Anda di halaman 1dari 58

ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP

TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh
Amiruddin
34301600767

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP


TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

Disusun dan Dipersiapkan Oleh

Amiruddin
34301600767

Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji pada tanggal 13 Juli 2020, dan
dinyatakan layak dan memenuhi syarat untuk dilaksanakan penelitian.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Penguji 1 : Andarini Permata C, S.Pd., M.Pd. ( )


NIK. 211316028
Penguji 2 : Yulina Ismiyanti, S.Pd., M.Pd. ( )
NIK. 211314022
Penguji 3 : Muhamad Afandi, S.Pd., M.Pd ( )
NIK. 211313015

Semarang, Juli 2020


Universitas Islam Sultan Agung
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Ketua Program Studi,

Nuhyal Ulia, S.Pd.,M.Pd


NIK. 211315026

ii
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji syukur kehadirat


Allah SWT, Tuhan semesta Alam yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban bagi mahasiswa
Universitas Islam Sultan Agung khususnya bagi Fakutas Keguruan Ilmu
Pendidikan prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar sebagai salah satu tugas
akademik.
Dengan terselesaikannya penyusunan proposal skripsi. ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselenggaranya proposal skripsi ini yaitu kepada:
1. Ir. H. Prabowo Setyawan, MT.,Ph.D, selaku Rektor Universitas Islam Sultan
Agung Semarang yang telah memebrikan kesempatan menimba ilmu di
UNISSULA.
2. Dr. Turahmat, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNISSULA yang telah memberikan kesempatan belajar di program studi
PGSD FKIP UNISSULA.
3. Nuhyal Ulia, S.Pd., M.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) UNISSULA Semarang yang telah memberikan pengarahan.
4. Yulina Ismiyanti, S.Pd., M.Pd., sebagai dosen sebagai dosen Pembimbing I
yang telah memberikan perhatian, bimbingan, pengarahan nasehat, dan
motivasi yang begitu besar.
5. Muhamad Afandi, S.Pd.,M.Pd., sebagai dosen sebagai dosen Pembimbing
II yang telah memberikan perhatian, bimbingan, pengarahan nasehat, dan
motivasi yang begitu besar kepada kami untuk melaksanakan dan
menyelesaikan amanah.
6. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang senantiasa mendo’akan serta
memberi semangat, dukungan, motivasi dalam menyelesaikan penulisan
proposal skripsi ini.

iii
7. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi
ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas kerja sama serta
dukungannya selama penyusunan proposal skripsi ini.
Semoga segala kebaikan bapak/ibu/saudara mendapat balasan yang
berlimpah dari Allah SWT. Penulis sudah berusaha maksimal menyelesaikan
penyusunan proposal skripsi ini, namun karena keterbatasan waktu, anggaran, dan
pengetahuan maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan laporan ini. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Semarang, Juli 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Fokus Penelitian ........................................................................ 4
1.3 Rumuasan Masalah ..................................................................... 4
1.4 Tujuan Masalah .......................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ................................................................................ 6
2.1.1 Pola Asuh Orang Tua ................................................................. 6
2.1.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua................................................ 6
2.1.1.2 Macam Pola Asuh Orang Tua..................................................... 7
2.1.1.3 Indikator Pola Asuh Orang Tua................................................... 10
2.1.2 Sikap Tanggung Jawab................................................................ 12
2.1.2.1 Pengertian Sikap Tanggung Jawab.............................................. 12
2.1.2.2 Indikator Sikap Tanggung Jawab................................................ 13
2.2 Penelitian yang Relevan ............................................................. 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 18
3.2 Tempat Penelitian ...................................................................... 18
3.3 Sumber Data Penelitian ............................................................. 19
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 20
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................. 21

v
Halaman
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................. 25
3.7 Pengujian Keabsahan Data ........................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 28

vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Indikator Pola Asuh .................................................................. 11
Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara Siswa tentang Sikap Tanggung Jawab. . . 22
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara Orang Tua tentang Pola Asuh................. 22
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Orang Tua Siswa tentang Pola Asuh............. 23
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Siswa tentang Sikap Tanggung Jawab Siswa 24
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ...................................................................... 33

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan mampu menciptakan generasi baru/siswa yang akan menjadi
generasi penerus bangsa yang akan datang. Untuk menciptakan generasi penerus
bangsa dalam dunia pendidikan tidak luput dari peran pola asuh orang tua. Setiap
orang tua berkewajiban secara kodrati untuk menyelenggarakan pendidikan
terhadap anak. Ki Hajar Dewantara membedakan lingkungan pendidikan berdasar
kelembagaan yang disebut sebagai Tri Pusat Pendidikan. Ketiga pusat pendidikan
tersebut adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
organisasi pemuda atau masyarakat. Pendidikan diberikan melalui bimbingan,
pengajaran, dan latihan (Nana, 2003: 8). Bentuk pendidikan dalam keluarga
menekankan kepada pelatihan perilaku yang baik, antara lain menghormati orang
lain, disiplin, dan saling membantu jika mendapat kesulitan.
Pelaksanaan pendidikan di lingkungan keluarga berlangsung secara
alamiah dan wajar serta tanpa suatu organisasi yang ketat. Waktu yang digunakan
dalam pendidikan keluarga tidak mempunyai program khusus seperti sistem
semester dalam sekolah formal. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang
pertama dan utama (Siswoyo dkk, 2007: 140). Pendidikan yang diterapkan orang
tua di rumah harus tetap memperhatikan hak anak. Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 pasal 26 tentang Perlindungan Anak berisi bahwa orang tua
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik,
dan melindungi anak; menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan,
bakat, dan minatnya; dan mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
Salah satu peranan orang tua terhadap esensi pendidikan nilai adalah
mengembangkan sikap tanggung jawab baik yang melalui pendidikan dalam
keluarga, di sekolah, maupun dalam kehidupan masyarakat. Bangsa Indonesia
telah berupaya mengembangkan sikap tanggung jawab dalam berbagai jalur dan
jenjang pendidikan dari masa ke masa, akan tetapi masih belum mencapai taraf
yang optimal.

1
2

Peran pola asuh orang tua di keluarga dalam pendidikan tanggung jawab
pada anak sangat penting, pendidikan dalam keluarga lebih ditujukan kearah
pembinaan nilai-nilai tanggung jawab yang diberikan sebagai bekal, agar kelak anak
mampu melaksanakan kehidupan, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam
pembentukan nilai-nilai kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah mendapat
pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan yang diberikan dan
kebiasaan kehidupan orang tuanya sehari-hari dalam keluarga akan mempengaruhi
perkembangan jiwa anak. Contohcontoh dalam kehidupan sehari-hari yang orang tua
tampilkan dijadikan panduan untuk anak dalam mengembangkan sikap tanggung
jawab.
Berdasarkan pernyatan diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang
tua dalam keluarga merupakan bagian dari pendidikan awal bagi anak. Pola asuh
orang tua mempunyai pengaruh besar dalam menanamakan nilai dalam
pembentukan karkakter dan kepribadian anak. Menuruit Ihsan (2014: 57)
menyatakan bahwa bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga
akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan
kepribadian tiap-tiap manusia. Tabiat, tindakan, dan sifat anak sangat dipengaruhi
oleh pendidikan dalam keluarga. Nilai-nilai luhur antara lain nilai religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, tanggung jawab, dan
sebagainya tidak lepas dari peran keluarga. Sikap tanggung jawab diharapkan
dapat ditumbuhkan dan ditingkatkan pada anak melalui pengasuhan yang baik
oleh orang tua.
Tujuan pendidikan nilai dalam keluarga salah satunya adalah menghasilkan
sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan seperti sikap tanggung jawab.
Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab itu bersifat kodrati,
artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti
dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada
pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab
itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi
kepentingan pihak lain.
3

Sikap tanggung jawab yaitu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang


yang dapat dipertanggung jawabkan atas apa yang diperbuat. Di usia sekolah
dasar sangat penting diajarkan sikap tanggung jawab karena merupakan jenjang
pendidikan formal paling dasar yang diperoleh siswa, untuk itu diusia sekolah
dasar adalah moment yang tepat untuk mendidik siswa sedini mungkin agar
mempunyai karakter yang baik dan akan menjadi dampak positif kelak
perilakunya berakhlak mulia ketika dewasa.
Pola asuh yang melatih anak bersikap tanggung jawab di lingkungan
keluarga dapat membantu anak ketika berada di sekolah. Di lingkungan sekolah,
menjadi tugas seorang guru untuk melatih siswa agar dapat bertanggung jawab
pada perilakunya. Pelatihan tanggung jawab yang dapat diberikan guru dapat di
mulai dari mematuhi tata tertib sekolah dari berseragam yang rapi, menjaga
lingkungan sekolah tidak membuang sampah makanan sembarangan ketika berada
dilingkungan sekolah. Mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru,
mendengarkan guru ketika menjelaskan materi, tidak gaduh ketika pembelajaran
berlangsung, saling menghormati teman tidak saling mengejek, mengakui
kesalahan atas perbuatannya dan menjaga kebersihan kelas, karena kelas adalah
rumah untuk siswa itu sendiri ketika melakukan pembelajaran, maka itu semua
siswa harus menjaga kebersihan kelas masing-masing agar nyaman ketika
melakukan pembelajaran karena bersih. Jika guru dapat menanamkan itu semua
pada siswanya tentu akan terciptanya suasana kelas yang kondusif.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 17 Januari 2020 dengan guru
kelas III SDN Bandungrejo 03, mengatakan masih kesulitan dalam mengatur dan
menanamakan sikap tanggung jawab kepada siswa. Masih banyak siswa yang
tidak mau melaksanakan piket kelas ketika setelah kegiatan pembelajran yang
mengakibatakan esok paginya kelas kotor, kabiatnya pembelajaran tertunda
karena siswa di suruh untuk membersihkan terlebih dahulu ruangan kelas. Selain
itu kurangnya sikap tanggung jawab siswa terlihat dari masih bada siswa yang
lupa tidak mengerjakan tugas rumah dengan berbagai alasan. Hal tersebut
menunjuykan masih lemahnya sikap tanggung jawab siswa kelas III SDN
Bandugrejo 03.
4

Data lain didapat dari hasil wawancara dengan orang tua siswa. Hampir
semua orang tua dari siswa kelas III SDN Bandugrejo 03menyatakan bahwa anak
mereka sangat sulit diatur dan sangat sulit ketika diminta untuk mengerjakan
tugas dari sekolah. Satelah dilakukan wawancara lebih mendalam bahawa
sebagian besar orang tua siswa bekerja di pabrik yang mengakibatkan pola asuh
pada anak mereka dilakukan oleh kakek/ nenek bahkan oleh pembantu. Sehingga
pola asuh yang diberikan cenderung memanjakan anaknya.
Berdasarkan masalah yang sudah dijelaskan, masih ada siswa yang
belum bisa mengemban perilaku tanggung jawab dengan baik, meskipun masih
usia kanak-kanak yang karakternya bermain harus diajari sikap tanggung jawab
karena akan berpengaruh ketika siswa itu dewasa. Maka dari itu, untuk
meningkatkan sikap tanggung jawab siswa perlu adanya manajamen kelas.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka perlu adanya penelitan untuk
menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri siswa dengan cara “Analisis Pola
Asuh Orang Tua Terhadap Sikap Tanggung Jawab Siswa Kelas III SDN
Badungrejo 03”.
1.2 Fokus Penelitian
Pada penelitian ini penulis berfokus pada pola asuh orang tua dan sikap
tanggung jawab siswa dikelas III SDN Bandungrejo 03
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana dampak pola asuh orang tua terhadap sikap tanggung jawab
siswa kelas III SDN Bandungrejo 03?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat pola asuh orang tua terhadap
sikap tanggung jawab siswa kelas III SDN Bandungrejo 03?
1.4 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka dapat diuraikan tujuan penelitan
sebagai berikut :
1. Mengetahui dampak pola asuh orang tua terhadap sikap tanggung jawab
siswa kelas III SDN Bandungrejo 03.
5

2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat pola asuh orang tua terhadap
sikap tanggung jawab siswa kelas III SDN Bandungrejo 03.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, dapat diharapkan memberikan manfaat
kepada pihak-pihak yang terkait antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan sumber
pelengkap bagi semua pihak tentang pengaruh pola asuh orang tua dalam
meningkatkan sikap tanggung jawab siswa kelas III SDN Bandungrejo
03.
b. Sebagai sumber referensi dan bahan kajian bagi semua pihak untuk
menambah wawasan dalam memperlakukan anak dengan pola asuh
orang tua.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Menambah informasi bagi guru tentang pentingnya pola asuh
orang tua terhadap sikap tanggung jawab siswa SDN Bandungrejo 03
diharapkan dapat mempermudah guru mengendalikan kelas dalam setiap
kegiatan pembelajaran.
b. Bagi Orang Tua
Mendorong munculnya inovasi dan kreatifitas orang tua dalam
memberikan pengajaran atau pengasuhan kepada anak-anak.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan target pencapaian di SDN Bandungrejo 03.
2) Meningkatkan kualitas pendidikan sekolah yang semakin maju dan
unggul di SDN Bandungrejo 03.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Pola Asuh Orang Tua
2.1.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak
dapat berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan
perkembangan kepribadian moral sangatlah besar artinya. Orang tua
memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing
anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak
untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam mengasuh anaknya
orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Di
samping itu, orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam
memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap
tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-
beda, karena setiap masing-masing orang tua mempunyai pola pengasuhan
tertentu yang beda pula.Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara
orang tua dengan anak. Selama proses pengasuhan orang itulah yang
memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak.
Menurut Darling (2003: 1) mendefinisikan pengasuhan orang tua
adalah aktivitas komplek termasuk banyak perilaku spesifik yang
dikerjakan secara individu dan bersama- sama untuk mempengaruhi
pembentukan moral anak. Sedangkan menurut Widiastuti dan Dewi (2015:
153) menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah model pengasuhan
atau bimbingan yang dilakukan orang tua pada anaknya dengan tujuan
untuk mengoptimalkan tumbuhkembang anak agar siap menghadapi masa
depan. Berk (2000: 24) menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah
daya upaya orangtua dalam memainkan aturan secara luas di dalam
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

6
7

Orang tua dalam mengasuh anaknya cenderung menggunakan


pola asuh tertentu. Penggunaan pola asauh yang diberikan orang tua
memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk-
bentuk perilaku moral tertentu pada anaknya. Pola asuh orang tua
merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan
kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik,
membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai
kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Menurut Desmita (2013: 109) yang mengemukakan bahwa pola
asuhorang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua
dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab
kepada anak. Perankeluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik
dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial kemasyarakatan maupun
tinjauan individu. Jika pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik
maka mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi
manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian
yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang
berkembang secara optimal.
Berdasarkan uraian definisi-definisi tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pola asuh adalah interaksi antara anak dan pengasuh
(orang tua) selama pengasuhan, yang meliputi proses mengembangkan
cara mendidik dengan memberi aturan-aturan dan batasan-batasan yang
diterapkan pada anak-anaknya, pemeliharaan, menanamkan kepercayaan,
cara bergaul, sikap menciptakan suasana emosional memenuhi kebutuhan
anak, memberi perlindungan, serta mengajarkan tingkah laku umum yang
dapat diterima oleh masyarakat.
2.1.1.2 Macam-macam Pola Asuh Orang Tua
Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua.
Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan mengenal
dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku di
lingkungannya. Menurut Schochib (2013: 15) terdiri dari tiga
8

kecenderungan pola asuh orang tua yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh
demokartis, dan pola asuh permisif. Berikut penjelasan dari ketiga macam
pola asuh orang tua tersebut sebagai berikut.
a. Pola Asuh Otoriter
Yaitu pola asuh yang menetapkan standar mutlak yang harus dituruti.
Kadangkala disertai dengan ancaman, misalnya kalau tidak mau makan, tidak
akan diajak bicara atau bahkan dicubit. Menurut Schochib,(2013,:15), orang tua
yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri kaku, tegas, suka
menghukum, kurang ada kasih sayang serta simpatik, orang tua memaksa
anakanak untuk patuh pada nilai-nilai mereka serta mencoba membentuk lingkah
laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak,
orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri
dan jarang memberi pujian, hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab
seperti anak dewasa.
Dalam penelitian (Gunarsa, 2013: 86)ditemukan bahwa orang yang
otoriter cenderung memberi hukuman terutama hukuman fisik. Sementara itu,
menurut Hurlock (2013: 14) dikatakan bahwa orang tua yang otoriter tidak
memberikan hak anaknya untuk mengemukakan pendapat serta mengutarakan
perasaan-perasaannya. Sedangkan menurut Mulyani (2013:16) menyatakan bahwa
orang tua adalah: orang tua amat berkuasa terhadap anak, memegang kekuasaaan
tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintah-perintah orang tua.
Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat. Orang tua
seperti itu akan membuat anak tidak percaya diri, penakut, pendiam, tertutup,
tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, kepribadian lemah
dan seringkali menarik diri dari lingkungan sosialnya, bersikap menunggu dan tak
dapat merencakan sesuatu.
b. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis yaitu pola asuh yang memprioritaskan kepentingan
anak tetapi tidak ragu untuk mengendalikan mereka pula. Pola asuh seperti ini
kasih sayangnya cenderung stabil atau pola asuh bersikap rasional. Orang tua
9

mendasarkan tindakannya pada rasio. Mereka bersikap realistis terhadap


kemampuan anak dan tidak berharap berlebihan.
Santrock (2013: 23) dari hasil penelitiannya menemukan bahwa teknik-
teknik asuhan orang tua yang demokratis akan menumbuhkan keyakinan dan
kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri membuat
keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang
bertanggung jawab. Hasilnya anak-anak menjadi mandiri, mudah bergaul, mampu
menghadapi stres, berminat terhadap hal-hal baru dan bisa bekerjasama dengan
orang lain.
c. Pola Asuh Permitif
Tipe ini kerap memberikan pengawasan yang sangat longgar.
Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup darinya. Cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak.
Menurut Yusuf (2013: 225) menyatakan bahwa orang tua yang
mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan
pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali. Anak dituntut atau
sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung jawab tetapi mempunyai hak
yang sama seperti orang dewasa, dan anak diberi kebebasan untuk
mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya.
Orang tua tipe ini memberikan kasih sayang berlebihan. Karakter anak
menjadi impulsif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang
sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial.
Perkembangan moral anak akan sangat dipengaruhi oleh
bagaimana lingkungan keluarganya. Karenaya, keharmonisan keluarga
menjadi sesuatu hal mutlak untuk diwujudkan, misalnya suasana ramah.
Ketika keikhlasan, kejujuran dan kerjasama kerap diperlihatkan oleh
masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari, maka
hampir bisa dipastikan hal yang sama juga akan dilakukan anak
bersangkutan.
10

Sebaliknya, anak akan sangat sulit menumbuhkan dan


membiasakan berbuat dan bertingkah laku laku baik manakala di dalam
lingkungan keluarga (sebagai ruang sosialasi terdekat, baik fisik maupun
psikis) selalu diliputi dengan pertikaian, pertengkaran, ketidak jujuran,
kekerasan, baik dalam hubungan sesama anggota keluarga. Demikian pula
status sosio-ekonomi. Status sosio-ekonomi, dalam banyak kasus menjadi
sangat dominan pengaruhnya. Ini sekaligus menjadi latar mengapa anak-
anak tersebut memutuskan terjun ke jalanan.
Selain faktor tersebut (ekonomi), masih ada penyebab lain yang
juga akan sangat berpengaruh mengapa anak memutuskan tindakannya itu,
yakni peranan lingkungan rumah, khususnya peranan keluarga terhadap
perkembangan nilai-nilai moral anak, dapat disingkat sebagai berikut:
1) Tingkah laku orang di dalam (orangtua, saudara-saudara atau orang lain yang
tinggal serumah) berlaku sebagai suatu model kelakuan bag anak melalui
peniruan-peniruan yang dapat diamatinya.
2) Melalui pelarangan-pelarangan terhadap perbuatan-perbuatan tidak baik,
anjuran-anjuran untuk dilakukan terus terhadap perbuatanperbuatan yang baik
misalnya melalui pujian dan hukuman.
3) Melalui hukuman-hukuman yang diberikan dengan tepat terhadap perbuatan-
perbuatan yang kurang baik atau kurang wajar diperlihatkan, si anak
menyadari akan kerugian-kerugian atau penderitaan-penderitaan akibat
perbuatan-perbuatannya.
Pendampingan orang tua dalam pendidikan moral anak
diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang
tua mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola asuh. Setiap orang tua
berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam
mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang
tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan
pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.
2.1.1.3 Indikator Penelitian Pola Asuh Orang Tua
11

Indikator pola asuh menurut Hourlock (2013: 111-112) mengemukakan


bahwa terdapat tiga jenis indikator pola asuh orang tua terhadap anaknya, yakni;
(1) pola asuh otoriter; (2) pola asuh demokratis; dan (3) pola asuh permisive.
Penjelasan tindakan orang tua dan karakter yang bisa terjadi pada anak
berdasarkan dari jenis pola asuh yang diberikan orang tua dapat dilihat pada Tabel
3.1 sebagai berikut.

Tabel 3.1 Indikator Pola Asuh


No Jenis Pola Indikator Tindakan Orang Karakter Anak
Asuh Tua
1 Pola Asuh 1. Kontrol ketat terhadap 1. Penakut
Otoriter prilaku anak. 2. Pndiam
2. Banyak memberi perintah 3. Tertutup
3. Anak tidak boleh 4. Tidak berinisiatif
memberikan pendapat dan 5. Gemar menantang
mengkritik. 6. Suka melanggar norma
4. Anak harus mengikuti 7. Berkepribadian lemah
pendapat dan keinginan 8. Cemas dan menarik
orang tua diri
5. Memaksa.
6. Tidak segan-segan
menghukum
2 Pola Asuh 1. Memprioritaskan 1. Mandiri
Demokratis lepentingan anak. 2. Dapat mengontrol diri
2. Orang tua bersikap rasional. 3. Mempunyai hubungan
3. Orang tua bersikap realistis baik dengan teman
terhadap kemampuan anak. 4. Mampu menghadapi
4. Orang tua memberikan situasi sulit.
kebebasan untuk memilih 5. Mempunyai minat
dan melakukan tindakan, terhadap hal-hal baru
namun tetap dalam 6. Kooperatif terhadap
pengawasan dan bimbingan. orang-orang lain
5. Pendekatan kepada anak
12

bersifat hangat.
3 Pola Asuh 1. Pengawasan yang sangat 1. Anak-anak yang
Permisive longgar. implusive
2. Memberikan kebebasan 2. Agresif
untuk memilih dan 3. Tidak patuh
melakukan tindakan, tanpa 4. Manja
memberikan pengawasan 5. Kurang mandiri
dan bimbingan. 6. Mau menang sendri
3. Orang tua tidak menegur 7. Kurang percaya diri
atau memperingatkan anak 8. Kurang matang secara
apanila anak sedang dalam sosial.
bahaya.
4. Sangat sedikit bimbingan.
5. Orang tua bersifat hangat.

Berdasarkan Tabel 3.1 berikut dapat dismpulkan bahwa hanya


orang tua yang dapat meningkatkan atai menurunkan harga diri anak.
Orang tua hangat dan responsive dan memiliki harapan-harapanyang
realistic dan meningkatkan harga diri anak. Kebanyakan orang tua yang
perfeksionis, suka mengkritik terlalu mengontrol, atau kelindung,
memanjakan, mengabaikan serta tidak memberikan batasan-batasan atau
aturan-aturan yang jelas dan konsisten akan menurunkan tingkat harga diri
anak
2.1.2 Sikap Tanggung Jawab
2.1.2.1 Pengertian Sikap Tanggung Jawab
Allen,et al. sikap merupakan suatu pola perilaku, tendensi atau
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi
sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial
yang telah terkondisikan. Kelompok pemikiran yang terakhir merupakan
kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (triadic scheme), Sikap
merupakan ‘keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi), dan prediposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
aspek di lingkungan sekitarnya’ (Haris, 2017: 4).
Tanggung jawab ialah melakukan tugas sepenuh hati, bekerja
dengan etos kerja yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai prestasi
terbaik (giving the best), mampu mengontrol diri dan mengatasi stres,
13

berdisiplin diri, akuntabel terhadap pilihan dan keputusan yang diambil.


(Samani dan Hariyanto, 2013: 51). Melalui pelatihan tanggung jawab
dirumah anak bisa memperoleh prestasi yang terbaik baik disekolah,
dirumah, maupun di lingkungan masyarakat.
Menurut Suyadi (2013: 9), tanggung jawab yakni sikap dan
perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik
yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara
maupun agama. Tanggung jawab dapat melatih anak melaksanakan tugas
dan kewajibannya baik sebagai anak, sebagai siswa, sebagai warga
masyarakat, maupun sebagai warga negara Indonesia.
Sedangkan tanggung jawab menurut Majid (2012: 46) berarti biasa
menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, menghindari sikap ingkar janji
dan biasa menyelesaikan tugas sampai selesai. Mengajari anak untuk
tanggung jawab melaksanakan tugas bisa dengan cara orang tua
meluangkan waktu bersama anak di satu meja yang sama. Orang tua bisa
memberikan contoh menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Semenatra itu, menurut Lickona (2013: 95) sikap tanggung jawab
merupakan sisi aktif moralitas yang meliputi peduli terhadap diri sendiri dan
orang lain, memenuhi kewajiban, memberi kontribusi terhadap masyarakat,
meringankan penderitaan orang lain, dan menciptakan dunia yang lebih baik.
Anak yang memiliki sikap tanggung jawab akan mampu mengontrol diri dan
memberikan kontribusi yang positif dalam berbagai lingkungan baik di
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Berdasarkan tiga pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
tanggung jawab adalah melaksanakan tugas dan kewajiban individu
maupun kelompok dengan sepenuh hati, diselesaikan tepat waktu dan
berusaha untuk mencapai prestasi yang baik.
2.1.2.2 Indikator Sikap Tanggung Jawab
Indikator tanggung jawab belajar yang perlu dimiliki dan
ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1) Melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan dalam belajar.
14

2) Selalu menunjukkan ketekunan, kerajinan dan terus berusaha dalam


belajar.
3) Selalu melakukan yang terbaik untuk dirinya dan orang lain.
4) Selalu disiplin dan mengontrol diri dalam keadaan apapun saat belajar.
5) Selalu mengkaji, menelaah dan berpikir sebelum bertindak.
6) Mempertimbangkan dan memperhitungkan semua konsekuensi dari hasil
belajar. (Yaumi, 2014:74)
Sementara itu, menurut Nuroniyah (2018: 137) indikator-indikator
sikap tanggung jawab adalah: (1) memahami hak dan kewajiban diri
sebagai siswa, (2) berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan
kegiatan lain di madrasah atau sekolah, (3) membuat laporan setiap
kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis, (4) menerima
resiko dari tindakan yang dilakukan, (4) mempunyai inisiatif/prakarsa
untuk mengatasi masalah, (5) melakukan tugas tanpa disuruh baik di
rumah, (6) sekolah maupun lingkungan sekitar yang berkaitan dengan
kewajibannya sebagai siswa.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dalam penelitian ini mengambil
indikator sikap tanggung jawab siswa saat pembelajaran dirumah via
daring yaitu sebagai berikut:
1) Berani mengungkapkan pendapat sendiri
2) Melaksanakan tugas kelompok yang diberikan guru
3) Melaksanakan tugas individu yang diberikan guru
4) Menjaga dan mengembalikan barang milik orang lain atau milik sekolah
5) Berani mengakui kesalahan tanpa unsur paksaan
6) Mengikuti pembelajaran daring sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
2.2 Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan sehingga dapat
digunakan untuk memperkuat penelitian ini, adalah sebagai berikut:
Haris (2017) dalam BIORMATIKA: Jurnal Ilmiah FKIP
Universitas Subang, dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Terhadap Sikap Tanggung Jawab”. Hasil
15

penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran


kooperatif tipe STAD terhadap sikap tanggung jawab siswa, dan pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan
dengan model konvensional.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Haris dengan
penelitian yang hendak dilakukan adalah terkait dengan penerapan sikap
tanggung jawab siswa, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel X
yang digunakan, pada penelitian sebelumnya adalah menggunakan model
kooperatif sedangkan dalam penelitian yang hendak dilakukan adalah pola
asuh orang tua.
Murni (2016) dalam Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA, Sikap Tanggung Jawab
Dan Kerjasama Melalui Model Problem Based Learning”. Hasil
menunjukan bahwa pengamatan terhadap sikap tanggung jawab diperoleh
rata-rata kelas, dari siklus I 69,08 meningkat menjadi 76,08 pada siklus II.
Sedangkan berdasarkan analisis data yang telah dilakukan maka hasil
pengamatan terhadap sikap kerjasama diperoleh rata-rata kelas dari siklus I
adalah 68,25 meningkat menjadi 77,42 pada siklus II.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Murni dengan
penelitian yang hendak dilakukan adalah terkait dengan penerapan sikap
tanggung jawab siswa, sedangkan perbedaannya terletak pada metode
penelitian, pada penelitian sebelumnya menggunakan metode penelitian
tindakan kelas, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode
kualitatif deskriptif.
Anggraeni (2016) dalam Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
dengan judul “Pembentukan Sikap Tanggung Jawab Di Sekolah Kreatif
SD Muhammadiyah Bayan Kabupaten Purworejo”. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pembentukan sikap tanggung jawab siswa di Sekolah
Kreatif Muhammadiyah Bayan dilakukan dengan cara pemberian
pengalaman berulang, pemberian keteladanan, pemberian sugesti positif,
kegiatan identifikasi sikap, dan pemberian hukuman.
16

Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni


dengan penelitian yang hendak dilakukan adalah terkait dengan penerapan
sikap tanggung jawab siswa, sedangkan perbedaannya terletak pada
variabel X yang digunakan, pada penelitian sebelumnya tidak
menggunakan variabel bebas sedangkan dalam penelitian yang hendak
dilakukan adalah pola asuh orang tua.
Widiastuti dan Dewi (2015) dalam Jurnal Ilmiah UPT P2M
STKIP Siliwangi, dengan judul “Pola Asuh Orang Tua Sebagai Upaya
Menumbuhkan Sikap Tanggung Jawab Pada Anak Dalam Menggunakan
Teknologi Komunikasi”. Hasil penelitian menunjukan, berdasarkan survey
dilakukan untuk mengetahui pola asuh orang tua di kota Cimahi. Hasil
penelitian ini yaitu 64% anak kecanduan HP, dan 36% anak tidak
kecanduan HP. Dari data anak yang kecanduan HP berasal dari keluarga
yang menerapkan pola asuh permisif 47%, pola asuh otoriter 34%, dan
pola asuh demokratis 19%. Latar belakang pendidikan orang tua yang
anaknya kecanduan HP sebagian besar berpendidikan SD, SMP, dan SMA
meskipun ada juga yang berpendidikan S1 dan S2. Sedangkan anak yang
tidak kecanduan HP berasal dari keluarga yang menerapkan pola asuh
demokratis 55%, pola asuh otoriter 28%, dan pola asuh permisif 17%.
Orang tua memiliki latar belakang pendidikan SMA, S1, dan S2 meskipun
ada juga yang berpendidikan SD, dan SMP namun berhasil mendidik anak
mereka menjadi generasi yang tidak kecanduan HP.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti dan
Dewi dengan penelitian yang hendak dilakukan adalah terkait dengan
penerapan pola asuh dan sikap tanggung jawab siswa, sedangkan
perbedaannya terletak pada subjek penelitian, pada penelitian sebelumnya
subjek penelitiannya masyarakat umum sedangkan dalam penelitian yang
hendak dilakukan adalah siswa swkolah dasar.
Adawiah (2017) dalam Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan,
dengan judul “Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap
pendidikan Anak (Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong
17

Kabupaten Balangan)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman


orang tua suku dayak di Kecamatan Halong termasuk kategori baik.
Mereka umumnya memahami bahwa pendidikan itu sangat penting. Hal
ini dapat diketahui dari jawaban seluruh informan yang mengatakan
bahwa pada dasarnya mereka ingin agar anak-anaknya bisa bersekolah
setinggi-tingginya.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Adawiah
dengan penelitian yang hendak dilakukan adalah terkait dengan penerapan
pola asuh orang tua, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel Y
yang digunakan, pada penelitian sebelumnya adalah pendidikan anak
secara umum sedangkan dalam penelitian yang hendak dilakukan adalah
sikap tanggung jawab anak.
Jannah (2015) dalam Jurnal Pesona PAUD dengan judul “Bentuk
Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Perilaku Moral Pada Anak
Usia Dini Di Kecamatan Ampek”. Hasil penelitian menunjukan bahwa
bentuk pola asuh yang demokrasi dan permisiflah yang paling dominan di
terapkan.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Adawiah
dengan penelitian yang hendak dilakukan adalah terkait dengan penerapan
pola asuh orang tua, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel Y
yang digunakan, pada penelitian sebelumnya adalah pendidikan perilaku
moral anak secara umum sedangkan dalam penelitian yang hendak
dilakukan adalah sikap tanggung jawab anak.
Relevansi dari penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian ini
adalah peneliti akan melakukan penelitian mengenai pola asuh orang tua
pada siswa sekolah dasar dan sikap tanggung jawab siswa. Akan tetapi
dari penelitian-penelitian yang dilakukan peneliti tidak menemukan
penelitian yang meneliti hal yang sama dengan penelitian yang akan
dilakukan. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian yang memiliki
tujuan mengetahui hasil pola asuh orang tua terhadap sikap tanggung
jawab siswa.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang


disajikan berupa kata-kata. Dilihat dari permasalahan yang diteliti, penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif adalah untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku,
persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata pada suatu konteks secara alamiah dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah (Moleong, 2014:6). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hasil management kelas terhadap sikap tanggung jawab siswa kelas
III SDN Bandungrejo 03.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang disajikan secara
deskriptif. Maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti sebagai instrumen kunci melakukan
serangkaian kegiatan di lapangan mulai dari observasi awal, studi orientasi, dan
dilanjutkan dengan studi secara terfokus.
3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah terhadap siswa kelas III SDN
Bandungrejo 03.
Alasan pemilihan kelas III sebagai subyek penelitian karena siswa kelas
III memiliki sikap tanggung jawab yang paling rendah dibandingkan dengan kelas
yang lain menurut penuturan guru. Ketika pembelajaran masih ada beberapa anak
yang kurang memperhatikan guru ketika pembelajaran mungkin karena cara guru
kurang menarik dalam penyampaian materi atau karena terbawa kebiasaan dari
perilaku di rumah. Hal tersebut menjadikan siskap tanggung jawab siswa di dalam
mengikuti pembelajaran di dalam kelas menjadi tidak ada.

18
19

3.3 Sumber Data Penelitian


Lofland dan Lofland menjelaskan sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya ialah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain (Moleong, 2014:157). Sehingga, data utama dalam
penelitian kualitatif ini berupa kata-kata dan tindakan dari subjek penelitian yang
diwawancarai atau diamati. Sumber data dalam penelitian ini baik kata-kata,
tindakan maupun dokumen akan dipaparkan jauh lebih rinci sebagai berikut.
1. Informan
Informan adalah orang yang bisa memberi informasi-informasi utama
yang dibutuhkan dalam penelitian (Prastowo, 2012:195). Informasi ini dipilih dari
beberapa orang yang betul-betul dipercaya dan mengetahui objek yang akan
diteliti. Informan dalam penelitian ini terdiri atas informan utama dan informan
pendukung.
Pada penelitian ini, informan yang dimaksud adalah guru, orang tua
peserta didik, dan peserta didik kelas III SDN Bandungrejo 03. Informan dipilih
untuk mengetahui sikap tanggung jawab siswa setelah dilakukan wawancara
terhadap pola asuh orang tua di rumah. Seluruh data tersebut kemudian dianalisis
dan dibandingkan untuk mengetahui derajat kepercayaan (kredibilitas) data yang
diperoleh. Menggali informasi dari informan melalui wawancara.
2. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2010:329). Dokumen yang dianalisis peneliti berbentuk tulisan,
gambar/foto, rekaman audio hasil wawancara, dan observasi selama proses
pembelajaran yang dihasilkan sendiri oleh peneliti pada saat observasi. Dokumen
dalam bentuk tulisan meliputi data peserta didik.
3. Perilaku dalam Pembelajaran
Sumber perilaku dalam pembelajaran adalah perilaku guru dan peserta
didik saat pembelajaran. Perilaku guru yang diteliti adalah terkait aturan yang
menciptakan sikap tanggung jawab bagi peserta didik. Sedangkan perilaku siswa
20

yang diteliti terkait sikap tanggung jawab siswa saat pembelajaran via daring
dilihat dari kegiatan yang diberikan oleh guru sebagai berikut.
1) Berani mengungkapkan pendapat sendiri
2) Melaksanakan tugas kelompok yang diberikan guru
3) Melaksanakan tugas individu yang diberikan guru
4) Menjaga dan mengembalikan barang milik orang lain atau milik sekolah
5) Berani mengakui kesalahan tanpa unsur paksaan
6) Mengikuti pembelajaran daring sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini ada
tiga macam. Teknik pengumpulan data terdiri dari wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi. Paparan mengenai teknik pengumpulan data sebagai
berikut.
1. Teknik Wawancara Mendalam
Wawancara digunakan dalam teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2010:194).
Wawancara mendalam yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti
untuk mendapatkan informasi secara lisan melalui tanya jawab, yang berhadapan
langsung dengan sejumlah informan yang dapat memberi keterangan-keterangan
yang berkaitan permasalahan penelitian.
Pada tahap wawancara mendalam ini, peneliti menggali data yang
mendalam tentang pola asuh orang tua di rumah serta tanggung jawab siswa baik
di rumah taupun di sekolah. Peneliti memilih wawancara mendalam dalam
penelitian ini dikarenakan wawancara mendalam bersifat luwes, sehingga para
informan tidak hanya memberi jawaban yang sejujur-jujurnya ketika di
wawancarai tetapi juga lengkap, terjabarkan dan didorong untuk mengemukakan
perasaannya dengan bebas dan nyaman.
21

2. Teknik Angket
Angket dalam penelitian ini berupa sikap tanggung jawab siswa sebagai
salah satu variabel yang akan diteliti. Teknik angket dilakukan guna mengetahui
sikap tanggung jawab siswa setelah mengikuti pembelajaran guru berdasarkan
hasil analisis pola asuh orang tua di rumash.
3. Teknik Dokumentasi
Studi dokumenter (dokumentary study) adalah suatu teknik pengumpulan
data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata 2010:221). Dokumen tertulis
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peraturan dirumah yang dibuta oleh
orang tua. Hasil analisis dari data dokumen tersebut digunakan untuk mengkaji
dan menganalisis sikap tanggung jawab yang ditunjukkan oleh siswa kelas III.
3.5 Instrumen Penelitian
Sudaryono (2013: 30) menyatakan bahwa instrumen pengumpulan data
adalah alat bantu yang dipilih dan dgunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
a. Wawancara Siswa
Pengumpulan data melalui wawancara sudah sangat sering dilakukan
dalam sebuah penelitian. Peneliti mewawancarai orang tua siswa serta peserta
didik kelas III SDN Bandungrejo 03 yang digunakan peneliti untuk memperoleh
data yang mendalam terkait pola asuh orang tua. Adapun aspek yang menjadi
pertanyaan dalam pedoman wawancara meliputi sikap tanggung jawab siswa
dalam mengerjakan tugas dari sekolah di rumah. Berikut kisi-kisi wawancara yang
dilakukan dengan siswa tersaji pada Tabel 3.1.
22

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara Siswa tentang Sikap Tanggung Jawab Siswa

No Indikator Jumlah No. Item


.
1 Berani mengungkapkan 1 1
pendapat
2 Melaksanakan tugas kelompok 2 2
dari sekolah
3 Melaksanakan tugas individu 3 3
dari sekolah
4 Menjaga dan mengembalikan 4 4
barang milik orang lain
5 Berani mengakui kesalahan 5 5
tanpa unsur paksaan
6 Melakukan kegiatan dirumah 6 6
sesuai dengan jadwal yang
diterapkan
Jumlah 6
a. Wawancara Orang Tua
Wawancara terhadap orang tua siswa bertujuan untuk mendapatkan data
terkait dengan pola asuh yang diberikan untuk anaknya guna meningkatkan sikap
tanggung jawab anak. Adapun aspek yang menjadi pertanyaan dalam pedoman
wawancara meliputi pola asuh yang diberikan guna meningkatkan sikap tanggung
jawab anak. Berikut kisi-kisi wawancara yang dilakukan dengan orang tua siswa
tersaji pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara Orang Tua tentang Pola Asuh

No Indikator Jumlah No. Item


.
1 Proses pola asuh orang tua 1 1
terhadap sikap tanggung jawab
anak
2 Sikap orang tua dalam 2 2
mengasuh anak dirumah terkait
dengan mengembangkan sikap
tanggung jawab anak
3 Kontrol orang tua terhadap 3 3
aktivitas anak dirumah
4 Peraturan yang dibuat oleh 4 4
orang tua
5 Faktor pendorong pola asuh 5 5
23

orang tua dalam


mengembangkan sikap tanggung
jawab anak
6 Faktor pendorong pola asuh 6 6
orang tua dalam
mengembangkan sikap tanggung
jawab anak
Jumlah 6

2. Angket
Menurut Arikunto (2013:128) mendefinisikan angket adalah:”Sejumlah
pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan kepribadiannya atau dalam hal-hal yang
diketahui. Melalui angket ini akan dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis
dari responden atas sejumlah pertanyaan yang berkaitan di dalam angket
tersebut”. Pengumpulan data penelitian selanjutnya menggunakan lembar angket
yang akan dilakukan kepada siswa dan orang tua siswa.
a. Angket Pola Asuh (orang tua siswa)
Hal yang dimaksud untuk mengetahui pola asuh yang diberikan oleh orang
tua di rumah. Berikut ini Tabel 3.3 menyajikan kisi-kisi angket yang hendak
diisi oleh orang tua siswa.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Orang Tua Siswa tentang Pola Asuh

No Variabel Indikator Sub Indiktor Item Jml


Item
1 Pola asuh Pola asuh 1. Orang tua menerapkan peraturan 1 5
orang tua otoriter yang ketat.
2. Tidak adanya kesempatan untuk 2
mengemukakan pendapat.
3. Segala peraturan yang dibuat harus 3
dipatuhi oleh anak.
4. Berorientasi pada hukuman (fisik 4
maupun verbal).
5. Orangtua jarang memberikan hadiah 5
ataupun pujian
Pola 1. Adanya kesempatan bagi anak 6 6
Asuh untuk berpendapat.
Demokra 2. Hukuman diberikan akibat perilaku 7
-tis salah.
24

No Variabel Indikator Sub Indiktor Item Jml


Item
3. Memberi pujian dan atau hadiah 8
kepada perilaku yang benar
4. Orang tua membimbing dan
mengarahkan tanpa memaksakan 9
kehendak kepada anak.
5. Memeberi penjelasan secara 10
rasional jika pendapat anak tidak
sesuai.
6. Mempunyai pandangan masa depan 11
yang jelas terhadap anak.

Pola asuh 1. Memberikan kebebasan penuh tanpa 12 5


permisine ada batasan dan aturan dari
orangtua.
2. Tidak adanya hadiah atau pun 13
pujian meski anak berperilaku sosial
baik.
3. Tidak ada nya hukuman meski anak 14
melanggar peraturan
4. Kurang kontrol terhadap perilaku 15
dan kegiatan anak sehari-hari.
5. Orangtua hanya berperan sebagai 16
pemberi fasilitas
b. Angket Siswa
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sikap tanggung jawab siswa yang
muncul dirumah. Berikut ini Tabel 3.4 menyajikan kisi-kisi angket yang hendak
diisi oleh siswa.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Siswa tentang Sikap Tanggung Jawab Siswa

No Indikator Jumlah No. Item


.
1 Berani mengungkapkan 1 1
pendapat
2 Melaksanakan tugas kelompok 2 2
dari sekolah
3 Melaksanakan tugas individu 3 3
dari sekolah
4 Menjaga dan mengembalikan 4 4
barang milik orang lain
5 Berani mengakui kesalahan 5 5
tanpa unsur paksaan
25

6 Melakukan kegiatan dirumah 6 6


sesuai dengan jadwal yang
diterapkan
Jumlah 6

3.6 Teknik Analisis Data


Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif
lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara, angket dan dokumentasi. Data
yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif kemudian diuraikan dalam
bentuk deskriptif (gambaran).
Analisis data adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar” (penjelasan Patton dalam
Moleong, 2014:280). Definisi tersebut memberi gambaran tentang betapa
pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip
pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah
seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin dalam Sugiyono (2010: 56) yaitu
sebagai berikut.
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki
kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan
harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif.
Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
wawancara secara mendalam, angket, dan studi dokumenter.
a. Wawancara mendalam, diperoleh dari berbagai sumber diantaranya peserta
didik SDN Bandungrejo 03, orang tua wali peserta didik SDN Bandungrejo 03
dan guru kelas III SDN Bandungrejo 03.
b. Angket, digunakan untuk mengetahui sikap tanggung jawab siswa
26

c. Studi dokumentasi, digunakan untuk pengumpulan bukti secara nyata, seperti


hasil angket oleh siswa dan orang tua siswa, serta kegiatan yang diberikan
guru dalam menunjang terjadinya sikap tanggung jawab bagi siswa.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan
membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis
memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak
relevan.
Reduksi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menajamkan data yang
diperoleh. Hasil dari wawancara yang mendalam ketika ada jawaban yang diluar
konteks atau diluar pembahasan maka akan dihilangkan dalam penyajian data,
begitupun juga dengan data angket maupun studi dokumentasi, ketika ada yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti maka akan dihilangkan dalam
penyajian data.
3. Display Data
Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dalam penelitian ini display data dilakukan dengan cara menyajikan data
hasil wawancara, angket, dan studi dokumentasi secara deskriptif dalam bentuk
teks naratif pemaparan hasil pola asuh orang tua yang dilakukan oleh guru untuk
mengetahui sikap tanggung jawab siswa kelas III SDN Bandungrejo 03. Penyajian
data ini menghasilkan gambaran yang jelas mengenai manajemen kelas yang
dilakukan oleh guru meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan
Verifikasi dan penegasan kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari analisis
data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna
data yang telah disajikan. Selain itu, diantara display data dan penarikan
kesimpulan terdapat aktivitas analisis data.
27

Pengertian ini analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang,


dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai
rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Jika kesimpulan dikemukakan pada tahap
awal, di dukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2010:345). Selanjutnya data
yang telah dianalisis, dijelaskan, dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk
mendeskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.
Verifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan meninjau ulang
data-data sebelumnya dan berusaha menarik kesimpulan sesuai dengan hasil
triangulasi data. Kesimpulan dari penelitian ini menggambarkan secara
menyeluruh data yang telah dikumpulkan yaitu pola asuh orang tua untuk
mengetahui sikap tanggung jawab siswa.
3.7 Pengujian Keabsahan Data
Teknik keabsahan data adalah konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reabilitas) menurut versi
“positivisme” (Moleong, 2014:321). Penelitian kualitatif harus mengungkap
kebenaran yang objektif. Keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat
penting. Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif
dapat tercapai.
Pengujian keabsahan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Credibility, atau disebut juga dengan uji kepercayaan terhadap hasil data
penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan
tidak meragukan sebagai hasil dari sebuah penelitian.
2. Triangulasi teknik artinya adalah peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama yaitu menggunakan wawancara dan angket.
3. Dependability, pengujian ini dilakukan dengan cara melakukan audit
terhadap seluruh proses penelitian. Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana
28

peneliti mulai menentukan masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber


data, melaksanakan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai
pada pembuatan laporan hasil pengamatan.
4. Confirmability, artinya adalah penelitian bisa dikatakan obyektif apabila
hasil penelitian telah disepakati oleh banyak orang. Uji ini berarti menguji
hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat

yaitu pola asuh orangtua(X) dan sikap tanggung jawab (Y). Hasil pengumpulan

data tentang variabel-variabel yang diteliti melalui angket yang diberikan pada

siswa kelas III di SDN Bandungrejo 03. Pada pembahasan berikut ini disajikan

data berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian, dimana untuk mengetahui

pola asuh orangtua terhadap sikap tanggung jawab siswa. Jumlah sampel

penelitian adalah 6 siswa kelas III SDN Bandungreko 03. Untuk mendapatkan

gambaran secara utuh pada setiap data dapat dilihat pada deskripsi masing-masing

variabel sebagai berikut.

4.1.1 Gambaran Umum Informan

Dalam penelitian ini, informan utamanya adalah siswa kelas III SDN

Bandungrejo 03. Subyek dalam penelitian ini dipilih 6 orang siswa beserta orang

tuanya. Dilihat dari latar belakang ekonomi keluarga yang beragam dan pekerjaan

orang tua yang berbeda.

Dalam penelitian ini seluruh nama informan bukanlah nama mereka yang

sebenarnya, tetapi nama samaran. Hal ini peneliti lakukan untuk menghindari

berbagai kemungkinan negatif yang akan terjadi pada mereka sebagai akibat dari

penelitian ini. Berikut ini adalah deskripsi tentang para informan tersebut.

29
30

a. Siswa 1

Siswa 1 adalah salah satu siswa kelas III SD Bandungrejo 03 yang berusia

9 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Ia merupakan anak pertama dari dua

bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai seorang guru PNS sedangkan ibunya juga

merupakan guru PNS. Sehari-hari ayah dan ibunya berangkat mulai pukul 06.30

dan sampai di rumah ketika jam sudah menunjukkan pukul 14.30. Siswa 1 di

rumah bersama adiknya yang masih berusia 4 tahun dengan ditemani seorang

asisten rumah tangga. Siswa 1 diberikan sebuah kepercayaan untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya dari sekolah secara mandiri.

Siswa 1 juga diberikan tugas untuk membantu menjaga adiknya ketika ayah dan

ibunya belum pulang dari bekerja.

b. Siswa 2

Siswa 2 adalah salah satu siswa kelas III SD Bandungrejo 03 yang berusia

9 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Ia merupakan anak ke tiga dari tiga

bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai pedagang di pasar, sedangkan ibunya

seorang ibu rumah tangga. Sehari-hari ayah berangkat mulai pukul 06.30 dan

sampai di rumah ketika jam sudah menunjukkan pukul 12.30. Siswa 2 di rumah

bersama ibunya, kedua kakanya yamg berjenis kelamin laki-laki, kakak

pertamanya baru lulus SMA dan kakak ke dua sekarang kelas 3 SMP. Sebagai

anak perempuan, siswa 2 sangat rajin membantu ibunya. Serta dalam mengerjakan

tugas sekolah jika mengalami kesulitan siswa 2 meminta bantuan pada ke 2

kakaknya.
31

c. Siswa 3

Siswa 3 adalah salah satu siswa kelas III SD Bandungrejo 03 yang berusia

9 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Ia merupakan anak peertama dari 2

bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai buruh di perusahaan swasta, sedangkan

ibunya seorang ibu rumah tangga. Sehari-hari ayah berangkat mulai pukul 06.30

dan sampai di rumah ketika jam sudah menunjukkan pukul 14.30. Siswa 3 di

rumah bersama ibunya, adiknya yang masih berusia 2 tahun. Memiliki adik yang

msih kecil membuat siswa 3 merasa iri karena ibunya lebih memperhatikan

adiknya.. Sehingga terkadang siswa 3 lupa mengerjakaan tugas-tugas rumah,

karena tidak ada yang mengingatkan.

d. Siswa 4

Siswa 4 adalah salah satu siswa kelas III SD Bandungrejo 03 yang berusia

10 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Ia merupakan anak pertama dari keluarga

tersebut. Ayahnya bekerja sebagai guru PNS, sedangkan ibunya bekerja sebagai

bidan. Sehari-hari ayah dan ibunya berangkat mulai pukul 06.30 dan sampai di

rumah ketika jam sudah menunjukkan pukul 14.30. Siswa 4 di rumah bersama

seorang asisten rumah tangga. Siswa 4 sangat diberikan kebebasan oleh kedua

orang tuanya, siswa 4 semenjak kecil memeng banyak tinggal sama asisiten

rumah tangganya kurangnya perhatian membuat sisiwa ini sedikit lalay dalam

mengerjakan tugas-tugas sekolah.

e. Siswa 5

Siswa 5 adalah salah satu siswa kelas III SD Bandungrejo 03 yang berusia

10 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Ia merupakan anak tunggal, siswa


32

tersebut tinggal bersama nenek kakeknya karena ayah dan ibunya sudah berpisah.

Ibunya bekerja di luar kota sedangkan ayahnya tidak ada kabar. Siswa 5 sangat

rajin membantu nenek dan kakenya, namu dalam mengerjakan tugas-tugas

sekolah sisiwa 5 memiliki kesulitan karena tidak ada yang memeberikan bantuan

jika tugas tersebut sulit.

f. Siswa 6

Siswa 6 adalah salah satu siswa kelas III SD Bandungrejo 03 yang berusia

10 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Ia merupakan anak ke 2 dari tiga

bersodara. Ayahnya dan ibunya bekerja sebagai pegawai swasta. Sehari-hari

ayahnya berangkat mulai pukul 06.30 dan sampai di rumah ketika jam sudah

menunjukkan pukul 14.30, sedangkan ibunya berangkat sekitar pukul 08.00 dan

pulang pukul 16.00. Siswa 6 di rumah bersama nenek dan adiknya yang berumur

3 tahun, sedangkan kakanya bersekolah di pesantren dan jarang pulang.

Neneknya yang terlalu fokus sama adiknya sehingga siswa 6 banyak main, kurang

bertanggung jawab atas tugas-tugas dari sekolahan. Ibunya hanya menanyakan

tidak mengawasi jika anaknya mengerjakan atau tidak atas tugas-tugas

sekolahnya..

4.1.2 Dampak Pola Asuh Orang Tua Terhadap Sikap Tanggung Jawab
Pola asuh orang tua yang bermacam-macam akan memberikan dampak
yang berbeda pada sikap tanggung jawab si anak. Berikut disajikan data terkait
dengan dampak pola asuh orangtua terhadap sikap tanggung jawab anak.
1. Siswa 1
Siswa 1 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran dan dalam kegiatan di
rumah ia berani mengungkapkan pendapat dengan jelas, ia juga mampu
melaksanakan tugas kelompok yang diberikan oleh sekolah, selain melaksanakan
33

tugas kelompok, ia juga mampu menyelesaikan tugas individu. Di luar rumah


ketika ia menemukan sesuatu yang bukan miliknya maka ia akan segera
mengembalikan barang tersebut kepada pemiliknya, begitupun juga ketika di
rumah. Ia berani mengakui kesalahan ketika ia memang melakukan kesalahan. Ia
jarang melakukan kegiatan di rumah sesuai dengan jadwal, tugasnya di rumah
akan diselesaikan ketika dia merasa tidak sedang malas untuk mengerjakannya.
Orang tua siswa 1 memiliki pekerjaan sebagai guru PNS. Mereka
menerapkan sikap tanggung jawab kepada anaknya untuk selalu menyelesaikan
dan menunaikan kewajibannya guna mendapatkan hak yang memang layak ia
dapatkan. Orang tua dari siswa 1 menerapkan peraturan yang ketat untuk dipenuhi
oleh anaknya, namun orangtua siswa 1 selalu mengembangkan untuk
mengemukakan pendapatnya terkait sesuatu, beliau juga menuturkan bahwa
segala peraturan yang dibuat untuk anaknya harus dipenuhi karena itu yang
terbaik untuk anaknya. Orang tua siswa 1 juga sering memberikan hadiah untuk
perilaku yang benar serta hukuman untuk perilaku yang salah.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang
diberikan oleh orangtua siswa 1 memberikan dampak yang baik bagi sikap
tanggung jawab anaknya.
2. Siswa 2
Siswa 2 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran dan dalam kegiatan di
rumah ia tidak berani mengungkapkan pendapat dengan jelas, namun ia mampu
melaksanakan tugas kelompok yang diberikan oleh sekolah, selain melaksanakan
tugas kelompok, ia juga mampu menyelesaikan tugas individu. Di luar rumah
ketika ia menemukan sesuatu yang bukan miliknya maka ia akan segera
mengembalikan barang tersebut kepada pemiliknya, namun ketika di rumah ia
tidak langsung memebrikan benda yang ia temukan kecuali di minta oleh yang
punya. Ia berani mengakui kesalahan ketika ia memang melakukan kesalahan. Ia
jarang melakukan kegiatan di rumah sesuai dengan jadwal, tugasnya di rumah
akan diselesaikan ketika dia merasa tidak sedang malas untuk mengerjakannya.
Ayah siswa 2 memiliki pekerjaan sebagai pedagang di pasar sedangkan
ibunya sebagi ibu rumah tangga. Orang tua dari siswa 2 memberikan kebebasan
34

penuh namun memeberikan beberapa aturan, orang tua sisiwa 2 tidak memberikan
hadiah ataupun hukuman kepada siswa 2. Setiap kesalahan yang di buat siswa 2
orang tunya hanya memeberikan teguran.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang
diberikan oleh orangtua siswa 2 memberikan dampak yang cukup baik bagi sikap
tanggung jawab anaknya.
3. Siswa 3
Siswa 3 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran dan dalam kegiatan di
rumah ia tidak berani mengungkapkan pendapat dengan jelas, ia tidak mampu
melaksanakan tugas kelompok maupun tugas individu yang diberikan oleh
sekolah. Di luar rumah ketika ia menemukan sesuatu yang bukan miliknya ia
menyimpannya begitu pula ketika di rumah ia tidak mengembalikan benda yang
ia temukan apalagi jika benda yang di temukan itu berguna untuk dirinya. Ia tidak
berani mengakui kesalahan ketika ia memang melakukan kesalahan. Ia jarang
melakukan kegiatan di rumah sesuai dengan jadwal, tugasnya di selesaikan jika di
awasi dan itupun asal-asalan.
Ayah siswa 3 memiliki pekerjaan sebagai buruh di perusahaan swasta
sedangkan ibunya sebagi ibu rumah tangga. Orang tua dari siswa 3 memberikan
kebebasan penuh tanpa memberikan aturan apapun, akan tetapi orang tua sisiwa 3
memberikan hukuman kepada siswa 3 jika membuat kesalahan.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang
diberikan oleh orangtua siswa 3 memberikan dampak yang tidak baik bagi sikap
tanggung jawab anaknya.
4. Siswa 4
Siswa 4 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran dan dalam kegiatan di
rumah ia berani mengungkapkan pendapat dengan jelas, ia juga mampu
melaksanakan tugas kelompok yang diberikan oleh sekolah, selain melaksanakan
tugas kelompok, ia juga mampu menyelesaikan tugas individu. Di sekolah ketika
ia menemukan sesuatu yang bukan miliknya maka ia akan segera mengembalikan
barang tersebut kepada pemiliknya, begitupun juga ketika di rumah. Ia berani
mengakui kesalahan ketika ia memang melakukan kesalahan. Ia melakukan
35

kegiatan di rumah sesuai dengan jadwal, tugasnya di rumah akan diselesaikan


sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
Ayah siswa 4 memiliki pekerjaan sebagai guru PNS sedangkan ibunya
bekerja sebagai bidan.. Mereka menerapkan sikap tanggung jawab kepada
anaknya untuk selalu menyelesaikan dan menunaikan kewajibannya guna
mendapatkan hak yang memang layak ia dapatkan. Orang tua dari siswa 4
menerapkan peraturan yang ketat untuk dipenuhi oleh anaknya, namun orangtua
siswa 4 selalu mengembangkan untuk mengemukakan pendapatnya terkait
sesuatu, beliau juga menuturkan bahwa segala peraturan yang dibuat untuk
anaknya harus dipenuhi karena itu yang terbaik untuk anaknya. Orang tua siswa 4
juga sering memberikan hadiah untuk perilaku yang benar serta hukuman untuk
perilaku yang salah.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang
diberikan oleh orangtua siswa 4 memberikan dampak yang baik bagi sikap
tanggung jawab anaknya.
5. Siswa 5
Siswa 5 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran dan dalam kegiatan di
rumah ia tidak berani mengungkapkan pendapat dengan jelas, ia mampu
melaksanakan tugas kelompok maupun tugas individu yang diberikan oleh
sekolah namun hasil yang di dapat tika maksimal. Di luar rumah ketika ia
menemukan sesuatu yang bukan miliknya ia segera mengembalikan barang
tersebut, begitu pula ketika di rumah . Ia berani mengakui kesalahan ketika ia
memang melakukan kesalahan. Ia melakukan kegiatan di rumah sesuai dengan
jadwal yang ia buat, tugasnya selalu di selesaikan tepat waktu namun karena tidak
ada yang membantu terkadang apa yang di kerjakan hasilnya kurang baik.
Siswa 5 tinggal bersama nenek dan kakenya yang sudah tidak bekerja,
untuk kehidupan sehari-hari mereka mengandalkan lahan pertanian yang kecil dan
kiriman dari ibu sisiwa 5 yang bekerja di luar kota.. Orang tua dari siswa 3
memberikan kebebasan penuh tanpa memberikan aturan apapun, akan tetapi orang
tua sisiwa 5 memberikan hadiah kepada siswa 5 jika dapat melakukan sesuatu
36

yang diperintahkan. Siswa 5 memiliki sikap tanggung jawab yang baik setiap hari
sisiwa 5 mau membantu nenek dan kakenya.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang
diberikan oleh orangtua siswa 5 memberikan dampak yang baik bagi sikap
tanggung jawab anaknya.
6. Siswa 6
Siswa 6 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran dan dalam kegiatan di
rumah ia tidak berani mengungkapkan pendapat dengan jelas, ia tidak mampu
melaksanakan tugas kelompok maupun tugas individu yang diberikan. Di luar
rumah ketika ia menemukan sesuatu yang bukan miliknya ia segera
mengembalikan barang tersebut, begitu pula ketika di rumah . Ia tidak berani
mengakui kesalahan ketika ia memang melakukan kesalahan. Ia tidak melakukan
kegiatan di rumah sesuai dengan jadwal, tugasnya sering kali tidak di selesaikan.
Orang tua siswa 6 termasuk orang tua yang sibuk, sehingga untuk sehari-
harinya siswa 6 tinggal bersama nenek dan adknya yang masih berumur 3 tahun.
Kartena itu, orang tua dari siswa 6 memberikan kebebasan penuh tanpa
memberikan aturan apapun, orang tua sisiwa 6 tidak memberikan hukuman ketika
ia melakukan kesalahan, dan tidak memberikan hadiah kepada ia jika dapat
melakukan sesuatu yang diperintahkan. Siswa 6 tidak memiliki sikap tanggung
jawab yang baik setiap hari sisiwa 6 banyak bermain dan melalayakan tugas yang
diberikan..
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang
diberikan oleh orangtua siswa 6 memberikan dampak yang tidak baik bagi sikap
tanggung jawab anaknya.
4.1.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Sikap Tanggung Jawab
Terdapat beragam faktor pendukung dan penghambat pola asuh orangtua
terhadap sikap tanggung jawab anak. Hasil penelitian menunjukkan hasil sebagai
berikut.
37

1. Siswa 1
Keberhasilan pola asuh orang tua siswa 1 terhadap siswa 1 sehingga ia
berani mengungkapkan pendapat dengan jelas, ia juga mampu melaksanakan
tugas kelompok yang diberikan oleh sekolah, selain melaksanakan tugas
kelompok, ia juga mampu menyelesaikan tugas individu. Di dalam rumah ketika
ia menemukan sesuatu yang bukan miliknya maka ia akan segera mengembalikan
barang tersebut kepada pemiliknya, begitupun juga ketika di rumah. Ia berani
mengakui kesalahan ketika ia memang melakukan kesalahan dipengaruhi oleh
faktor pendidikan dari orang tua. Orangtua yang memiliki pendidikan yang tinggi
akan lebih memperhatikan pengasuhannya untuk anak.
Selain faktor pendidikan juga orangtua memiliki faktor kesiapan sebagai
orang tua. Orang tua yang merasa dirinya siap untuk memiliki anak maka akan
lebih mudah dalam mengatur pola asuhnya secara terarah.
Sedangkan penghambat pola asuh orang tua terhadap sikap tanggung
jawab anaknya, yaitu siswa jarang melakukan kegiatan di rumah sesuai dengan
jadwal, tugasnya di rumah akan diselesaikan ketika dia merasa tidak sedang malas
untuk mengerjakannya ialah faktor pekerjaan yang memang tidak memungkinkan
orangtua siswa 1 untuk mendampingi kegiatan siswa 1 di rumah setiap saat.
2. Siswa 2
Dalam pola asuh orang tua siswa 2 terhadap siswa 2 kurang begitu berhasil
sehingga ia tidak berani mengungkapkan pendapat dengan jelas, namu siswa 2
mampu melaksanakan tugas kelompok yang diberikan oleh sekolah, selain
melaksanakan tugas kelompok, ia juga mampu menyelesaikan tugas individu. Di
dalam rumah ketika ia menemukan sesuatu yang bukan miliknya maka ia akan
segera mengembalikan barang tersebut kepada pemiliknya, begitupun juga ketika
di rumah. Ia berani mengakui kesalahan ketika ia memang melakukan kesalahan
dipengaruhi oleh faktor kebiasan sikap jujur orang tuanya sebagai pedagang.
Pola asuh yang di berikan sisiwa 2 memang tidak sepenuhnya berhasil
naman ada beberapa prilaku baik yang didapatkan siswa 2 dari pola ssuh yang di
berikan orang tuanya. Salah satu faktornya adalah bahwa siswa 2 masih di asuh
langsung oleh ibunya sehingga pola asuhnya masih di arahkan ke hal yang baik.
38

Sedangkan penghambat pola asuh orang tua terhadap sikap tanggung


jawab siswa 2, yaitu siswa 2 tidak memiliki keberanian dalm mengungkapkan
pendapat. Hal tersebut bisa terjadi karena pendidikan orang tuanya yang tidak
begitu tinggi, ayahnya yang bekerja sebagi pedagang lulusan SMA, sedangkan
ibunya hanya lulusan SMP. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa 2 kurang
dilatih untuk berani berpendapat.
3. Siswa 3
Dalam pola asuh orang tua siswa 3 terhadap siswa 3 kurang begitu berhasil
sehingga ia tidak berani mengungkapkan pendapat dengan jelas, siswa 3 tidak
mampu melaksanakan tugas kelompok maupun tugas individu yang diberikan
oleh sekolah. Di luar rumah ketika ia menemukan sesuatu yang bukan miliknya
maka ia menyimpannya begitu pula ketika di rumah ia tidak mengembalikan
benda yang ia temukan apalagi jika benda yang di temukan itu berguna untuk
dirinya. Ia tidak berani mengakui kesalahan ketika ia memang melakukan
kesalahan hal itu dipengaruhi oleh faktor karena tkut akan hukuman yang
diberikan oleh orang tuanya.
Pola asuh yang di berikan kepada sisiwa 3 memang tidak sepenuhnya
gagal namun memamng pola asuh yang didapatkan siswa 3 adalah kurangnya
perhatian dari orang tua. Salah satu faktornya adalah bahwa siswa 3 masih
memiliki adik yang masih kecil sehingga ibunya terlalu fokus untuk ngurusi
adiknya dan ayahnya sangat sibuk dengan pekerjaanya.
Sedangkan penghambat pola asuh orang tua terhadap sikap tanggung
jawab siswa 3, yaitu siswa 3 tidak memiliki keberanian dalm mengungkapkan
pendapat dengan jelas, ia tidak mampu melaksanakan tugas kelompok maupun
tugas individu yang diberikan oleh sekolah. Di luar rumah ketika ia menemukan
sesuatu yang bukan miliknya ia menyimpannya begitu pula ketika di rumah ia
tidak mengembalikan benda yang ia temukan apalagi jika benda yang di temukan
itu berguna untuk dirinya. Ia tidak berani mengakui kesalahan ketika ia memang
melakukan kesalahan. Ia jarang melakukan kegiatan di rumah sesuai dengan
jadwal, tugasnya di selesaikan jika di awasi dan itupun asal-asalan. Hal tersebut
bisa terjadi karena pendidikan orang tuanya yang tidak begitu tinggi, ayahnya
39

yang bekerja sebagi buruh swasta hanya lulusan SMA, ibunya hanya juga lulusan
SMA serta masih punya adik yang masih kecil sehingga siswa 3 kurang di
perhatikan.
4. Siswa 4
Keberhasilan pola asuh orang tua siswa 4 terhadap siswa 4 sehingga ia
berani mengungkapkan pendapat dengan jelas, ia juga mampu melaksanakan
tugas kelompok yang diberikan oleh sekolah, selain melaksanakan tugas
kelompok, ia juga mampu menyelesaikan tugas individu. Di dalam rumah ketika
ia menemukan sesuatu yang bukan miliknya maka ia akan segera mengembalikan
barang tersebut kepada pemiliknya, begitupun juga ketika di rumah. Ia berani
mengakui kesalahan ketika ia memang melakukan kesalahan dipengaruhi oleh
faktor pendidikan dari orang tua. Orangtua yang memiliki pendidikan yang tinggi
akan lebih memperhatikan pengasuhannya untuk anak.
Selain faktor pendidikan juga orangtua memiliki faktor kesiapan sebagai
orang tua. Orang tua yang merasa dirinya siap untuk memiliki anak maka akan
lebih mudah dalam mengatur pola asuhnya secara terarah.
Sedangkan penghambat pola asuh orang tua terhadap sikap tanggung
jawab anaknya, yaitu siswa jarang melakukan kegiatan di rumah sesuai dengan
jadwal, tugasnya di rumah akan diselesaikan ketika dia diingatkan dan tidak lupa.
ialah faktor pekerjaan yang memang tidak memungkinkan orangtua siswa 4 untuk
mendampingi kegiatan siswa 4 di rumah setiap saat.
5. Siswa 5
Keberhasilan pola asuh orang tua siswa 5 terhadap siswa 5 sehingga ia a
juga mampu melaksanakan tugas kelompok yang diberikan oleh sekolah, selain
melaksanakan tugas kelompok, ia juga mampu menyelesaikan tugas individu. Di
dalam rumah ketika ia menemukan sesuatu yang bukan miliknya maka ia akan
segera mengembalikan barang tersebut kepada pemiliknya, begitupun juga ketika
di rumah. Ia berani mengakui kesalahan ketika ia memang melakukan kesalahan
dipengaruhi oleh faktor pendidikan dari orang tua. Ia melakukan kegiatan di
rumah sesuai dengan jadwal yang ia buat, tugasnya selalu di selesaikan tepat
40

waktu namun karena tidak ada yang membantu terkadang apa yang di kerjakan
hasilnya kurang baik
Selain faktor kasih sayang yang di berikan nenenk dan kakeknya siswa 5
memiliki sikap empati yang baik yang tidak mau menyusahakan nenek dan
kakeknya..
Sedangkan penghambat pola asuh orang tua terhadap sikap tanggung
jawab anaknya, yaitu siswa tidak berani mengungkapkan pendapat dengan jelas,
hal tersebut bisa terjadi karena siswa 5 merupakan siswa yang pendiam dan
pemalu akibat pola asuh (tidak tinggal dengan orang tua).
6. Siswa 6
Dalam pola asuh orang tua siswa 6 terhadap siswa 6 kurang berhasil ia
tidak berani mengungkapkan pendapat dengan jelas, ia tidak mampu
melaksanakan tugas kelompok maupun tugas individu yang diberikan. Di luar
rumah ketika ia menemukan sesuatu yang bukan miliknya ia segera
mengembalikan barang tersebut, begitu pula ketika di rumah . Ia tidak berani
mengakui kesalahan ketika ia memang melakukan kesalahan. Ia tidak melakukan
kegiatan di rumah sesuai dengan jadwal, tugasnya sering kali tidak di selesaikan.
Hal tersebut karena orang tua siswa 6 memberikan kebebasan yang berlebihan
dan selama ini siswa 6 tinggal dengan nenenknya dan adiknya yang masih keci
yang perlu perhatian lebih.
Faktor utama ketidak berhasilan pola asuh siswa 6 karena kedua orang
tuanya yang sibuk bekerja sehingga siswa 6 kurang mendapatkan perhatian dan
pola asuh yang tepat.
4.2 Pembahasan

4.2.1 Dampak Pola Asuh Orang Tua Terhadap Sikap Tanggung Jawab
Pola asuh orang tua diapresiasi anak sebagai undangan, bantuan,
bimbingan, dan dorongan untuk membentuknya mengembangkan diri sebagai
pribadi yang berkarakter adalah orang tua yang mampu memancarkan
kewibawaan pada anak (Suteja dan Yusirah, 2017). Menurut Annarisa (2014)
hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pola asuh orang tua memiliki peran
41

dalam pembentukan sikap seorang anak, semakin tinggi pola asuh yang diterapkan
orang tua maka tanggung jawab anak menjadi tinggi. Ini berarti pola asuh orang
tua terbukti memiliki pengaruh terhadap tanggung jawab anak.
Penelitian ini mengkaji pola asuh orang tua terhadap sikap tanggung jawab
dari 6 siswa kelas III SD Bandungrejo 03 yang berumur 9-10 tahun. Berdasarkan
hasil kajian dampak pola asuh orang tua terhadap sikap tanggung jawab siswa
sebagai berikut.
1. Siswa 1
Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diberikan
orang tua siswa 1 berupa pola asuh demokratis. Dapat dilihat dari cara pola
asuh yang dilakukan orang tua siswa 1 dengan adanya kesempatan bagi anak
untuk berpendapat, memberikan hukuman diberikan akibat perilaku sala,
memberi pujian dan atau hadiah kepada perilaku yang benar, orang tua
membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak,
memeberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai, dan oran
tua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anaknya.
Dari bentuk pola asuh yang diberikan orang tua siswa 1, siswa 1
menjadi anak yang lebih bertanggung jawab. Siswa 1 termasuk siswa yang
bertanggung jawab dapat dilihat dari siswa 1 yang memiliki sikap berani
mengungkapkan pendapat, dapat melaksanakan tugas kelompok dan tugas
individu dari sekolah, menjaga dan mengembalikan barang milik orang lain,
berani mengakui kesalahan tanpa unsur paksaan. Namun siswa 1 belum bisa
melakukan kegiatan dirumah sesuai dengan jadwal yang diterapkan.
2. Siswa 2
Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diberikan
orang tua siswa 2 berupa pola asuh permisine. Dapat dilihat dari cara pola
asuh yang dilakukan orang tua siswa 2 dengan memberikan kebebasan penuh
tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua, tidak adanya hadiah atau pun
pujian meski anak berperilaku sosial baik, tidak ada nya hukuman meski anak
melanggar peraturan, kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak
sehari-hari, dan orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas. Setiap
42

kesalahan yang dilakukan siswa 2 orang tuanya hanya mengur tanpa


memberikan hukuman.
Dari bentuk pola asuh yang diberikan orang tua siswa 2, siswa 2
menjadi anak yang cukup bertanggung jawab. Siswa 2 termasuk siswa yang
cukup bertanggung jawab dapat dilihat dari siswa 2 yang memiliki sikap
dapat melaksanakan tugas kelompok dan tugas individu dari sekolah,
menjaga dan mengembalikan barang milik orang lain, berani mengakui
kesalahan tanpa unsur paksaan. Namun siswa 2 tidak memiliki sikap berani
mengungkapkan pendapat dengan jelas dan belum bisa melakukan kegiatan
dirumah sesuai dengan jadwal yang diterapkan.
3. Siswa 3
Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diberikan
orang tua siswa 3 berupa pola asuh permisine. Dapat dilihat dari cara pola
asuh yang dilakukan orang tua siswa 3 dengan memberikan kebebasan penuh
tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua, tidak adanya hadiah atau pun
pujian meski anak berperilaku sosial baik , kurang kontrol terhadap perilaku
dan kegiatan anak sehari-hari, dan orangtua hanya berperan sebagai pemberi
fasilitas. Namun orang tua siswa 3 masih memberikan hukuman atas
kesalahan yang di perbuat oleh siswa 3.
Dari bentuk pola asuh yang diberikan orang tua siswa 3, siswa 3
menjadi anak yang tidak bertanggung jawab. Siswa 3 termasuk siswa yang
tidak bertanggung jawab dapat dilihat dari siswa 3 yang tidak memiliki sikap
berani mengungkapkan pendapat dengan jelas, tidak dapat melaksanakan
tugas kelompok dan tugas individu dari sekolah, diluar rumah siswa 3 tidak
mampu menjaga dan mengembalikan barang milik orang lain, tidak berani
mengakui kesalahan, dan siswa 3 tidak dapat melakukan kegiatan di rumah
sesuai dengan jadwal, siswa 3 mengerjakan tugasnya hanya jika di awasi dan
itupun asal-asalan.
4. Siswa 4
Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diberikan
orang tua siswa 4 berupa pola asuh yang otoriter. Dapat dilihat dari cara pola
43

asuh yang dilakukan orang tua siswa 4 dengan adanya peraturan yang ketat
yang di buat orang tua yang harus di terapkan, segala peraturan yang dibuat
harus dipatuhi oleh anak. Namun orang tua siswa masih memberikan
kesempatan kepada anaknya untuk berpendapat serta orang tua siswa selalu
memberikan hadiah jika anaknya melakukan hal yang baik dan
membanggakan. Ketika siswa 4 melakukan kesalahan orang tua siswa
memberikan hukuman baik fisik maupun verbal.
Dari bentuk pola asuh yang diberikan orang tua siswa 4, siswa 4
menjadi anak yang lebih bertanggung jawab. Siswa 4 termasuk siswa yang
bertanggung jawab dapat dilihat dari siswa 4 yang memiliki sikap berani
mengungkapkan pendapat, dapat melaksanakan tugas kelompok dan tugas
individu dari sekolah, menjaga dan mengembalikan barang milik orang lain,
berani mengakui kesalahan tanpa unsur paksaan, dan siswa 4 mampu
melakukan kegiatan di rumah sesuai dengan jadwal, tugasnya di rumah akan
diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
5. Siswa 5
Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diberikan
orang tua siswa 5 berupa pola asuh permisine. Dapat dilihat dari cara pola
asuh yang dilakukan orang tua siswa 5 dengan memberikan kebebasan penuh
tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua, kurang kontrol terhadap perilaku
dan kegiatan anak sehari-hari, dan orangtua hanya berperan sebagai pemberi
fasilitas. Namun orang tua siswa 5 masih memberikan hadiah atau pun pujian
ketika anaknya berperilaku sosial baik dan berprestasi.
Dari bentuk pola asuh yang diberikan orang tua siswa 5, siswa 5
menjadi anak yang bertanggung jawab. Siswa 5 termasuk siswa yang
bertanggung jawab dapat dilihat dari siswa 5 yang memiliki sikap dapat
melaksanakan tugas kelompok dan tugas individu dari sekolah, menjaga dan
mengembalikan barang milik orang lain, berani mengakui kesalahan tanpa
unsur paksaan, dan siswa 5 mampu melakukan kegiatan di rumah sesuai
dengan jadwal, tugasnya di rumah akan diselesaikan sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat. Namun siswa 5 tidak tidak berani mengungkapkan
44

pendapat dengan jelas, hal tersebut karena sisw 5 seorang siwa yang pemalu.
Ia akan berbicara ketika di tujuk guru itupun dengan nada suara yang pelan.
6. Siswa 6
Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diberikan
orang tua siswa 6 berupa pola asuh permisine. Dapat dilihat dari cara pola
asuh yang dilakukan orang tua siswa 6 dengan memberikan kebebasan penuh
tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua, tidak adanya hadiah atau pun
pujian meski anak berperilaku sosial baik, tidak ada nya hukuman meski anak
melanggar peraturan, kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak
sehari-hari, dan orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas. Setiap
kesalahan yang dilakukan siswa 6 orang tuanya hanya mengur tanpa
memberikan hukuman.
Dari bentuk pola asuh yang diberikan orang tua siswa 6, siswa 6
menjadi anak yang cukup bertanggung jawab. Siswa 6 termasuk siswa yang
kurang bertanggung jawab dapat dilihat dari siswa 6 yang tidak memiliki
sikap berani mengungkapkan pendapat dengan jelas, tidak mampu
melaksanakan tugas kelompok maupun tugas individu yang diberikan, tidak
berani mengakui kesalahan ketika ia memang melakukan kesalahan, tidak
melakukan kegiatan di rumah sesuai dengan jadwal, tugasnya sering kali
tidak di selesaikan. Namun siswa 6 masih memiliki sikap jika di luar rumah
ketika menemukan sesuatu yang bukan miliknya siswa 6 segera
mengembalikan barang tersebut, begitu pula ketika di rumah.

4.2.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Sikap Tanggung Jawab
Dalam setiap pola asuh yang diberikan terdapat faktor pendukung dan
penghambat untuk setiap keberhasilan pola asuh terhadap sikap tanggung jawab
siswa. Berdasarkan hasil kajian pola asuh orang tua terhadap sikap tanggung
jawab dari 6 siswa kelas III SD Bandungrejo 03 yang berumur 9-10 tahun.
Berdasarkan hasil kajian dampak pola asuh orang tua terhadap sikap tanggung
jawab siswa di temukan beberapa faktor pendukung dan penghambat.
45

1. Siswa 1
Dari hasil kajian didapatkan bahwa siwa 1 memiliki sikap tanggung
jawab yang baik hal tersebut dikarenakan pola asuh demokratis yang
diberikan orang tua siswa 1. Faktor pendukung dari keberhasilan pola asuh
terhadap sikap tanggung jawab siswa didapat karena kedua orang tua siswa 1
merupakan seorang Guru PNS. Pendidikan orang tua siswa 1 sangat
mendukung terciptanya pola asuh yang baik, hal lain adalah faktor ekonomi
yang menunjang. Dengan demikian orang tua siswa 1 sangat siap untuk
memiliki anak dan mendidik anak.
Namun masih terdapat faktor penghambat atas keberhasilan pola asuh
yang diberikan siswa 1 yaitu keterbatasan waktu orang tua bersama-sama
dengan siswa 1. Hal tersebut menjadikan siswa 1 belum bisa melakukan
keguiatan dirumah sesuai dengan jadwal yang diterapkan, siswa 1 masih
memiliki rasa malas dalam menjalankan jadwal yang diterapkan.
2. Siswa 2
Dari hasil kajian didapatkan bahwa siswa 2 memiliki sikap cukup
tanggung jawab, hal tersebut dikarenakan pola asuh permisine yang diberikan
orang tua siswa 2. Faktor pendukung dari keberhasilan pola asuh terhadap
sikap tanggung jawab siswa didapat karena secara ekonomi orang tua siswa
telah mapan serta siswa 2 langsung di asuh oleh ibunya yang selalu ada di
rumah. selain itu ayah siswa 2 yang merupakan pedagang di pasar memiliki
sikap yang jujur yang ditanamkan kepada anaknya, hal tersebut mendukung
terciptanya pola asuh yang baik.
Namun masih terdapat faktor penghambat atas keberhasilan pola asuh
yang diberikan orang tua siswa 2 yaitu faktor pendidikan, pendidikan orang
tuanya yang tidak begitu tinggi, ayahnya yang bekerja sebagi pedagang
lulusan SMA, sedangkan ibunya hanya lulusan SMP. Hal tersebut
menunjukan bahwa siswa 2 kurang dilatih untuk berani berpendapat.
3. Siswa 3
46

Dari hasil kajian dapatkan bahwa siswa 3 memiliki siakp tidak


bertanggung jawab, pola asuh yang diberikan orang tua siswa 3 berupa pola
asuh permisine. Secara ekonomi orang tua siswa mampu memberikan apa
yang siswa 3 mau, siswa 3 pun tinggal bersama ibunya. Adanya hukuman
yang diberikan orang tua siswa 3 sehingga siswa 3 masih memiliki kontrol
atas sikapnya. Pola asuh yang di berikan kepada sisiwa 3 memang tidak
sepenuhnya gagal namun memamng pola asuh yang didapatkan siswa 3
adalah kurangnya perhatian dari orang tua. Salah satu faktornya adalah bahwa
siswa 3 masih memiliki adik yang masih kecil sehingga ibunya terlalu fokus
untuk ngurusi adiknya dan ayahnya sangat sibuk dengan pekerjaanya.
Faktor penghambat keberhasilan pola asuh bagi siswa 3 adalah
sibuknya orang tua siswa 3, ayahnya sibuk dengan pekerjaannya sebagi
buruh. Sedangkan ibunya sibuk mengurusi adinya yang masih berusia 2
tahun.
4. Siswa 4
Dari hasil kajian didapatkan bahwa siwa 4 memiliki sikap tanggung
jawab yang baik hal tersebut dikarenakan pola asuh otoriter yang diberikan
orang tua siswa 4. Faktor pendukung dari keberhasilan pola asuh terhadap
sikap tanggung jawab siswa didapat karena ayah dari siswa 4 merupakan
seorang Guru PNS dan ibu siswa 4 merupakan bidan. Pendidikan orang tua
siswa 4 sangat mendukung terciptanya pola asuh yang baik, hal lain adalah
faktor ekonomi yang menunjang. Dengan demikian orang tua siswa 4 sangat
siap untuk memiliki anak dan mendidik anak.
Namun masih terdapat faktor penghambat atas keberhasilan pola asuh
yang diberikan siswa 4 yaitu keterbatasan waktu orang tua bersama-sama
dengan siswa 4.
5. Siswa 5
Dari hasil kajian didapatkan bahwa siwa 5 memiliki sikap tanggung
jawab yang baik hal tersebut dikarenakan pola asuh permisine yang diberikan
orang tua siswa 5. Siswa 5 tidak tinggal dengan ayah ibunya namun faktor
kasih sayang yang di berikan nenenk dan kakeknya siswa 5 yang menjadikan
47

siswa 5 memiliki sikap empati yang baik sehingga pola asuh yang di berikan
behasil. Selain itu dukungan ibunya yang tinggal di luar kota untuk bekerja
menjadi faktor pendukung..
Namun masih terdapat faktor penghambat atas keberhasilan pola asuh
yang diberikan kepada siswa 5 yaitu , yaitu siswa tidak berani
mengungkapkan pendapat dengan jelas, hal tersebut bisa terjadi karena siswa
5 merupakan siswa yang pendiam dan pemalu akibat pola asuh (tidak tinggal
dengan orang tua).
6. Siswa 6
Dari hasil kajian didapatkan bahwa siwa 6 memiliki sikap tanggung
jawab yang baik hal tersebut dikarenakan pola asuh permisine yang diberikan
orang tua siswa 6. Faktor keberhasilan pola asuh siswa 6 adalah faktor
ekonomi yang baik, selain itu orang yang mengasuhnya masih keluarga yaitu
neneknya..
Namun masih terdapat faktor penghambat atas keberhasilan pola asuh
yang diberikan kepada siswa 6 yaitu, siswa 6 tidak bertanggungjawabnya
siswa 6 terhadap tugas-tugas sekolah yang diberikan, hal tersebut karena
kurangnya perhatian dfari kedua orang tua siswa 6 yang sibuk bekerja.
Faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pola asuh terhadap sikap
tanggung jawab anak memang sangat tergantung dari bagai mana orang tua
menerapkan pola asuhnya. Pola asuh otoriter, demokratis, maupun permisine
memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.. faktor yang utama adal
seperti yang dikemukakan oleh Novi (204) dalam bukunya yang berjudul “cara-
cara mengasuh anak yang sering diabaikan orang tua” menyatakan pada dasarnya,
anak adalah manusia seutuhnya yang di dalam dirinya terdapat hak-hak yang
harus diperhatikan dan dipenuhi, khususnya oleh orang tua. Hal tersebut sejalan
dengan yang di sampaikan Suteja dan Yusriah (2017) menyampaikan bahwa
pemenuhan hak-hak tersebut hanya bisa tercapai jika orang tua tidak abai terhadap
pola asuh yang benar dalam membesarkan seorang anak. Selain itu, dasar dari
perkembangan kehidupan anak adalah adanya perlindungan terhadap
kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahsn yang telah di urauikam dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Dampak pola asuh terhadap sikap tanggung jawab siswa kelas III SD
Bandungrejo 03 sangat bervariasi. Dari 6 siswa sebagai sampel didapatkan 1
siswa yang orang tuanya menerapkan pola asuh demokratis dengan sikap
tanggung jawab yang didsapat siswa 1 bertanggung jawab. 4 siswa yang
orang tuanya menerapkan pola asuh permisine dengan sikap tanggung jawab
yang di dapat siswa 2 cukup bertanggung jawab, siswa 3 tidak bertanggung
jawab, siswa 5 memiliki sikap tanggung jawab yang baik, dan siswa 6
memiliki sikap cukup bertanggung jawab. 1 siswa uang orang tuanya
menerapkan pola asuh otoriter dengan sikap tanggung jawab yang didapat
siswa 4 bertanggung jawab.
2. Faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pola asuh orang tua terhadap
sikap tanggung jawab siswa sangat beragam. Faktor utama pendukung
keberhasilan pola asuh dari 6 siswa kelas III SD Bandungrejo 03 diantarnya
adalah faktor pendidikan orang tua yang tinggi, ekonomi, perhatian dan kasih
sayang. Sedangkan faktor penghambatnya adalah pendidikan orang tua yang
rendah, kesibukan orang tua sehingga kurang memperhatikan anak-anaknya.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka terdapat saran yang diajukan
peneliti yakni hendaknya orang tua lebih memnperhatikan pola asuh yang mereka
berikan agar anak lebih memiliki sikap tanggung jawab yang baik. Sikap
tanggung jawab yang baik akan berdampak baik bagi persatsi siswa di sekolah.

48
DAFTAR PUSTAKA

Adawiah, R. 2017. Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap pendidikan
Anak (Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan). Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 7 (1): 33-48.
Annarisa, E. 2014. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tanggung Jawab
Pelaksanaan Tugas Sekolah Di TK Islam Bakti IV Pekalongan Tahun
Ajaran 2013/2014. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiya
Surakarta.
Anggraeni, S. 2016. Pembentukan Sikap Tanggung Jawab Di Sekolah Kreatif SD
Muhammadiyah Bayan Kabupaten Purworejo. Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. 5 (21): 2.073-2.081
Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Baharudin. 2014. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jakarta: Ar-Ruzz
Media.
Berk. 2000. Child development. (3rd ed). Boston: Iallyn and Bacon.
Darling. 2003. Children Who Are Different, meeting The Chaillergest of Birt
Deffecs in Society. Nissouri: CV Norvy Company.
Desmita. 2013. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Gunarsa. 2013. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Hamalik, O. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Haris, I. N. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Terhadap Sikap Tanggung Jawab. Jurnal Biormatika. 4 (2): 1-11.
Hurlock. 2013. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Jannah. 2015. Bentuk Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Perilaku Moral
Pada Anak Usia Dini Di Kecamatan Ampek. Jurnal Pesona PAUD. 1 (1):
15-25.
Lickona, T. (2012). Educating For Character. Canada: Irvin Parkins Associates.
Inc Batam Books.
Majid, A. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

49
50

Moleong, L. J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.
Mulyani, S. 2013. Spiritual Parenting Menanamkan dan Mengasah Spiritual
Anak. Yogyakarta: Ramadhan Press.
Murni, S. 2016. Meningkatkan Hasil Belajar IPA, Sikap Tanggung Jawab Dan
Kerjasama Melalui Model Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar. 5 (29): 2.781-2.789.
Novi. 2014. Cara-Cara Mengasuh Anak Yang Sering Diabaikan Orang Tua.
Bandung.: Remaja Rosdakarya.
Nuroniyah, S. 2018. Pengembangan Instrumen Pengukuran Sikap Tanggung
Jawab Siswa Madrasah Aliyah. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.
6 (2): 134-141.
Prastowo, A. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Samani, M., & Hariyanto. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Santrock. 2013. Life Span Development Jilid 2. (Alih Bahasa: Achmad Chusairi).
Jakarta: Erlangga
Schochib. 2013. Pola asuh Orang Tua Dalam Membantu anak mengembangkan
disiplin diri. Jakarta: PT Rineka Cipta
Siswoyo, D. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sudaryono. 2013. Pengembangan Instrument Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sukmadinata, 2010. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Supardi. 2013. Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktiknya. Jakarta: Rajawali
Pers.
Suteja, J & Yusriah. 2017. Dampak Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Perkembangan Sosial-Emosional Anak. AWLADY: Jurnal Pendidikan
Anak, 3 (1): 1-14.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
51

Widiastuti & Dewi. 2015. Pola Asuh Orang Tua Sebagai Upaya Menumbuhkan
Sikap Tanggung Jawab Pada Anak Dalam Menggunakan Teknologi
Komunikasi. Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi. 2 (2): 148-159
Yaumi, M. 2014. Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar dan Implementasi.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Yusuf. 2013. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Rosda

Anda mungkin juga menyukai