Anda di halaman 1dari 8

TEKNOLOGI PANGAN : Media Informasi dan Komunikasi Ilmiah Teknologi Pertanian Terakreditasi No.

28/E/KPT/2019
Website: https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/Teknologi-Pangan Volume 10, No. 2, (2019), Halaman 127-134
Licensed : Creative Commons Attribution 4.0 International License. (CC-BY) p-ISSN: 2087-9679, e-ISSN: 2597-436X

Pengembangan sistem jamina halal produk minuman herbal instan di


industri kecil menengah (ikm) “dia”
Developing Halal Assurance System for Instant Herbal Drinks Produced by
Small Medium Enterprise (SME) “DIA”

Teti Estiasih1), Kgs. Ahmadi2), Harijono1)


1)
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya, Jl. Veteran, Malang
2)
Program Studi Teknologi Industri Pertaian, Fakutas Pertanian, Universitas Tribhuwana
Tunggadewi, Jl. Tlogowarna, Tologomas, Malang
Penulis korespiondensi: email teties@yahoo.co.id; teties@ub.ac.id

Dikirim: 20/09/2019; ditinjau: 21/09/2019; disetujui: 30/09/2019

ABSTRACT

Indonesian law obliges that all marketed, distributed, and trade products in the territory of
Indonesia should have comply halal requiremnets. Small and Medium Enterprise (SME)
DIA produces instant herbal drink products with the largest consumer is being Muslim. In
accordance with the law, thatall products are required to halal certified and have a halal
logo on the label, the SME DIA also prepares for halal certification. To certify halal, a
halal assurance system must be implemented. Development of halal assurance system is
required for small and medium industries in order to halal certification. Development of the
halal assurance system is based on the HAS 23000 guide from LPPOM MUI. In fulfillment
of HAS 23000, SME DIA has implemented 11 clausuls that are halal policy, halal
management team, materials, products, production facilities, training and education,
written standardoperating procedures, traceability, uncomplied halal product handling,
internal audit, and management review. HCCCP analysis shows that no halal critical
points in producing instant herbal drinks at SME DIA.
Keywords: certification, halal, halal assurance system, instant herbal drink

ABSTRAK

Undang-undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal mengamanatkan


dalam Pasal 4 bahwa semua produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di
wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal. Produk industri kecil menengah (IKM) DIA
merupakan produk minuman herbal instan dengan konsumen terbesar adalah muslim.
Sesuai dengan undang-undang, bahwa semua produk pangan wajib sertifikasi halal dan
mencantumkan label halal pada produknya, maka IKM DIA juga merencanakan untuk
sertifikasi halal. Untuk mensertifikasi halal tersebut, sistem jaminan halal harus
diimplementasikan. Pengembangan sistem jaminan halal diperlukan bagi industri kecil
menengah dalam rangka sertifikasi halal. Pengembangan sistem jaminan halal tersebut
mengacu kepada panduan HAS 23000 dari LPPOM MUI. Dalam pemenuhan HAS
23000 tersebut, IKM DIA telah melaksanakan 11 klausul yang disyaratkan yang
meliputi kebijakan halal, tim manajemen halal, bahan, produk, fasilitas produksi,
pelatihan dan edukasi, prosedur tertulis aktivitas kritis, kemampuan telusur, penanganan
produk yang tidak memenuhi kriteria, audit internal, dan kaji ulang manajemen. Hasil
analisis HCCCP pada proses produksi minuman herbal instan di IKM DIA tidak
ditemukan adanya halal critical point.
Kata kunci: halal, minuman herbal instan, sertifikasi, sistem jaminan halal,

127 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v10i2.1651


Estiasih, Ahmadi dan Harijono/ Teknologi Pangan Volume 10, No. 2, (2019), Halaman 127-134

PENDAHULUAN diperkirakan akan meningkat 30% dari


populasi dunia pada tahun 2025, pasar untuk
Penekanan pada pentingnya produk produk halal sangat luas. Banyak masyarakat
halal kini semakin berkembang dan dengan Islam menganggap sertifikat halal sebagai
cepat menjadi kekuatan pasar yang baru. Isu faktor penting yang mempengaruhi kenginan
halal menjadi masalah utama dan dalam pembelian beli (Ali et al., 2017;
mempengaruhi persepsi konsumen tentang Majid, Sabir dan Ashraf, 2015). Sertifikat
suatu produk. Tuntutan halal juga telah halal juga dapat menunjukkan bahwa produk
memandu bagaimana proses bisnis harus bernilai tinggi (Nasirun et al., 2019).
dijalankan karena isu halal tidak lagi murni Penelitian sebelumnya oleh
masalah agama. Halal telah menjadi simbol Mohamed et al. (2008) menyatakan bahwa
dari proses penjaminan mutu produk sertifikasi halal dapat mengurangi
(Hanzaee dan Ramezani, 2011). ketidakpastian dan meningkatkan
Keaslian halal dapat diverifikasi kepercayaan dan kepercayaan konsumen
menggunakan berbagai alat analisis halal. Rajagopal et al. (2011) dan Bakar et
laboratorium (Wilson dan Liu 2010; al. (2016) menyatakan bahwa makanan
Nakyinsige, Man dan Sazili, 2012) dan dapat bersertifikat halal memberikan jaminan
dilakukan dengan pelabelan dan sertifikasi bahwa makanan telah diproduksi, diproses
produk (Badruldin et al., 2012). Kepedulian dan ditangani dengan aman sesuai dengan
konsumen terhadap makanan halal semakin persyaratan agama. Tidak hanya itu,
meningkat seperti saat ini citra industri sertifikasi halal produk makanan dapat
makanan halal telah ternoda akibat digunakan sebagai alat pemasaran untuk
meningkatkan terjadinya sertifikasi halal menarik lebih banyak basis konsumen.
yang curang dan kontaminasi fisik produk Undang-undang No. 33 Tahun 2014
makanan halal (Annabi dan Ahmed, 2015; tentang Jaminan Produk Halal
Hasan dan Hanif, 2017). mengamanatkan dalam Pasal 4 bahwa semua
Konsep halal (terutama untuk pangan) produk yang masuk, beredar, dan
mencakup semua aspek mulai dari bahan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib
baku sampai produk disajikan. Halal bersertifikat halal. Menurut LPPOM MUI
mengharuskan produk pangan bergizi dan (2008), memproduksi produk halal adalah
dibuat dari bahan-bahan yang diijinkan, bagian dari tanggungjawab perusahaan
bersih, dan higienis. Konsumen muslim juga kepada konsumen muslim. Di Indonesia,
menuntut produk yang sehat dan berkualitas, untuk memberikan keyakinan kepada
yang juga harus sesuai dengan persyaratan konsumen bahwa produk yang dikonsumsi
syariah. Sertifikat halal dapat memainkan adalah halal, maka perusahaan perlu
peran penting untuk meyakinkan konsumen memiliki Sertifikat Halal MUI.
bahwa produk telah mendapatkan kondisi Hal ini mendorong semua usaha
yang diperlukan dari produk halal (Hanzaee pangan baik olahan mau segar untuk
dan Ramezani, 2011). mensertifikasi produknya. Menurut undang-
Sebagian besar produk yang dijual undang tersebut, pengertian sertifikasi halal
secara islami negara-negara dianjurkan adalah sertifikat halal adalah pengakuan
untuk memiliki sertifikat halal karena itu kehalalan suatu produk yang dikeluarkan
menunjukkan produksi mengikuti Hukum oleh BPJPH berdasarkan fatwa halal tertulis
Syariah (Fuseini, Knowles, Hadley, & yang dikeluarkan oleh MUI. Dalam proses
Wotton, 2016). Konsep halal mencakup sertifikasi tersebut suatu perusahaan harus
setiap aspek kehidupan Muslim (Majid et al., menyiapkan sistem jaminan halal (SJH)
2015). Karena jumlah Muslim di dunia yang menjamin bahwa produk yang
mendekati 1,6 miliar dan ini adalah dihasilkan adalah halal. Penerapan sistem

128 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v10i2.1651


Estiasih, Ahmadi dan Harijono/ Teknologi Pangan Volume 10, No. 2, (2019), Halaman 127-134

jaminan halal tersebut harus sesuai dengan HAS 23000:1 Kriteria sistem jaminan
lingkup perusahaan. halal
Saat ini LP POM MUI telah Kebijakan halal
menerapkan Halal Assurance System (HAS) Manajemen Puncak harus menetapkan
23000. HAS 23000 adalah dokumen yang Kebijakan Halal dan mensosialisasikan
berisi persyaratan sertifikasi halal LPPOM kebijakan halal kepada seluruh pemangku
MUI. HAS 23000 terdiri dari 2 bagian, yaitu kepentingan (stake holder) perusahaan.
Bagian I tentang Persyaratan Sertifikasi Tim manajemen halal
Halal yang berisi Kriteria Sistem Jaminan Manajemen Puncak harus menetapkan
Halal (HAS 23000:1) dan Bagian (II) Tim Manajemen Halal yang mencakup
tentang Persyaratan Sertifikasi Halal yang semua bagian yang terlibat dalam aktivitas
berisi Kebijakan dan Prosedur (HAS kritis serta memiliki tugas, tanggungjawab
23000:2) (LP POM MUI, 2017a). dan wewenang yang jelas.
Produk industri kecil menengah (IKM) Pelatihan dan edukasi
DIA merupakan produk minuman herbal Perusahaan harus mempunyai prosedur
instan dengan konsumen terbesar adalah tertulis pelaksanaan pelatihan. Pelatihan
muslim. Sesuai dengan UU No. 33 Tahun internal harus dilaksanakan minimal setahun
2014, bahwa semua produk pangan wajib sekali dan pelatihan eksternal harus
sertifikasi halal dan mencantumkan label dilaksanakan minimal dua tahun sekali.
halal pada produknya, maka IKM DIA juga Bahan
merencanakan untuk sertifikasi halal. Untuk Bahan yang digunakan dalam
mensertifikasi halal tersebut, sistem jaminan pembuatan produk yang disertifikasi tidak
halal harus diimplementasikan. Menurut boleh berasal dari bahan haram atau najis.
Purnomo (2010), perusahaan yang telah Perusahaan harus mempunyai dokumen
mensertifikasikan halal untuk produknya pendukung untuk semua bahan yang
dituntut menyiapkan suatu sistem untuk digunakan, kecuali bahan tidak kritis atau
menjamin kesinambungan proses produksi bahan yang dibeli secara retail.
halal secara konsisten. Sistem inilah yang Produk
disebut sebagai sistem jaminan halal. Tujuan Karakteristik/profil sensori produk
dari kegiatan ini adalah menyusun dan tidak boleh memiliki kecenderungan bau
menerapkan sistem jaminan halal untuk atau rasa yang mengarah kepada produk
skala industri kecil menengah (IKM) dengan haram atau yang telah dinyatakan haram
produk yang dihasilkan berupa minuman berdasarkan fatwa MUI. Merk/nama produk
herbal instan. Proses sertifikasi untuk IKM yang didaftarkan untuk disertifikasi tidak
DIA dilakukan melalui CEROL-SS23000 boleh menggunakan nama yang mengarah
yaitu system pelayanan sertifikasi halal pada sesuatu yang diharamkan atau ibadah
LPPOM MUI secara online. Dengan system yang tidak sesuai dengan syariah Islam.
ini perusahaan dapat mengajukan Produk pangan eceran (retail) dengan merk
permohonan sertifikasi halal produk secara sama yang beredar di Indonesia harus
online tanpa batas waktu dan tempat didaftarkan seluruhnya untuk sertifikasi,
(LPPOM MUI, 2017b). tidak boleh jika hanya didaftarkan sebagian.
Fasilitas produksi
METODE PELAKSANAAN Untuk Industri pengolahan meliputi:
a. Fasilitas produksi harus menjamin tidak
Pada kegiatan ini dilakukan adanya kontaminasi silang dengan
penyusunan sistem jaminan halal dan bahan/produk yang haram/najis;
pendampingan untuk implementasinya. b. Fasilitas produksi dapat digunakan secara
Langka-langah penyusunan sistem jaminan bergantian untuk menghasilkan produk
halal tersebut sesuai dengan panduan dari yang disertifikasi dan produk yang tidak
LPPOM MUI (n.a.) yaitu sebagai berikut: disertifikasi selama tidak mengandung

129 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v10i2.1651


Estiasih, Ahmadi dan Harijono/ Teknologi Pangan Volume 10, No. 2, (2019), Halaman 127-134

bahan yang berasal dari babi/turunannya, Manajemen Puncak atau wakilnya


namun harus ada prosedur yang harus melakukan kaji ulang manajemen
menjamin tidak terjadi kontaminasi minimal satu kali dalam satu tahun, dengan
silang. tujuan untuk menilai efektifitas penerapan
Prosedur tertulis aktivitas kritis SJH dan merumuskan perbaikan
Perusahaan harus mempunyai prosedur berkelanjutan.
tertulis mengenai pelaksanaan aktivitas Kebijakan dan prosedur sertifikasi halal
kritis, yaitu aktivitas pada rantai produksi Kebijakan dan prosedur harus dipenuhi
yang dapat mempengaruhi status kehalalan oleh perusahaan yang mengajukan sertifikasi
produk. Aktivitas kritis dapat mencakup halal.
seleksi bahan baru, pembelian bahan,
pemeriksaan bahan datang, formulasi HASIL DAN PEMBAHASAN
produk, produksi, pencucian fasilitas
produksi dan peralatan pembantu, Pengembangan sistem jaminan halal di
penyimpanan dan penanganan bahan dan IKM DIA sesuai dnegan langkah-langkah
produk, transportasi, pemajangan (display), yang telah ditetapkan dalam Panduan Sistem
aturan pengunjung, penentuan menu, Jaminan Halal dari LP POM mUI yang
pemingsanan, penyembelihan, disesuaikan tertinag di bagian Metode. Pengembangan
dengan proses bisnis perusahaan (industri tersebuta dalah sebagai berikut:
pengolahan, RPH, restoran/katering/dapur). HAS 23000:1 Kriteria sistem jaminan
Prosedur tertulis aktivitas kritis dapat dibuat halal
terintegrasi dengan prosedur sistem yang Kebijakan halal
lain. Pimpinan sekaligus pemilik IKM DIA
Kemampuan telusur (traceability) telah menetapkan kebijakan halal bahwa
Perusahaan harus mempunyai prosedur semua Standard Operating Procedure (SOP)
tertulis untuk menjamin kemampuan telusur yang telah dibuat terkait dengan sistem
produk yang disertifikasi berasal dari bahan jaminan halal harus diterapkan. SOP tersebut
yang memenuhi kriteria (disetujui LPPOM telah disosialisasikan kepada seluruh
MUI) dan diproduksi di fasilitas produksi personal yang ada di IKM DIA. Kebijakan
yang memenuhi kriteria (bebas dari bahan halal tersebut dimaklumat yaitu:
babi/ turunannya). IKM DIA bertekad untuk hanya
Penanganan produk yang tidak memproduksi dan memasarkan produk halal
memenuhi kriteria secara konsisten dalam rangka memenuhi
Perusahaan harus mempunyai prosedur kebutuhan konsumen serta mengutamakan
tertulis untuk menangani produk yang tidak kepuasan pelanggan melalui inovasi.
memenuhi kriteria, yaitu tidak dijual ke Kebijakan tersebut dicapai melalui langkah-
konsumen yang mempersyaratkan produk langkah penerapan sebagai berikut:
halal dan jika terlanjur dijual maka harus 1. Menjamin seluruh produk yang dibuat
ditarik. disertifikasi halal LPPOM MUI
Audit internal 2. Menjamin seluruh bahan yang digunakan
Perusahaan harus mempunyai prosedur dalam pembuatan produk adalah halal
tertulis audit internal pelaksanaan SJH. 3. Menjamin sistem produksi adalah bersih
Audit internal dilakukan setidaknya enam dan bebas dari bahan yang tidak halal dan
bulan sekali dan dilaksanakan oleh auditor najis
halal internal yang kompeten dan 4. Melatih, mengembangkan dan melibatkan
independen. Hasil audit internal disampaikan seluruh stakeholder perusahaan guna
ke LPPOM MUI dalam bentuk laporan memahami sistem jaminan halal
berkala setiap 6 (enam) bulan sekali. 5. Menyediakan sumber daya yang
Kaji ulang manajemen diperlukan untuk penyusunan, penerapan,

130 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v10i2.1651


Estiasih, Ahmadi dan Harijono/ Teknologi Pangan Volume 10, No. 2, (2019), Halaman 127-134

dan perbaikan berkelanjutan sistem adalah empon-empon seperti jahe, kunyit


jaminan halal putih, temulawak, kencur dan lainnnya serta
6. Melakukan sosialisasi kebijakan halal ke gula pasir. Tidak ada bahan tambahan
seluruh pemangku kepentingan lainyang digunakan oleh IKM DIA. Untuk
perusahaan melalui media sosilasiasi menjamin bahwa produk minuman herbak
seperti pelatihan, briefing, memo internal, instan tersbeut halal, maka bahan baku yang
spanduk, poster, atau bentuk sosialisasi diguankan juga harus dipastikan halal dan
lain sesuai dengan kebutuhan perusahaan bebas dari najis. Gula pasir diperoleh IKM
IKM DIA sebelum mengajukan DIA dari pasar dan tidak ada penyuplai
sertifikasi halal juga sudah tersertifikasi khusus untuk bahan baku tersebut. Untuk
HACCP (Hazard Analyziz and Critical menjamin kehalalan produk, gula pasir yang
Control Point). Artinya proses produksi digunakan adalah gula pasir yang sudah
yang telah diterapkan oleh IKM DIA telah tersertifiaksi halal.
mampu menjamin bahwa produk yang Bahan baku empon-empon diperoleh
dihasilkan adalah aman. Menurut Wallace dari petani langsung dalam kondisi sudah
etal. (2014) HACCP merupakan elemen bersih dan dicuci serta bebas dari kotoran.
kunci dalam manajemen keamanan pangan Inspeksi kebersihan empon-empon penting
modern yang meliputi perancangan, dilakukan untuk menjamin bahwa empon-
implementasi, pengendalian, dan manajemen empon bebas najis. Untuk itu IKM DIA juga
HACCP yang krusial bagi keamanan produk melakukan sosialisasi sistem jaminan halal
pangan. Perusahaan pangan harus kepada penyuplai empon-empon sebagai
menerapkan HACCP. salah satu pemangku kepentingan di IKM
Tim manajemen halal DIA.
Pemilik sekaligus pimpinan IKM DIA Produk
selaku manajemen puncak telah membentuk Produk minuman herbal instan dari
tim untuk manajemen halal. Tim manajemen IKM DIA mempunyai bau dan rasa yang
ini mempunyai tugas pokok dan fungsi khas dan tidak mengarah kepada produk
terutama dalam implementasi sistem jaminan haram atau yang telah dinyatakan haram
halal. Untuk implementasi tersebut, langkah berdasarkan fatwa MUI. Merek dan nama
pertama yang dilakukan adalah penyusunan produk yang sudah didaftarkan dalam sistem
dokumen halal termasuk penyusunan CEROL-SS 23000 adalah merek DIA yang
HalalComliance Critical Control Points tdaik mengarah kepada sesuatu yang
(HCCCP), yaitu identifikasi titik-titik kritis diharamkan atau ibadah yang tidak sesuai
dalam pengolahan (Kamaruddin et al., 2012) dengan syariah Islam. Produk IKM DIA
minuman herbal instan yang dapat terdiri dari berbagai varian minuman herbal
mempengaruhi kehalalal produk. instan tergatung dari jenis bahan bakunya
Pelatihan dan edukasi seperti jahe instan, temulawak instan, jahe
Tim Manajemen Halal setelah merah isntan dan lainnya, semua sudah
menerapkan sistem jaminan halal untuk didaftarkan dalam sistem CEROL-SS 23000
produksi minuman herbal instan melakukan karena mempunyai merak yang sama. Ada
sosialisasi tentang sistem jaminan halal. Juga 11 produk yang sudah didaftarkan untuk
dilakukan pelatihan kepada karyawan sertifikasi halal ini.
bagaiamna pengendalian yang harus Fasilitas produksi
dilakukan sehingga produk yang dihasilkan IKM DIA telah tersertifiaksi HACCP
mulai dari bahan baku sampai produk akhir yang menunjukkan bahwa fasilitas produksi
terhindari dari potensi ketidakhalalan dan sudah memenuhi persayaratan fasilitas
najis. produksi menurut GMP (Good
Bahan Manufacturing Practices) dan HACCP.
Bahan baku yang digunakan dalam GMP merupakan prasyarat untuk HACCP.
proses produksi minuman herbal instan Di dalam GMP tersebut salah satu syarat

131 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v10i2.1651


Estiasih, Ahmadi dan Harijono/ Teknologi Pangan Volume 10, No. 2, (2019), Halaman 127-134

adalah fasilitas produksi yang meliputi tertulis dalam bentuk SOP untuk menjamin
lokasi, bangunan, peralatan, serta hygiene ketelusuran bahan baku yang digunakan.
dan sanitasi. Sejalan dnegan HACCP, sistem Penanganan produk yang tidak
jaminan halal yang dibuat oleh IKM DIA memenuhi kriteria
mensyaratkan bahwa fasilitas produksi tidak IKM DIA telah mempunyai prosedur
boleh memungkinkan adanya kontaminasi tertulis (SOP) untuk menangani produk cacat
silang. IKM DIA hanya memproduksi satu halal yaitu produk yang tdiak memenuhi
tipe produk dengan bahan baku yang kriteria sebagai produk halal. Prosedur
disyaratkan juga halaldan bebas najis, penarikan produk tidak halal juga sudah
sehingga tdiak ada proses produksi produk dibuat dalam bentuk SOP penarikan produk,
lain yang memungkinkan terjadinya Audit internal
kontaminasi silang. Penerapan HACCP Untuk menjamin bahwa sistem
termasuk didalamnya sistem hygiene dan jaminan halal dijalankan dan diterapkan,
sanitasi menjamin bahwa produk IKM DIA maka telah merencanakan audit internal
bebas dari kotoran yang berbahaya sekaligus secara berkala setiap enam bulan sekali.
sejalan dengan penerapan Halal CCP juga Untuk audit eksternal akan dilakukan sesuai
bebas dari kontamiansi bahan najis akibat dengan masa berlaku sertifikat halal yaitu
sanitasi yang tidak tepat seperti tercemar dari setiap dua tahun sekali.
kotoran hewan. Peralatan produksi juga Kaji ulang manajemen
dipelihara dengan baik dan tidak digunakan Pimpinan IKM DIA telah
secara bergantian dengan bahan yang najis merencanakan untuk melakukan tinjauan
seperti babi dan turunannya. manajemen sekali dalam satu tahun. Selain
Prosedur tertulis aktivitas kritis tinjauan tentang impelementasi sistem
Tim Manajemen Halal di IKM DIA jaminan halal, tinjauan manajemen ini
telah menyusun Halal Compliance Critical sekaligus dengan tinjauan manajemen
Control Point (HCCCP)dan impelementasi HACCP. Tinjauan
mengidentifikasi titik bahaya bagi kehalalan manajemen ini penting dilakukan supaya
produk minuman herbal instan. dari rposes IKM DIA selalu melakukan perbaikan
pembuatan minuman herbal instan, tidak ada berkelanjutan dalam implementasi sistem
halal critical control point (CCP) dalam jaminan halal.
proses produksi minuman herbal instan. HAS 23000:2 Kebijakan dan prosedur
Menurut Razaly et al. (2016), penentuan sertifikasi halal
Halal Critical Points (HCP) merupakan IKM DIA telah mendaftarkan untuk
elemen kunci yang harus diimplementasikan sertifikasi halal dari CEROL-SS 23000.
pada penerapan HAS Pemenuhan terhadap syarat sertifoaksi telah
(HalalAssuranceSystem). HCP harus dilakukan. Demikian pula kebijakan halal
diidentifiaksi, dikontrol, dan dikendalikan yang telah ditetapkan juga telah
untuk mencegah dan mengatasi potensi diimplementasikan.
bahaya bagi kehalalan. Aktivitas kritis dapat
mencakup penerimaan bahan baku, KESIMPULAN
pembelian bahan, formulasi produk,
produksi, pencucian fasilitas produksi dan Pengembangan sistem jaminan halal
peralatan pembantu, penyimpanan dan diperlukan bagi industri kecil menengah
penanganan bahan dan produk, transportasi, dalam rangka sertifikasi halal.
dan pemasaran (LPOM UI 2017). Pengembangan sistem jaminan halal tersebut
Kemampuan telusur (traceability) mengacu kepada panduan HAS 23000 dari
Penelusuran merupakan salah satu LPPOM MUI. Dalam pemenuhan HAS
kunci penting untuk menjamin bahwa 23000 tersebut, IKM DIA telah
produk yang dihasilkan IKM DIA adlaah melaksanakan 11 klausul yang disyaratkan
halal. IKM DIA telah mempunyai prosedur yang meliputi kebijakan halal, tim

132 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v10i2.1651


Estiasih, Ahmadi dan Harijono/ Teknologi Pangan Volume 10, No. 2, (2019), Halaman 127-134

manajemen halal, bahan, produk, fasilitas Kamaruddin, R., Iberahim, H., & Shabudin,
produksi, pelatihan dan edukasi, prosedur A.(2012). Halal compliance critical
tertulis aktivitas kritis, kemampuan telusur, control points analysis of processed
penanganan produk yang tidak memenuhi foods. IEEE Business, Engineering &
kriteria, audit internal, dan kaji ulang Industrial Applications Colloquium
manajemen. Hasil analisis HCCCP pada (BEIAC), 383-387.
proses produksi minuman herbal instan di LPPOM MUI. (2008). Panduan umum
IKM DIA tidak ditemukan adalanya halal sistem jaminan halal LPPOM MUI.
critical point. Lembaga Pengkajian Pangan Obat-
Obatan Dan Kosmetika Majelis Ulama
DAFTAR PUSTAKA Indonesia.
LPPOM MUI. (2017a). Persyaratan
Ali, A., Xiaoling, G., Sherwani, M., & Ali, sertifikasi halal MUI. Retrieved from:
A. (2017). Factors affecting Halal meat www.halalmui.org/mui14/index.php/m
purchase intention: evidence from ain/go_to_section/58/1366/page/1.
international muslim students in China. Tanggal akses 28 September 2019.
British Food Journal, 119(3), 527-541. LPPOM MUI. (2017b). Sistem pelayanan
Annabi, C. A., & Ahmed, J. L. (2015). Halal sertifikasi halal online (CEROL-
Beef Handling in Nigeria: The SS23000). Retrived from: http://e-
Abattoir Workers' Perspective. Journal lppommui.org/documents/Manual_CE
of Emerging Economies & Islamic ROL-Manufacturing_(IDN-2.3).pdf.
Research, 3(2). Tanggal akses 1 Oktober 2019.
Badruldin, B., Mohamed, Z., Sharifuddin, J., Majid, M. B., Sabir, I., & Ashraf, T. (2015).
Rezai, G., Mahir Abdullah, A., Abd Consumer purchase intention towards
Latif, I., & Ghazali Mohayidin, M. halal cosmetics & personal care
(2012). Clients' perception towards products in Pakistan. Global of
JAKIM service quality in Halal Research in Business & Management,
certification. Journal of Islamic 1(1), 45–53.
Marketing, 3(1), 59-71. Mohamed, Z., Rezai, G., Shamsudin, M. N.,
Bakar, N. A., Peszynski, K., Azizan, N., & Chiew, E. F. C. (2008). Halal logo
Sundram, K., & Pandiyan, V. (2016). and consumers’ confidence: What are
Abridgment of Traditional the important factors. Economic and
Procurement and E-Procurement: Technology Management Review, 3(1),
Definitions, Tools and 37-45.
Benefits. Journal of Emerging Mohamed, Z., Shamsudin, M. N., & Rezai,
Economies & Islamic Research, 4(1). G. (2013). The effect of possessing
Fuseini, A., Knowles, T. G., Hadley, P. J., & information about halal logo on
Wotton, S. B. (2016). Halal stunning consumer confidence in
and slaughter: Criteria for the Malaysia. Journal of International
assessment of dead animals. Meat Food & Agribusiness
Science, 119, 132–137. Marketing, 25(sup1), 73-86.
Hanzaee, K.H., & Ramezani, M.R. (2011). Nakyinsige, K., Man, Y. B. C., & Sazili, A.
Intention to halal products in the world Q. (2012). Halal authenticity issues in
markets. Interdisciplinary Journal of meat and meat products. Meat
Research in Business, 1(5), 1-7. science, 91(3), 207-214.
Hassan, F., & Hanif, A.(2017). Halal issues Nasirun, N., Noor, S. M., Sultan, A. A., &
in processed food:Misuse of the halal Haniffiza, W. M. H. W. M. (2019).
logo. Journal of Emerging Economies Role of marketing mix and halal
and Islamic Research, 5(3), 1-5. certificate towards purchase intention

133 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v10i2.1651


Estiasih, Ahmadi dan Harijono/ Teknologi Pangan Volume 10, No. 2, (2019), Halaman 127-134

of agro based products. International


Journal, 2(7), 37-46.
Purnomo, D.(2010). Prinsip sistem jaminan
halal dan kaitannya dengan konsep
TQM. Retrieved from:
https://agroindustry.wordpress.com/20
10/10/28/prinsip-sistem-jaminan-halal-
dan-kaitannya-dengan-konsep-tqm.
Tanggal akses 28 September 2019.
Rajagopal, S., Ramanan, S., Visvanathan, R.,
& Satapathy, S. (2011). Halal
certification: implication for marketers
in UAE. Journal of Islamic
Marketing, 2(2), 138-153.
Razaly, M.M., Zakaria, Z., Ismail, S.Z., &
Jusoh, A.(2016). The determination of
halal critical point in halal certified
chicken slaughterhouses and its
significance. Proceedings of the 3rd
International Halal Conference
(INHAC 2016), 259-271.
Rezai, G., Mohamed, Z., & Shamsudin, M.
N. (2012). Assessment of consumers’
confidence on halal labelled
manufactured food in
Malaysia. Pertanika Journal of Social
Science & Humanity, 20(1), 33-42..
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
33 Tahun 2014 tentang Jaminan
Produk Halal
Wallace, C.A., Holyoak, L., Powell, S.C., &
Dykes, F.C. (2014). HACCP-The
difficulty with hazard analysis. Food
Control, 35(1), 233-240.
Wilson, J. A., & Liu, J. (2010). Shaping the
halal into a brand?. Journal of Islamic
Marketing, 1(2), 107-123.

134 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v10i2.1651

Anda mungkin juga menyukai