Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar dan
kecerdasan emosional antara siswa yang mengikuti MPTGT dengan MPL, (2)
perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti MPTGT dengan MPL, dan (3)
perbedaan kecerdasan emosional antara siswa yang mengikuti MPTGT dengan
MPL. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan desain
penelitian posttest only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA2 , XI IPA3 dan XI IPA4 SMA Negeri 1 Kuta Selatan tahun
pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 137 orang siswa, dengan sampel penelitian
kelas XI IPA2 dan XI IPA3 berjumlah 91 orang siswa. Analisis data dilakukan
dengan statistik deskriptif dan uji MANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
(1) terdapat perbedaan hasil belajar dan Kecerdasan Emosional antara kelompok
siswa yang belajar dengan MPTGT dan MPL (F=16,022; p<0,05), (2) terdapat
perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan MPTGT dan
MPL (F=22,215; p<0,05, (3) terdapat perbedaan Kecerdasan Emosional antara
kelompok siswa yang belajar dengan MPTGT dan MPL (F=10,307; p<0,05).
Kata kunci: Model Pembelajaran Teams Games Tournament, hasil belajar dan
kecerdasan emosional.
Abstract
The aimed of this study was to: (1) differences of learning outcomes and Emotional
Intelligence between students who studied through Teams Games Tournament
model and their counterparts who studied through direct learning model, (2)
differences of learning outcomes between students who studied through Teams
Games Tournament model and their counterparts who studied through direct
learning model, and (3) differences of Emotional Intelligence between students who
studied through Teams Games Tournament model and their counterparts who
studied through direct learning model.This study was a quasi experimental study
using posttest-only control group design.The population of the study was eleventh
science two, eleventh science three and eleventh science four the students in SMA
Negeri 1 Kuta Selatan in the academic year of 2013/2014 with a total population 137
students , The samples in this study consists of two classes, the students of eleventh
science two and eleventh science three the number of 91 students. The data was
analyzed by descriptive statistics and MANOVA.The result showed that (1) there is
significant influence learning model of learning outcomes and Emotional Intelligence
(F=16.022 p<0.05), (2) there are significant differences on variables of learning
outcomes between students who studied through Teams Games Tournament model
and their counterparts who studied through direct learning model (F=22.215;
p<0.05), (3) there are significant differences on variables of Emotional Intelligence
between students who studied through Teams Games Tournament model and their
counterparts who studied through direct learning model (F=10.307; p<0.05).
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
Kurikulum SMAN 1 Kuta Selatan bahwa upaya untuk meningkatkan mutu guru, di
nilai rata-rata hasil Ujian Nasional (UN) antaranya memfasilitasi kegiatan MGMP,
pada mata pelajaran Biologi, tiga tahun mengadakan seminar, pelatihan-pelatihan
terakhir terus mengalami penurunan, yaitu dan saat ini melaksanakan program
dari Tahun pelajaran 2010/2011 nilai rata- sertifikasi guru. Berbagai inovasi pembe-
rata UN Biologi 9,34, Tahun pelajaran 2011/ lajaran dikembangkan untuk mengantisipasi
2012 rata-rata UN Biologi 8,67 dan Tahun pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
Pelajaran 2012/2013 rata-rata UN Biologi dan teknologi. Salah satu di antaranya
6,95. Ditemukan fakta bahwa proses adalah Model Pembelajaran Kooperatif.
pembelajaran di kelas masih cendrung Pembelajaran kooperatif adalah sistem
berlangsung teacher centered, dimana pengajaran yang memberikan kesempatan
proses pembelajaran didominasi oleh kepada anak didik untuk bekerja sama
ceramah dan mengejar target yang dengan sesama anak didik lainnya dalam
berorientasi pada pencapaian Nilai Ujian tugas-tugas yang terstruktur atau
Nasional. pembelajaran gotong royong (Lie, 2002).
Rendahnya kualitas pendidikan yang Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
dihasilkan tidak terlepas dari berbagai model pembelajaran yang mengkondisikan
faktor diantaranya adalah pengemasan siswa belajar dan bekerja dalam
pembelajaran. Proses pembelajaran biologi kelompok kecil secara kolaboratif dengan
masih berorientasi pada penyelesaian struktur kelompok heterogen (Alma, 2009).
masalah pada konteks materi, suasana Setiap kelompok dalam pembelajaran
kelas cenderung teacher centered sehingga kooperatif merupakan kelompok yang
siswa menjadi pasif saat pembelajaran dan berisikan anggota dengan kemampuan
ketercapaian kurikulum dengan didominasi yang berbeda-beda, IQ berbeda, agama
oleh pembelajaran langsung. Model serta tingkat sosial yang berbeda. Disinilah
pembelajaran langsung lebih banyak keunikan pembelajaran kooperatif yang
diberikan melalui ceramah, maka akan sulit memadukan semua kekurangan dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam kelebihan masing-masing anak didik.
hal kemampuan sosialisasi, hubungan Dalam hal ini guru bertindak sebagai
interpersonal, serta kemampuan berpikir fasilitator bagi anak didik dan anak didik
kritis (Sanjaya, 2009). Dalam penerapan berupaya menemukan sendiri pemahaman-
pembelajaran langsung, guru pemahaman mengenai pembelajaran yang
mendemontrasikan pengetahuan atau diberikan guru dengan hasil akhir berupa
keterampilan yang akan dilatih kepada peningkatan hasil belajar dan Kecerdasan
siswa. Guru lebih banyak berperan sebagai Emosional atau Emotional Intelligence (EI)
pengendali dan aktif mentransfer anak didik. Tidak semua kerja kelompok
pengetahuan, sehingga siswa hanya merupakan pembelajaran kooperatif. Syarat
memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat pencapaian hasil pembelajaran kooperatif
secara aktif, sulit bagi siswa untuk yang maksimal adalah memenuhi unsur-
mengembangkan keterampilan sosial dan unsur yaitu adanya saling ketergantungan
interpersonal mereka. Dalam pembelajaran positif dalam keberhasilan kelompok yang
langsung peran guru sangat dominan bertumpu pada usaha dari anggotanya.
sehingga ditutut menjadi model yang Adanya tanggung jawab perseorangan,
sangat menarik bagi siswa. Wartawan yaitu keaktifan tiap anggota kelompok
(2006) mengungkapkan bahwa dalam penerimaan tugas. Tatap muka
pembelajaran dengan metode ceramah dengan maksud setiap anak didik harus
kurang merangsang siswa untuk mencapai dapat saling mengenal, menerima satu
kemampuan berpikir siswa. sama lain serta komunikasi antar anggota
Gambaran di atas menghendaki jalan kelompok. Evaluasi proses kelompok yaitu
keluar untuk meningkatkan hasil belajar. evaluasi dari setiap kegiatan kelompok
Dalam hal ini, guru merupakan posisi kunci, sehingga kegiatan berikutnya dapat lebih
sebagai ujung tombak. Untuk itu, efektif (Alma, 2009). Dengan pembelajaran
pemerintah telah melakukan berbagai kooperatif, para peserta didik diharapkan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
dapat aktif bekerja sama dan bertanggung mampu menyelesaikan permasalahan yang
jawab terhadap satu tim untuk mampu mereka hadapi (Goleman, 2004).
membuat diri mereka belajar sama baiknya Kecerdasan intelektual (IQ) hanya
(Slavin,2005). Alternatif model menyumbang 20% bagi kesuksesan,
pembelajaran yang sesuai untuk sedangkan 80% adalah sumbangan faktor
membangun pengetahuan, bekerja sama kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah
dalam kelompok, berinteraksi, Kecerdasan Emosional (EI) yakni
berkomunikasi serta membangun kemampuan memotivasi diri sendiri,
kecerdasan emosional siswa di kelas mengatasi frustasi, mengontrol desakan
adalah Model Pembelajaran Teams hati, mengatur suasana hati (mood),
Games Tournaments (MPTGT). Model berempati serta kemampuan bekerja sama
Pembelajaran Teams Games (Goleman 2009). Kecerdasan Emosional
Tournaments (MPTGT) adalah sebuah yaitu kecerdasan yang diperoleh melalui
model manajemen kelas dimana para kreatifitas emosional yang berpusat di
siswa ditempatkan dalam tim dengan dalam jiwa, oleh karena itu EI lebih tepat
kemampuan yang heterogen untuk diukur dengan perasaan dan emosi (otak
berkompetisi dalam sebuah permainan. kanan). Kedua inteligensi itu sangat
Menurut Slavin (2005), MPTGT dapat diperlukan dalam proses pembelajaran. IQ
meningkatkan kemampuan dasar, prestasi tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa
belajar siswa, interaksi positif antar siswa, partisipasi penghayatan emosional
penerimaan keanekaragaman teman terhadap mata pelajaran yang disampaikan
sekelas dan kepercayaan diri. Pada model di sekolah. Namun biasanya kedua
pembelajaran ini siswa menjadi siap dan inteligensi itu saling melengkapi.
berusaha untuk memahami dan menguasai Keseimbangan antara IQ dan EI
materi yang sedang disampaikan guru merupakan kunci keberhasilan belajar
dalam proses pembelajaran dan melatih siswa di sekolah (Goleman, 2004). Naseer,
siswa untuk bekerjasama dengan baik at.al (2011) mengungkapakan dalam
dengan anggota kelompoknya dalam penelitiannya bahwa Hasil penelitian
menjawab tugas yang diberikan oleh guru. menunjukkan bahwa Kecerdasan
Slavin (2005) mendeskripsikan Emosional memiliki dampak positif pada
komponen - komponen TGT adalah kinerja tim. Penelitian lain yang dilakukan
sebagai berikut : (1) teams adalah siswa oleh Edun dan Akanji (2008) menunjukkan
ditempatkan ke dalam tim-tim dengan bahwa kecerdasan emosional secara
kemampuan heterogen, (2) games adalah signifikan dapat meningkatkan prestasi
latihan kemampuan dimainkan selama akademis siswa.
turnamen mingguan, (3) tournaments Berdasarkan uraian tersebut,
adalah siswa mewakili timnya dan penggunaan model pembelajaran
berkompetisi secara individual melawan kooperatif Teams Games Tournaments
siswa yang berasal dari tim lain. (TGT) dalam pengajaran diduga akan
Dengan MPTGT diharapkan siswa lebih mampu meningkatkan Hasil belajar dan
tertarik dengan materi pelajaran, karena Kecerdasan Emosional. Oleh karena itu,
pelajaran disampaikan dengan cara yang peneliti ingin mengkaji lebih jauh melalui
lebih menyenangkan dan menarik. sebuah penelitian eksperimen dengan judul
Sistem pendidikan di Indonesia masih ”Pengaruh Model Pembelajaran Teams
memandang bahwa Kecerdasan intelektual Games Tournaments (MPTGT) terhadap
(IQ) adalah modal dasar siswa untuk Hasil belajar dan Kecerdasan Emosional
meraih kesuksesan, pendapat ini Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kuta Selatan
didasarkan atas kecerdasan merupakan Tahun Pelajaran 2013/2014”.
potensi yang memudahkan dalam belajar
dan pada akhirnya nanti akan
menghasilkan prestasi yang optimal. Pada METODE PENELITIAN
kenyataannya tidak semua siswa yang IQ Penelitian ini merupakan penelitian
tinggi memiliki hasil belajar yang baik atau eksperimen dengan desain The post-test
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
only control group design. Populasi uji kolinieritas menggunakan rumus korelasi
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2, XI product moment dan uji matriks varians
IPA3 dan XI IPA4 SMA Negeri 1 Kuta menggunakan uji Box’s M. Selanjutnya data
Selatan semester ganjil tahun pelajaran dianalisis secara deskriptif dan
2013/2014 yang berjumlah 137 siswa. menggunakan uji MANOVA. Uji komparasi
Dengan teknik simple random sampling signifikansi skor rata-rata menggunakan
terpilih kelas XI IPA3 sebagai kelompok Least Significant Diference (LSD). Analisis
yang memperoleh MPTGT sebanyak 45 deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
siswa dan kelas XI IPA2 sebagai kelompok skor rata-rata dan simpangan baku hasil
yang memperoleh MPL sebanyak 46 siswa. belajar dan kecerdasan emosional siswa.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini Dalam penelitian ini akan menguji tiga
adalah data hasil belajar yang diukur hipotesis, antara lain : 1) Tidak terdapat
dengan tes obyektif yang terdiri dari 30 butir perbedaan hasil belajar dan Kecerdasan
soal pilihan ganda dan kecerdasan Emosional antara kelompok siswa yang
emosional siswa yang diukur dengan belajar dengan model pembelajaran TGT
kuisioner yang terdiri dari 50 butir dan MPL. 2) Tidak terdapat perbedaan hasil
pernyataan. belajar antara kelompok siswa yang belajar
Sebelum uji hipotesis, dilakukan uji dengan model pembelajaran TGT dan MPL.
prasyarat antara lain uji normalitas data 3) Tidak terdapat perbedaan Kecerdasan
yang menggunakan Kolmogorov-Smirnov Emosional antara kelompok siswa yang
test, uji homogenitas menggunakan belajar dengan model pembelajaran TGT
Levene’s Test of Equality of Error Variance, dan MPL.
Keterangan :
MPTGT = Model Pembelajaran Teams Games Tournament
MPL = Model Pembelajaran Langsung
Uji Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Untuk menguji hipotesis pertama bantuan SPSS-PC 17.0 for Windows. Hasil
digunakan analisis MANOVA dengan analisis disajikan pada Tabel 3.
Hypothesis Error
Effect Value F df df Sig.
Intercept Pillai's Trace 0,995 8033,041a 2,000 88,000 0,000
Wilks' Lambda 0,005 8033,041a 2,000 88,000 0,000
Hotelling's Trace 182,569 8033,041a 2,000 88,000 0,000
Roy's Largest Root 182,569 8033,041a 2,000 88,000 0,000
MODEL Pillai's Trace 0,267 16,022a 2,000 88,000 0,000
Wilks' Lambda 0,733 16,022a 2,000 88,000 0,000
Hotelling's Trace 0,364 16,022a 2,000 88,000 0,000
Roy's Largest Root 0,364 16,022a 2,000 88,000 0,000
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
Keterangan
a. Exact statistic
b. Design : Intercept + Model Pembelajaran
Berdasarkan tabel 3 diperoleh nilai antara kelompok siswa yang belajar dengan
statistik Pillai Trace, Wilk’s Lamda, MPTGT dan kelompok siswa yang belajar
Hotelling’s Trace dan Roy’s Largest Root dengan MPL.
masing-masing dengan Fhitung = 16,022 dan Untuk menguji hipotesis kedua dan
angka signifikansi 0,000 lebih kecil dari ketiga digunakan analisis MANOVA
0,05. Dengan demikian maka dapat berdasarkan hasil Test Between Subjects
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan Effects seperti yang tersaji pada Tabel 4
hasil belajar dan kecerdasan emosional berikut.
Mean
Dependent (I) Model (J) Model
Dirrefence (I- LSD Keterangan
Variable Pembelajaran Pembelajaran
J)
i j
MPTGT MPL 11,556 4,904
Hasil belajar > LSD
i j
Kecerdasan MPTGT MPL 4,324 2,693
Emosional > LSD
Dari hasil perhitungan untuk hasil kelas dan jumlah kehadiran di kelas lebih
belajar pada Tabel 9 diperoleh bahwa tinggi.
i j = 11,556 sedangkan LSD = 4,904. Pembelajaran kooperatif termasuk
MPTGT adalah suatu pembelajaran teman
Karena i j > LSD maka hasil belajar sebaya dimana siswa bekerja sama dalam
siswa yang belajar dengan MPTGT lebih kelompok-kelompok kecil yang mempunyai
baik dari hasil belajar siswa yang belajar tanggung jawab bagi individu maupun
menggunakan MPL. kelompok terhadap tugas-tugas (Sanjaya
Dari hasil perhitungan untuk variabel 2008). Dalam kelompok-kelompok kecil
kecerdasan emosional diperoleh bahwa tersebut semua siswa terlibat secara aktif
i j = 4,342 sedangkan LSD = 2,693. untuk ikut memecahkan permasalahan
yang ada dalam kelompok dan proses
Karena i j > LSD maka kecerdasan pembelajaran dapat berlangsung secara
emosional siswa yang belajar dengan optimal sehingga dapat meningkatkan hasil
MPTGT lebih baik dari kecerdasan belajar siswa baik secara individual maupun
emosional siswa yang belajar kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat
menggunakan MPL. Slavin (2005) bahwa melalui pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi
PEMBAHASAN siswa, mengembangkankan hubungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antar kelompok, penerimaan terhadap
MPTGT sangat efektif untuk meningkatkan teman yang lemah dalam bidang akademik,
hasil belajar dan kecerdasan emosional meningkatkan rasa harga diri, kesadaran
siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan untuk berpikir, memecahkan masalah, dan
penelitian yang dilakukan oleh Micheal mengaplikasikan pengetahuan dan
(2011) yang menyatakan bahwa kelompok kemampuan mereka.
siswa yang belajar melalui MPTGT prestasi MPTGT merupakan bentuk model
belajarnya lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif yang
kelompok kontrol. Slavin (1977b) dan Janke dikembangkan berdasarkan pada teori
(1978) (dalam Slavin, 2005) belajar konstruktivisme, dimana
mengindikasikan bahwa MPTGT dapat pengetahuan dikontruksi peserta didik
memperbaiki perilaku para remaja dengan sedikit demi sedikit yang hasilnya diperoleh
gangguan emosi di dalam kelas-kelas dari hasil konstruksi dan pengalamannya
mandiri. Siswa dengan gangguan emosi sendiri. Peserta didik akan lebih mudah
tetapi memiliki intelegensi normal melalui menemukan dan memahami konsep-
kelas TGT dapat berinteraksi dengan baik, konsep yang sulit dalam pelajaran, melalui
berkurang prilaku menggangu di dalam diskusi kelompok. Komponen-komponen
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
dalam MPTGT adalah penyajian materi, tim, menggunakan MPTGT pengetahuan siswa
game, turnamen dan penghargaan mengenai materi pelajaran akan lebih
kelompok. Dengan adanya game dan mendalam karena ada unsur tutor sebaya.
tournament tersebut, proses pembelajaran Oleh karena itu, nilai hasil belajar siswa
akan lebih menarik dan menyenangkan melalui MPTGT lebih tinggi dibandingkan
sehingga menambah semangat siswa dengan MPL.
untuk belajar. Hal ini sesuai dengan amanat Goleman (2004) mengungkapkan
Permendiknas No 41 tahun 2007 bahwa Kecerdasan Emosional seseorang dapat
proses pembelajaran dilakukan secara diukur dari beberapa apek yaitu mengenali
interaktif, inspiratif, menyenangkan, emosi diri (self awareness), mengelola
menantang, memotivasi peserta didik untuk emosi (self management) memotivasi diri
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang (motivation), mengenali emosi orang lain
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan (social awareness) dan membina hubungan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, (relationship management).Kecerdasan
dan perkembangan fisik serta psikologis emosional memberikan rasa sensitif dan
peserta didik (Rusman, 2010). kemampuan mengetahui bagaimana
Pembelajaran koopertif dapat memberikan mempengaruhi diri sendiri dan orang lain
keuntungan kepada siswa kelompok bawah (Patton 2000). Karena keceradasan
maupun kelompok atas didalam emosional bekerja secara sinergis dengan
menyelesaikan tugas-tugas akademik, keterampilan kognitif. Semakin kompleks
siswa dari kelompok atas akan menjadi kegiatan, semakin penting keceradasan
tutor bagi siswa kelompok bawah, emosional tersebut. Keceradasan
sedangkan siswa siswa kelompok atas emosional adalah dasar bagi lahirnya
kemampuan akademiknya akan meningkat kecakapan emosi yang diperoleh dari hasil
karena memberi pelayanan sebagai tutor belajar, dan dapat menghasilkan kinerja
yang membutuhkan pemikiran lebih tentang yang menonjol dalam pekerjaan. Inti dari
ide-ide yang terdapat dalam materi kecakapan emosi ini adalah kemampuan
pelajaran (Slavin, 2008). MPTGT adalah empati dan keterampilan sosial. Slavin
model pembelajaran kooperatif yang (1995) mengungkapkan bahwa
melibatkan seluruh siswa tanpa perbedaan pembelajaran koperatif dapat meningkatkan
status, mengandung unsur permainan, prestasi belajar siswa sekaligus
penghargaan yang bisa memotivasi siswa meningkatkan kemampuan hubungan
serta mudah diterapkan. Aktivitas belajar sosial, menumbuhkan sikap menerima
dengan permainan yang dirancang dalam kekurangan diri dan orang lain,
MPTGT memungkinkan siswa dapat belajar meningkatkan harga diri, memecahkan
lebih nyaman, menumbuhkan tanggung masalah dan mengintegrasikan penge-
jawab, kejujuran, kerja sama serta tahuan dengan keterampilan. Keberhasilan
persaingan yang sehat. Dalam MTGT antarpribadi yang berasal dari keceradasan
peserta didik diposisikan sebagai subjek emosional akan menjadi salah satu
belajar, artinya yang melaksanakan proses keterampilan paling penting dalam hidup.
pembelajaran adalah siswa. Proses Berkembangnya kecerdasan emosional
pembelajaran dengan MPTGT ini dilakukan tersebut sangat berpengaruh dalam proses
dalam Kelompok yang heterogen sehingga dan keberhasilan belajar selanjutnya,
dapat memotivasi siswa untuk saling karena belajar tidaklah semata-mata
membantu antar siswa yang persoalan intelektual, tetapi juga emosional.
berkemampuan tinggi dengan siswa yang Belajar tidak hanya berinteraksi dengan
berkemampuan kurang dalam menguasai buku pelajaran saja tetapi juga interaksi
materi pelajaran. Fungsi kelompok adalah antara sesama siswa dan antara siswa
untuk lebih mendalami materi bersama dengan guru.
teman kelompoknya dan lebih khusus Model pembelajaran TGT memiliki
untuk mempersiapkan anggota kelompok lima langkah-langkah, yaitu: (1)Presentasi
agar bekerja dengan baik dan optimal pada Kelas, (2) Kelompok, (3) Permainan, (4)
saat game dan turnamen. Dengan Kompetisi, (5) Penghargaan (Slavin 2005).
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
Alma ,B. 2009. Guru Profesional Menguasai Educational Sciences, 2011, 3(1), 30-
Metode Trampil mengajar. 46. Tersedia pada http: www.iojes.
Bandung: Alfabeta. Netuserfiles ArticleIOJES_ 476.pdf
Diakses tanggal 17 Mei 2013.
Edun, T dan Akanji, S.O. 2008. Perceived
Self-Efficacy, Academic Self- Patton P. 2000. EQ : Landasan Untuk
Regulation and Emotional Meraih sukses Pribadi dan Karier.
Intelligence as Predictors of Jakarta : Mitra Media.
Academic Performance in Junior
Secondary Schools. International Program for International Student
Journal of Educational Research Assessment (PISA). 2009. The OECD
Vol. 4 (1) 2008: pp. 81-89. Programme for International Student
Tersedia pada http://www.ajol. Assessment (PISA). (Online) Tesedia
info/index.php /ijer/ article pada http://www.oecd.org/pisa/ pisa
/view/41692 diakses tanggal 1 products/46619703.pdf. Diakses
November 2012. tanggal 8 Mei 2013.
/PDF/t03_TR_Chap12.pdf.Diakses 20
Januari 2013.