Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEKNOLOGI FISIKA

" Rontgen dalam Kedokteran"

Dosen Pengampu :
Rahmah Evita Putri, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 11

1. Cindy Marchtia Yahya (18231078)


2. Citra Wulansari (18231112)
3. Yumna Alfatini (18231068)

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas kami ini yang berjudul: “Rontgen dalam Kedokteran” tepat
pada waktunya. Tak lupa juga shalawat beiring salam kita curahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari alam kegelapan sampai kealam yang terang
benderang seperti saat ini.
Dan tak lupa terima kasih kepada semua rekan yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini. Terkhusus kepada Ibu Rahmah Evita Putri, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata
kuliah “Teknologi Fisika”.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua. Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak
kekurangan dan kesalahannya. Maka dari itu kami mohon maaf dengan sangat menghimbau bagi
pembaca untuk dapat memberikan kritik dan sarannya. Sebelumnya kami ucapkan terimakasih.

Padang, 14 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rontgen adalah tindakan menggunakan radiasi untuk mengambil gambar bagian dalam dari
tubuh seseorang. Rontgen digunakan untuk mendiagnosa masalah kesehatan dan yang
lainnya untuk pemantauan kondisi kesehatan yang ada. Terdapat berbagai jenis rontgen,
masing-masing dengan kegunaan yang spesifik.

Pemanfaatan sinar-X di bidang kedokteran nuklir merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat. Salah satu aplikasi radiasi untuk
radiodiagnostikadalahfoto rontgenseperti pemeriksaan thoraxdan penggunaan radiasi untuk
radioterapiseperti pengobatan kanker. Sinar-X dapat membedakankerapatan berbagai
jaringan dalam tubuh manusia yang dilewatinya. Pemeriksaanfoto rontgenmenggunakan
sinar-Xdapatmemberikan informasi mengenai tubuh manusia tanpa perlu melakukan operasi
bedah

(Yufita, 2012)

Cedera, infeksi, patah tulang, radang sendi, pembusukan gigi, osteoporosis, atau kanker
tulang merupakan beberapa kondisi medis yang memerlukan pemeriksaan x-ray. Prioritas
utama x-ray memang digunakan untuk melihat tulang dan sendi. Meski demikian, x-ray
terkadang juga dipakai untuk mendeteksi masalah pada jaringan lunak seperti organ internal.

Sinar ini pun dapat dimanfaatkan untuk memeriksa adanya masalah pada paru-paru,
payudara, jantung, pembuluh darah, hingga saluran kemih dan pencernaan. Bahkan
pemeriksaan x-ray bisa dilakukan untuk memindai benda padat yang tidak sengaja tertelan.
Selain dalam foto Rontgen, x-ray juga digunakan dalam prosedur pemeriksaan CT scan dan
fluoroskopi. Sinar X juga kerap digunakan dalam radioterapi untuk mengatasi tumor atau
kanker.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Sejarah Penemuan Rontgen ?

2. Bagaimana Konsep Fisika dalam Alat Rontgen ?

3. Bagaimana Cara Kerja Alat Rontgen ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Sejarah Penemuan Rontgen

2. Untuk mengetahui Konsep Fisika dalam Alat Rontgen

3. Untuk mengetahui Cara Kerja Alat Rontgen

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah :

1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Sejarah Penemuan Rontgen

2. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Konsep Fisika dalam Alat Rontgen

3. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Cara Kerja Alat Rontgen


BAB 2 ISI

2.1 Sejarah Penemuan Rontgen

Seorang fisikawan Wilhelm Conrad Rontgen (1845-1923) berhasil menemukan X-Ray atau
Sinar-X pada 8 November 1895. Penemuan X-Ray merupakan salah satu bentuk kemajuan
ilmu sains dan berguna di berbagai bidang, khususnya kedokteran. X-Ray memungkinkan
sesuatu yang tak terlihat menjadi terlihat. penemuan yang dilakukan Rontgen tersebut
berawal dari ketidaksengajaan di laboratoriumnya di Wurzburg, Jerman.

Dia sedang menguji apakah sinar katoda dapat menembus kaca. Namun, ia justru melihat
adanya cahaya yang berasal dari layar yang dilapisi bahan kimia didekatnya. Rontgen pun
menjuluki sinar yang menyebabkan X-Ray itu karena sifatnya yang tidak diketahui. X-Ray
merupakan gelombang energi elektromagnetik yang bertindak serupa dengan sinar cahaya,
tetapi memiliki panjang gelombang seribu kali lebih pendek dari sinar cahaya.

Ia belajar bahwa X-Ray mampu menembus daging manusia dan bisa difoto, tetapi sinar itu
tidak bisa menembus bagian-bagian yang lebih padat seperti tulang atau timah. X-Ray
kemudian segera menjadi alat diagnostik penting dalam kedokteran dan memungkinkan
dokter untuk melihat ke dalam tubuh manusia untuk pertama kalinya tanpa operasi.

Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen seorang berkebangsaan Jerman pada tahun
1895
(Mukhlis, 2001)

Penemuanya diilhami dari hasil percobaan percobaan sebelumnya antara lain dari J.J
Thomson mengenai tabung katoda dan Heinrich Hertz tentang foto listrik. Kedua percobaan
tersebut mengamati gerak electron yang keluar dari katoda menuju ke anoda yang berada
dalam tabung kaca yang hampa udara
(Bambang, 1986)

Pembangkit sinar-X berupa tabung hampa udara yang di dalamnya terdapat filamen yang
juga sebagai katoda dan terdapat komponen anoda. Jika filamen dipanaskan maka akan
keluar elektron dan apabila antara katoda dan anoda diberibeda potensial yang tinggi,
elektron akan dipercepat menuju ke anoda. Dengan percepatan elektron tersebut maka akan
terjadi tumbukan tak kenyal sempurna antara elektron dengan anoda, akibatnya terjadi
pancaran radiasi sinar-X
(Darmawan, 1987)

Perkembangan

Para ilmuwan cepat menyadari manfaat sinar-X, tetapi lebih lambat untuk memahami efek
dari radiasi tersebut. Awalnya, sinar-X yang melewati daging tak berbahaya dan memiliki
efek seperti cahaya yang sama. Namun, dalam beberapa tahun, para peneliti mulai
melaporkan kasus luka bakar dan kerusakan kulit setelah terpapar sinar-X. Pada 1904,
Clarence Dally yang merupakan asisten Thomas Alva Edison meninggal karena kanker kulit
efek radiasi sinar-x. Kematian Dally menjadikan ilmuwan untuk tetap berhati-hati dalam
menggunakan sinar-x.
Kini pemindaian sinar-x yang identik dengan hitam-putih mulai berkembang menjadi
berwarna. Phil Butler, seorang profesor fisika, dan anaknya yang seorang profesor bioteknik,
Anthony Butler, menciptakan mesin pemindai sinar-X yang dapat merekam foto berwarna
dari tubuh manusia. Mereka menggabungkan teknlogi Medipix yang diciptakan oleh
Organisasi Penelitian Nuklir Eropa (XERN) dan alogaritma komputer untuk menghasilkan
foto sinar-X yang tiga dimensi dan berwarna.

Materi yang lebih padat seperti tulang menyerap sinar-X, sedangkan materi yang lebih
lembut seperti otot dan jaringan lain membiarkan sinar-X lewat dan mencapai film.
Teknologi ini sudah dikembangkan di New Zealand dan akan berkembang ke berbagai
negara dunia. Selebihnya, teknologi sinar-X banyak digunakan dalam kedokteran, analisis
material dan perangkat seperti pemindai keamanan bandara.

2.2 Konsep Fisika dalam Alat Rontgen

2.3 Cara Kerja Alat Rontgen

Ketika pemeriksaan x-ray dilakukan, mesin akan mengirimkan gelombang radiasi


elektromagnetik secara singkat ke tubuh untuk memindai kondisi tubuh bagian dalam.
Radiasi yang diserap oleh masing-masing bagian tubuh akan berbeda-beda. Inilah nantinya
yang membuat hasil foto x-ray menampakkan perbedaan warna dari putih, abu-abu, hingga
hitam:

 Jika mengenai logam atau bagian tubuh yang padat seperti tulang, sebagian besar
partikel x-ray terblokir. Hasil pemeriksaan x-ray pun akan tampak berwarna putih.
 Bila x-ray mengenai otot, lemak, dan cairan, hasil pemeriksaan x-ray akan muncul
dengan warna abu-abu.
 Warna hitam menandakan bahwa x-ray mengenai udara.

Cara Kerja Mesin Sinar-X


Bagian utama dari mesin sinar-X adalah sepasang elektrode, yaitu katode dan anode, yang
ditempatkan dalam sebuah tabung kaca yang divakumkan. Katode terbuat dari sebuah
filamen yang dipanaskan, seperti yang biasa ditemukan pada lampu pijar model lama. Arus
listrik pada mesin pemancar sinar-X dilewatkan melalui filamen ini sehingga filamen
tersebut menjadi panas. Akibatnya, elektron-elektron terpancar dari permukaan filamen
tersebut. Anode yang bermuatan positif, dibuat dari bahan tungsten berbentuk lingkaran
datar, menarik elektron-elektron tersebut membentuk berkas elektron dari katode ke anode
dalam tabung.

Antara katode dan anode diberi beda potensial yang sangat besar, sehingga berkas elektron
mengalir dalam tabung dengan energi yang sangat tinggi. Ketika elektron berenergi tinggi ini
menumbuk atom tungsten di anode, sebuah elektron yang berada pada orbit yang relatif
rendah dari atom tungsten tersebut akan terlempar meninggalkan tempatnya. Elektron lain
yang berada di orbit yang lebih tinggi akan segera jatuh mengisi tempat kosong di orbital
yang lebih rendah yang telah ditinggalkan elektron. Karena elektron jatuh dari orbital yang
lebih tinggi ke orbital yang lebih rendah, maka dalam proses ini akan dilepaskan foton. pada
peristiwa ini, elektron yang jatuh tersebut berasal dari tingkat energi yang jauh lebih tinggi,
sehingga foton yang dihasilkan juga merupakan foton dengan energi yang cukup tinggi, yaitu
foton-foton sinar-X.
Sumber gambar: HowStuffWorks
Elektron yang bebas juga dapat menghasilkan foton tanpa menumbuk sebuah atom. Hal ini
terjadi karena sebuah inti atom yang menarik elektron yang bergerak bebas akan
menyebabkan elektron yang bergerak tersebut akan mengalami perlambatan. Perlambatan
atau pengurangan kecepatan tersebut terjadi dengan cara yang cukup cepat. Perubahan
kecepatan ini akan menyebabkan dilepaskannya energi dalam bentuk foton sinar-X.

Sumber gambar: HowStuffWorks


Peristiwa tumbukan yang sangat kuat dalam proses pembentukan sinar-X akan menimbulkan
panas. Untuk menghindari terjadinya pelelehan pada anode akibat panas ini, pada mesin
pemancar sinar-X terdapat sebuah motor yang memutar anode. Dengan demikian, berkas
elektron tidak selalu menumbuk bagian anode yang sama. Selain itu dalam mesin juga
terdapat minyak pendingin yang berfungsi menyerap panas.

Di sekeliling alat penghasil sinar-X ini, dipasangi sebuah penghalang tebal dari bahan timbal.
Ini untuk menjaga agar sinar-X tidak keluar memancar ke segala arah. Untuk menyalurkan
berkas sinar-X yang dihasilkan, dibuat sebuah lubang kecil di bagian lapisan penghalang
tersebut. Sebelum sinar-X ini mengenai tubuh pasien yang akan difoto, sinar-X ini akan
melewati sejumlah penyaring (filter) sesuai dengan kebutuhan.

Sebuah kamera di sisi lain pasien akan merekam pola sinar-X yang melewati tubuh pasien.
Kamera sinar-X ini menggunakan teknologi film yang sama dengan kamera film biasa
(bukan kamera digital). Bedanya adalah reaksi kimia pada film foto disebabkan oleh sinar-X
bukan sinar cahaya tampak seperti pada kamera film biasa.

Umumnya dokter menggunakan secara langsung hasil foto Rontgen tersebut dalam bentuk
film negatif. Kita biasa menyebut film negatif tersebut dengan istilah klise foto. Pada film
negatif ini, bagian yang terkena banyak cahaya akan tampak lebih hitam dibandingkan
dengan bagian yang lebih sedikit dikenai cahaya. Benda-benda yang keras, seperti tulang,
akan tampak putih pada film sedangkan benda-benda yang lebih lunak, misalnya kulit, akan
tampak hitam atau abu-abu.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai