Anda di halaman 1dari 3

RESUME ANALISIS INTERVENSI

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KARDIOVASKULER

“MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN ANGINA PEKTORIS”

Oleh :

Rezi Aulia Busman

183110191

III. A

Dosen Pembimbing :

Ns. Yosi Suryarinilsih, M.Kep, Sp.Kep.MB

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2020
Analisa Intervensi UtamaPenyakit Angina Pectoris

Angina Pectoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium. Mekanisme yang
tepat bagaimana iskemia dapat menyebabkan nyeri masih belum jelas. Reseptor saraf nyeri
dirangsang oleh metabolit yang tertimbun atau oleh suatu zat kimia yang belum diketahui atau
oleh stress mekanik local akibat kontraksi miokardium yang abnormal. Secara khas, nyeri
digambarkan sebagai suatu tekanan substernal, terkadang menyebar turun ke sisi medial lengan
kiri. Tangan menggenggam dan diletakkan di atas sternum melukiskan pola angina klasik
(Muttaqin, 2009)

Nyeri dada pada sistem kardiovaskular merupakan salah satu keluhan utama yang sering
dikeluhkan pasien untuk meminta pertolongan kesehatan. Rasa nyeri berbeda dari satu individu
dengan individu lainnya berdasarkan ambang nyeri dan toleransi pengeluaran endorphin enkefalin
yang dikeluarkan hipofisis ke sirkulasi. Nyeri dada yang dirasakan klien cenderung memerlukan
perhatian yang lebih mendesak daripada gejala lainnya (Muttaqin A, 2009).

Penurunan intensitas nyeri dapat diketahui melalui pernyataan pasien tentang penurunan
nyeri dada sebelum dan sesudah intervensi, dan secara obyektif melalui tanda-tanda vital dalam
batas normal, wajah rileks.

Pasien dengan kasus penyakit angina pectoris diharapkan dapat menerapkan penggunaan
intervensi nyeri, khususnya untuk intervensi nyeri nonfarmakologi (pengaturan posisi, dukungan
perilaku, teknik relaksasi, manajemen sentuhan dan distraksi) sebelum mendapatkan pertolongan
dari petugas kesehatan melalui pembelajaran (health education) yang diberikan oleh perawat yang
merawatnya.

Pada jurnal dengan judul “Keefektifan Kompres Hangat Untuk Menurunkan Skala Nyeri
Pada Pasien Dengan Angina Pektoris Di Igd Rs. Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Jakarta 2017 “ penelelitian dari Kunnika Mujhana didapatkan informasi bahwa jika dilihat
berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak nyeri dada angina pektoris dialami oleh laki-laki dari pada
perempuan, rentang usia terbanyak mengalami keluhan nyeri dada angina pektoris pada usia 46-
55 tahun dan lebih banyak pasien yang mengalami nyeri angina pektoris sebelumnya dari pada
pasien yang baru pertama merasakan keluhan nyeri dada. Setelah dilakukan uji statistik dengan
menggunakan uji T dependen diperoleh perbedaan mean antara pengukuran sebelum dan sesudah
adalah 0,700 dengan standart deviasi 1,046. Nilai P value yang didapat yaitu sebesar 0,00, oleh
karena p< 0,005 maka ada keefektifan kompres hangat dalam menurunkan nyeri pada pasien
dengan angina pektoris.

Maka dapat disimpulkan bahwa tindakan kompres dapat dijadikan alternativ tindakan non
farmakologi untuk menurunkan nyeri pada angina pektoris yang terbanyak dialami oleh laki-laki
pada usia 46-55 tahun dan sering berulang keluhan nyeri dadanya lebih beresiko terjadi angina
pektoris.

Sumber jurnal : http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=7516&bid=4134

Anda mungkin juga menyukai