Anda di halaman 1dari 5

TENS :

stimulasi saraf elektrik transkutaneus (TENS) indikasinya


manajemen nyeri dan modulasi nyeri melalui aktivasi teori
gerbang kendali (gate control) dan teori opiate endogen

TENS adalah bentuk stimulasi saraf elektrik perifer melalui


kulit yang digunakan untuk mendapatkan elektroanalgesia,
untuk mencari saraf perkutaneus, untuk mempertahankan
aktivitas otot setelah stroke dan untuk perkembangan otot.

Karakteristik :
Dalam TENS konvensional, frekuensinya sebesar 10-100 Hz
dan dalam TENS modern, frekuensinya dapat beragam dari
2-600 Hz. frekuensi dapat disesuaikan dalam kedua jenis
perlengketan TENS.

Modulasi TENS :
Dipercaya bahwa jaringan tubuh dapat beradaptasi terhadap
arus TENS dan untuk mencegah hal ini, arus TENS
dimodulasi. Perubahan bertahap dan kontinu dalam satu atau
lebih parameter arus TENS, untuk mencegah adaptasi dikenal
sebagai modulasi TENS. Modulasi ini dapat dihasilan dengan
perubahan frekuensi secara bertahap dan kontinu,

Klasifikasi TENS :
Bergantung pada frekuensi dan penggunaannya, TENS dibagi
menjadi dua jenis berbeda, yaitu TENS frekuensi tinggi dan
TENS frekuensi rendah. TENS frekuensi tinggi juga dikenal
sebagai TENS tinggi dan intensitas rendah. TENS frekuensi
tinggi memiliki frekuensi diatas 50 Hz digunakan untuk nyeri
akut. TENS frekuensi rendah memiliki frekuensi kurang dari
50 Hz digunakan untuk nyeri kronik.

Mekanisme Analgesia :
menggunakan Teori Endorphin : TENS menyebabkan
stimulasi dan peningkatan sirkulasi endorphin. Endorfin
adalah zat transmitter endogenus yang menyerupai morfin.
Endofin terbentuk secara alamiah di dalam otak dan kelenjar
hipofisis. Endorfin dari otak bersirkulasi dan menghambat
sensi nyeri sebagai hasil dari aplikasi TENS.

Teori Gerbang Kontrol : tema teori ini adalah nyeri dapat


dihambat d berbagai gerbang yang dilalu oleh impuls nyeri
saat menuju ke otak. Gerbang ini berlokasi di sinaps neuronal
di dalam medulla spinalis. Informasi yang mengarah ke
sensasi nyeri berjalan melewati gerbang dan bergantung pada
keseimbangan aktivitas di serabut saraf eferen yang besar dan
kecil serta di serabut yang turun dari bagian pusat yang lebh
tinggi. Transmisi sensasi nyeri bergantung pada aktivasi
transmisi sel (T) oleh serabut saraf yang besar atau kecil.

Indikasi :
TENS umumnya digunakan untuk elektroanalgesia di banyak
kondisi. Nyeri sendi : arthritis rheumatoid, osteoarthritis,
hemoragi intra artikular, dan lain lain. Nyeri akut : TENS
dapat juga digunakan dalam terapi nyeri akut seperti nyeri
obstetric atau nyeri persalinan, trauma akut, nyeri orofasial
akut, nyeri pascaoperasi, dan dismenorea primer. Nyeri otot :
TENS juga digunakan dalam terapi nyeri karena berbagai
gangguan otot, seperti spasme otot, tortikolis spastic,
miositis, mialgia, dan otot keseleo. Nyeri spinal : cedera
medulla spinalis, siringomielitis kompresi radiks dorsalis,
arakhonoiditis, pascakordotomi, kompresi saraf spinal dapat
diterapi dengan sangat baik. Nyeri neoplastik : TENS dapat
digunakan dalam terapi kondisi neoplastik. Gangguan
saraf : cedera saraf perifer, neuroma traumatic, neuralgia,
trigeminal, kausalgia, neuralgia brakial, neuritis interkostal,
mononeuritis, polyneuritis, dan neuropati. Indikasi non
analgesic : TENS juga dapat digunakan pada dismenorea,
penyakit raynaud, penyakit buerger, pemulihan luka dan
setelah bedah rekonstruktif dan Nyeri psikogenik dan nyeri
fantom.

Dosimetri TENS :
Pada nyeri akut TENS frekuensi tinggi dan intensitas rendah
atau yang dapat dilaca dapat diaplikasikan selama 20 menit.
Pada nyeri kronik, TENS frekuensi rendah dapat
diaplikasikan dengan intensitas tinggi atau dapat ditoleransi
selama 30 menit. Namun jika intensitas nyeri sangat hebat
bahkan TENS dapat diaplikasikan selama 8 hingga 24 jam.

TRAKSI :
indikasi nya radiks saraf spina yang terganggu disebabkan
oleh pulposus nucleus terherniasi atau stenosis spina, spasme
otot, hipomobilitas spina, inflamasi otot, nyeri sub akut dan
kronik. Traksi yang menjadi salah satu modalitas yang digunakan
dalam penanganan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) ini bahwa
dengan traksi teknik intermiten dapat menurunkan nyeri dan
menurunkan spasme (Cameron, 1999 )
Wiliam Flexion :
William Flexion Exercise adalah exercise therapy diperkenalkan oleh
Dr. Paul Williams pada tahun 1937. Latihan William Flexion Exercise
ini dirancang untuk mengurangi nyeri pinggang dengan memperkuat
otot-otot yang memfleksikan lumbo sacral spine, terutama otot
abdominal dan otot gluteus maksimus dan meregangkan kelompok
ekstensor punggung bawah (Zuyina Luklukaningsih 2014:124).
Dengan pemberian William Flexion Exercise diharapkan mampu
meningkatkan lingkup gerak sendi pada daerah lumbal penderita low
back pain sehingga lingkup gerak sendinya meningkat dan kembali
normal. William Flexion Exercise dengan frekuensi 3 kali latihan
dalam satu minggu, dan dengan waktu 1 kali terapi 20 menit. William
Flexion Exercise adalah latihan yang dirancang untuk mengurangi
nyeri pinggang dengan memperkuat otot-otot yang memfleksikan
lumbo sacral spine, terutama otot abdominal dan otot gluteus
maksimus dan meregangkan kelompok ekstensor punggung bawah.
Tujuan dari terapi latihan Williams fleksion adalah untuk mengurangi
nyeri punggung bawah dan membentuk stabilitas batang tubuh bagian
bawah dengan cara : 1). Aktivasi otot abdominal, gluteus maksimus
dan otot hamstring. 2). Peregangan secara pasif otot-otot fleksor
panggul dan punggung bawah (m. sacrospinalis) sehingga dapat
menghasilkan keseimbangan antara otot-otot fleksor postural dengan
otototot ekstensor postural. 3). Mengurangi posisi lordosis dari
vertebra lumbal sehingga dapt mengurangi tekanan pada struktur
posterior vertebra lumbal. 4). Penguatan otot-otot abdominal dan
m.gluteus maksimus. Gerakan-gerakan pada terapi latihan Williams
fleksion juga dapat membuka foramen intervertebralis, meregangkan
struktur ligamen dan distraksi sendi apophyseal. Gerakan pelvic tilt
berfungsi untuk menguatkan otot-otot penyokong di sekitar punggung
bawah terutama otot-otot abdomen. Gerakan pelvic tilt juga member
sedikit efek massage pada punggung sehingga dapat mengurangi
spasme otot. Gerakan kedua dari terapi latihgan Williams fleksion
adalah single and double knee to chest berfungsi untuk meregangkan
otot-otot punggung bawah. Gerakan lying leg berfungsi untuk melatih
otot-otot punggung bawah dan otot-otot hamstring. Partial sit up
bertujuan untuk mengurangi lordosis lumbal.

Anda mungkin juga menyukai