Anda di halaman 1dari 4

RESUME

“IDENTIFIKASI INFEKSI NOSOKOMIAL YANG TERJADI PADA PERAWAT DI


RUMAH SAKIT”

Disusun Oleh:
WIDYA ANGGRAINI (N1A118099)

Kelas : 4 C

Dosen Pengampu :
M. Dody Izhar, S.KM., M.Kes.

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2020
Identifikasi infeksi nosokomial pada perawat di Rumah Sakit
1. Faktor risiko infeksi nosokomial
Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko perawat yang berada di lingkungan rumah sakit
untuk terkena infeksi nosokomial, antara lain:
 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat HIV/AIDS atau menggunakan
obat imunosupresan
 Jumlah bakteri maupun virus yang cukup tinggi dapat meningkatkan risiko infeksi nosokomial.
Bakteri yang menyebabkan infeksi nosokomial bisa datang dari rumah sakit, bakteri yang
menjadi floral normal pada orang tersebut dan bakteri yang mengontaminasi peralatan dan
lingkungan rumah sakit.
 Menderita koma, cedera berat, luka bakar, atau syok
 Memiliki akses atau sering kontak dengan pasien yang sedang menderita penyakit menular, tanpa
menggunakan alat pelindung diri yang sesuai standar operasional (SOP)
 Mendapatkan perawatan lebih dari 3 hari atau dalam jangka panjang di ICU
 Memiliki riwayat mengonsumsi antibiotik dalam jangka panjang
 Menggunakan alat bantu pernapasan, seperti ventilator
 Menggunakan infus, kateter urine, dan tabung endotrakeal (ETT)
 Menjalani operasi, seperti operasi jantung, operasi tulang, operasi penanaman peralatan medis
(misalnya alat pacu jantung atau implan), atau operasi transplantasi organ
Selain faktor-faktor di atas, lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien dari satu
unit ke unit yang lain, dan penempatan pasien sistem imun yang lemah dengan pasien yang menderita
penyakit menular di ruangan yang sama, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi nosokomial.
2. Gejala Infeksi Nosokomial
Gejala dari infeksi nosokomial hampir sama dengan gejala infeksi penyakit lainnya yaitu pengidap
merasakan kondisi demam, takikardia, gangguan pernapasan seperti sesak, dan kondisi tubuh yang lemas.
3. Pencegahan infeksi Nosokomial
Langkah-langkah pencegahan infeksi nosokomial menjadi tanggung jawab seluruh orang yang berada di
rumah sakit, termasuk petugas kesehatan, seperti dokter dan perawat, pasien, dan orang yang berkunjung.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi ini adalah:
1. Cuci tangan
Penting bagi semua orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan dengan cara yang benar
sesuai rekomendasi WHO. Ada 5 waktu wajib untuk cuci tangan saat berada di rumah sakit, yaitu:
 Sebelum memegang pasien
 Sebelum melakukan prosedur dan tindakan kepada pasien
 Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urin, atau feses)
 Setelah menyentuh pasien
 Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien
2. Jaga kebersihan lingkungan rumah sakit
Lingkungan rumah sakit perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau disinfektan. Lantai
rumah sakit perlu dibersihkan sebanyak 2–3 kali per hari, sementara dindingnya perlu dibersihkan
setiap 2 minggu.
3. Gunakan alat sesuai dengan prosedur
Tindakan medis dan penggunaan alat atau selang yang menempel pada tubuh, seperti infus, alat
bantu napas, atau kateter urine, harus digunakan dan dipasang sesuai SOP (standar operasional
prosedur) yang berlaku di tiap-tiap rumah sakit dan sarana kesehatan.
4. Tempatkan pasien berisiko di ruang isolasi
Penempatan pasien harus sesuai dengan kondisi dan penyakit yang diderita. Contohnya, pasien
dengan daya tahan tubuh yang rendah atau pasien yang berpotensi untuk menularkan penyakit ke
pasien lain akan ditempatkan di ruang isolasi.
5. Gunakan APD (alat pelindung diri) sesuai SOP
Staf dan setiap orang yang terlibat dalam pelayanan di rumah sakit perlu menggunakan alat
pelindung diri sesuai SOP, seperti sarung tangan dan masker, saat melayani pasien.

4. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia No 27 Tahun 2017 tentang pedoman


pencegahan dan pengendalian infeksi difasilitas pelayanan kesehatan.
Peraturan ini bertujuan untuk mengatur tentang pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah sakit
terhadap petugas pengunjung danmasyarakat sekitar fasilitas kesehatan. Infeksi pelayanan kesehtan
(Health care associated infections) adalah infeksi yang terjadi pada pasien, petugas kesehatan terkait
fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan adalah ala tang digunakan ntukmenyelanggarakan
upaya pelayanan keshetan baik promotif, pereventif, kuratif maupun rehabilitative di masyarakat dan
pemerintah.
5. Helf belief model serta penting nya upaya pencegahan dan pengetahuan perawat
Health belief model perawat merupakan gambaran perilaku perawat dalam melaksanakan
tindakan pencegahan infeksi nosokomial yang terdiri dari 4 ranah (domain) yaitu: kerentanan,
keseriusan, manfaat dan hambatan. Tingkat pendidikan menunjukkan profesionalitas dan kinerja
melaksanakan tindakan pencegahan infeksi nosokomial, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan
semakin tinggi tingkat profesionalitas dan kinerja. pada suatu rumah sakit dengan pengawasan yang
cukup baik, Ancaman yang terlihat tentang gejala penyakit akan dirasakan lebih serius oleh perawat
oleh sebab itu tindakan pencegahan dilakukan lebih baik (Notoatmojo, 2007). Hubungan interaksi
antara pasien dengan perawat akan memberi dampak pada penilaian mutu pelayanan rumah sakit.
Rumah sakit mempunyai kewajiban serta tanggung jawab moral untuk memenuhi kebutuhan pasien
yang dirawat (Aditama, 2003). Suatu keyakinan perawat bahwa dengan beberapa tindakan akan dapat
mencegah para penderita terkena infeksi nosokomial. Hal ini juga menggambarkan sebagai suatu
kepercayaan yang menyatakan bahwa pola-pola tingkah laku tertentu akan dapat mengurangi risiko
seseorang terkena penyakit. Suatu keyakinan perawat bahwa dengan beberapa tindakan akan dapat
mencegah para penderita terkena infeksi nosokomial. Hal ini juga menggambarkan sebagai suatu
kepercayaan yang menyatakan bahwa pola-pola tingkah laku tertentu akan dapat mengurangi risiko
seseorang terkena penyakit. pengetahuan perawat sangat penting diperhatikan dalam upaya pencegahan
infeksi nosokomial atau keadaan yang memungkinkan dan berpotensi terhadap terjadinya infeksi
nosokomial, karena infeksi nosokomial merupakan jenis infeksi yang berasal dari lingkungan rumah
sakit sebagai akibat perilaku perawat atau tenaga medis yang berisiko seperti tidak menggunakan sarung
tangan yang streril atau kondisi lingkungan rumah sakit yang berisiko infeksi nosokomial. Sikap
perawat yang kurang akan berdampak terhadap tindakan pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.
Hal ini menurut Bachroen (2000) bahwa secara umum pelaksanaan prinsip universal precautiondi
Indonesia masih kurang. Beberapa tindakan yang meningkatkan potensi penularan penyakit yaitu tidak
mencuci tangan, tidak menggunakan sarung tangan, penanganan benda tajam yang salah, teknik
dekontaminasi yang tidak adekuat, dan kurangnya sumber daya untuk melaksanakan prinsip universal
precaution.Sikap perawat merupakan bagian integral dari individu yang menilai dan berpendapat
tentang kondisi lingkungannya. semakin baik sikap perawat tentang berbagai upaya pencegahan infeksi
nosokomial di rumah sakit maka akan semakin kecil risiko terhadap terjadinya infeksi nosokomial pada
perawat, tenaga medis lain atau pengunjung rumah sakit. Sikap perawat tersebut didasarkan pada sikap
menggunakan peralatan medis yang terlebih dahulu disterilkan, dan umum perawat lalai melakukan
strelisasi peralatan medis yang digunakan dan lalai dalam menggunakan alat pelindung diri seperi
sarung tangan sebelum melakukan tindakan perawat medisnya.

Anda mungkin juga menyukai