Anda di halaman 1dari 12

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi IPA


(Volume 4 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT


(MPTGT) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN
KECERDASAN EMOSIONAL SISWA
M.E.Adnyana, N.P. Ristiati, I G.A.N. Setiawan.

Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja Indonesia

e-mail : {eka.adnyana, puturistiati, nyoman.setiawan}@pasca.undiksha.ac.id


Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar dan
kecerdasan emosional antara siswa yang mengikuti MPTGT dengan MPL, (2)
perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti MPTGT dengan MPL, dan (3)
perbedaan kecerdasan emosional antara siswa yang mengikuti MPTGT dengan
MPL. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan desain
penelitian posttest only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA2 , XI IPA3 dan XI IPA4 SMA Negeri 1 Kuta Selatan tahun
pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 137 orang siswa, dengan sampel penelitian
kelas XI IPA2 dan XI IPA3 berjumlah 91 orang siswa. Analisis data dilakukan
dengan statistik deskriptif dan uji MANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
(1) terdapat perbedaan hasil belajar dan Kecerdasan Emosional antara kelompok
siswa yang belajar dengan MPTGT dan MPL (F=16,022; p<0,05), (2) terdapat
perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan MPTGT dan
MPL (F=22,215; p<0,05, (3) terdapat perbedaan Kecerdasan Emosional antara
kelompok siswa yang belajar dengan MPTGT dan MPL (F=10,307; p<0,05).

Kata kunci: Model Pembelajaran Teams Games Tournament, hasil belajar dan
kecerdasan emosional.

Abstract

The aimed of this study was to: (1) differences of learning outcomes and Emotional
Intelligence between students who studied through Teams Games Tournament
model and their counterparts who studied through direct learning model, (2)
differences of learning outcomes between students who studied through Teams
Games Tournament model and their counterparts who studied through direct
learning model, and (3) differences of Emotional Intelligence between students who
studied through Teams Games Tournament model and their counterparts who
studied through direct learning model.This study was a quasi experimental study
using posttest-only control group design.The population of the study was eleventh
science two, eleventh science three and eleventh science four the students in SMA
Negeri 1 Kuta Selatan in the academic year of 2013/2014 with a total population 137
students , The samples in this study consists of two classes, the students of eleventh
science two and eleventh science three the number of 91 students. The data was
analyzed by descriptive statistics and MANOVA.The result showed that (1) there is
significant influence learning model of learning outcomes and Emotional Intelligence
(F=16.022 p<0.05), (2) there are significant differences on variables of learning
outcomes between students who studied through Teams Games Tournament model
and their counterparts who studied through direct learning model (F=22.215;
p<0.05), (3) there are significant differences on variables of Emotional Intelligence
between students who studied through Teams Games Tournament model and their
counterparts who studied through direct learning model (F=10.307; p<0.05).
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

Keywords: Teams Games Tournament model, Learning outcomes and Emotional


Intelligence.

PENDAHULUAN sebagai fasilitator, sebagai pengelola,


Pendidikan nasional bertujuan untuk sebagai demonstrator, maupun sebagai
mengembangkan potensi peserta didik evaluator. Guru harus meninggalkan proses
agar menjadi manusia yang beriman dan pembelajaran yang mengarah kepada
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, teacher centered sehingga siswa menjadi
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan inovatif. Prinsip-prinsip KTSP
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara memberikan kesempatan kepada siswa
yang demokratis serta bertanggung jawab untuk berkembang, dan mengembangkan
(Sudibyo, 2007). Berbagai upaya inovatif kreativitas, kemampuan menggunakan
telah dilakukan oleh pemerintah untuk ilmu dan teknologi.
mencapai tujuan pendidikan antara lain, Proses pembelajaran harus mengacu
diadakan penyempurnaan kurikulum 1994 pada standar proses yang tertuang dalam
menjadi kurikulum 2004, kemudian KBK Permendiknas No 41 tahun 2007, meliputi
disempurnakan lagi menjadi Kurikulum perencanaan proses pembelajaran,
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). pelaksanaan proses pembelajaran, peni-
Menurut Sanjaya (2008), pengembangan laian hasil pembelajaran dan pengawasan
KTSP didasarkan pada dua landasan pokok proses pembelajaran. Berdasarkan permen
yakni landasan empiris dan landasan ini, proses pembelajaran dilakukan secara
formal. Yang menjadi landasan empiris interaktif, inspiratif, menyenangkan, menan-
diantaranya adalah (1) KTSP berorientasi tang, memotivasi peserta didik untuk
pada pencapaian kompetensi mendorong berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
proses pendidikan tidak hanya terfokus yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
pada pengembangan intelektual saja, akan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
tetapi juga pembentukan sikap dan dan perkembangan fisik serta psikologis
keterampilan secara seimbang yang dapat peserta didik (Rusman,2010).
direfleksikan dalam kehidupan nyata. (2) Upaya-upaya yang telah dilakukan
KTSP sebagai kurikulum yang cendrung oleh Pemerintah tersebut belum
bersifat desentralistik memiliki prinsip menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal
berorientasi pada kebutuhan dan potensi ini ditunjukkan dari penelitian yang
daerah. (3) KTSP disusun dan dirancang dilakukan oleh The Third International
oleh sekolah dan masyarakat, sehingga Mathematics and Science Study-Repeat
berbagai keputusan sekolah tentang (TIMSS-R) pada tahun 2011, yang
pengembangan kurikulum beserta peng- melaporkan bahwa Indonesia menempati
implementasiannya menjadi tanggungjawab peringkat 40 untuk sains dari 42 negara
masyarakat. Yang menjadi landasan formal yang disurvei. Dalam hal ini, prestasi sains
adalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 siswa Indonesia berada jauh dibawah siswa
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Singapura, Malaysia dan Thailand sebagai
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Negara tetangga terdekat. Berdasarkan
tentang Standar Nasional Pendidikan. laporan PISA (Program for International
Sesuai dengan prinsip KTSP, Student Assessment) tahun 2009
pembelajaran hendaknya dirancang dengan menyatakan bahwa Indonesia berada pada
mengikuti prinsip-prinsip khas yang peringkat 60 dari 65 negara pada mata
edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada pelajaran sains dengan skor rata-rata 383,
kegiatan aktif siswa dalam membangun skor rata-rata tersebut berada di bawah
makna atau pemahaman (Muslich, 2007). skor rata-rata PISA yaitu 501. Prestasi
KTSP memberikan kesempatan siswa belajar biologi di SMAN 1 Kuta Selatan
untuk berperan aktif dalam pembelajaran belum optimal, hal ini dibuktikan
yang artinya guru dapat memposisikan diri berdasarkan data yang diperoleh dari
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

Kurikulum SMAN 1 Kuta Selatan bahwa upaya untuk meningkatkan mutu guru, di
nilai rata-rata hasil Ujian Nasional (UN) antaranya memfasilitasi kegiatan MGMP,
pada mata pelajaran Biologi, tiga tahun mengadakan seminar, pelatihan-pelatihan
terakhir terus mengalami penurunan, yaitu dan saat ini melaksanakan program
dari Tahun pelajaran 2010/2011 nilai rata- sertifikasi guru. Berbagai inovasi pembe-
rata UN Biologi 9,34, Tahun pelajaran 2011/ lajaran dikembangkan untuk mengantisipasi
2012 rata-rata UN Biologi 8,67 dan Tahun pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
Pelajaran 2012/2013 rata-rata UN Biologi dan teknologi. Salah satu di antaranya
6,95. Ditemukan fakta bahwa proses adalah Model Pembelajaran Kooperatif.
pembelajaran di kelas masih cendrung Pembelajaran kooperatif adalah sistem
berlangsung teacher centered, dimana pengajaran yang memberikan kesempatan
proses pembelajaran didominasi oleh kepada anak didik untuk bekerja sama
ceramah dan mengejar target yang dengan sesama anak didik lainnya dalam
berorientasi pada pencapaian Nilai Ujian tugas-tugas yang terstruktur atau
Nasional. pembelajaran gotong royong (Lie, 2002).
Rendahnya kualitas pendidikan yang Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
dihasilkan tidak terlepas dari berbagai model pembelajaran yang mengkondisikan
faktor diantaranya adalah pengemasan siswa belajar dan bekerja dalam
pembelajaran. Proses pembelajaran biologi kelompok kecil secara kolaboratif dengan
masih berorientasi pada penyelesaian struktur kelompok heterogen (Alma, 2009).
masalah pada konteks materi, suasana Setiap kelompok dalam pembelajaran
kelas cenderung teacher centered sehingga kooperatif merupakan kelompok yang
siswa menjadi pasif saat pembelajaran dan berisikan anggota dengan kemampuan
ketercapaian kurikulum dengan didominasi yang berbeda-beda, IQ berbeda, agama
oleh pembelajaran langsung. Model serta tingkat sosial yang berbeda. Disinilah
pembelajaran langsung lebih banyak keunikan pembelajaran kooperatif yang
diberikan melalui ceramah, maka akan sulit memadukan semua kekurangan dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam kelebihan masing-masing anak didik.
hal kemampuan sosialisasi, hubungan Dalam hal ini guru bertindak sebagai
interpersonal, serta kemampuan berpikir fasilitator bagi anak didik dan anak didik
kritis (Sanjaya, 2009). Dalam penerapan berupaya menemukan sendiri pemahaman-
pembelajaran langsung, guru pemahaman mengenai pembelajaran yang
mendemontrasikan pengetahuan atau diberikan guru dengan hasil akhir berupa
keterampilan yang akan dilatih kepada peningkatan hasil belajar dan Kecerdasan
siswa. Guru lebih banyak berperan sebagai Emosional atau Emotional Intelligence (EI)
pengendali dan aktif mentransfer anak didik. Tidak semua kerja kelompok
pengetahuan, sehingga siswa hanya merupakan pembelajaran kooperatif. Syarat
memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat pencapaian hasil pembelajaran kooperatif
secara aktif, sulit bagi siswa untuk yang maksimal adalah memenuhi unsur-
mengembangkan keterampilan sosial dan unsur yaitu adanya saling ketergantungan
interpersonal mereka. Dalam pembelajaran positif dalam keberhasilan kelompok yang
langsung peran guru sangat dominan bertumpu pada usaha dari anggotanya.
sehingga ditutut menjadi model yang Adanya tanggung jawab perseorangan,
sangat menarik bagi siswa. Wartawan yaitu keaktifan tiap anggota kelompok
(2006) mengungkapkan bahwa dalam penerimaan tugas. Tatap muka
pembelajaran dengan metode ceramah dengan maksud setiap anak didik harus
kurang merangsang siswa untuk mencapai dapat saling mengenal, menerima satu
kemampuan berpikir siswa. sama lain serta komunikasi antar anggota
Gambaran di atas menghendaki jalan kelompok. Evaluasi proses kelompok yaitu
keluar untuk meningkatkan hasil belajar. evaluasi dari setiap kegiatan kelompok
Dalam hal ini, guru merupakan posisi kunci, sehingga kegiatan berikutnya dapat lebih
sebagai ujung tombak. Untuk itu, efektif (Alma, 2009). Dengan pembelajaran
pemerintah telah melakukan berbagai kooperatif, para peserta didik diharapkan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

dapat aktif bekerja sama dan bertanggung mampu menyelesaikan permasalahan yang
jawab terhadap satu tim untuk mampu mereka hadapi (Goleman, 2004).
membuat diri mereka belajar sama baiknya Kecerdasan intelektual (IQ) hanya
(Slavin,2005). Alternatif model menyumbang 20% bagi kesuksesan,
pembelajaran yang sesuai untuk sedangkan 80% adalah sumbangan faktor
membangun pengetahuan, bekerja sama kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah
dalam kelompok, berinteraksi, Kecerdasan Emosional (EI) yakni
berkomunikasi serta membangun kemampuan memotivasi diri sendiri,
kecerdasan emosional siswa di kelas mengatasi frustasi, mengontrol desakan
adalah Model Pembelajaran Teams hati, mengatur suasana hati (mood),
Games Tournaments (MPTGT). Model berempati serta kemampuan bekerja sama
Pembelajaran Teams Games (Goleman 2009). Kecerdasan Emosional
Tournaments (MPTGT) adalah sebuah yaitu kecerdasan yang diperoleh melalui
model manajemen kelas dimana para kreatifitas emosional yang berpusat di
siswa ditempatkan dalam tim dengan dalam jiwa, oleh karena itu EI lebih tepat
kemampuan yang heterogen untuk diukur dengan perasaan dan emosi (otak
berkompetisi dalam sebuah permainan. kanan). Kedua inteligensi itu sangat
Menurut Slavin (2005), MPTGT dapat diperlukan dalam proses pembelajaran. IQ
meningkatkan kemampuan dasar, prestasi tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa
belajar siswa, interaksi positif antar siswa, partisipasi penghayatan emosional
penerimaan keanekaragaman teman terhadap mata pelajaran yang disampaikan
sekelas dan kepercayaan diri. Pada model di sekolah. Namun biasanya kedua
pembelajaran ini siswa menjadi siap dan inteligensi itu saling melengkapi.
berusaha untuk memahami dan menguasai Keseimbangan antara IQ dan EI
materi yang sedang disampaikan guru merupakan kunci keberhasilan belajar
dalam proses pembelajaran dan melatih siswa di sekolah (Goleman, 2004). Naseer,
siswa untuk bekerjasama dengan baik at.al (2011) mengungkapakan dalam
dengan anggota kelompoknya dalam penelitiannya bahwa Hasil penelitian
menjawab tugas yang diberikan oleh guru. menunjukkan bahwa Kecerdasan
Slavin (2005) mendeskripsikan Emosional memiliki dampak positif pada
komponen - komponen TGT adalah kinerja tim. Penelitian lain yang dilakukan
sebagai berikut : (1) teams adalah siswa oleh Edun dan Akanji (2008) menunjukkan
ditempatkan ke dalam tim-tim dengan bahwa kecerdasan emosional secara
kemampuan heterogen, (2) games adalah signifikan dapat meningkatkan prestasi
latihan kemampuan dimainkan selama akademis siswa.
turnamen mingguan, (3) tournaments Berdasarkan uraian tersebut,
adalah siswa mewakili timnya dan penggunaan model pembelajaran
berkompetisi secara individual melawan kooperatif Teams Games Tournaments
siswa yang berasal dari tim lain. (TGT) dalam pengajaran diduga akan
Dengan MPTGT diharapkan siswa lebih mampu meningkatkan Hasil belajar dan
tertarik dengan materi pelajaran, karena Kecerdasan Emosional. Oleh karena itu,
pelajaran disampaikan dengan cara yang peneliti ingin mengkaji lebih jauh melalui
lebih menyenangkan dan menarik. sebuah penelitian eksperimen dengan judul
Sistem pendidikan di Indonesia masih ”Pengaruh Model Pembelajaran Teams
memandang bahwa Kecerdasan intelektual Games Tournaments (MPTGT) terhadap
(IQ) adalah modal dasar siswa untuk Hasil belajar dan Kecerdasan Emosional
meraih kesuksesan, pendapat ini Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kuta Selatan
didasarkan atas kecerdasan merupakan Tahun Pelajaran 2013/2014”.
potensi yang memudahkan dalam belajar
dan pada akhirnya nanti akan
menghasilkan prestasi yang optimal. Pada METODE PENELITIAN
kenyataannya tidak semua siswa yang IQ Penelitian ini merupakan penelitian
tinggi memiliki hasil belajar yang baik atau eksperimen dengan desain The post-test
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

only control group design. Populasi uji kolinieritas menggunakan rumus korelasi
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2, XI product moment dan uji matriks varians
IPA3 dan XI IPA4 SMA Negeri 1 Kuta menggunakan uji Box’s M. Selanjutnya data
Selatan semester ganjil tahun pelajaran dianalisis secara deskriptif dan
2013/2014 yang berjumlah 137 siswa. menggunakan uji MANOVA. Uji komparasi
Dengan teknik simple random sampling signifikansi skor rata-rata menggunakan
terpilih kelas XI IPA3 sebagai kelompok Least Significant Diference (LSD). Analisis
yang memperoleh MPTGT sebanyak 45 deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
siswa dan kelas XI IPA2 sebagai kelompok skor rata-rata dan simpangan baku hasil
yang memperoleh MPL sebanyak 46 siswa. belajar dan kecerdasan emosional siswa.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini Dalam penelitian ini akan menguji tiga
adalah data hasil belajar yang diukur hipotesis, antara lain : 1) Tidak terdapat
dengan tes obyektif yang terdiri dari 30 butir perbedaan hasil belajar dan Kecerdasan
soal pilihan ganda dan kecerdasan Emosional antara kelompok siswa yang
emosional siswa yang diukur dengan belajar dengan model pembelajaran TGT
kuisioner yang terdiri dari 50 butir dan MPL. 2) Tidak terdapat perbedaan hasil
pernyataan. belajar antara kelompok siswa yang belajar
Sebelum uji hipotesis, dilakukan uji dengan model pembelajaran TGT dan MPL.
prasyarat antara lain uji normalitas data 3) Tidak terdapat perbedaan Kecerdasan
yang menggunakan Kolmogorov-Smirnov Emosional antara kelompok siswa yang
test, uji homogenitas menggunakan belajar dengan model pembelajaran TGT
Levene’s Test of Equality of Error Variance, dan MPL.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis deskriptif data hasil belajar
kelompok MPTGT dan kelompok MPL
seperti yang tersaji pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Deskripsi Nilai Hasil belajar dan Kecerdasan Emosional

Hasil belajar Kecerdasan Emosional


Statistik
MPTGT MPL MPTGT MPL
Jumlah Siswa 45 46 45 46
Mean 68,58 57,02 80,89 76,57
Median 70 57,86 81,00 77,00
Modus 70 60 80,00 77,00
Standar Deviasi 12,65 10,68 6,36 6,49
Minimum 43 33 68,00 57,00
Maksimum 93 83 92,00 92,00

Keterangan :
MPTGT = Model Pembelajaran Teams Games Tournament
MPL = Model Pembelajaran Langsung

Pada tabel 1 tampak bahwa kelompok Berdasarkan hasil analisis tentang


MPTGT lebih baik pencapaian hasil belajar kualifikasi hasil belajar dan kecerdasan
dan kecerdasan emosional dibandingkan emosional siswa dengan MPTGT dan MPL
dengan kelompok MPL. ditunjukkan oleh Tabel 2 berikut.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

Tabel 2. Kualifikasi Nilai Hasil belajar dan kecerdasan emosional

Hasil belajar Kecerdasan Emosional


No
Kriteria Katagori MPTGT MPL MPTGT MPL
. fo fo fo fo
(%) (%) (%) (%)

1 85 – 100 Sangat Tinggi 4 8,89 0 0,00 15 33,33 5 10,87

2 70 – 84 Tinggi 22 48,89 5 10,87 29 64,44 36 78,26


3 55 – 69 Sedang 12 26,67 23 50,00 1 2,22 5 10,87
4 40 – 54 Rendah 7 15,56 14 30,43 0 0,00 0 0,00

5 0 – 39 Sangat Rendah 0 0,00 4 8,70 0 0,00 0 0,00

Jumlah 45 100 46 100 45 100 46 100

Berdasarkan tabel 2. Tampak bahwa varians dan uji matrik variankovarian


setelah perlakuan, kualifikasi hasil belajar memiliki signifikansi lebih besar dari 0,05
dengan MPTGT berada pada katagori tinggi menunjukkan semua data berasal dari
sedangkan MPL berada pada katagori varian yang sama (homogen). Untuk uji
sedang. Kecerdasan emosional siswa kolinearitas menunjukkan bahwa r hitung
dengan MPTGT 33,33% berada pada sebesar 0,147 lebih kecil dari 0,8, ini
kriteria sangat tinggi dan 64,44% tinggi menunjukkan bahwa data tidak kolinieritas,
sedangkan pada MPL 10,87% berada pada ini berarti bahwa sebaran data hasil belajar
kriteria sangat tinggi dan 78,26% tinggi. dan kecerdasan emosional merupakan
Dari tiga uji asumsi dasar yang telah variabel terikat yang berbeda sehingga
dilakukan, bahwa hasil uji normalitas kedua variabel terikat tersebut masing-
memiliki signifikansi lebih besar dari 0,05 masing dapat terukur dengan jelas
menunjukkan semua data dalam penelitian sehingga pengujian MANOVA dapat
ini terdistribusi normal.Hasil uji homogenitas dilanjutkan.

Uji Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Untuk menguji hipotesis pertama bantuan SPSS-PC 17.0 for Windows. Hasil
digunakan analisis MANOVA dengan analisis disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil MANOVA

Hypothesis Error
Effect Value F df df Sig.
Intercept Pillai's Trace 0,995 8033,041a 2,000 88,000 0,000
Wilks' Lambda 0,005 8033,041a 2,000 88,000 0,000
Hotelling's Trace 182,569 8033,041a 2,000 88,000 0,000
Roy's Largest Root 182,569 8033,041a 2,000 88,000 0,000
MODEL Pillai's Trace 0,267 16,022a 2,000 88,000 0,000
Wilks' Lambda 0,733 16,022a 2,000 88,000 0,000
Hotelling's Trace 0,364 16,022a 2,000 88,000 0,000
Roy's Largest Root 0,364 16,022a 2,000 88,000 0,000
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

Keterangan
a. Exact statistic
b. Design : Intercept + Model Pembelajaran
Berdasarkan tabel 3 diperoleh nilai antara kelompok siswa yang belajar dengan
statistik Pillai Trace, Wilk’s Lamda, MPTGT dan kelompok siswa yang belajar
Hotelling’s Trace dan Roy’s Largest Root dengan MPL.
masing-masing dengan Fhitung = 16,022 dan Untuk menguji hipotesis kedua dan
angka signifikansi 0,000 lebih kecil dari ketiga digunakan analisis MANOVA
0,05. Dengan demikian maka dapat berdasarkan hasil Test Between Subjects
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan Effects seperti yang tersaji pada Tabel 4
hasil belajar dan kecerdasan emosional berikut.

Tabel 4 Hasil Analisis Test Between Subjects Effects

Dependent Type III Sum Mean


Source df F Sig.
Variable of Squares Square

Corrected Pem. Konsep 3037,714b 1 3,037,714 22,215 0,000


c
Model Kec. Emosional 425,240 1 425,240 10,307 0,002
Pem. Konsep 358,843,341 1 358,843,341 2,624,254 0,000
Intercept Kec. Emosional 563,945,240 1 563,945,240 3,669,543 0,000
Pem. Konsep 3,037,714 1 3,037,714 22,215 0,000
MODEL Kec. Emosional 425,240 1 425,240 10,307 0,002
Pem. Konsep 12,169,956 89 136,741
Error Kec. Emosional 3,671,749 89 41,256
Pem. Konsep 373,369,000 91
Total Kec. Emosional 567,770,000 91

Corrected Pem. Konsep 15,207,670 90


Total Kec. Emosional 4,096,989 90
Keterangan
a. Computed using alpha = 0,05
b. R Squared = 0,200 (Adjusted R Squared = 0,191)
c. R Squared = 0,104 (Adjusted R Squared = 0,094)

2. Pengujian Hipotesis Kedua nilai F untuk kecerdasan emosional adalah


Berdasarkan Test Between Subjects 10,307 dengan taraf signifikansi 0,002.
Effects pada Tabel 8 menunjukkan bahwa Angka signifikansi ini lebih kecil dari 0,05.
nilai F untuk hasil belajar adalah 22,215 Simpulan yang dapat ditarik adalah
dengan taraf signifikansi 0,000. Angka Terdapat perbedaan Kecerdasan
signifikansi ini lebih kecil dari 0,05. Emosional antara kelompok siswa yang
Simpulan yang dapat ditarik adalah belajar dengan MPTGT dan kelompok
Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan MPL.
kelompok siswa yang belajar dengan Untuk mengetahui besar derajat
MPTGT dan kelompok siswa yang belajar perbedaan tesebut, sebagai tindak lanjut
dengan MPL dari teknik MANOVA, maka dilakukan uji
signifikansi nilai rata-rata kelompok yang
3. Pengujian Hipotesis Ketiga menggunakan Least Significant Diference
Berdasarkan Test Between Subjects (LSD). Hasil LSD disajikan dalam Tabel 5.
Effects pada Tabel 8 menunjukkan bahwa
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

Tabel 5 Hasil Pengujian LSD

Mean
Dependent (I) Model (J) Model
Dirrefence (I- LSD Keterangan
Variable Pembelajaran Pembelajaran
J)
 i  j
MPTGT MPL 11,556 4,904
Hasil belajar > LSD
 i  j
Kecerdasan MPTGT MPL 4,324 2,693
Emosional > LSD

Dari hasil perhitungan untuk hasil kelas dan jumlah kehadiran di kelas lebih
belajar pada Tabel 9 diperoleh bahwa tinggi.
 i  j = 11,556 sedangkan LSD = 4,904. Pembelajaran kooperatif termasuk
MPTGT adalah suatu pembelajaran teman
Karena  i  j > LSD maka hasil belajar sebaya dimana siswa bekerja sama dalam
siswa yang belajar dengan MPTGT lebih kelompok-kelompok kecil yang mempunyai
baik dari hasil belajar siswa yang belajar tanggung jawab bagi individu maupun
menggunakan MPL. kelompok terhadap tugas-tugas (Sanjaya
Dari hasil perhitungan untuk variabel 2008). Dalam kelompok-kelompok kecil
kecerdasan emosional diperoleh bahwa tersebut semua siswa terlibat secara aktif
 i  j = 4,342 sedangkan LSD = 2,693. untuk ikut memecahkan permasalahan
yang ada dalam kelompok dan proses
Karena  i  j > LSD maka kecerdasan pembelajaran dapat berlangsung secara
emosional siswa yang belajar dengan optimal sehingga dapat meningkatkan hasil
MPTGT lebih baik dari kecerdasan belajar siswa baik secara individual maupun
emosional siswa yang belajar kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat
menggunakan MPL. Slavin (2005) bahwa melalui pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi
PEMBAHASAN siswa, mengembangkankan hubungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antar kelompok, penerimaan terhadap
MPTGT sangat efektif untuk meningkatkan teman yang lemah dalam bidang akademik,
hasil belajar dan kecerdasan emosional meningkatkan rasa harga diri, kesadaran
siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan untuk berpikir, memecahkan masalah, dan
penelitian yang dilakukan oleh Micheal mengaplikasikan pengetahuan dan
(2011) yang menyatakan bahwa kelompok kemampuan mereka.
siswa yang belajar melalui MPTGT prestasi MPTGT merupakan bentuk model
belajarnya lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif yang
kelompok kontrol. Slavin (1977b) dan Janke dikembangkan berdasarkan pada teori
(1978) (dalam Slavin, 2005) belajar konstruktivisme, dimana
mengindikasikan bahwa MPTGT dapat pengetahuan dikontruksi peserta didik
memperbaiki perilaku para remaja dengan sedikit demi sedikit yang hasilnya diperoleh
gangguan emosi di dalam kelas-kelas dari hasil konstruksi dan pengalamannya
mandiri. Siswa dengan gangguan emosi sendiri. Peserta didik akan lebih mudah
tetapi memiliki intelegensi normal melalui menemukan dan memahami konsep-
kelas TGT dapat berinteraksi dengan baik, konsep yang sulit dalam pelajaran, melalui
berkurang prilaku menggangu di dalam diskusi kelompok. Komponen-komponen
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

dalam MPTGT adalah penyajian materi, tim, menggunakan MPTGT pengetahuan siswa
game, turnamen dan penghargaan mengenai materi pelajaran akan lebih
kelompok. Dengan adanya game dan mendalam karena ada unsur tutor sebaya.
tournament tersebut, proses pembelajaran Oleh karena itu, nilai hasil belajar siswa
akan lebih menarik dan menyenangkan melalui MPTGT lebih tinggi dibandingkan
sehingga menambah semangat siswa dengan MPL.
untuk belajar. Hal ini sesuai dengan amanat Goleman (2004) mengungkapkan
Permendiknas No 41 tahun 2007 bahwa Kecerdasan Emosional seseorang dapat
proses pembelajaran dilakukan secara diukur dari beberapa apek yaitu mengenali
interaktif, inspiratif, menyenangkan, emosi diri (self awareness), mengelola
menantang, memotivasi peserta didik untuk emosi (self management) memotivasi diri
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang (motivation), mengenali emosi orang lain
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan (social awareness) dan membina hubungan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, (relationship management).Kecerdasan
dan perkembangan fisik serta psikologis emosional memberikan rasa sensitif dan
peserta didik (Rusman, 2010). kemampuan mengetahui bagaimana
Pembelajaran koopertif dapat memberikan mempengaruhi diri sendiri dan orang lain
keuntungan kepada siswa kelompok bawah (Patton 2000). Karena keceradasan
maupun kelompok atas didalam emosional bekerja secara sinergis dengan
menyelesaikan tugas-tugas akademik, keterampilan kognitif. Semakin kompleks
siswa dari kelompok atas akan menjadi kegiatan, semakin penting keceradasan
tutor bagi siswa kelompok bawah, emosional tersebut. Keceradasan
sedangkan siswa siswa kelompok atas emosional adalah dasar bagi lahirnya
kemampuan akademiknya akan meningkat kecakapan emosi yang diperoleh dari hasil
karena memberi pelayanan sebagai tutor belajar, dan dapat menghasilkan kinerja
yang membutuhkan pemikiran lebih tentang yang menonjol dalam pekerjaan. Inti dari
ide-ide yang terdapat dalam materi kecakapan emosi ini adalah kemampuan
pelajaran (Slavin, 2008). MPTGT adalah empati dan keterampilan sosial. Slavin
model pembelajaran kooperatif yang (1995) mengungkapkan bahwa
melibatkan seluruh siswa tanpa perbedaan pembelajaran koperatif dapat meningkatkan
status, mengandung unsur permainan, prestasi belajar siswa sekaligus
penghargaan yang bisa memotivasi siswa meningkatkan kemampuan hubungan
serta mudah diterapkan. Aktivitas belajar sosial, menumbuhkan sikap menerima
dengan permainan yang dirancang dalam kekurangan diri dan orang lain,
MPTGT memungkinkan siswa dapat belajar meningkatkan harga diri, memecahkan
lebih nyaman, menumbuhkan tanggung masalah dan mengintegrasikan penge-
jawab, kejujuran, kerja sama serta tahuan dengan keterampilan. Keberhasilan
persaingan yang sehat. Dalam MTGT antarpribadi yang berasal dari keceradasan
peserta didik diposisikan sebagai subjek emosional akan menjadi salah satu
belajar, artinya yang melaksanakan proses keterampilan paling penting dalam hidup.
pembelajaran adalah siswa. Proses Berkembangnya kecerdasan emosional
pembelajaran dengan MPTGT ini dilakukan tersebut sangat berpengaruh dalam proses
dalam Kelompok yang heterogen sehingga dan keberhasilan belajar selanjutnya,
dapat memotivasi siswa untuk saling karena belajar tidaklah semata-mata
membantu antar siswa yang persoalan intelektual, tetapi juga emosional.
berkemampuan tinggi dengan siswa yang Belajar tidak hanya berinteraksi dengan
berkemampuan kurang dalam menguasai buku pelajaran saja tetapi juga interaksi
materi pelajaran. Fungsi kelompok adalah antara sesama siswa dan antara siswa
untuk lebih mendalami materi bersama dengan guru.
teman kelompoknya dan lebih khusus Model pembelajaran TGT memiliki
untuk mempersiapkan anggota kelompok lima langkah-langkah, yaitu: (1)Presentasi
agar bekerja dengan baik dan optimal pada Kelas, (2) Kelompok, (3) Permainan, (4)
saat game dan turnamen. Dengan Kompetisi, (5) Penghargaan (Slavin 2005).
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

Dalam pengelompokan siswa menjadi kelompok siswa yang belajar dengan


beberapa tim dengan kemampuan berbeda MPTGT terhadap kelompok siswa yang
pada masing-masing tim, maka akan terjadi belajar dengan MPL. Berdasarkan hasil
peningkatan dimensi mengenali emosi diri penelitian selisih kecerdasan emosional
dan mengenali emosi orang lain. Hal ini antara kedua model tersebut tidak terlalu
karena dengan berada dan belajar bersama jauh , akan tetapi sudah menunjukkan
dalam suatu kelompok maka siswa dituntut perbedaan yang signifikan bahwa MPTG
untuk mulai melakukan pengendalian lebih unggul dibandingkan dengan MPL
emosi, menumbuhkan sikap saling dalam meningkatkan kecerdasan
bekerjasama antar sesama anggota tim, emosional.
serta dapat melakukan penilaian terhadap Berdasarkan temuan-temuan selama
kondisi emosionalnya sendiri agar dapat penelitian beberapa saran yang dapat
diterima dikelompok tersebut. Siswa secara direkomendasikan adalah sebagai berikut.
aktif terlibat dalam proses pengajaran dan Pertama, Disarankan kepada guru untuk
termotivasi untuk mengupayakan mempergunakan MPTGT karena sangat
keberhasilan tim. Penelitian Edun dan efektif digunakan untuk meningkatkan hasil
Akanji (2008) juga menyatakan bahwa belajar dan kecerdasan emosional siswa,
kecerdasan emosional secara signifikans dengan syarat guru harus mampu merubah
dapat meningkatkan prestasi akademis paradigma mengajar dari teacher centered
siswa. menjadi student centered. Kedua,
Sikap adaptif siswa juga semakin Berdasarkan hasil penelitian MPTGT lebih
berkembang karena setelah berada dalam unggul dari pada MPL terhadap hasil
satu kelompok maka siswa akan berusaha belajar berada pada katagori tinggi. Disaran
membina hubungan harmonis dalam Sebelum penelitian dilaksanakan guru perlu
kelompok. Tentu saja hal ini akan mensosialisasikan terlebih dahulu kepada
mendorong berkembangnya kecerdasan siswa bagaimana prosedur penggunaan
emosional siswa karena dapat melatih MPTGT sehingga peggunaan waktu bisa
siswa untuk mengendalikan emosinya seefisien mungkin, efektifitas pembelajaran
dengan menggunakan akal, perasaan, dapat tercapai sehingga hasil belajar bisa
serta memperhatikan dampak yang akan mencapai katagori sangat tinggi. Ketiga,
muncul bagi lingkungan dan masyarakat Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
sekitarnya. Keputusan yang diambil melakukan penelitian melalui Model
menjadi keputusan terbaik, bagi dirinya dan Pembelajaran Teams Games Tournament
orang lain yang berada di sekitarnya. dengan aspek penelitian yang berbeda,
Dengan demikian akan terbentuk siswa tidak hanya hasil belajar dan kecerdasan
yang memiliki Kecerdasan Emosional yang emosional.
baik, dan siswa dapat melatih kecakapan
hidupnya seperti kecakapan sosial.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih yang sebesar-
PENUTUP besarnya ditujukan kepada dosen
Berdasarkan hasil penelitian dan pembimbing: (1) Prof.Dr.Ni Putu Ristiati,
pembahasan dapat disimpulkan hal-hal M.Pd, sebagai Pembimbing I , dan (2) Dr. I
sebagai berikut. Pertama Terdapat Gusti Agung Nyoman Setiawan, M.Si.,
perbedaan hasil belajar dan kecerdasan sebagai Pembimbing II, yang telah dengan
emosional antara kelompok siswa yang sabar membimbing, mengarahkan, dan
belajar dengan MPTGT terhadap kelompok memberikan motivasi yang demikian
siswa yang belajar dengan MPL. Kedua, bermakna kepada penulis.
Terdapat perbedaan hasil belajar antara
kelompok siswa yang belajar dengan
MPTGT terhadap kelompok siswa yang DAFTAR RUJUKAN
belajar dengan MPL. Ketiga, Terdapat
perbedaan kecerdasan emosional antara
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

Alma ,B. 2009. Guru Profesional Menguasai Educational Sciences, 2011, 3(1), 30-
Metode Trampil mengajar. 46. Tersedia pada http: www.iojes.
Bandung: Alfabeta. Netuserfiles ArticleIOJES_ 476.pdf
Diakses tanggal 17 Mei 2013.
Edun, T dan Akanji, S.O. 2008. Perceived
Self-Efficacy, Academic Self- Patton P. 2000. EQ : Landasan Untuk
Regulation and Emotional Meraih sukses Pribadi dan Karier.
Intelligence as Predictors of Jakarta : Mitra Media.
Academic Performance in Junior
Secondary Schools. International Program for International Student
Journal of Educational Research Assessment (PISA). 2009. The OECD
Vol. 4 (1) 2008: pp. 81-89. Programme for International Student
Tersedia pada http://www.ajol. Assessment (PISA). (Online) Tesedia
info/index.php /ijer/ article pada http://www.oecd.org/pisa/ pisa
/view/41692 diakses tanggal 1 products/46619703.pdf. Diakses
November 2012. tanggal 8 Mei 2013.

Goleman, D. 2004. Emotional Intelegence: Rusman, 2010. Model-Model Pembelajaran


Kecerdasan Emosional Mengapa Mengembangkan Profesionalisme
EI Lebih Penting dari IQ. Jakarta: Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Gramedia Pustaka Utama. Persada.

Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Sanjaya, W. 2008a. Strategi Pembelajaran


Jakarta : PT. Grasindo. Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Lubis, F. R. 2008. Mendongkrak human Prenada Media Group.
development indonesia (HDI) atau
indeks pembangunan manusia (IPM) Sanjaya, W. 2008b. Kurikulum dan
melalui program pendidikan Pembelajaran. Jakarta : Kencana
keaksaraan. Tersedia pada http:// Prenada Media Group.
www. bpplsp-reg-1.go.id/buletin/index.
php? dir=1 & idStatus=0 &PHP Slavin, R.E, 1995. Cooperative Learning:
SESSID=909ac71224 95912b50586e Theory, Research and Practice.
ef91cbb6e e. Diakses tanggal 12 Mei Jersey : Prentice Hall.
2013.
Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning,
Micheal W.M.V. 2011. The Effects of Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Teams-Games-Tournaments on Nusa Media.
Achievement, Retention, and
Attitudes of Economics Education Slavin, R.E. 2008. Psikologi Pendidikan
Students. Journal Social Sciences, Edisi Kedelapan. Jakarta: Indonesia.
26(3): 183-193 (2011) Tersedia pada
http:www. krepublishers.com diakses Sudibyo, B. 2007. Materi sosialisasi dan
tanggal 8 Mei 2013. pelatihan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Jakarta:
Muslich, M. 2007. KTSP dasar pemahaman Departemen Pendidikan Nasional.
dan pengembangan. Jakarta: Bumi
Aksara. TIMSS-R. 2011. The Third International
Mathematics and Science Study
Naseer Z.,Chishti, S., Rahman F and Bux Repeat. USA : International Study
J.N. 2011. Impact of Emotional Center Lynch School of Education,
Intelligence on Team Performance in Boston Collage. (online) Tersedia.
Higher Education Institute. http; // timssandpirls.bc.edu
International Online Journal of
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

/PDF/t03_TR_Chap12.pdf.Diakses 20
Januari 2013.

Wartawan, P. G. 2006. Implementasi


strategi pemecahan masalah dalam
pembelajaran fisika untuk
meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan prestasi belajar siswa.
Jurnal IKA Universitas Pendidikan
Ganesha, 4(2), 69-78, November
2006.

Anda mungkin juga menyukai