkembang, maka seorang
ners spesialis dituntut untuk selalu meningkatkan keahliannya dalam
memberikan asuhan keperawatan, pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan untuk memberikan asuhan keperawatan dan menjadi role
model dalam pelaksanaan pelaksanaan praktik residensi ini.

5.2 Saran
a. Teori Parent Child Interaction Barnard merupakan teori yang bersifat
umum dan dapat dikembangkan lebih lanjut dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak.
b. Pengkajian respon/perilaku anak terkait ketidakseimbangan nutrisi pada
anak dengan masalah bedah khususnya bedah intestinal harus lebih
diperhatikan oleh pemberi asuhan dalam rangka meminimalakan
komplikasi perioperatif khususnya pasca operasi.
c. Pemberi asuhan khususnya perawat dapat memberi respon juga terhadap
respon yang ditunjukkan oleh orangtua dengan melaksanakan peran
perawat khususnya sebagai advokat dan pendidik disamping sebagai
pemberi asuhan.
d. Pemberi asuhan khususnya perawat diharapkan dapat melakukan
pengkajian sesuai dengan prinsip teori yang digunakan, membuat inovasi
dan menggunakan evidence based practice terkait perawatan anak dan
menerapkannya dalam praktik keperawatan anak secara langsung.
e. Ners spesialis keperawatan anak diharapkan dapat menjadi sebagai role
model bagi perawat di lahan praktik sehingga diharapkan terus menambah
pengetahuan dan keterampilannya dalam asuhan keperawatan anak melalui
kegiatan pelatihan-pelatihan, penelitian dan praktik keperawatan langsung
pada anak.

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Amanollahi, O. & Azizi, B. (2013). The comparative study of the outcomes of


early and late oral feeding in intestinal anastomosis surgeries in children.
African Journal of Paediatric Surgery, 10(2), 74-7. doi: 10.4103/0189-
6725.115025.

Andersen, H. K., Lewis, S. J., & Thomas, S. (2006). Early enteral nutrition within
24h of colorectal surgery versus later commencement of feeding for
postoperative complications. Cochrane Database of Systematic Reviews, 4, 1-
31. DOI: 10.1002/14651858.CD004080.pub2.

Asgeirsson, T., El-Badawi, K. I., Mahmood, A., Barletta, J., Luchtefeld, M., &
Senagore, A. J. (2010). Postoperative ileus: it costs more than you expect. J
Am Coll Surg. 210(2), 228-31. doi: 10.1016/j.jamcollsurg.2009.09.028.

Australian Confederation of Paediatric and Child Health Nurses (ACPCHN).


(2006). Competencies for the Specialist Paediatric and Child Health Nurse.
Ed. 2. www.acpchn.org.au.

Basavanthappa, B.T. (2007). Nursing Theories. Balangore: Jaypee Brothers


Medical Publishers Ltd., diakses melalui
http://jaypeedigital.com/ChapterSpecific.aspx?id=9788180619632&sno=L7K
AIhbmSK4=&sr=1
Briassoulis, G., Venkataraman, S., & Thompson, A. (2010). Cytokines and
Metabolic Patterns in Pediatric Patients with Critical Illness. Clinical and
Developmental Immunology, 2010, 1- 11 . doi:10.1155/2010/354047

Cerantola, Y., Grass, F., Cristaudi, A., Demartines, N., Schafer, M., & Hubner, M.
(2011). Perioperative nutrition in abdominal surgery: Recommendations and
reality.Gastroenterology Research and Practice, 2011, 1-
8.doi:10.1155/2011/739347.

Chesnay, M. & Anderson, B.A. (2012). Caring for the vulnerable: Perspectives in
nursing theory, practice, and research, ed. 3. India: Jones Bartlett Learning.

Davila-Perez, R., Bracho-Blanchet, E., Galindo-Rocha, F., Tovilla-Mercado, J.,


Varela-Fascinetto, G., Fernandez-Portilla, E., ..., Nieto-Zermeño, J. (2013).
Early feeding vs 5-day Fasting after distal elective bowel anastomoses in
children. A randomized controlled trial. Surgical Science, 4, 45-48.
ttp://dx.doi.org/10.4236/ss.2013.41008.
Demehri, F. R., Barrett, M., Ralls, M.W., Miyasaka, E. A., Feng, Y., &
Teitelbaum, D. H. (2013). Intestinal epithelial cell apoptosis and loss of barrier
function in the setting of altered microbiota with enteral nutrient deprivation.

59 Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


60

Frontiers in Cellular and Infection Microbiology. 3 (105), 1-7. doi:


10.3389/fcimb.2013.00105.

Evans, D. C., Martindale, R. G., Kiraly, L. N., & Jones, C.M. (2013). Nutrition
Optimization Prior to Surgery. Nutrition in Clinical Practice, 20 (10), 1-12.
DOI: 10.1177/0884533613517006.

Falcao, M. C. (2002). Nutrition for the pediatric surgical patient: approach in the
peri-operative period. Rev. Hosp. Clín.Fac. Med. S. Paulo, 57(6), 299-308.

Fanaie, S. A. & Ziaee, S. A. (2005). Safety of early oral feeding after


gastrointestinal anastomosis: A randomized clinical trial. Indian Journal Surg,
67 (4), 185-8. http://www.indianjsurg.com
Hiesmayr, M., Schindler, K., Pernicka, E., Schuh, C. Schoeniger-Hekele, A.,
Bauer, P., ..., Ljungqvist, O. (2009). Decreased food intake is a risk factor for
mortality in hospitalised patients: The nutrition day survey 2006. Clinical
Nutrition, 28 (5), 484–491. doi: 10.1016/j.clnu.2009.05.013.

Hockenbbery, M. and Wilson, D. (2009) Wongs essentials of pediatric nursing.


8th edition. St. Louis : Mosby Inc

Hodges, E. A., Houck, G. M., & Kindermann, T. (2009). Validity of the nursing
child assessment feeding scale during toddlerhood. Western Journal of
Nursing Research, 31 (5), 662-678. Doi: 10.1177/0193945909332265

Ija, M. (2009). Pengaruh status gizi pasien bedah mayor pre operasi terhadap
penyembuhan Luka dan Lama Rawat Inap Pasca Operasi di RSUP. Dr.
Sarjito Yogyakarta. Tesis S2. Yogyakarta. Pascasarjana UGM.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Standar antropometri penilaian satatus gizi


anak. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak: Direktorat
Bina Gizi.

Liu, Y. H. & Stein, M. T. (2013). Feeding behaviour of infants and young


children and its impact on child psychosocial and emotional development.
Encyclopedia on Early Childhood Development, 2, 1-7. Diperoleh dari
http://www.child-encyclopedia.com/documents/Liu-SteinANGxp.pdf.

Martindale, R. G., McClave, S. A., Taylor, B., & Lawson,C. M. (2013).


Perioperative nutrition: What is the current landscape? J Parenter Enteral
Nutr. 2013;37(5):5S-20S.

McWhirter, J. P. & Pennington, C. R. (2004). Incidence and recognition of


malnutrition in Hospital. Br Med J 2004;308:945-8. Dalam Said, S., Taslim,
N. A., & Bahar, B. (2013). Gizi dan penyembuhan luka. Makasar: Indonesia
Academic Publishing.

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


61

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2005). Standar kompetensi


perawat Indonesia. http://www.inna-ppni.or.id

Pridham, K. A., Lutz, K. F., Anderson, L. S., Riesch, S. K., & Becker, P.T.
(2010). Furthering the understanding of parent–child relationships: A nursing
scholarship review series. part 3: Interaction and the parent–child
relationship-assessment and intervention studies. J Spec Pediatr Nurs. 2010
January ; 15(1): 33–61. doi:10.1111/j.1744-6155.2009.00216.x

Prieto, M. B. & Cid, J. L. (2011). Malnutrition in the Critically Ill Child: The
Importance of Enteral Nutrition International Journal of Environmental
Research and Public Health, 8, 4353-4366. doi:10.3390/ijerph8114353

Reignier, J., Mercier, E., Le-Gouge, A., Boulain, T., Desachy, A., Bellec, F., ...,
Lascarrou, J. (2013). Effect of not monitoring residual gastric volume on risk
of ventilator-associated pneumonia in adults receiving mechanical ventilation
and early enteral feeding: A randomized controlled trial. JAMA, 309 (3),
249-256. www.jama.com

Sanchez, C., Lopez-Herce, J., García, C., Ruperez, M., & García, E. (2005). The
effect of enteral nutrition on nutritional status in the critically ill child.
Clinical Intensive Care, 16 (2),71-78.doi: 10.3109/09563070500061414

Schiesser, M., Muller, S., Kirchhoff, P., Breitenstein, S., Schafer, M., & Clavien,
P. A. (2008). Assessment of a novel screening score for nutritional risk in
predicting complications in gastrointestinal surgery. Clinical Nutrition, 27
(4), 565–570. Doi: 10.1016/j.clnu.2008.01.010.

Sholadoye, T. T., Suleiman, A. F., Mshelbwala, P. M., & Ameh, E. A. (2012).


Early oral feeding following intestinal anastomoses in children is safe. African
Journal of Paediatric Surgery,9(2):113-6. doi: 10.4103/0189-6725.99395.

Sjarif, D. R. (2011). Buku ajar nutrisi pediatric dan penyakit metabolic: Prinsip
asuhan nutrisi pada anak. Jakarta: IDAI

Skillman, H.E., & Wischmeyer, P.E. Nutrition therapy in critically ill infants and
children. JPEN J. Parenter. Enteral. Nutr., 32, 520-534. doi:
10.1177/0148607108322398.

Souba, W. W. & Wilmore, D. (2004). Dalam Said, S., Taslim, N. A., & Bahar, B.
(2013). Gizi dan penyembuhan luka. Makasar: Indonesia Academic
Publishing.

Stratton, R.J. & Smith, T. R. (2006). Role of enteral and parenteral nutrition in the
patient with gastrointestinal and liver disease. Best Practice & Research
Clinical Gastroenterology, 20 (30, 441–466. doi:10.1016/j.bpg.2005.11.004

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


62

Sulistyanigrum, H. & Puruhita, N. (2007). Hubungan antara status Gizi


Preoperatif dengan Lama Penyembuhan Luka Operasi Pasien bedah di
RSUP. Dr. Kariadi Semarang.

Thompson, M., & Magnuson, B. (2012). Management of Postoperative Ileus.


Pharmacology update: Orthopedics, 35 (3), 213-217. doi:
10.3928/01477447-20120222-08

Tommey,A. M. and Alligood, M. R. (2010). Nursing theorist and their work. .


St.Louis: Mosby

Ward, N. (2003). Nutrition support to patients undergoing gastrointestinal


surgery. Nutrition Journal, 2 (18), 1-5.
http://www.nutritionj.com/content/2/1/18

Wilkinson, J. M. & Ahern, N. N. (2012). Buku saku diagnose keperawatan:


diagnose NANDA, intervensi NIC, criteria hasil NOC. Ed.9. Jakarta: EGC

Universitas Indonesia

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK
SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2013/2014

Oleh
Zulharmaswita
1106123003

PROGRAM MAGISTER KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2013

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


KONTRAK BELAJAR RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK I

Nama Mahasiswa : Zulharmaswita


NPM : 1106123003
Tempat Praktik : 1) Perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
2) Puskesmas Beji
Mata Ajar : Praktik Klinik Keperawatan Anak Lanjut I

No Tujuan Praktik Aktivitas Pembelajaran Metode Waktu Keterangan


1. Mahasiswa Melaksanakan asuhan keperawatan secara Perinatologi RSUPN
mampu komprehensif pada neonates yang mengalami Cipto
memberikan hiperbilirubinemia, yang meliputi : 16 Sept - 20 Sept 2013 Mangunkusumo
asuhan a. Melakukan pengkajian : Komplikasi kehamilan Anamnesa, 16 Sept 2013 Jakarta
keperawatan (ibu dg DM, Inkompatabilitas ABO dan Rh), medical record,
secara jenis persalinan, ASI, trauma lahir, infeksi,
komprehensif pada prematur, obat-obatan, keadaan umum, tanda vital Pemeriksaan fisik
neonatus yang
dan antropometri, riwayat penyakit (tampak
mengalami Praktek
hiperbilirubinemia.
ikterus: sclera, kuku, kulit dan membran keperawatan
mukosa, muntah, anoreksia, fatigue, warna Dokumentasi
urine gelap, warna tinja pucat, letargi, kejang,
tak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher
kaku, akhirnya opistotonus)
pemeriksaan head to toe: dan pemeriksaan
penunjang (laboratorium).

b. Merumuskan diagnosa keperawatan: Dokumentasi 16 Sept 2013


- Menganalisis dan menginterpretasi data hasil
pengkajian
- Menetapkan diagosa keperawatan

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


c. Menyusun rencana asuhan keperawatan, meliputi: Dokumentasi 16 Sept 2013
- Menyusun prioritas masalah Studi literatur
- Membuat tujuan dan kriteria hasil
- Menyusun rencana tindakan keperawatan
- Membuat rencana penkes pada ibu

d. Implemetasi rencana keperawatan meliputi: Praktek 16 - 20 Sept 2013


- Melakukan tindakan keperawatan keperawatan
- Melakukan tindakan menjaga termoregulasi Dokumentasi
- Pendidikan kesehatan
- Bimbingan pemberian ASI
- Pelaksanaan fototherapi
- Penerapan developmental care, atraumatic care
dan family center care.
- Pemantauan TTV, kadar bilirubin dll.

e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan: Praktek 20 Sept 2013


- Mengevaluasi kemajuan klien terhadap keperawatan
tindakan yang diberikan Dokumentasi
- Menentukan rencana tindak lanjut

f. Pendokumentasian asuhan keperawatan Dokumentasi 20 Sept 2013

g. Mengidentifikasi praktik keperawatan anak yang Dokumentasi 18 - 20 Sept 2013


tidak etis dan illegal dalam pelayanan keperawatan Studi literature

2. Mahasiswa Melaksanakan asuhan keperawatan secara


mampu komprehensif pada neonatus yang mengalami BBLR,
memberikan yang meliputi : 23-13Nov 2012
asuhan a. Melakukan pengkajian: faktor ibu (penyakit, usia Anamnesa, 23 Sept 2013
keperawatan ibu, keadaan sosial, sebab lain), faktor janin medical record
secara (hidramnion, kehamilan ganda, kelainan Pemeriksaan fisik
komprehensif pada kromosom), faktor lingkungan (radiasi, zat racun, Praktek

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


neonatus yang dataran tinggi) keadaan umum, tanda vital dan keperawatan
mengalami BBLR antropometri, pemeriksaan head to toe dan Dokumentasi
pemeriksaan penunjang.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan: Dokumentasi 23 Sept 2013


- Menganalisis dan menginterpretasi data hasil
pengkajian
- Menetapkan diagosa keperawatan

c. Menyusun rencana asuhan keperawatan, meliputi: Dokumentasi 23 Sept 2013


- Menyusun prioritas masalah Studi literatur
- Membuat tujuan dan kriteria hasil
- Menyusun rencana tindakan keperawatan
- Membuat rencana penkes pada orang tua

d. Implemetasi rencana keperawatan meliputi: Praktek 23-27 Sept 2013


- Melakukan tindakan keperawatan keperawatan
- Melakukan tindakan menjaga termoregulasi Dokumentasi
- Pendidikan kesehatan
- Bimbingan pemberian ASI
- Memonitor nutrisi
- Memonitor pernapasan
- Memonitor risiko infeksi
- Memperhatikan teknik septic dan aseptik
- Penerapan developmental care, atraumatic care
dan family center care.
- Pemantauan TTV

e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan: Praktek 27 Sept 2013


- Mengevaluasi kemajuan klien terhadap keperawatan
tindakan yang diberikan Dokumentasi
- Menentukan rencana tindak lanjut

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


f. Pendokumentasian asuhan keperawatan Dokumentasi 27 Sept 2013

g. Mengidentifikasi praktik keperawatan anak yang Dokumentasi 23-27 Sept 2013


tidak etis dan illegal dalam pelayanan keperawatan Studi literature

3. Mahasiswa Melaksanakan asuhan keperawatan secara


mampu komprehensif pada anak yang mengalami gawat napas,
memberikan yang meliputi : 30 Sept - 04 Nov 2013
asuhan a. Melakukan pengkajian: Anamnesa, 30 Sept 2013
keperawatan takhipneu (> 60 kali/menit), pernafasan medical record,
secara mendengkur, retraksi subkostal/interkostal, Pemeriksaan fisik
komprehensif pada pernafasan cuping hidung, sianosis dan pucat, Praktek
pada neonatus hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit keperawatan
dengan gawat Dokumentasi
bernafas dan sentakan dagu, keadaan umum,
napas
tanda vital dan antropometri, pemeriksaan head
(Respiratory
to toe dan pemeriksaan penunjang.
Distress
Syndrome (RDS) b. Merumuskan diagnosa keperawatan: Dokumentasi 30 Sept 2013
- Menganalisis dan menginterpretasi data hasil
pengkajian
- Menetapkan diagosa keperawatan

c. Menyusun rencana asuhan keperawatan, meliputi: Dokumentasi 30 Sept 2013


- Menyusun prioritas masalah Studi literatur
- Membuat tujuan dan kriteria hasil
- Menyusun rencana tindakan keperawatan
- Membuat rencana penkes pada orang tua

d. Implemetasi rencana keperawatan meliputi: Praktek 30 Sept - 04 Nov 2013


- Melakukan tindakan keperawatan keperawatan
- Melakukan tindakan menjaga termoregulasi Dokumentasi
- Membuat rancangan pendidikan kesehatan

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


- Memonitor pernapasan
- Melakukan tindakan oksigenasi: terapi oksigen,
pengaturan posisi, fisiotherapi dada
- Observasi status kesadaran, TTV dan status
cairan.
- Memperhatikan teknik septic dan aseptik
- Penerapan developmental care, atraumatic care
dan family center care.
- Pemantauan TTV

e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan: Praktek 04 Nov 2013


- Mengevaluasi kemajuan klien terhadap keperawatan
tindakan yang diberikan Dokumentasi
- Menentukan rencana tindak lanjut

f. Pendokumentasian asuhan keperawatan Dokumentasi 04 Nov 2013

g. Mengidentifikasi praktik keperawatan anak yang Dokumentasi 30 Sept - 04 Nov 2013


tidak etis dan illegal dalam pelayanan keperawatan Studi literature

4. Mahasiswa Melaksanakan asuhan keperawatan secara


mampu melakukan komprehensif pada anak yang mengalami sepsis,
asuhan meliputi: 07 - 11 Nov 2013
keperawatan a. Melakukan pengkajian : riwayat penyakit (ikterik, Anamnesa,
secara letargi, kaku leher, kehilangan reflek rooting), medical record,
komprehensif pada riwayat keluarga (penyakit hepar dan darah), Pemeriksaan fisik
neonatus dengan riwayat tumbuh kembang, keadaan umum, tanda Praktek
sepsis vital dan antropometri, pemeriksaan head to toe dan keperawatan
pemeriksaan penunjang. Dokumentasi

b. Merumuskan diagnosa keperawatan: Dokumentasi 07 Nov 2013


- Menganalisis dan menginterpretasi data hasil

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


pengkajian
- Menetapkan diagosa keperawatan

c. Menyusun rencana asuhan keperawatan, meliputi: Dokumentasi 07 Nov 2013


- Menyusun prioritas masalah Studi literatur
- Membuat tujuan dan kriteria hasil
- Menyusun rencana tindakan keperawatan
- Membuat rencana penkes pada orang tua

d. Implemetasi rencana keperawatan meliputi: Praktek 07 - 11 Nov 2013


- Melakukan tindakan keperawatan keperawatan
- Melakukan tindakan menjaga termoregulasi Dokumentasi
- Membuat rancangan pendidikan kesehatan
- Catat kondisi selama diberikan sinar setiap
6 jam dan laporkan bila perlu.
- Monitor baik langsung atau tidak langsung
tingkat bilirubin
- Jaga kulit bayi agar tetap bersih dan kering

e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan: Praktek 11 Nov 2013


- Mengevaluasi kemajuan klien terhadap keperawatan
tindakan yang diberikan Dokumentasi
- Menentukan rencana tindak lanjut

f. Pendokumentasian asuhan keperawatan Dokumentasi 11 Nov 2013

g. Mengidentifikasi praktik keperawatan anak yang Dokumentasi 07 - 11 Nov 2013


tidak etis dan illegal dalam pelayanan keperawatan Studi literature

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


No Tujuan Praktik Aktivitas Pembelajaran Metode Waktu Keterangan
5. Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan pada balita sakit dan 28 Okt- 06 Des 2013 Puskesmas Beji
memberikan bayi muda:
asuhan 1. Melakukan pengkajian dengan menggunakan format Anamnesa
keperawatan pada MTBS Pemeriksaan fisik
balita sakit dan 2. Menyusun perencanaan tindakan sesuai kondisi
bayi muda dengan pasien
pendekatan MTBS 3. Melakukan tindakan sesuai dengan format MTBS Praktek
4. Melakukan evaluasi keperawatan
5. Mendokumentasikan hasil dalam format MTBS Dokumentasi
secara lengkap.

6 Mahasiswa mampu Melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif Puskesmas Beji


melakukan asuhan pada satu orang pasien .
keperawatan 1. Melakukan kunjungan rumah Anamnesa
secara 2. Melakukan pengkajian tumbuh kembang dengan Pemeriksaan fisik
komprehensif menggunakan format KPSP
dengan kunjungan 3. Mendokumentasikan hasil dalam format secara Dokumentasi
rumah kepada lengkap.
pasien kelolaan

7. Mahasiswa mampu Melakukan pendidikan kesehatan Puskesmas Beji


memberikan 1. Melakukan kajian terhadap masalah kesehatan yang Anamnesa
pendidikan dapat diatasi dengan pendidikan kesehatan
kesehatan pada 2. Menyusun SAP dan materi penkes
pasien kelolaan 3. Melakukan pendidikan kesehatan Ceramah & Tanya
jawab
4. Menyusun laporan pendidikan kesehatan Dokumentasi

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK
SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2013/2014

Oleh
Zulharmaswita
1106123003

PROGRAM MAGISTER KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2014

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


KONTRAK BELAJAR PRAKTEK KLINIK KHUSUS DALAM KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa : Zulharmaswita


NPM : 1106123003
Mata Ajaran : Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan Anak
Tempat Praktek : Ruang Bedah Anak (BCH) RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Supervisor Utama : Dr. Nani Nurhaeni, SKp., MN
Supervisor : Siti Chodijah, SKp., MN

NO TUJUAN AKTIFITAS PEMBELAJARAN METODE TEMPAT & PENCAPAIAN


PRAKTIK WAKTU / REALISASI
1 Mahasiswa dapat Melaksanakan asuhan keperawatan dengan Ruang Bedah Anak Log book
memberikan asuhan mengaplikasikan Parent - Child Interaction (BCH)
keperawatan pada Model (Model Barnard), pada anak dengan 17 Februari 2014 s/d
bayi/anak dengan masalah apendisitis akut 09 Mei 2014
apendisitis akut 1. Melakukan studi literatur tata laksana Studi literatur
medis dan manajemen keperawatan serta
WOC
2. Melakukan proses asuhan keperawatan Praktek klinik
dengan pendekatan teori Barnard meliputi: (Wawancara,
a. Respon/Perilaku Anak: pemeriksaan
1) Nyeri perut kuadran kanan bawah, demam, fisik, monitor
perut tegang, penurunan/ tidak ada bising hasil
usus, muntah, konstipasi atau diare, tidak pemeriksaan
nafsu makan, takikardia, letargi, iritabilitas, laboratorium,
posisi tubuh membungkuk partisipasi
2) Riwayat anak sebelumnya langsung,
3) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang: studi
hitung jenis darah, urinalisis (kecuali ISK), dokumentasi)
leukositosis > 10.000/mm3, CT scan
abdomen, USG

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


b. Masalah/Kebutuhan
1) Nyeri akut
2) Hipertermia
3) Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
4) Risiko kekurangan volume cairan
5) Ansietas anak dan keluarga
6) Hambatan mobilitas fisik
7) Risiko infeksi
c. Respon/Perilaku Pemberi Asuhan
1) Manajemen nyeri
2) Regulasi suhu
3) Pemantauan tanda vital
4) Manajemen nutrisi
5) Pemantauan nutrisi
6) Manajemen cairan dan elektrolit
7) Penurunan ansietas
8) Dukungan emosi
9) Terapi latihan fisik: ambulasi
10) Perawatan luka insisi
11) Pengendalian infeksi

2 Mahasiswa dapat Melaksanakan asuhan keperawatan dengan


memberikan asuhan mengaplikasikan Parent - Child Interaction
keperawatan pada Model (Model Barnard), pada anak dengan
bayi/anak dengan masalah hernia:
hernia abdominal 1. Melakukan studi literatur tata laksana Studi literatur
medis dan manajemen keperawatan serta
WOC
2. Melakukan proses asuhan keperawatan Praktek klinik
dengan pendekatan teori Barnard meliputi: (Wawancara,
pemeriksaan

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


a. Respon/Perilaku Anak: fisik, monitor
1) Penonjolan pada area umbilical/lipatan hasil
paha, distensi abdomen, mual, muntah, pemeriksaan
penurunan nafsu makan, konstipasi, nyeri laboratorium,
2) Riwayat anak sebelumnya partisipasi
3) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang langsung,
b. Masalah/Kebutuhan studi
1) Nyeri dokumentasi)
2) Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
3) Risiko kekurangan volume cairan
4) Ansietas anak dan keluarga
5) Risiko infeksi
c. Respon/Perilaku Pemberi Asuhan
1) Manajemen nyeri
2) Manajemen nutrisi
3) Pemantauan nutrisi
4) Manajemen cairan dan elektrolit
5) Penurunan ansietas
6) Dukungan emosi
7) Perawatan luka insisi
8) Pengendalian infeksi

3 Mahasiswa dapat Melaksanakan asuhan keperawatan dengan


memberikan asuhan mengaplikasikan Parent - Child Interaction
keperawatan pada Model (Model Barnard), pada anak dengan
bayi/anak dengan masalah hirscprung
hirscprung 1. Melakukan studi literatur tata laksana Studi literatur
medis dan manajemen keperawatan serta
WOC
2. Melakukan proses asuhan keperawatan Praktek klinik
dengan pendekatan teori Barnard meliputi: (Wawancara,

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


a. Respon/Perilaku Anak: pemeriksaan
1) Tidak ada pengeluaran meconium dalam fisik, monitor
24-48 jam setelah lahir, menolak makan, hasil
distensi abdomen, muntah, konstipasi, pemeriksaan
diare, bab seperti pita, teraba masa fekal, laboratorium,
anemia partisipasi
2) Riwayat anak sebelumnya langsung,
3) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang: studi
darah, radiograf, anorectal manometric, dokumentasi)
rectal biopsy
b. Masalah/Kebutuhan
1) Konstipasi
2) Nyeri akut
3) Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
4) Risiko kekurangan volume cairan
5) Ansietas anak dan keluarga
6) Risiko infeksi
c. Respon/Perilaku Pemberi Asuhan
1) Manajemen defekasi
2) Manajemen nyeri
3) Regulasi suhu
4) Pemantauan tanda vital
5) Manajemen nutrisi
6) Pemantauan nutrisi
7) Manajemen cairan dan elektrolit
8) Penurunan ansietas
9) Dukungan emosi
10) Perawatan luka insisi
11) Pengendalian infeksi

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


4 Mahasiswa dapat Melaksanakan asuhan keperawatan dengan
memberikan asuhan mengaplikasikan Parent - Child Interaction
keperawatan pada Model (Model Barnard), pada anak dengan
bayi/anak dengan masalah intususepsi:
intususepsi 1. Melakukan studi literatur tata laksana Studi literatur
medis dan manajemen keperawatan serta
WOC
2. Melakukan proses asuhan keperawatan Praktek klinik
dengan pendekatan teori Barnard meliputi: (Wawancara,
a. Respon/Perilaku Anak: pemeriksaan
1) Nyeri perut, demam, kolik abdomen, fisik, monitor
distensi abdomen, muntah, feses bercampur hasil
darah (perdarahan) pemeriksaan
2) Riwayat anak sebelumnya laboratorium,
3) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang: partisipasi
foto polos abdomen, barium enema, enema langsung,
udara, sonografi real time studi
b. Masalah/Kebutuhan dokumentasi)
1) Nyeri akut
2) Hipertermia
3) Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
4) Risiko kekurangan volume cairan
5) Ansietas anak dan keluarga
6) Risiko ketidakefektifan perfusi
7) Risiko infeksi
c. Respon/Perilaku Pemberi Asuhan
1) Manajemen nyeri
2) Regulasi suhu
3) Pemantauan tanda vital
4) Manajemen nutrisi
5) Pemantauan nutrisi

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


6) Manajemen cairan dan elektrolit
7) Penurunan ansietas
8) Dukungan emosi
9) Keseimbanagan cairan dan elektrolit
10) Status hidrasi
11) Perawatan luka insisi
12) Pengendalian infeksi

5 Mahasiswa dapat Melaksanakan asuhan keperawatan dengan


memberikan asuhan mengaplikasikan Parent - Child Interaction
keperawatan pada Model (Model Barnard), pada anak dengan
bayi/anak dengan masalah malformasi anorektal:
malformasi anorektal 1. Melakukan studi literatur tata laksana Studi literatur
medis dan manajemen keperawatan serta
WOC
2. Melakukan proses asuhan keperawatan Praktek klinik
dengan pendekatan teori Barnard meliputi: (Wawancara,
a. Respon/Perilaku Anak: pemeriksaan
1) Tidak ada anus, feses keluar melalui fisik, monitor
uretra/vagina, susah bab, distensi abdomen, hasil
bab seperti pita pemeriksaan
2) Riwayat anak sebelumnya laboratorium,
3) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang: partisipasi
USG abdomen langsung,
studi
b. Masalah/Kebutuhan dokumentasi)
1) Nyeri akut
2) Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
3) Risiko kekurangan volume cairan
4) Ansietas anak dan keluarga
5) Risiko gangguan integritas kulit

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014


8) Risiko infeksi
c. Respon/Perilaku Pemberi Asuhan
1) Manajemen nyeri
2) Manajemen nutrisi
3) Pemantauan nutrisi
4) Manajemen cairan dan elektrolit
5) Penurunan ansietas
6) Dukungan emosi
7) Perawatan luka karena adanya lembab
8) Perawatan luka insisi
9) Pengendalian infeksi

Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai