Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS YURIDIS KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN

DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DENGAN LEMBAGA


NEGARA LAINNYA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
DI INDONESIA
Catur Wido Haruni1

ABSTRAK

Result Amandement II UUD 1945, theres change basicly assembly representative in Indonesion.
MPR before like of that DPR, delegition of group and teritory, to be MPR like of that DPR and DPD
(section 2 (1) UUD). This normative research usus primary and secondary data. Theresult will be
analyzed by content analize than it systematically describe. The research focus on the outhority of
District People Representatatative within representative system in Indonesia and the relation between
the District People Representative with the other state institution under the corridor of Public Law
System of Indonesia.
Theres are DPD new institution have function legislation, weigted and control sama with
DPR, beside that posisition DPR regulated only “sub Ordinat” to DPR, DPD have not outhority for
take wise. In contruction relation between institution also give authority limited for DPD. Relate to
so position DPD must be strong not only are “assesories” or “subordinat”. Because of that need to
do Amandement to UUD 1945 exspesialy sestion regulated about DPD.

1. PENDAHULUAN karena DUD dipilih oleh DPRD Propinsi dan utusan


golongan diangkat
Tahun 2004 ini era baru dalam sejarah Perubahan ini menjadikan sistem badan
pemerintahan Indonesia terutama di bidang perwakilan di Indonesia berubah dari sistem
perwakilan rakyat yaitu adanya nggota DPD monocameral ke sistem bicameral, bahwa sistem
(Dewan Perwakilan Rakyat) yang sebelumnya tidak bicameral yang diselenggarakan di Indonesia
pernah ada. Mereka telah dipilih dalam Pemilu 2004 berbeda dengan sistem bicameral negara-negara
ini bersama dengan pemilihan anggota DPR. lain.(Sulardi: Surya, 9 Oktober 2002).
Berdasarkan hasil amandemen keempat ada Dalam hal ini perlu kita ketahui bahwa apa yang
perubahan mendasar yang berkenaan dengan dikenal dengan sistem bicameral diberbagai negara
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dimana di dunia adalah sistem dua kamar yang kuat (strong
semula MPR terdiri dari anggota Dewan bicameralisme). Sehingga kedua kamar (Lembaga
Perwakilan Rakyat (DPR) ditambah utusan Parlemen) dilengkapi dengan kewenangan yang sama-
golongan, menjadi MPR terdiri dari DPR dan sama kuat dan saling mengimbangi satu terhadap yang
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagaimana lain, bahkan ditambah dengan hak veto. Dalam kontek
tercantum dalam pasal 2 (1) UUD’45. Indonesia dewasa ini dimana otonomi daerah makin
Keberadaan DPD dalam Parlemen sebagai cenderung federalistik, mulai muncul usulan agar
institusi baru, yang sebelumnya lembaga ini diisi oleh struktur parlemen yang dianut adalah yang
Dewan Utusan Daerah (DUD) dan utusan bersifat”strong becameralism”. (Imawan Wahyudi,
golongan.Mekanisme pengisiannya berbeda, dimana Suara Muhammadiyah:2004-17).
untuk utusan golongan dan utusan daerah lebih mudah Berdasarkan UUD’45 yang diamandemen
disebutkan bahwa DPD menjalankan fungsi-fungsi:
1
Catur Wido Haruni. Fakultas Hukum. Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat korespondensi : Perum Landungsari Permai Blok C/10 Malang
Telp. 0341-462484, Hp. 08123399662
Email. wiwid@umm.ac.id

42 HUMANITY, Volume I Nomor 2, September 2006: 42 - 49


Legislasi, pertimbangan dan pengawasan. DPD dapat (1) dan pasal 22E ayat (2) UUD 45 serta dalam UU
mengajukan RUU tertentu kepada DPR dan ikut NO.22 tahun 2003 tentang SUSDUK
membahas RUU tertentu bersama DPR. Bidang- MPR,DPR,DPRD,dan DPD.Disamping itu hubungan
bidang yang memungkinkan DPD mengajukan RUU antara DPD dengan Mahkamah Agung, Pemerintah
atau ikut membahas RUU adalah yang berkaitan Daerah serta DPRD Provinsi maupun Kabupaten/
dengan otonomi daerah, hubungan pemerintah pusat Kota bahkan dengan Masyarakat Daerah non- Partai.
dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta Selanjutnya berdasarkan UU No.12 Tahun 2003
penggabungan daearh, pengelolaan sumber daya alam tentang pemilihan Umum, jumlah anggota DPD dari
dan sumber daya ekonomi lainnnya, serta yang setiap Propinsi sebanyak 4 orang, yang dipilih dari
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan calon-calon perorangan dengan persyaratan yang
daerah.Dalam fungsi pertimbangan, DPD memberi cukup berat dan pemilihnya mengikuti sistem distrik
pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN, RUU berwakil banyak. Artinya prosedur dan proses seleksi
yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama, keanggotaan DPD akan lebih ketat dan berat
serta pertimbangan dalam hal pemilihan BPK. dibanding seleksi anggota DPR, setiap anggota DPD
Disamping itu DPD mempunyai fungsi pengawasan memiliki konstituen yang jelas dan jumlahnya banyak,
terhadap pelaksanaan UU dalam bidang-bidang sehingga legitimasi politiknya kuat. Tetapi didisisi lain
dimana DPD dapat mengajukan RUU, ikut UUD hanya mengatur kewenangan yang lemah,
membahas dan memberikan pertimbangan. bahkan sama sekali tidak mengatur hak-hak anggota
Pengawasan secara tidak langsung DPD dapat DPD. Bagaimana wakil yang dipilih melalui sistem
terjadi dengan menerima laporan BPK. Hasil-hasil distrik, yang mengandaikan otonomi anggota tinggi,
pengawasan DPD disampaikan kepada DPR tanpa ada uraraian tentang hak
sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. anggota.(Priyatmoko,2003:3).
Dari rumusan UUD’45 tersebut, kita dapat Sebagaimana dalam UU NO. 22 Tahun 2003
mengetahui bahwa DPD sebagai lembaga Tentang Susunan dan Kedudukan
perwakilan Daerah mempunyai tiga fungsi, yaitu MPR,DPR,DPRD dan DPD,di dalam pasal 40:”
fungsi legislasi, fungsi pertimbangan dan fungsi menyebutkan bahwa kedudukan DPD merupakan
pengawasan. lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan
Oleh karena itu, DPR dan DPD mencerminkan sebagai lembaga negara’. Jadi kedudukan DPD
sistem bicameral yang tidak sempurna atau bisa merupakan lembaga perwakilan yang bertugas
juga disebut bicameral sederhana atau lunak (soft memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah
bicameralism). Bahkan keberadaan dalam wadah Negara Kesatuan RI
MPR,DPR,DPD itu dapat pula disebut sebagai Berangkat dari keberadaan DPD sebagai
bangunan parlemen unicameral yang tidak murni, lembaga perwakilan baru inilah, maka peneliti ini
karena pada pokoknya fungsi legislasi berada secara khusus akan mengkaji tentang:
ditangan DPR, tetapi disampingnya ada DPD yang 1). Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
juga mempunyai tugas sebagai “partner in dalam sistem perwakilan di Indonesia
legislation”. Di samping itu, MPR sendiri tetap 2). Hubungan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
dianggap penting karena mempunyai kewenangan- dengan lembaga negara lainnya dalam sistem
kewenangan yang berdiri sendiri, terlepas dari ketatanegaraan di Indonesia
pengertian lembaga DPR dan DPD.(Jimly
Asshiddiqie,2003:2). 2. METODE PENELITIAN
Dalam menjalankan fungsinya, DPD ada kerja
sama atau hubungan dengan lembaga negara lainnya, Penelitian ini adalah penelitian normatif yaitu
dimana bukan hanya dengan MPR, DPR tapi juga penelitian hukum, dengan melakukan kajian
dengan BPK sebagaimana diatur dalam ketentuan terhadap bahan-bahan hukum berupa peraturan
pasal 23 E ayat (2) dan Pasal 23 F ayat (1) Perubahan perundang-undangan dan kajian buku-buku. Dalam
Ketiga UUD 1945.DPD dengan Mahkamah penelitian ini bahan hukum yang digunakan adalah :
Konstitusi sebagaimana ditur dalam pasal 24 C ayat

Catur wido Haruni, Analisis Yuridis Kedudukan dan Hubungan Perwakilan Daerah 43
Bahan hukum primer dalam hal ini antara lain dengan sepakat-sepakat yang adil antara rakyat dan
UUD 1945, UU No 12 tahun 2003 Tentang Pemilu antar daerah. Sebagai lembaga baru DPD bukan
dan UU No.22 Tahun 2003 Tentang Sususnan dan perwakilan DPRD-DPRD di pusat, melainkan institusi
Kedudukan MPR, DPR,DPRD dan DPD, serta yang berdiri sendiri dan dipilih secara tersendiri pula.
peraturan perundangan lainnya yang berkaitan Keberadaan DPD dalam Parlemen sebagai
dengan focus permasalahan dalam penelitian ini. institusi baru, yang sebelumnya lembaga ini diisi
Bahan hukum sekunder dalam hal ini berupa buku- oleh Dewan Utusan Daerah (DUD) dan utusan
buku, makalah, hasil penelitian, jurnal, artikel dan golongan.Mekanisme pengisiannya berbeda,
lainnya, sebagai bahan penunjang untuk melakukan dimana untuk utusan golongan dan utusan daerah
analisis terhadap data-data hasil kajian normatif. lebih mudah karena DUD dipilih oleh DPRD
1). Teknik Pengumpulan Data Propinsi dan utusan golongan diangkat
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan Kalau melihat komposisi MPR sekarang, yang
dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan terdiri dari DPR dan DPD, memang cenderung
dan dokumentasi, dari berbagai sumber disebut sistem bikameral, ada kamar DPR, ada
pustaka yang dilakukan di perpustakaan dan kamar DPD.Namun secara teoritis kita tidak
kajian literatur untuk melihat data-data dan menganut sepenuhnya sistem dua kamar ini. Karena
dokumen, serta dari situs internet yang kewenangan DPR di satu sisi dan kewenangan DPD
berhubungan dengan kedudukan Dewan disisi lain tidak sama dengan senat dan Kongres
Perwakilan Daerah (DPD) dan hubungannya dalam lembaga legislatif di Amerika Serikat.
dengan lembaga negara lainnya pada aspek
hukum dan peraturan perundangan-undangan. Berdasarkan Pasal 22D UUD’45 yang
2). Analisa Data diamandemen:
Dari data yang telah terkumpul nantinya akan
dianalisis dengan teknik kualitatif dengan 1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan
kerangka berfikir deduktif dan sistematis. kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan
Kemudian untuk mempertajam analisis undang-undang yang berkenaan dengan
dilakukan analisis ini (contens analysis) dan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
analisis komparatif berbagai peraturan pembentukan dan pemekaran serta
perundang-undangan yang berkenaan dengan penggabungan daerah, pengelolaan sumber
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). daya alam dan sumber daya ekonomi lainnnya,
serta yang berkaitan dengan pertimbangan
keuangan puasat dan daerah.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas
rancangan undang-undang yang daerah,
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) berkaitan dengan otonomi daerah,hubungan
Dalam Sistem Perwakilan di Indonesia pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah,
Tahun 2004 ini era baru dalam sejarah pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
pemerintahan Indonesia terutama di bidang perwakilan ekonomi lainnnya, serta yang berkaitan dengan
rakyat yaitu adanya anggota DPD (Dewan pertimbangan keuangan pusat dan daerah, serta
Perwakilan Rakyat) yang sebelumnya tidak pernah memberikan pertimbangan kepada Dewan
ada. Sejumlah 128 anggota DPD dari 32 Propinsi telah Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-
dipilih dalam Pemilu 2004 bersama dengan pemilihan undang anggaran pendapatan dan belanja negara
anggota DPR, yang saat ini sedang menunggu untuk dan rancangan undang-undang yang berkaitan
dilantik. dengan pajak, pendidikan,dan agama.***)
DPD merupakan institusi politik baru yang lahir 3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan
dari semangat baru ini, khususnya bahwa berindonesia pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
dan berlangsungnya haruslah dijaga sebagai atau mengenai hubungan pusat dan daerah,

44 HUMANITY, Volume I Nomor 2, September 2006: 42 - 49


pembentukan dan pemekaran serta yang juga mempunyai tugas sebagai “partner in
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya legislation”. Di samping itu, MPR sendiri tetap
alam dan sumber daya ekonomi lainnnya, dianggap penting karena mempunyai kewenangan-
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja kewenangan yang berdiri sendiri, terlepas dari
negara, pajak, pendidikan dan agama serta pengertian lembaga DPR dan DPD.(Jimly
menyampaikan hasil pengawasannya itu Asshiddiqie,2003:
kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai Kemudian dalam UU NO. 22 Tahun 2003
bahan pertimbangan untuk Tentang Susunan dan Kedudukan
ditindaklanjuti.***) MPR,DPR,DPRD dan DPD,di dalam pasal 40:”
menyebutkan bahwa kedudukan DPD merupakan
Dari ketentuan pasal 22D tersebut menunjukan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan
bahwa: sebagai lembaga negara”. Pasal tersebut
Pertama, kedudukan DPD memang didesain menunjukan penegasan kedudukan DPD sebagai
lebih rendah daripada DPR atau hanya sekedar lembaga perwakilan daerah yang memperjuangkan
pelengkap penyerta DPR, memang tidak tepat aspirasi dan kepentingan daerah sudah tepat, namun
dalam posisinya sebagai representasi teritorial atau seharusnya posisi DPD sejajar dengan DPD bukan
daerah. lebih rendah.
Kedua, mencerminkan adanya empat fungsi Jadi kedudukan DPD merupakan lembaga
DPD, yaitu fungsi legislasi (meskipun bersifat perwakilan yang bertugas memperjuangkan aspirasi
fakultatif),fungsi anggaran, fungsi pengawasan dan kepentingan daerah dalam wadah Negara
(fakultatif) dan fungsi pertimbangan. Kesatuan RI. Keberadaan lembaga ini antara lain
Ketiga, keberadaan DPD memang untuk bertujuan untuk meningkatkan atau menambah
mewakili aspirasi daerah. Jadi DPD menjalankan akses kelembagaan bagi penyampaian dan
fungsi-fungsi: Legislasi, pertimbangan, anggaran dan perjuangan aspirasi dan kepentingan daerah dalam
pengawasan. Namun jika kita melihat ketentuan pasal pengambilan kebijakan ditingkat nasional.
41 UU NO.22 Tahun 2003 tentang SUSDUK Disamping itu juga mendorong lebih cepat
MPR,DPR,DPD dan DPRD, DPD mempunyai fungsi: berlangsungnya pembangunan dan terwujudnya
1). pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan kemajuan daerah-daerah. Terakhir keberadaan DPD
memberikan pertimbangan yang berkaitan untuk memperkuat ikatan daerah-daerah dalam
dengan bidang legislasi tertentu; bingkai Negara Kesatuan RI. Kita sama sekali tidak
2). Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang menginginkan bahwa DPD ini ada semata-mata
tertentu. hanya bicara kepentingan daerahnya, tapi pada saat
Dari perumusan fungsi DPD tersebut kurang berada di Lembaga MPR, maka yang dibicarakan
lengkap hanya fungsi legislasi, pertimbangan dan disamping kepentingan daerah, dia juga harus
pengawasan, seharusnya mencakup fungsi mempunyai wawasan Negara Kesatuan RI, sikap
legislasi,anggaran, pengawasan dan pertimbangan pemersatu ini yang harus diutamakan.
sebagaimana yang diatur dalam pasal 22D UUD Meskipun secara teori Ketatanegaraan DPD
Amandemen. “hanya” sebagai “lembaga pertimbangan” DPR,
Selanjutnya dari aspek struktur kelembagaan tetapi jika amanat konstitusi dijalankan sudah
keberadaan DPR dan DPD mencerminkan sistem memberikan gambaran bagaimana fungsi dan peran
bicameral yang tidak sempurna atau bisa juga positifnya dalam kehidupan kenegaraan di Republik
disebut bicameral sederhana atau lunak (soft yang kita cintai ini, yang masih “balita” dalam masa
bicameralism). Meskipun dalam teori menuju reformasi, sebaliknya, hendaknya jangan
Ketatanegaraan tidak mengenal sistem keras dan sampai lembaga tinggi negara yang baru ini menjadi
lunak. Bahkan keberadaan MPR,DPR,DPD itu dapat problem ketatanegaraan baru.
pula disebut sebagai bangunan parlemen unicameral Disisi lain Pasca Amanademen ketiga UUD
yang tidak murni, karena pada pokoknya fungsi legislasi 1945, terjadinya pergeseran bentuk negra dari negara
berada ditangan DPR, tetapi disampingnya ada DPD

Catur wido Haruni, Analisis Yuridis Kedudukan dan Hubungan Perwakilan Daerah 45
kesatuan ke negara federal. Kalau kita perahatikan Hubungan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
ketentuan pasal 22D UUD 1945 tentang DPD ayat dengan Lembaga Negara lainnya Dalam Sistem
(1) mengatakan “ DPD dapat mengajukan kepada Ketatanegaraan di Indonesia
Dewan Perwakilan Rakyat rancangan Undang-
undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, Hubungan DPD dengan MPR
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, Perubahan terakhir UUD 1945 pasal 2 (l)
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya menetapkan bahwa MPR terdiri atas anggota DPR
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan dan anggota DPD. Jadi bukan MPR terdiri atas DPR
perimbangan keuangan pusat dan daerah”. Pasal dan DPD dalam arti lembaga. Ini memang punya
ini mengatur kewenangan DPD dalam konsekwensi yang berbeda dalam mekanismenya.
mengantisipasi konflik antara pemerintah pusat dan Tiap anggota yang berasal dari DPR maupun DPD
daerah. Padahal dalam negara kesatuan, pemerintah sama-sama merangkap menjadi anggota MPR.
pusat sepenuhnya mengatur masalah hubungan Dalam kedudukan yang demikian, hakekatnya
pusat dan daerah, sebab hal ini merupakan MPR merupakan majelis persidangan bersama
kekuasaan dan wewenang pemerintah pusat. (joint session) antara DPR dan DPD tatkala
Kedaulatan yang terdapat di dalam negera kesatuan putusan-putusan harus diambil oleh anggota
tidak dapat di bagi-bagi. Kalaupun ada otonomi parlemen Indonesia sebagai anggota MPR. Karena
daerah, sebagian kedaulatan itu hanya MPR terdiri atas anggota DPD dan anggota DPR,
didistribusikan kepada daerah, tapi bukan diberikan meskipun tidak penuh sesungguhnya DPD juga
secara utuh. Kedaulatan tetap berada pada melaksanakan fungsi-fungsi MPR, seperti
pemerintah pusat sebagai penyelenggara kekuasaan mengubah dan menetapkan UUD, serta memilih
negara. Presiden dan/atau wakil Presiden dalam hal terjadi
Eksistensi DPD jelas mencerminkan bentuk kekosongan ditengah masa jabatan. Dari diskripsi
negara ‘federal semu’ . Menurut ajaran CF Strong, tersebut tampak bahwa di satu sisi DPD bisa
salah satu cirri pokok bentuk negara federal adalah menjadi”pengimbang” bagi DPR dalam forum
adanya pembagian kekuasaan antara negara federal sidang MPR, walaupun pengimbang tidak
dan negara-negara bagian. Meskipun Amandemen sepenuhnya tepat, karena jumlah anggota DPD
ke tiga UUD 1945 tidak secara eksplisit mengatur dibatasi paling banyak sepertiga anggota DPR dan
pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan segala putusan MPR ditetapkan dengan suara
pemerintah daerah, tetapi ketetapan yang diatur terbanyak. Artinya kemampuan voting DPD
dalam Pasal 22D jelas mengindifikasikan bidang- dirancang agar tidak bisa terlalu menggganggu
bidang kekuasaan yang menjadi kewenangan DPD. DPR. Sedangkan disisi lain dalam UU Susduk
Dimana nampak jelas bahwa semua masalah yang No.22 tahun 2003 Pasal 10 tentang kedudukan MPR
berhubungan atau yang berkaitan dengan dinyatakan bahwa “MPR merupakan lembaga
kepentingan daerah, pemerintah pusat perlu terlebih permusyawaratan rakyat yang berdedukan sebagai
dahulu mendapatkan persetujuan atau pertimbangan lembaga negara” ,hal ini mununjukan bahwa MPR
dari DPD. Jika DPD tidak setuju, sebuah rancangan merupakan lembaga tetap bukan “joint sesion” antara
undang-undang yang mengatur masalah hubungan DPD dan DPR.
pusat dan daerah tidak bisa menjadi undang-
undang. Bahkan RUU APBN pun tidak cukup Hubungan DPD dengan DPR
dibahas oleh DPR dan pemerintah pusat, melainkan
harus”dengan memperhatikan pertimbangan Menurut ketentuan pasal 20 (1) UUD
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)” sebagaimana amandemen pertama,tegas-tegas menyatakan
diatur dalam pasal 23 ayat 2 UUD 1945. bahwa”Dewan Perwakilan Rakyat memegang
kekuasaan menbentuk undang-undang”, jadi DPR
adalah lembaga yang berwenang membentuk
UU.Sedangkan DP hanya akan terlibat pembahasan

46 HUMANITY, Volume I Nomor 2, September 2006: 42 - 49


RUU dalam persidangan intern DPR, sebelum DPR mempunyai daya ikat sama sekali, baik secara hukum
membahasanya bersama Presiden.Pasal 20 (2) maupun secara moral.
menyatakan,”Setiap rancangan undang-undang
dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden Hubungan DPD dengan BPK
untuk mendapat persetujuan bersama”, Tidak ada
pasal yang mengatur pembahasan RUU bersama- Dalam menjalan kan fungsinya DPD juga ada
sama DPR,DPD dan Presiden. Apalagi mensyaratkan hubungan dengan BPK, sebagaimana diatur dalam
persetujuan DPD artinya’ ketidakbersetujuan’ DPD pasal 23E ayat 2 dan pasal 23F ayat 1 Perubahan
mungkin tidak menghalangi sahnya pembentukan ketiga UUD 1945. Kedua ketentuan ini memberikan
undang-undang. hak kepada DPD untuk menjadikan hasil laporan
Demikian pula dalam ketentuan pasal 22D keuangan BPK itu sebagai bahan dalam rangka
ayat1,2, dan 3 amandemen ke III, dimana DPD melaksanakan tugas dan kewenangan yang
memiliki kewenangan yang sangat terbatas untuk dimilikinya dan untuk turut menentukan
memberikan pertimbangan, mengajukan usul saran keanggotaan BPK melalui kewenangan
kepada DPR dan mengawasi pelaksanaan UU tertentu memberikan pertimbangan dalam proses
Jadi kewenangan legislatif sepenuhnya di DPR pencalonan dan pemilihan anggota BPK.
bersama Presiden, demikian pula dalam hal budget
DPD hanya bisa memberikan pertimbangan dan Hubungan DPD dengan Mahkamah Konstitusi
usulan. Demikian pula dalam hal pengawasan
terhadap pelaksanaan UU, anggaran dan kebijakan Mahkamah Konstitusi mempunyai hubungan
politik tertentu, semuanya harus diteruskan kepada kerja secara langsung dengan DPD, pertama, DPD
DPR untuk ditindaklanjuti.Hal ini berarti DPD merupakan salah satu lembaga negara yang
hanya kewenangan “Konsultatif” saja, karena tidak kewenangannya ditentukan dalam UUD. Menurut
mempunyai kewenangan untuk memutus, pasal 24C ayat 1 UUD 1945, “Mahkamah
sedangkan DPR kewenangannya “sangat Konstitusi berwenag mengadili pada tingkat
dominan”, dimana semua kewenangan Presiden ada pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
pelibatan DPR( Dari sisi ketatanegaraan ini sudah untuk menguji undang-undang terhadap UUD,
mencerminkan sistem Parlementer) Dari segi memutus sengketa kewenangan lembaga negara
Hukum Tata Negara kewenangan semacam ini jelas yang kewenangannya diberikan oleh UUD,
dan tidak bias, yang menjadi permasalahan adalah memutus pembubaran partai politik, dan memutus
implikasi politiknya. Bagaimana bila usulan atau perselisihan tentang hasil pemilihan umum”.
pertimbangan atau hasil pengawasan itu ternyata Karena itu sebagai lembaga negara, DPD dapat saja
tidak terwakili dalam putusan DPR? DPR yang bersengketa dengan lembaga negara lainnya yang
terdiri dari Parpol akan mengatakan bahwa DPD sama-sama memiliki kewenagan yang ditentukan
hanya memberi usulan bukan menentukan, yang oleh UUD. Jika konflik atau persengketaan itu
berwenang adalah DPR.Memang semua usul, saran berkenaan dengan hubungan kewenagan antara
dan pertimbangan yang diberikan oleh DPD kepada lembaga-lembaga negara tersebut, maka konflik
DPR tidak bersifat mengikat secara hukum, akan tetapi semacam itu harus dilesesaikan oleh Mahkamah
agar pertimbangan itu mempunyai daya ikat secara Konstitusi sesuai dengan kewenagan yang dimilikinya
moral (public morality), sehingga mempunyai makna berdarkan ketentuan pasal tersebut diatas. Kedua,
yang signifikan secara politik, maka perlu ditegaskan Mahkamah Konstitusi yang berperan menyelesaikan,
suatu ketentuan dalam UU apabila DPR tidak dapat jika timbul sengketa atas hasil pemilihan anggota DPD
menerima usul, saran, pertimbangan DPD harus ada tersebut melalui pemilihan umum. Dalam pasal 22E
jawaban secara tertulis yang diumumkan secara ayat 2 UUD1945 dinyatakan” Pemilihan Umum
terbuka dengan disertai alasan-alasan penolakan. diselenggarakan untuk memilih anggpta DPR dan
Dengan demikian sifat pertimbangan DPd tidak seperti anggota DPD, Presiden dan Wakil Presiden dan
nasehat dan pertimbangan dari DPA yang tidak DPRD”, sedangkan dalam pasal 24C ayat1
menyatakan”……memutus perselisihan hasil

Catur wido Haruni, Analisis Yuridis Kedudukan dan Hubungan Perwakilan Daerah 47
pemilihan umum”, Dengan demikinan, jika timbul selanjutnya diteruskan kepada Dewan kehormatan
sengketa mengenai hasil Pemilu anggota DPD, DPD.
maka yang berwenang memutuskannya adalah
Mahkamah Konstitusi. 4. KESIMPULAN

Hubungan DPD dengan Pemerintah D a e r a h Kesimpulan


serta DPRD
Berdasarkan hasil kajian pustaka sebagaimana
Dalam kaitannya dengan lembaga perwakilan telah penulis paparkan pada bab-bab sebelumnya,
di daerah, hubungan antara DPD dan DPRD tidak maka dapat disimpulkan:
diatur. Tetapi anggota DPD adalah wakil provinsi a. Kedudukan DPD sebagai lembaga perwakilan
yang seharusnya akan bekerja sama dengan DPRD. daerah yang memperjuangkan aspirasi dan
Dalam perspektif hubungan pusat-darah, DPD kepentingan daerah sudah tepat, namun
barangkali merupakan jembatan penghubung antara seharusnya posisi DPD sejajar dengan DPR,
DPRD-DPRD (khususnya provinsi) dan DPR. Jadi bukan lebih rendah. Disamping itu sebagai
mengingat DPD adalah perwakilan daerah, maka lembaga negara mempunyai fungsi yang
memang seharusnya ada hubungan antara DPD sangat lemah, hanya sebagai pelengkap bagi
melalui anggotanya yang ditentukan empat orang lembaga legislatif, dimana hanya sebagai
dari setiap provinsi dengan daerahnya masing- lembaga “konsultatif, dan pertimbangan” saja,
masing. Dalam hal ini, kepentingan daerah itu dapat tidak mempunyai kewenangan memutus. Serta
ditafsirkan tercermin dalam susunan keanggotaan disamping itu DPD dibatasi pada persoalan-
DPRD dan Kepala Daerah setempat yang persoalan berkaitan dengan otonomi daerah.
merupakan hasil dari proses demokrasi dan/atau b. Hubungan DPD dengan lembaga negara lainnya
pemilihan umum setempat. seperti MPR, DPR, Mahkamah Konstitusi,
Hubungan ini sebenarnya tercermin dalam UU Pemerintah Daerah dan DPRD ada, tetapi hanya
Susduk pasal 50 huruf h,anggota DPD mempunyai pada masalah-masalah tertentu saja dan sifatnya
kewajiban memberikan pertanggungjawaban secara hanya sebagai pemberi “pertimbangan”
moral dan politis kepada pemilih dan daerah
pemilihannya. Namun pertanggungjawaban secara Saran
moral dan politis ini tidak jelas bentuk kongkritnya.
Oleh karena itu, sebaiknya ditegaskan bahwa a. Posisi DPD harus lebih diperkuat sehingga dalam
keempat anggota DPD tersebut berkewajiban menjalankan fungsinya dapat maksimal, bukan
memberikan laporan tahunan secara tertulis yang hanya sebagai lembaga “pelengkap” dari lembaga
diumumkan secara terbuka.Selanjutnya terhadap legislatif, yang hanya memberi pertimbangan,
lapotran tersebut diadakan pembahasan oleh para usulan kepada DPR. Hal ini dapat dilakukan
anggota DPRD dan Kepala Daerah setempat atau dengan meng-amandemen pasal-pasal dalam
yang mewakilinya, sebagaimana mestinya untuk UUD 1945 yang mengatur tentang DPD.
menghimpun kritik dan masukan-masukan dalam b. Angota Dewan Perwakilan Daerah sendiri
rangka meningkatkan kinerja anggota DPD yang tentunya harus memperjuangkan hak-haknya
bersangkutan dalam memperjuangkan kepentingan supaya sejajar dengan anggota Dewan
daerahnya. Perwakilan Rakyat
Disamping itu, hubungan antara DPD dengan
DAFTAR PUSTAKA
DPRD, dapat juga dikaitkan dengan prosedur
penggantian antar waktu angggota DPD Assiddiqie Jimly,” Hubungan Kerja antara DPD
sebagaimana yang ditentukan dalam pasal dengan Lembaga Negara Lainnya”, Makalah
88,89,dan 90 UU Susduk. DPRD menerima disampaikan pada “Focus Group Discussion”,
pengaduan dari pemilih dari daerah pemilihan, yang yang diselenggarakan atas kerja sama Setjen

48 HUMANITY, Volume I Nomor 2, September 2006: 42 - 49


MPR RI dengan UNDP-UNIBRAW di
Unibraw Malang,26 Maret 2003 Wahyudi Imawan,”Pemilu 2004 Akan Relatif
damai,”, Suara Muhammadiyah, Pebruari 2004.
Cipto Bambang,1995,” Dewan Perwakilan Rakyat
Dalam Era Pemerintahan Modern-Industrial”, UUD 1945, Sekretaris Jendral MPR RI 2002
PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
UU No.12 Tahun 2003 Tentang Pemilu
Fadjar A. Mukthie, “Mekanisme Kerja Internal
DPD”, Makalah disampaikan pada “focus UU No. 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan
Group Discussion” yang diselenggarakan Kedudukan MPR, DPD, DPRD, dan DPD.
atas kerja sama Setjen MPR RI dengan
UNDP di Unibraw malang, 26 Maret 2003.

Manan Bagir,2003,”DPR, DPD dan MPR dalam


UUD 1945 Baru”, FH-
UUIPress, Yogyakarta.

__________,2003,” Teori dan Politik Konstitusi”,


FH-UII Press, Yogyakarta.

Priyatno Anton,”Pokok-pokok Pikiran tentang


Susduk MPR,DPR,DPD”, Seminar Nasional
Fak.hukum Ubaya, 15 Maret 2003.

Priyatmoko,”Hubungan Kerja dan Mekanisme Kerja


DPD dengan DPR dan Lembaga Negara
Lainnya, Makalah disampaikan pada “Focus
Group Discussion”, yang diselenggarakan atas
kerja sama Setjen MPR RI dengan UNDP-
UNIBRAW di Unibraw Malang, 26 Maret
2003.

Sulardi,” Aspek Hukum Sistem Bikameral di


Indonesia”, Surya, Rabu 9 Oktober 2002.

Triwahyuningsih,2001,” Pemilihan Presiden


Langsung Dalam Kerangka Negara
Demokrasi”, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta.

Tedjonagoro J. Hendy,2004,” Kedaulatan Rakyat,


Kekuasaan Negara, Pemilihan Umum, dan
Pemerintahan di Dddaerah Serta Hak Asasi
Manusia Dalam Negara Kesatuan yang
demokrasi Berdasarkan Hukum (Dalam rangka
Pembaharuan Hukum Tata Negara Indonesia”,
Disampaikan dalam Seminar’ Catatan kritis
Sistem Ketatanegaraan RI Pasca Amandemen
Undang-Undang Dasar 1945’, 8-9 Maret
2004, Elmi Hotel, Suarabaya.

Catur wido Haruni, Analisis Yuridis Kedudukan dan Hubungan Perwakilan Daerah 49

Anda mungkin juga menyukai