DISUSUN OLEH:
NAMA KELOMPOK 10
1.IMELDA S.LALO
2.TOMI YAWAN DANGU RAMBA
3.FERLIANA BANJA URU
4.VERONIA DANIATI TAMU APU
5.WINI MARDIANI NITE
6.YUSTI YAKU DANGA
7.DESILIA BANI
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ‘’ KONSEP TEORITIS
PENJAMINAN MUTU ASUHAN KEPERAWATAN DAN KONSEP TEORI PRAKTIK
KEPERAWATAN BERBASIS EVIDENCE BASED PRACTICE’’ ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Manajemen Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang konsep teoritis penjaminan mutu asuhan keperawatan dan konsep teori praktek
keperawatan berbasis evidenve based practice bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PEMBAHASAN
Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan
secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang
berkepentingan memperoleh kepuasan. Khusus Pelayanan Kesehatan Penjaminan mutu
pelayanan kesehatan adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan
pelayanan kesehatan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga stakeholders memperoleh
kepuasan. (Suryadi,2009)
4) Menyelesaikan masalah keperawatan yang terkait dengan disiplin, etik dan moral
perawat.
1) Definisi TQM
Total Quality Management adalah kualitas menjadi hal utama yang menjadi titik
fokus setiap perusahaan. Berbagai hal dilakukan untuk meningkatkan kualitas yang
diterapkan pada produk, pelayanan dan manajemen perusahaan. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, lahirlah suatu inovasi yang dikenal dengan TQM.
Menurut Tjiptono & Anastasia (2003) TQM merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.”
Dalam kualitas pelayanan yang baik, terdapat beberapa jenis kriteria pelayanan,
antara lain adalah sebagai berikut :
a. Tangibles
b. Reliability
c. Responsiveness
d. Assurance
Assurance adalah jaminan dan kepastian yang diperoleh dari sikap sopan santun
karyawan, komunikasi yang baik, dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga mampu
menumbuhkan rasa percaya pelanggan.
e. Empati
Empati adalah memberikan perhatian yang tulus dan bersifat pribadi kepada
pelanggan, hal ini dilakukan untuk mengetahui keinginan konsumen secara akurat dan
spesifik.
3) Prinsip - Prinsip TQM
Prinsip-prinsip dalam sistem TQM harus dibangun atas dasar 5 pilar sistem yaitu;
Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen. Pendapat lain dikemukakan
oleh Hensler dan Brunnell (dalam Scheuing dan Christopher, 1993: 165-166) yang dikutip
oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. dalam bukkunya yang berjudul Manjemen Mutu
Terpadu, mengatakan bahwa TQM merupakan suatu konsep yang berupaya, melaksanakan
sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu, diperlukan perubahan besar dalam
budaya dan sistem nilai suatu organisasi. ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu :
a. Kepuasan Pelanggan
Dalam Total Quality Management, konsep mengenai kualitas dan pelanggan
diperluas. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi tertentu, tetapi
kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk
dipuaskan dalam segala aspek, termasuk dalam harga, keamanan, dan ketepatan waktu.
b. Respek terhadap setiap orang.
Dalam perusahaan berkualitas, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang
memiliki talenta dan kreatifitas yang khas. Dengan demikian, karyawan merupakan
sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam
organisasi diperlukan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk terlibat dan
berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
c. Manajemen berdasarkan fakta
Perusahaan kelas berkualitas berorientasi pada fakta, maksudnya bahwa setiap
keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan. Ada dua konsep
pokok yang berkaitan dengan hal ini:
(1) prioritas, yakni suatu konsep yang menyatakan bahwa perbaikan tidak dapat
dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan
sumber daya yang ada;
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis dalam
melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini adalah
siklus PDCAA (plan-do-check-act-analyze), yang terdiri dari langkah-langkah
perencanaan, dan melakukan tindakan koreksi terhadap hasil yang diperoleh.
Pembahasan mengenai metode TQM difokuskan pada tiga pakar utama yang merupakan
pelopor dalam pengembangan TQM. Mereka adalah W. Edwards Deming, Joseph M.
Juran, dan Philip B. Crosby.
Selama ini Deming dikenal sebagai Bapak gerakan TQM. Deming mencatat
kesuksesan dalam memimpin revolusi kualitas di Jepang, yaitu dengan memperkenalkan
penggunaan teknik pemecahan masalah dan pengendalian proses statistic (statistical
process control = SPC). Deming menganjurkan penggunaan SPC agar perusahaan dapat
membedakan penyebab sistematis dan penyebab khusus dalam menangani kualitas. Ia
berkeyakinan bahwa perbedaan atau variasi merupakan suatu fakta yang tidak dapat
dihindari dalam kehidupan industri.
Siklus Deming (Deming Cycle), Siklus ini dikembangkan untuk menghubungkan
antara operasi dengan kebutuhan pelanggan dan memfokuskan sumber daya semua
bagian dalam perusahaan (riset, desain, operasi, dan pemasaran) secara terpadu dan
sinergi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (Ross, 1994: 237). Siklus Deming adalah
model perbaikan berkesinambungan yang dikembangkan oleh W. Edward Deming yang
terdiri atas empat komponen utama secara berurutan yang dikenal dengan siklus PDCA
(Plan-Do-Check-Act)
Juran mendefinisikan kualitas sebagai cocok / sesuai untuk digunakan (fitness for
use), yang mengandung pengertian bahwa suatu barang atau jasa harus dapat memenuhi
apa yang diharapkan oleh para pemakainya. Satu kontribusi Juran yang paling terkenal
adalah Juran’s Three Basic Steps to Progress, diantaranya :
Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero defect dan pencegahan. Dalil
manajemen kualitas menurut Crosby adalah sebagai berikut :
Kerusakan Nol (zero defect) merupakan standar kinerja yang harus digunakan
Konsep yang berlaku di masa lalu, yaitu konsep mendekati (close enough concept),
misalnya efisiensi mesin mendekati 95 persen. Namun, coba dihitung berapa besarnya
inefisiensi 5 persen bila dikalikan dengan penjualan. Bila diukur dalam rupiah, maka
baru disadari besar sekali nilainya. Orang sering terjebak dengan nilai persentase,
sehingga Crosby mengajukan konsep kerusakan nol, yang menurutnya dapat tercapai
bila perusahaan melakukan sesuatu dengan benar sejak pertama proses dan setiap proses.
menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer
dapat menggunakan proses operasional kinerja untuk mengatur arah kerja dalam
memilih, melatih, membimbing perencanaan karier serta memberi penghargaan kepada
perawat yang berkompeten (Nursalam,2008).
a. Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok dengan memberikan
kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka
pencapaian tujuan pelayanan di rumah sakit.
b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan
mempengaruhi atau mendorong sumber daya manusia secara keseluruhannya.
d. Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan
staf yang lebih tepat guna, sehingga rumah sakit akan mempunyai tenaga yang cakap
dan trampil untuk pengembangan pelayanan keperawatan dimasa depan.
b) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam
medis, dan catatan lain.
- Status biologis-psikologis-sosial-spiritual
a) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi masalah klien,
dan perumusan diagnosa keperawatan.
b) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), Penyebab (E), dan tanda atau
gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
c) Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosa
keperawatan.
a) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan
keperawatan.
b) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukut perkembangan ke arah
pencapaian tujuan.
Perencanaan adalah menetapkan hal-hal yang akan datang dan tidak akan dilakukan
pada menit, jam atau waktu yang akan datang. Perencanaan merupakan jembatan antara
dimana kita sekarang dengan dimana kita saat yang akan datang. Perencanaan merupakan
proses intelektual yang didasarkan pada fakta dan informasi, bukan emosi dan harapan
(Douglas, 1992; Gillies, 1994).
Planning of Action (POA) atau disebut juga Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
merupakan sebuah proses yang ditempuh untuk mencapai sasa ran kegiatan. Rencana
kegiatan dapat memiliki beberapa bentuk, antara lain:
1. Rangkaian sasaran yang lebih spesifik dengan jangka waktu lebih pendek,
2. Rangkaian kegiatan yang saling terkait akibat dipilihnya alternatif pemecahan masalah
3. Rencana kegiatan yang memiliki jangka waktu spesifik, kebutuhan sumber daya yang
spesifik, dan akuntabilitas untuk setiap tahapannya.
Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007), Perlu beberapa hal yang dipertimbangkan
sebelum menyusun Plan of Action (POA), yaitu dengan memperhatikan kemampuan
sumber daya organisasi atau komponen masukan (input), seperti: Informasi, Organisasi
atau mekanisme, Teknologi atau cara, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
a. Hal ini menjadi lebih penting apabila berbagai unit dalam organisasi memiliki peran
yang berbeda dalam pencapaian
Dalam penerapannya, Plan of Acton (POA) harus baik dan efektif agar kegiatan
program yang direncanakan dapat dijalankan sesuai dengan tujuan. Berikut ini beberapa
kriteria Plan of Acton (POA) dikatakan baik, antara lain:
1. Spesific (Spesifik)
Rencana kegiatan harus spesifik dan berkaitan dengan keadaan yang ingin dirubah.
Rencana kegiatan perlu penjelasan secara pasti berapa Sumber Daya Manusia (SDM)
yang dibutuhkan, siapa saja mereka, bagaimana dan kapan mengkomunikasikannya.
2. Measurable (Terukur)
Rencana kegiatan harus dapat menunjukkan apa yang sesungguhnya telah dicapai.
Rencana kegiatan harus dapat dicapai dengan biaya yang masuk akal. Ini berarti
bahwa rencana tersebut harus sederhana tetapi efektif, tidak harus membutuhkan
anggaran yang besar. Selain itu teknik dan metode yang digunakan juga harus yang
sesuai untuk bisa dilakukan.
4. Relevant (sesuai)
Rencana kegiatan harus sesuai dan bisa diterapkan di suatu organisasi atau di suatu
wilayah yang ingin di intervensi. Harus sesuai dengan pegawai atau masyarakat di
wilayah tersebut.
Rencana kegiatan harus merupakan sesuatu yang dibutuhkan sekarang atau sesuatu
yang segera dibutuhkan. Jadi waktu yang sesuai sangat diperlukan dalam rencana
kegiatan agar kegiatan dapat berjalan efektif.
Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007), beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menyusun Plan of Action atau Rencana Usulan Kegiatan (RUK), antara lain:
Dengan melihat situasi yang ada saat ini dengan gambaran situasi yang diharapkan
nantinya dan juga atas dasar tujan umum pembangunan kesehatan, maka dapat
dirumuskan tujuan umum program atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Tujuan umum adalah suatu pernyataan yang bersifat umum dan luas yang
menggambarkan hasil akhir (outcome atau dampak) yang diharapkan.
Penentuan kriteria keberhasilan atau biasa disebut indikator keberhasilan dari suatu
rencana kegiatan, perlu dilakukan agar organisasi tahu seberapa jauh program atau
kegiatan yang direncanakan tersebut berhasil atau tercapai. Menentukan kriteria
atau indikator keberhasilan disesuaikan dengan tujuan khusus yang telah
ditentukan.
Pada program kegiatan yang diusulkan harus mengandung unsur 5W+1H, yaitu:
c. How Much : Berapa banyak jumlah pelayanan atau kegiatan yang spesifik?
d. Whom : Siapa target sasaran atau populasi apa yang terkena program?
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang
berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, target, waktu, besaran kegiatan
(volume), dan hasil yang diharapkan.
Evidence Based Practice (EBP) adalah proses penggunaan bukti-bukti terbaik yang
jelas, tegas dan berkesinambungan guna pembuatan keputusan klinik dalam merawat
individu pasien. Dalam penerapan EBP harus memenuhi tiga kriteria yaitu berdasar bukti
empiris, sesuai keinginan pasien, dan adanya keahlian dari praktisi.
a. Model Stetler
Model Stetler dikembangkan pertama kali tahun 1976 kemudian diperbaiki tahun
1994 dan revisi terakhir 2001. Model ini terdiri dari 5 tahapan dalam menerapkan
Evidence Base Practice Nursing.
- Tahap persiapan.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah atau isu yang muncul, kemudian
menvalidasi masalah dengan bukti atau landasan alasan yang kuat.
- Tahap validasi.
Tahap ini dimulai dengan mengkritisi bukti atau jurnal yang ada (baik bukti
empiris, non empiris, sistematik review), kemudian diidentifikasi level setiap bukti
menggunakan table “level of evidence”. Tahapan bisa berhenti di sini apabila tidak
ada bukti atau bukti yang ada tidak mendukung.
Pada tahap ini dilakukan sintesis temuan yang ada dan pengambilan bukti yang bisa
dipakai. Pada tahap ini bisa muncul keputusan untuk melakukan penelitian sendiri
apabila bukti yang ada tidak bisa dipakai.
Tahap ini memutuskan pada level apa kita akan melakukan penelitian (individu,
kelompok,organisasi). Membuat proposal untuk penelitian, menentukan strategi
untuk melakukan diseminasi formal dan memulai melakukan pilot projek.
- Tahap evaluasi.
Tahap evaluasi bisa dikerjakan secara formal maupun non formal, terdiri atas
evaluasi formatif dan sumatif, yang di dalamnya termasuk evaluasi biaya.
b. Model IOWA
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger bisa berupa
knowledge focus atau problem focus. Jika masalah yang ada menjadi prioritas
organisasi, maka baru dibentuklah tim. Tim terdiri atas dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lain yang tertarik dan paham dalam penelitian. Langkah berikutnya adalah
minsintesis bukti-bukti yang ada.Apabila bukti yang kuat sudah diperoleh, maka
segera dilakukan uji coba dan hasilnya harus dievaluasi dan di seminasikan.
Model ini menjelaskan bahwa penerapan Evidence Based Nursing ke lahan paktek
harus memperhatikan latar belakang teori yang ada, kevalidan dan kereliabilitasan
metode yang digunakan, serta penggunaan nomenklatur yang standar.
e. Mendukung kebijakan dan rosedur saat ini dan termasuk menjadi penelitian terbaru
f. Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk meningkatkan
kualitas perawatan pada pasien.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan konsep Evidence Based Practice diatas, dapat
disimpulkan bahwa ada 3 faktor yang secara garis besar menentukan tercapainya
pelaksana praktek keperawatan yang lebih baik yaitu, penilitian yang dilakukan
berdasarkan fenomena yang terjadi dikaitkan dengan teori yang telah ada, pengalaman
klinis terhadap sustu kasus, dan pengalaman pribadi yang bersumber dari pasien. Dengan
memperhatikan faktor – faktor tersebut, maka diharapkan pelaksanaan pemberian
pelayanan kesehatan khususnya pemberian asuhan keperawatan dapat ditingkatkan
terutama dalam hal peningkatan pelayanan kesehatan atau keperawatan, pengurangan
biaya ( cost effective ) dan peningkatan kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan.
Namun dalam pelaksanaan penerapan Evidence based practice ini sendiri tidaklah
mudah, hambatan utama dalam pelaksanaannya yaitu kurangnya pemahaman dan
kurangnya referensi yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan penerapan EBP itu
sendiri.
SARAN
Dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang baik,
serta mengambil keputusan yang bersifat klinis hendaknya mengacu pada SOP yang
dibuat berdasarkan teori – teori dan penilitian terkini. Evidence Based Practice dapat
menjadi panduan dalam menentukan atau membuat SOP yang memiliki landasan
berdasarkan teori, penilitian, serta pengalaman klinis baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ayun, Q., 2014. Peran Komite Keperawatan dalam Pengawasan Mutu dan Audit Keperawatan.
SlideShare, p.24. Available at: http://www.slideshare.net/ayunannaim/audit-mutu [Accessed
January 12, 2017].
Nasution, M., 2004. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Jakarta: Ghalia
Indonesia. Available at: http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-total-quality-
management-tqm.html.
Suryadi, T., 2009. Pengertian dan Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Scribd.
Available at: https://www.scribd.com/doc/17381263/Pengertian-Dan-Pelaksanaan-Mutu-
Pelayanan-Kesehatan [Accessed January 12, 2017].
Tjiptono, F. & Anastasia, D., 2003. Total Quality Management Edisi Kedu., Yogyakarta: Andi
Offset. Available at: http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-total-quality-
management-tqm.html.