Digital - 2016 2 - 20391319 SP Zulharmaswita PDF
Digital - 2016 2 - 20391319 SP Zulharmaswita PDF
ZULHARMASWITA
1106123003
ZULHARMASWITA
1106123003
ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah Akhir yang berjudul “Penerapan Teori Parent Child Interaction Barnard
dalam Asuhan Keperawatan Anak dengan Ketidakseimbangan Nutrisi di BCH
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta”. Karya Ilmiah Akhir ini disusun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak pada
Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermafaat bagi pelayanan, pendidikan dan
penelitian keperawatan.
Penulis menyadari Karya Ilmiah Akhir ini dapat disusun atas bantuan berbagai
pihak baik dari pelayanan dan pendidikan. Pada kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih dan rasa hormat pada:
1. Nani Nurhaeni, SKp., MN selaku supervisor utama yang dengan penuh
kesabaran telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi
selama proses penyusunan Karya Ilmiah Akhir;
2. Siti Chodijah, Ns., MN selaku supervisor yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan, masukan, semangat dan motivasi selama
proses penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini;
3. Ibu Tia Setiawati, M.Kep., Sp. Kep. An yang telah memberikan masukan
yang bermanfaat;
4. Ibu dr.Riana P. Tamba, Sp.B., Sp.BA (K) yang telah memberikan banyak
tambahan dan masukan;
5. Ibu Dra. Junaiti Sahar, PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
6. Ibu Henny Permatasari, M.Kep., Sp. Kep. Kom, selaku ketua Program Studi
Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
7. Direktur RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang telah memberikan
izin dalam melakukan praktik residensi;
Akhir kata, semoga bantuan, dukungan dan kebaikan yang telah diberikan
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
Penulis
vi
Nama : Zulharmaswita
Program studi : Ners Spesialis Keperawatan Anak
Judul : Penerapan Teori Parent Child Interaction Barnard dalam
Asuhan Keperawatan Anak dengan Ketidakseimbangan
Nutrisi di BCH RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Abstrak
Nutrisi yang adekuat berperan penting dalam menjaga homeostasis tubuh dan
pertumbuhan terutama pada anak. Gizi kurang sebelum operasi gastrointestinal
salah satunya disebabkan oleh penurunan asupan makanan oral. Gizi kurang
sebelum operasi merupakan faktor risiko utama untuk peningkatan morbiditas dan
mortalitas pasca operasi. Penatalaksanaan operasi gastrointestinal antara lain
puasa beberapa jam sebelum operasi sampai beberapa hari setelah operasi. Tujuan
penyusunan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk mengaplikasikan teori Parent
Child Interaction Barnard pada anak yang mengalami ketidakseimbangan nutrisi
dengan masalah bedah gastrointestinal. Kondisi ini menyebabkan masalah
ketidakseimbangan nutrisi pasca operasi menjadi lebih serius. Tiga (3) dari lima
(5) kasus anak yang dirawat dengan menerapkan teori Parent Child Interaction
Barnard, masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi dengan meningkatkan
interaksi orang tua/pemberi asuhan selama memenuhi kebutuhan/masalah yang
dialami anak dalam rangka mencapai respon/perilaku adaptif anak.
viii
Name : Zulharmaswita
Study Programe : Paediatric Nursing Specialist
Title : Application of Parent Child Interaction Theory of Barnard
in Nursing Care with Nutrition Imbalance of Children in
BCH dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta
Abstract
ix
LAMPIRAN
xi
xii
xiii
xiv
Kekurangan zat gizi dapat disebabkan puasa yang lama, penyakit, stres, atau
trauma yang menyebabkan penipisan cadangan tubuh terutama cadangan
protein, dan dipercepat oleh proses hipermetabolik. Kondisi ini menurunkan
kemampuan daya tahan tubuh dan meningkatkan morbiditas serta mortalitas
(Falcao, 2002). Selain lebih tingginya morbiditas dan mortalitas pasien gizi
kurang, kondisi tersebut juga meningkatkan lama rawat (Length Of Stay/LOS)
dan meningkatkan biaya rumah sakit (Hiesmayr, Schindler, Pernicka, et al.
2009).
1 Universitas Indonesia
Komplikasi pasca operasi intestinal yang dapat muncul antara lain: nyeri,
asupan nutrisi yang sedikit, keterlambatan penyembuhan luka, komplikasi
pulmonal, infeksi, perpanjangan lama rawat, dan peningkatan biaya pasien
serta perawatan (Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld, &
Senagore, 2010; Thompson & Magnuson, 2012). Kunci untuk meminimalkan
semua komplikasi tersebut adalah perawatan harus berfokus pada pemenuhan
nutrisi, cairan, menajemen nyeri, ambulasi, dan penatalaksanaan farmakologik
Universitas Indonesia
Orangtua merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan orang yang
paling bertanggung jawab terhadap tumbuh dan kembang anak. Perawat harus
memperhatikan dan memahami hubungan dan interaksi antara orangtua dan
anak dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional kepada anak
dan keluarga (Pridham, Lutz, Anderson, Riesch, & Becker, 2010). Pemberian
asuhan keperawatan dengan memperhatikan prinsip interaksi orangtua/
pemberi asuhan-anak merupakan penerapan salah satu dari teori keperawatan.
Teori keperawatan yang menerapkan interaksi orangtua/pemberi asuhan-anak
dalam asuhan keperawatan yaitu model interaksi orangtua/ pemberi asuhan-
anak (Parent-Child Interaction ) menurut Kathryn E. Barnard. Model interaksi
Barnard ini dapat menjadi panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan masalah bedah gastrointestinal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang dilakukan perawat pada anak atau bayi dengan masalah masalah bedah
gastrointestinal yang mengalami ketidakseimbangan nutrisi baik sebelum atau
pasca bedah, untuk membantu mencapai perilaku adaptif anak atau bayi dan
meningkatkan proses penyembuhan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Memberikan gambaran tentang pemberian asuhan keperawatan pada anak
dengan masalah bedah gastrointestinal menggunakan pendekatan teori
keperawatan model Kathryn E. Barnard di Ruang BCH RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Teridentifikasinya gambaran penerapan teori keperawatan model
Kathryn E. Barnard pada asuhan keperawatan anak dengan masalah
bedah gastrointestinal.
b. Teridentifikasinya gambaran pencapaian kompetensi dan peran
perawat dalam asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah
gastrointestinal.
c. Teridentifikasinya analisis penerapan teori keperawatan model
Kathryn E. Barnard pada asuhan keperawatan anak dengan masalah
bedah gastrointestinal.
d. Teridentifikasinya analisis pencapaian kompetensi praktik ners
spesialis keperawatan anak.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku bayi antara
lain: berat badan 3300 gram, bayi terpasang nasogastric tube (NGT) dalam
kondisi diklem, perut kembung, lingkar perut 39 cm, buang air besar dengan
spooling 2 kali sehari, balance cairan negatif 56,2 cc (tanpa IWL), minum
ASI mau, sering muntah dengan jumlah sedikit-sedikit. Tanda-Tanda Vital
(TTV) yaitu denyut jantung 115 kali/menit, frekuensi pernafasan 30
kali/menit, dan suhu 36,8ºC. Temperamen dan daya adaptasi anak; anak
termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian, harapan,
pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium;
pemeriksaan hematologi: dalam batas normal, albumin agak rendah 3.03
g/dl (normal: 3.8 – 5.4), gula darah dan elektrolit dalam batas normal.
Masalah/kebutuhan yang teridentifikasi yaitu konstipasi dan risiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Universitas Indonesia
2.1.2 Kasus 2
An. Z, laki-laki, usia 4 tahun 1 bulan, anak ke-1, lahir spontan, cukup bulan,
berat badan lahir 2600 gram, dan riwayat sulit buang air besar dan buat
stoma/kolostomi 10 bulan yang lalu. Anak dirawat di ruang bedah anak
(BCH) dengan diagnosa medis Morbus Hirschsprung on kolostomi pro
operasi definitif tutup stoma.
Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum
operasi antara lain: berat badan 11,6 kg, status gizi berdasarkan BB/TB: gizi
kurang, gigi ada caries, abdomen kuadran kiri bawah terdapat stoma,
produksi ada, tidak ada iritasi, buang air besar ditampung kantong
kolostomi. Makan sedikit: setengah porsi + lauk + sayur, jarang makan
buah. Tanda-tanda vital (TTV) yaitu denyut jantung 90 kali/menit, frekuensi
pernafasan 24 kali/menit, dan suhu 36,4ºC. Respon anak setelah operasi:
anak sadar, terlihat lemas, berkeringat, meringis, sambil memegang telinga
ibu, ibu mengatakan kalau anak nyeri anak akan menarik atau memegang
telinga ibu. Luka operasi tertutup kassa, tidak ada rembesan. Anak puasa,
nasogastric tube (NGT) terpasang, produksi minimal, dan warna bening.
Terapi injeksi dan cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10 mEq): 43,3 ml/jam.
Temperamen dan daya adaptasi anak; anak termasuk easy child.
Universitas Indonesia
.2.1.3 Kasus 3
An. N, perempuan, usia 2 tahun, anak ke-2, lahir spontan, cukup bulan, berat
badan lahir 2700 gram, dan riwayat sering batuk pilek dan telinga berair.
Anak dirawat di ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa hernia
umbilikalis.
Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum
operasi antara lain: anak tampak kurang bertenaga/lemas, berat badan 9 kg,
Universitas Indonesia
TB 80 cm, makan bubur tim porsi sedikit, status gizi berdasarkan BB/TB:
gizi kurang, abdomen terdapat benjolan sebesar baso di daerah pusar dan
membesar kalau menangis dan mengecil kalau anak tenang, makan sedikit,
jalan belum kuat, massa otot ekstremitas kurang, tanda-tanda vital yaitu
denyut jantung 100 kali/menit, frekuensi pernafasan 26 kali/menit, dan suhu
36ºC, ibu terlihat cemas. Respon anak setelah operasi hernia: anak sadar,
mual muntah tidak ada, luka operasi tertutup pasta transparan, tanda-tanda
vital: denyut jantung 98 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, suhu
36,6ºC, anak sudah boleh minum. Terapi injeksi dan cairan diberikan IVFD
KaEn 1B: 900 ml/24 jam (38 ml/jam). Temperamen dan daya adaptasi anak;
anak termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian,
harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium;
pemeriksaan hematologi: dalam batas normal, albumin dalam batas nomal
4.32 g/dl (normal: 3.8 – 5.4), gula darah (89 mg/dl) dan elektrolit dalam
batas normal. Masalah/kebutuhan yang teridentifikasi sebelum operasi yaitu
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas orangtua.
Setelah operasi: nyeri akut, dan risiko infeksi.
Universitas Indonesia
ekspresi rileks; dan risiko infeksi dengan kriteria penyembuhan luka baik
(luka kering, bersih), terbebas dari tanda dan gejala infeksi, nilai
laboratorium normal.
2.1.4 Kasus 4
An. S, perempuan, usia 14 tahun 5 bulan, anak ke-1, dan riwayat nyeri perut
bagian atas dan bertambah sehabis makan dan ada benjolan sebesar telur
ayam. Anak dirawat di ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa medis
kista duktus koledokus.
Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum
operasi antara lain: berat badan 50,5 kg, TB 161 cm, status gizi berdasarkan
BB/TB: gizi baik, abdomen bagian atas terdapat benjolan, kulit ikterik,
buang air besar biasa warna seperti air teh, buang air besar seperti dempul,
nafsu makan menurun sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, tapi masih
bisa dipaksa makan kalau tidak nyeri, mual kadang-kadang, tanda-tanda
vital yaitu denyut jantung 82 kali/menit, frekuensi pernafasan 20 kali/menit,
dan suhu 36,7ºC, tekanan darah 93/60 mmHg. Temperamen dan daya
adaptasi anak; anak termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis,
kepedulian, harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil
laboratorium; pemeriksaan hematologi: dalam batas, albumin dalam batas
nomal 3.36 g/dl (normal: 3.2 – 4.5), gula darah (82 mg/dl, normal < 140
mg/dl) dan elektrolit dalam batas normal. Respon anak setelah operasi
(eksisi kista dan anastomosis Roux-en-Y: anak pindah dari PICU, anak
sadar, terlihat lemas, meringis, luka operasi tertutup kassa, tidak ada
rembesan, anak puasa, nasogastric tube (NGT) terpasang, produksi minimal,
dan warna keruh. Terapi injeksi dan cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10
mEq): 62,3 ml/jam, Aminofusin 6%: 61,5 cc/jam. Masalah/kebutuhan yang
teridentifikasi sebelum operasi yaitu nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh, dan ansietas orang tua. Setelah operasi nyeri
akut, risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi.
Universitas Indonesia
2.1.5 Kasus 5
An. G, laki-laki, usia 1 tahun 6 bulan, anak ke-1, lahir spontan, cukup bulan,
berat badan lahir 2800 gram, PB 47 cm, dan riwayat atresia ani dan buat
stoma/kolostomi usia 2 hari, PSARP (Juni 2013) businasi ukuran 9-15. Anak
dirawat di ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa medis Atresia ani on
kolostomi post PSARP pro tutup stoma.
Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum
operasi antara lain: anak tampakkurus, berat badan 8,5 kg, TB 78 cm, status
gizi berdasarkan BB/TB: gizi kurang, abdomen terdapat stoma, produksi
ada, tidak ada iritasi, buang air besar ditampung kantong kolostomi, makan
sedikit, tanda-tanda vital yaitu denyut jantung 90 kali/menit, frekuensi
pernafasan 24 kali/menit, dan suhu 36,4ºC. Temperamen dan daya adaptasi
anak; anak termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian,
harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium;
pemeriksaan hematologi: dalam batas, albumin dalam batas nomal (normal:
Universitas Indonesia
3.8 – 5.4), gula darah dan elektrolit dalam batas normal. Respon anak
setelah operasi: anak sadar, kadang rewel/menangis, Flace Scale 3, masih
banyak tidur, luka operasi tertutup kassa dengan plester transparan, tidak ada
rembesan. Anak puasa, nasogastric tube (NGT) terpasang, produksi
minimal, dan keruh, kateter terpasang. Terapi injeksi dan cairan diberikan
IVFD N5 + KCL (10 mEq): 35 ml/jam. Masalah/kebutuhan yang
teridentifikasi sebelum operasi yaitu ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh dan risiko kerusakan integritas kulit.. Setelah operasi: nyeri
akut, risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi.
Universitas Indonesia
dan lemak lebih rendah, karena itu anak memiliki cadangan yang lebih
sedikit dan resting energy expenditure lebih tinggi. Anak-anak menjadi
memiliki toleransi yang lebih buruk terhadap puasa daripada orang dewasa,
mereka sangat rentan terhadap penurunan protein dan memiliki
peningkatan risiko terjadinya kurang gizi ketika mereka menderita penyakit
serius (Skillman & Wischmeyer, 2008).
Universitas Indonesia
Sementara itu kebutuhan energi, air, asam amino, kebutuhan bayi dan anak
dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2. Kebutuhan Energi, Air, Asam Amino Bayi dan Anak
< 10 kg 11 to 20 kg >21 kg
Air 130 mL 90-100 mL 70-90 mL
Kalori 100 kal 90 kal 80 kal
Asam amino* 2.5 g 2.0 g 1.5 g
*gagal ginjal – 0.5 g; liver failure – 0.5 g; luka bakar – 3.5 g; prematuritas –
3.5 to 4.0 g tergantung usia gestasi
Sumber: Wojnar, Hawkins, & Lang, (1995) dalam Falcao, 2002
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tubuh, proses penyakit dan efek kataboliknya, serta status fungsional sistem
saraf pusat (Falcao, 2002; Prieto & Cid, 2011).
Sementara itu Wilkinson dan Ahern (2009) untuk menegakkan diagnosis
keperawatan anak dengan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh jika terdapat satu diantara tanda NANDA berikut: (1)
berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk
tinggi badan dan rangka tubuh. (2) Asupan makanan kurang dari kebutuhan
metabolik, baik kalori total maupun zat gizi tertentu (non–NANDA
International). (3) Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang
adekuat. (4) Melaporkan asupan makanan yang tidakadekuat kurang dari
recommended dairy allowance (RDA).
Prinsip utama setelah ditentukannya status gizi anak adalah untuk mencapai
terpenuhinya berat badan ideal. Pemenuhan nutrisi pada anak yang sakit
ditujukan untuk memenuhi tiga jenis kebutuhan, yaitu: (1) kebutuhan untuk
mengganti zat gizi yang kurang atau hilang, (2) sebagai kebutuhan rumatan
untuk mendukung pertumbuhan yang normal, dan (3) kebutuhan energi dan
protein tambahan akibat kehilangan dan tambahan untuk pemulihan saat
sakit (Hockenberry & Wilson; 2009; Sjarif, 2011).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pasca operasi (Kinney, Duke, Long, & Gump, 1970 dalam Ward, 2003;
McWhirter & Pennington, 2004 dalam Said, Taslim, & Bahar, 2013).
Jika dukungan nutrisi yang diberikan tidak memadai pada tahap ini maka
proteolisis otot rangka yang berlebihan dapat terjadi dengan depresi lebih
lanjut dari metabolisme. Respon terhadap stres tersebut meningkatkan
interleukin dan mediator stres. Sementara marker nutrisi menurun
sebanding dengan tingkat keparahan penyakit dan berkembangnya systemic
inflammatory response syndrome (SIRS), sepsis, atau multiple organ
system failure (MOSF). Peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi dengan
mukosa, termasuk interferon- γ dan tumor necrosis factor -α (TNF) dan
interleukin (IL-1 dan IL-6) memiliki peran penting dalam menentukan
perubahan metabolik jangka panjang dengan penurunan proliferasi sel
epitel dan meningkatkan apoptosis (Douglas, & Shaw, 1989 dalam Ward,
2003; Briassoulis, Venkataraman, & Thompson, 2010; Demehri, Barrett,
Ralls, Miyasaka, Feng, & Teitelbaum, 2013).
Universitas Indonesia
puasa terlalu lama (van der Hulst, et al., 1998; Beattie, Prach, Baxter, &
Pennington, 2000 dalam Ward, 2003; Amanollahi & Azizi, 2013),
Komplikasi pasca operasi intestinal yang dapat muncul antara lain: nyeri,
asupan nutrisi yang sedikit, keterlambatan penyembuhan luka, komplikasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Interaksi antara orangtua dan anak Barnard (1994 dalam Chesnay &
Anderson, 2012) menguraikan perilaku orang tua atau pemberi asuhan dan
bayi atau anak sebagai berikut:
a. Perilaku Bayi atau Anak
Anak atau bayi diwakili oleh lingkaran terkecil dengan karakteristik
perilaku:
1) Infant’s Clarity of cues
Seorang anak/bayi akan memberikan suatu sinyal (cues) kepada orang tua
dan petugas kesehatan. Pertanda yang dikirimkan dapat mempermudah
atau mempersulit orangtua untuk membaca tanda tersebut dan membuat
modifikasi yang sesuai dengan tanda tersebut. Pertanda yang diberikan
oleh seorang anak/bayi dapat berupa tidur, bangun, lapar, dan lain-lain.
Apabila pertanda yang diberikan membingungkan maka dapat
mengganggu kemampuan adaptasi petugas kesehatan.
Universitas Indonesia
c. Lingkungan
Lingkungan diwakili oleh lingkaran besar. Lingkungan di sini merujuk
pada lingkungan ibu dan anak animate dan inanimate. Lingkungan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kebutuhan klien. Data yang diperoleh merupakan respon atau perilaku yang
ditunjukkan bayi/anak.
Tahap kedua yaitu menentukan kebutuhan atau masalah yang dialami anak.
Kebutuhan atau masalah yang dialami anak. merupakan hasil dari respon
atau perilaku orangtua atau pemberi asuhan dalam membaca respon atau
perilaku anak. Tahap ketiga yaitu respon atau perilaku orangtua atau
pemberi asuhan dengan melakukan intervensi berdasarkan kebutuhan atau
masalah yang dialami anak yang bertujuan membantu anak berperilaku
adaptif.
Masalah/ kebutuhan
Memungkin mengalami: bayi/anak Evaluasi:
ketidakseimbanagn nutrisi, Respon/perilaku
nyeri akut, risiko adaptif
ketidakseimbangan cairan, Respon/perilaku
risiko kerusakanintegritas orangtua atau pemberi
kulit dan risiko infeksi asuhan
Intervensi keperawatan
Universitas Indonesia
Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum
operasi antara lain: anak tampak kurus, berat badan 8,5 kg, TB 78 cm, status
gizi berdasarkan BB/TB: gizi kurang, abdomen terdapat stoma, produksi
ada, tidak ada iritasi, buang air besar ditampung kantong kolostomi, makan
sedikit, tanda-tanda vital yaitu denyut jantung 90 kali/menit, frekuensi
pernafasan 24 kali/menit, dan suhu 36,4ºC. Temperamen dan daya adaptasi
anak; anak termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian,
harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium;
pemeriksaan hematologi: dalam batas, albumin dan elektrolit dalam batas
normal. Respon anak setelah operasi: anak sadar, rewel/menangis, Flace
Scale 3, masih banyak tidur, luka operasi tertutup kassa dengan plester
transparan, tidak ada rembesan. Anak puasa, nasogastric tube (NGT)
terpasang, produksi minimal, dan keruh, kateter terpasang. Terapi injeksi
dan cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10 mEq): 35 ml/jam.
Universitas Indonesia
Setelah operasi:
Anak sadar, rewel/menangis, Flace Scale 3, 3. Nyeri akut,
masih banyak tidur, luka operasi tertutup 4. Risiko
kassa dengan plester transparan, tidak ada ketidakseimbangan
rembesan. Anak puasa, nasogastric tube volume cairan,
(NGT) terpasang, produksi minimal, dan 5. Risiko infeksi.
keruh, kateter terpasang. Terapi injeksi dan
cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10 mEq):
35 ml/jam.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sumber: Modifikasi Alligood & Tomey, 2010; Wilkinson & Ahern, 2009.
Universitas Indonesia
No Kebutuhan/Masalah Implementasi
3. Nyeri akut a. Melakukan pengkajian nyeri. Anak
berhubungan dengan menangis kemungkinan karena nyeri
insisi pasca bedah luka pembedahan, tidak nyaman karena
kedua kaki diikat, lapar karena kemarin
puasa, analgesik tidak diberikan takut
over dosis
b. Memberikan informasi kepada orangtua
tentang kemungkinan nyeri pada anak
sehingga anak menangis terus
c. Menganjurkan orangtua/ibu untuk
mengusap-usap anak dan menggendong
anak supaya lebih tenang dan nyaman
d. Mendampingi keluarga saat
memberikan rasa nyaman kepada anak
e. Mengukur tanda vital: nadi dalam batas
normal (98 kali/menit)
f. Meminimalkan manipulasi terhadap
anak untuk dapat istirahat/tidur
g. Mendukung orang tua untuk
memberikan kenyamanan pada anak
dengan mengusap dan
memeluk/menggendong
h. Memberikan terapi analgesia; farmadol
250 mg intravena dengan infus pump
i. Memberikan umpan balik positif
kepada anak dan orang tua atas
keberhasilan memberikan kenyamanan
kepada anak
Universitas Indonesia
No Kebutuhan/Masalah Implementasi
warna urine (warna kuning jernih),
frekuensi kehilangan cairan muntah
tidak ada cairan NGT hijau (tidak
terukur)
d. Melibatkan orangtua dalam
mempertahankan keakuratan catatan
asupan dan haluaran
e. Melanjutkan terapi intravena sesuai
program
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan mengobservasi kembali respon atau perilaku
anak setelah orangtua atau pemberi asuhan melaksanakan intervensi yang
telah dibuat. Pemberi asuhan dalam hal ini perawat mengevaluasi hasil
intervensi yang telah diberikan dan menilai apakah kebutuhan atau masalah
anak telah terpenuhi atau teratasi. Evaluasi keperawatan setelah perawatan
7 hari yaitu masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh dan nyeri akut teratasi. Kebutuhan atau masalah risiko kerusakan
integritas kulit, risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi
tidak terjadi. Untuk lebih jelasnya, evaluasi keperawatan dapat dilihat pada
tabel 2.7 berikut:
Universitas Indonesia
18-04-2014:
Anak aktif, menangis
2. Nyeri akut Melanjutkan
karena minta “nenen”,
berhubungan dengan intervensi 2x24
hasil laboratorium Hb
insisi pasca bedah jam
dan Ht dalam batas
teratasi sebagian.
normal: Hb 11,1 g/dl, Ht
34,6%; hitung jenis
3. Risiko Melanjutkan
dalam batas normal:
ketidakseimbangan intervensi 2x24
basofil 0.1%, eosinofil
volume cairan jam
0.4%, neutrofil 73.8%,
berhubungan dengan
limfosit 17.3%, monosit
asupan cairan yang
8.4%; albumin sedikit
tidak adekuat sekunder
dibawah normal (3.7
teratasi sebagian
g/dl); tanda vital dalam
batas normal: suhu
4. Risiko infeksi Menghentikan
36,2ºC, 120 kali/menit,
berhubungan dengan intervensi
frekuensi pernafasan 30
pertahanan sekunder
kali/menit; mukosa bibir
tidak terjadi.
lembab, sudah minum/
membasahi mulut dengan
air putih & ASI. intake
(IVFD + Obat) 599 cc,
output (urine +
nasogastric) 153 cc. Ibu
mengatakan anak masih
rewel, ibu juga sudah
memerah asi tapi anak
masih minta “nenen”
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
39 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
makan lebih awal pada anak pasca operasi intestinal”. Pencapaian kompetensi
tiap area peminatan dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.2.5 Peneliti
Peran perawat anak sebagai peneliti bertujuan untuk memberikan kontribusi
dalam perkembangan asuhan keperawatan anak di lahan praktik dan institusi
dimana hasilnya merupakan Evidence Based Practice (EBP) dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan sehari-hari (Hockenberry & Wilson, 2009).
Selama pelaksanaan praktik residensi, peran sebagai peneliti dilaksanakan
melalui penerapan evidence based practice (EBP) dan menggunakan hasil-
hasil penelitian terkait pelayanan keperawatan anak dalam menganalisis
masalah klien, membuat proyek inovasi pada residensi I dan residensi II.
Universitas Indonesia
PEMBAHASAN
4.1.2 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan dengan memperhatikan modifikasi prinsip teori
Barnard. Basavanthappa (2007) menyebutkan fokus teori yang
dikemukakan Barnard dalam Barnard’s Child Health Assessment
Interaction Theory adalah pengkajian. Pengkajian anak bertujuan
mengidentifikasi masalah sebelum mereka berkembang dan menjadikan
intervensi lebih efektif dengan melihat respon/perilaku yang ditampilkan
anak (infant’s clarity of cues dan infant’s responsiveness to the caregiver).
Namun dalam menilai respon/perilaku yang ditunjukkan bayi/anak Barnard
tidak menguraikan dengan jelas bentuk respon anak tersebut terutama dalam
46 Universitas Indonesia
Pada kasus kelolan bayi/anak dengan bedah intestinal yang residen rawat
didapati 3 orang dari 5 anak mengalami gizi kurang sebelum operasi
gastrointestinal dan orangtua mengatakan anak makan dalam porsi sedikit.
Ketiga anak tersebut yaitu An. G berusia 1 tahun 6 bulan dan memiliki
riwayat atresia dengan operasi intestinal sebelumnya pembuatan
stoma/kolostomi pada usia 2 hari, dan dilanjutkan dengan Posterior Sagital
Anorektal Plasty (PSARP) pada Juni 2013 dan businasi ukuran 9-15. Anak
Z, berusia 4 tahun 1 bulan dan memiliki riwayat sulit buang air besar dan
telah dilakukan pembuatan stoma/kolostomi 10 bulan yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Anak N berusia 2 tahun dan memiliki riwayat sering
batuk pilek dan telinga berair dengan diagnosa medis hernia. Sementara By.
Dj berusia 1 bulan 2 minggu dengan masalah intestinal Hirschsprung masih
dalam pemeriksaan lanjutan dan An. S berusia 14 tahun 5 bulan dengan
kista duktus koledokus, masuk dengan keluhan mual muntah dan nyeri perut
dan menjalani operasi anastomosis Roux-en-Y.
Universitas Indonesia
makan yang tidak biasa atau tidak sehat. Cerantola, Grass, Cristaudi,
Demartines, Schafer, dan Hubner (2011) juga menegaskan gizi kurang
sebelum operasi merupakan faktor risiko utama untuk peningkatan
morbiditas dan mortalitas pasca operasi.
Universitas Indonesia
Suleiman, Mshelbwala, & Ameh, 2012; Amanollahi & Azizi, 2013; Evans,
Martindale, Kiraly, & Jones, 2013; Reignier, et al. 2013).
Masalah nyeri akut dapat ditegakkan berdasarkan laporan pasien saja karena
merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang berlangsung
kurang dari enam bulan (Wilkinson & Ahern, 2009). Empat anak dari kasus
kelolaan mengalami nyeri akut pasca operasi. Salah satu komplikasi pasca
operasi intestinal yang dapat muncul adalah nyeri sehingga dibutuhkan
manajemen nyeri (Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld,
& Senagore, 2010; Thompson & Magnuson, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
awal pada anak-anak pasca bedah intestinal. Sementara itu dalam memenuhi
kebutuhan cairan terutama dalam monitor dan pencatatan keakuratan
masukan dan haluaran juga terlihat kontrol dari pemberi asuhan juga belum
optimal (Martindale, McClave, Taylor, & Lawson, 2013). Setelah
keterlibatan orangtua/pemberi asuhan dioptimalkan masalah atau kebutuhan
cairan dapat diatasi atau dipenuhi.
4.1.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan respon/perilaku bayi/anak
terhadap respon/perilakukan yang diberikan orangtua/pemberi asuhan.
Evaluasi keperawatan pada kasus kelolaan setelah impelementasi
keperawatan selama 3–7 hari yaitu: masalah ketidakseimbangan nutrisi
teratasi pada 3 kasus kelolaan, 2 kasus belum teratasi. Manajemen nutrisi
dilaksanakan dalam rentang 3-7 hari, sedangkan masalah
ketidakseimbangan nutrisi pada An. Z dan An. S belum teratasi. Anak puasa
lebih 3 hari dan hari ke-7 anak sudah diizinkan pulang. An. Z baru
mendapatkan nutrisi parenteral pada hari ke-3 pasca operasi, boleh makan
pada hari ke-5 dan hari ke-7 pulang sehingga belum terfollow up. Sementara
pada An. S terdapat perbedaan manajemen nutrisi antara tim medis yang
bertanggungjawab terhadap anak. Pada hari ke-3 anak sudah diperbolehkan
minum air teh bertahap sampai makan. Pada hari ke-4 anak dipuasakan lagi
respon orangtua mengikuti anjuran dokter untuk kembali puasa dengan
alasan yang diberikan kepada ibu karena buang air kecil anak pekat jadi
dipantau dengan cairan infus saja. Pada hari ke-7 anak baru minum susu dan
hari ke-8 anak diizinkan pulang, namun baru pulang pada hari ke-9 pasca
operasi.
Universitas Indonesia
Selama menerapkan prinsip yang terdapat dalam teori Barnard pada semua
kasus terpilih, residen merasa prinsip tersebut dapat dijadikan panduan bagi
pemberi asuhan/perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Terutama
terkait dengan pemberian makan karena sebagian besar penelitian yang
dilakukan terkait dengan teori Barnard ini adalah tentang interaksi
orangtua/pemberi asuhan dalam pemberian makan dan pendidikan. Dengan
menerapkan prinsip teori Barnard ini yaitu berfokus pada respon/perilaku
anak dan respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan terhadap respon yang
diperlihatkan anak, dapat memudahkan orangtua/pemberi asuhan yang
dalam memberikan asuhan keperawatan terutama untuk keseimbangan
nutrisi dan cairan dengan menerapkan interaksi atau keterlibatan orangtua
dalam merawat anak di rumah sakit.
Beberapa kendala ditemukan dalam penerapan teori ini adalah (1) teori ini
masih bersifat umum sehingga agak sulit diterapkan dalam kasus nyata. (2)
Penelitian-penelitian yang dilakukan banyak melihat tentang interaksi
orangtua (ibu dan ayah) dalam pemberian makan dan pendidikan pada bayi.
Residen belum menemukan penelitian yang dilakukan tentang interaksi
pemberi asuhan selain orangtua khususnya perawat dalam memberikan
asuhan kepada anak yang menerapkan konsep Barnard ini. Penelitian yang
dilakukan Holditch-Davis, Miles, dan Belyea (2000) dalam penelitian
deskriptifnya hanya melihat perbedaan dan persamaan interaksi antara ibu
dan nenek pada saat pemberian makan dan diluar pemberian makan. (3)
Tidak ada uraian yang jelas tentang respon baik anak maupun
orangtua/pemberi asuhan yang spesifik dalam rangka memenuhi kebutuhan
anak dalam mencapai perilaku adaptif yang diharapkan terutama dalam
pemberian makan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Residen telah menerapkan salah satu teori keperawatan pada kasus kelolaan.
Residen telah menggunakan prinsip utama dari teori Barnard dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan. Dalam pelaksanaannya residen
mengidentifikasi masalah/kebutuhan anak melalui respon/perilaku yang
dimunculkan anak. Selanjutnya merespon perilaku anak tersebut dengan
memberi respon untuk memenuhi kebutuhan anak tersebut dalam rangka
mencapai respon/perilaku adaptif.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan masalah bedah intestinal yang
mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yaitu
sebagian besar terjadi sebelum anak menjalani operasi. Anak-anak tersebut
memiliki risiko gizi kurang akibat asupan yang tidak memadai dan riwayat
operasi intestinal sebelumnya yaitu pembuatan stoma/kolostomi. Selama
pemberian asuhan keperawatan dengan prinsip teori Barnard terlihat gaya
kontrol dan kesensitifan dari pemberi asuhan masih terbatas. ‘
b. Ners spesialis keperawatan anak memiliki 3 ranah kompetensi yaitu
praktik profesional etis, legal dan peka budaya; pemberian asuhan
keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan dan pengembangan
profesional. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik,
advokat, pengelola asuhan keperawatan dan sebagai peneliti. Kompetensi
dan peran ini telah dicapai melalui praktik di ruang perinatologi,
puskesmas dan bedah anak (BCH).
c. Penerapan teori Parent Child Interaction Barnar memfasilitasi pelaksanaan
asuhan keperawatan pada anak dengan masalah bedah intestinal yang
mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan melalui
identifikasi respon/perilaku bayi/anak dan membalas respon anak tersebut
dengan respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan untuk mencapai respon
adaptif anak dan orangtua/pemberi asuhan. Hambatan dalam penerapan
teori ini karena masih bersifat umum, banyak melihat tentang interaksi
orangtua (ibu dan ayah) dalam pemberian makan dan pendidikan pada
bayi, tidak ada uraian yang jelas tentang respon baik anak maupun
orangtua/pemberi asuhan yang spesifik dalam rangka memenuhi
kebutuhan anak dalam mencapai perilaku adaptif yang diharapkan
terutama dalam pemberian makan.
57 Universitas Indonesia
5.2 Saran
a. Teori Parent Child Interaction Barnard merupakan teori yang bersifat
umum dan dapat dikembangkan lebih lanjut dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak.
b. Pengkajian respon/perilaku anak terkait ketidakseimbangan nutrisi pada
anak dengan masalah bedah khususnya bedah intestinal harus lebih
diperhatikan oleh pemberi asuhan dalam rangka meminimalakan
komplikasi perioperatif khususnya pasca operasi.
c. Pemberi asuhan khususnya perawat dapat memberi respon juga terhadap
respon yang ditunjukkan oleh orangtua dengan melaksanakan peran
perawat khususnya sebagai advokat dan pendidik disamping sebagai
pemberi asuhan.
d. Pemberi asuhan khususnya perawat diharapkan dapat melakukan
pengkajian sesuai dengan prinsip teori yang digunakan, membuat inovasi
dan menggunakan evidence based practice terkait perawatan anak dan
menerapkannya dalam praktik keperawatan anak secara langsung.
e. Ners spesialis keperawatan anak diharapkan dapat menjadi sebagai role
model bagi perawat di lahan praktik sehingga diharapkan terus menambah
pengetahuan dan keterampilannya dalam asuhan keperawatan anak melalui
kegiatan pelatihan-pelatihan, penelitian dan praktik keperawatan langsung
pada anak.
Universitas Indonesia
Andersen, H. K., Lewis, S. J., & Thomas, S. (2006). Early enteral nutrition within
24h of colorectal surgery versus later commencement of feeding for
postoperative complications. Cochrane Database of Systematic Reviews, 4, 1-
31. DOI: 10.1002/14651858.CD004080.pub2.
Asgeirsson, T., El-Badawi, K. I., Mahmood, A., Barletta, J., Luchtefeld, M., &
Senagore, A. J. (2010). Postoperative ileus: it costs more than you expect. J
Am Coll Surg. 210(2), 228-31. doi: 10.1016/j.jamcollsurg.2009.09.028.
Cerantola, Y., Grass, F., Cristaudi, A., Demartines, N., Schafer, M., & Hubner, M.
(2011). Perioperative nutrition in abdominal surgery: Recommendations and
reality.Gastroenterology Research and Practice, 2011, 1-
8.doi:10.1155/2011/739347.
Chesnay, M. & Anderson, B.A. (2012). Caring for the vulnerable: Perspectives in
nursing theory, practice, and research, ed. 3. India: Jones Bartlett Learning.
59 Universitas Indonesia
Evans, D. C., Martindale, R. G., Kiraly, L. N., & Jones, C.M. (2013). Nutrition
Optimization Prior to Surgery. Nutrition in Clinical Practice, 20 (10), 1-12.
DOI: 10.1177/0884533613517006.
Falcao, M. C. (2002). Nutrition for the pediatric surgical patient: approach in the
peri-operative period. Rev. Hosp. Clín.Fac. Med. S. Paulo, 57(6), 299-308.
Hodges, E. A., Houck, G. M., & Kindermann, T. (2009). Validity of the nursing
child assessment feeding scale during toddlerhood. Western Journal of
Nursing Research, 31 (5), 662-678. Doi: 10.1177/0193945909332265
Ija, M. (2009). Pengaruh status gizi pasien bedah mayor pre operasi terhadap
penyembuhan Luka dan Lama Rawat Inap Pasca Operasi di RSUP. Dr.
Sarjito Yogyakarta. Tesis S2. Yogyakarta. Pascasarjana UGM.
Universitas Indonesia
Pridham, K. A., Lutz, K. F., Anderson, L. S., Riesch, S. K., & Becker, P.T.
(2010). Furthering the understanding of parent–child relationships: A nursing
scholarship review series. part 3: Interaction and the parent–child
relationship-assessment and intervention studies. J Spec Pediatr Nurs. 2010
January ; 15(1): 33–61. doi:10.1111/j.1744-6155.2009.00216.x
Prieto, M. B. & Cid, J. L. (2011). Malnutrition in the Critically Ill Child: The
Importance of Enteral Nutrition International Journal of Environmental
Research and Public Health, 8, 4353-4366. doi:10.3390/ijerph8114353
Reignier, J., Mercier, E., Le-Gouge, A., Boulain, T., Desachy, A., Bellec, F., ...,
Lascarrou, J. (2013). Effect of not monitoring residual gastric volume on risk
of ventilator-associated pneumonia in adults receiving mechanical ventilation
and early enteral feeding: A randomized controlled trial. JAMA, 309 (3),
249-256. www.jama.com
Sanchez, C., Lopez-Herce, J., García, C., Ruperez, M., & García, E. (2005). The
effect of enteral nutrition on nutritional status in the critically ill child.
Clinical Intensive Care, 16 (2),71-78.doi: 10.3109/09563070500061414
Schiesser, M., Muller, S., Kirchhoff, P., Breitenstein, S., Schafer, M., & Clavien,
P. A. (2008). Assessment of a novel screening score for nutritional risk in
predicting complications in gastrointestinal surgery. Clinical Nutrition, 27
(4), 565–570. Doi: 10.1016/j.clnu.2008.01.010.
Sjarif, D. R. (2011). Buku ajar nutrisi pediatric dan penyakit metabolic: Prinsip
asuhan nutrisi pada anak. Jakarta: IDAI
Skillman, H.E., & Wischmeyer, P.E. Nutrition therapy in critically ill infants and
children. JPEN J. Parenter. Enteral. Nutr., 32, 520-534. doi:
10.1177/0148607108322398.
Souba, W. W. & Wilmore, D. (2004). Dalam Said, S., Taslim, N. A., & Bahar, B.
(2013). Gizi dan penyembuhan luka. Makasar: Indonesia Academic
Publishing.
Stratton, R.J. & Smith, T. R. (2006). Role of enteral and parenteral nutrition in the
patient with gastrointestinal and liver disease. Best Practice & Research
Clinical Gastroenterology, 20 (30, 441–466. doi:10.1016/j.bpg.2005.11.004
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Oleh
Zulharmaswita
1106123003
Oleh
Zulharmaswita
1106123003