Anda di halaman 1dari 5

Terdapat secara online di www.sciencedirect.

com

ScienceDirect
Procedia - Social and Behavioral Sciences 93 (2013) 831 – 835

Konferensi Dunia Ke-3 dalam Pembelajaran, Mengajar, dan Kepemimpinan


Pendidikan WCLTA 2012

Keterampilan Berpikir Kritis dari Calon Guru Matematika


Dasar
Gülfem Sarpkaya Aktaşa , Melihan Ünlü 

a
Universitas Aksaray, Facultas of Pendidikan, Departmen Pendidikan Matematika Dasar, 68100, Aksaray, Turki

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti keterampilan berpikir kritis calon guru matematika dasar di Turki. Cornell Critical Thinking
Skills Test-Level X (CCTTLX) digunakan sebagai media pengumpul data. Pengelompokkan pembelajaran ditentukan dari sebuah
universitas negeri yang berlokasi di pedalaman wilayah Anatolia, Turki. 117 calon guru matematika mengikuti pembelajaran ini.
Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan riwayat dari keterampilan berpikir kritis dari calon guru matematika. Keduanya
mendapatkan nilai dari masing-masing subskala dan nilai total dicatat ke riwayat keterampilan berpikir dari sampel. Berdasarkan
analisis data, keterampilan berpikir kritis dari calon guru matematika dasar berada pada tingkat menengah tapi belum cukup tinggi.
© 2013 Penulis. Dipublikasi oleh Elsevier Ltd. Buka akses pada CC BY-NC-ND license.
Seleksi dan rekan pengulas dibawah tanggung jawab Dr. Ferhan Odabaşı
Kata Kunci: Berpikir kritis, guru, pendidikan, matematika;

1. Pendahuluan

Sistem pendidikan Turki menjalankan sebuah kurikulum matematika baru termasuk sebuah visi dari memadukan
matematika dan seluruh siswa ditawarkan kursus matematika wajib yang sama hingga akhir semester kelas delapan.
Dengan kurikulim yang direvisi, memperoleh keterampilan berpikir kritis bagi siswa berasal dari tujuan pelajaran
matematika. Keterampilan berpikir kritis pada urutan yang lebih tinggi diantara keterampilan berpikir (MEB, 2005,
Marzano, 1998; White & Hargrove, 1996; Ikuenobe, 2001). Bagian dari keterampilan berpikir kritis adalah analisa,
membuat komentar, regulasi diri, identifikasi asumsi, penjelasan, dan evaluasi (Facione, 1998). Dalam program
mengajar dinyatakan bahwa berpikir kritis mengandung banyak subketerampilan seperti hubungan sebab-akibat,
menemukan persamaan dan perbedaan pada detail tangkapan, dengan menggunakan variasi kriteria, membuat
penerimaan dari informasi yang disediakan, validitas dari identifikasi, analisis, evaluasi, interpretasi, dan identifikasi
asumsi (MEB, 2005).
Memiliki keterampilan berpikir kritis dan terlatih dibutuhkan oleh guru sebagai syarat dari isi pengetahuan dan
keterampilan pedadgogis agar siswa dapat menerima keterampilan berpikir kritis dalam proses pembelajaran. Ashton
(1988) menyatakan bahwa halangan terbesar pada tujuan dari melatih individu yang merupakan pemikir kritis di sekolah
adalah guru yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis (cited by: Aybek, 2007). Untuk melatih
siswa yang lebih mengambil bagian, memiliki pertanyaan yang bagus, dan bersedia berpartisipasi dalam diskusi, dapat
mengidentifikasi estimasi dan prioritas, alternative, dapat menyimpulkan beragam bujukan di sekolah, pertama yang
dibutuhkan adalah bahwa guru dilatih berdasarkan keterampilan ini (Aybek, 2007).


* Corresponding author. Tel.:+90-382-288 22 69
E-mail : gulfemsarpkaya @yahoo.com

1877-0428 © 2013 Penulis. Dipublikasi oleh Elsevier Ltd. Buka akses pada CC BY-NC-ND license.
Seleksi dan rekan pengulas dibawah tanggung jawab Dr. Ferhan Odabaşı
doi:10.1016/j.sbspro.2013.09.288
832 Gülfem Sarpkaya Aktaş and Melihan Ünlü / Procedia - Social and Behavioral Sciences 93 (2013) 831 – 835

Penelitian ini dipelajari dengan siswa yang hadir di fakultas pendidikan menunjukkan bahwa watak berpikir kritis dari
calon guru matematika dasar berada pada tingkat menengah (Türnüklü & Yeşildere, 2005; Durukan & Maden, 2010).
Menurut Facione dan temannya (1995) watak berpikir kritis membantu prediksi keterampilan berpikir kritis. Karena itu
disebutkan penentuan keterampilan berpikir kritis dan factor yang mempengaruhi keterampilan ini dari calon guru
matematika dasar.
Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk meneliti penentuan dari keterampilan berpikir kritis dari calon guru
matematika dasar. Penelitian ini mengarah pada pertanyaan berikut:
1. Bagaimana keterampilan berpikir kritis calon guru matematika dasar?
2. Bagaimana subketerampilan berpikir kritis calon guru matematika dasar?
3. Bagaiman variasi keterampilan berpikir kritis berdasarkan gender dan tingkat kelas?

2. Metodologi

Penelitian ini dirancang menggunakan penelitian deskriptif. Pembelajaran ini dilakukan oleh 117 siswa yang terdaftar
di fakultas pendidikan matematika dasar. Informasi pada cslon guru yang berpartisipasi pada pembelajaran diberikan
pada tabel 1.

Tabel 1. Informasi pada Subjek Kelompok

Variabel N %
Gender
Wanita 79 67..5
Pria 38 32.4
Total 117 100
S
1 44 37.6
2 47 40.1
3 26 22.3
Total 117 100

Cornell Critical Thinking Skills Test-Level X (CCTTLX) digunakan sebagai media pengumpul data. CCTTLX
dikembangkan oleh Enis, Millman (1985). Tes berisi 4 subketerampilan; pemikiran induktif, pemikiran deduktif,
keputusan dalam mengobservasi dan identifikasi dari sumber. CCTTLX adalah media pengukuran dengan tiga opsi
pilihan yang terdiri dari 71 item. Ada 23 item pertanyaan induksi, 24 item keputusan dalam mengobservasi sumber,
14 item pemikiran deduktif dan 10 item identifikasi dari sumber. Distribusi pertanyaan berdasarkan subketerampilan
diberikan pada tabel 2. Pelaksanaan tes sekitar 50 menit untuk kelompok pendidikan menengah dan keatas. Untuk tingkat
kelas dasar sekitar 64 menit.
Tabel 2. Subketerampilan CCTTLX dan Item pada Subketerampilan

Subskala Items
Induksi 3-25
Deduksi 52-65
Observasi 27-50
Identifikasi Asumsi 67-76

Pada penelitian ini digunakan skala yang disesuaikan dengan Turki oleh Kurnaz (2007). Adaptasi pembelajaran Turki,
koefisien keandalan Cronbach Alpha adalah 0.58 (Kurnaz, 2007). Keandalan dari pengukuran instrument mendekati
dengan skala temuan internasional (0.67). Menurut pendapat dari ahli, koefisien keandalan Cronbach Alpha yang
didaptkan memadai.
Ketika penilaian CCCLX item 1, 2, 26, 51 dan 66 tidak dinilai karena jawabannya telah diberikan. Nilai total dari tes
dikalkulasi “1” poin untuk tiap jawaban yang benar, setiap jawaban salah dan kosong “0” poin. CTTLX dan
subketerampilan dihitung terpisah.
Gülfem Sarpkaya Aktaş and Melihan Ünlü / Procedia - Social and Behavioral Sciences 93 (2013) 831 – 835 833

3. Hasil

3.1. Distribusi Keterampilan Berpikir Kritis Calon Guru

Pertanyaan pertama yang akan dijawab membutuhkan penentuan dari keterampilan berpikir kritis dari calon guru
matematika dasar. Pertama, rata- rata dari ragam aritmetika dan standar deviasi dihitung untuk mendapatkan gagasan
pada sampel kelompok keterampilan berpikir kritis. Hasilnya ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3 Skor Rata-Rata dan Standar Deviasi Keterampilan Berpikir Kritis

Subskala Mean SD Variance Range


Induksi 12.8205 3.19648 10.218 17
Deduksi 9.0256 2.26465 5.129 12
Observasi 11.7607 3.52980 12.459 23
Identifikasi Asumsi 6.3846 1.73128 2.997 9
CCTTLX 39.9915 7.00184 49.026 40

Ketika hasil ini dianalisa, dapat dilihat bahwa individu menunjukkan perbedaan dalam keterampilan berpikir kritis.
Ketika nilai rata-rata pada tabel 3 ditinjau, lebih mudah dilihat bahwa individu memiliki skor kemampuan berpikir kritis
lebih tinggi pada induksi (X = 12,82) dan observasi (X = 11,76). Jadi, dapat dikatakan bahwa individu ini menyatakan
bahwa mereka pikir mereka menunjukkan lebih banyak perilaku terkait dengan keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis dengan nilai terendah adalah deduksi (X = 9,02) asumsi identifikasi (X = 6,3). Dengan
memperhatikan keterampilan berpikir kritis secara umum; skor tertinggi yang didapatkan adalah 71. Berdasarkan skor
rata-rata yang diperoleh calon guru matematika dasar (X = 39,9), dapat dikatakan bahwa calon guru memiliki
keterampilan berpikir kritis tingkat menengah.

3.2. Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Berdasarkan Variabel Berbeda

Pada studi ini, gender dijadikan variabel. Untuk setiap keterampilan berpikir kritis, ada perbedaan individu
menunjukkan perilaku yang berhubungan. Tiap individu merasa membutuhkan perbedaan dimensi dalam keterampilan
berikir kritis bergantung pada kondisi mereka. Tabel 4 menyatakan perbedaan keterampilan berpikir kritis dalam sampel
kelompok berdasarkan gender mereka.

Tabel 4. Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Berdasarkan Gender

Keterampilan Berpikir Gender N X sd df t p


Induksi Wanita 79 12.85 2.88 57.9 0.122 0.904
Pria 38 12.76 3.81
Deduksi Wanita 79 8.96 2.17 65.5 -0.418 0.678
Pria 38 9.15 2.46
Observasi Wanita 79 11.54 3.04 54.6 -0.843 0.403
Pria 38 12.21 4.39
Identifikasi Asumsi Wanita 79 6.74 1.49 115 3.4 0.001 *
Pria 38 5.63 1.95
CCTTLX Wanita 79 40.10 5.62 115 0.244 0.808
Pria 38 39.76 9.32
p < 0.05
Ketika rata-rata tingkat keterampilan berpikir kritis berdasarkn gender mereka dihitung, gender dapat dijadikan faktor.
Ketika hasil pada tabel 4 diperiksa, dapat dilihat bahwa gender memainkan suatu peranan penting (pada tingkat signifikan
0.05) pada asumsi identifikasi dalam berpikir kritis.
Pada studi ini, kelas dijadikan variabel kedua. Tabel 5 menyatakan hasil berdasarkan distribusi dari keterampilan
berpikir kritis berdasarkan tingkat kelas.
834 Gülfem Sarpkaya Aktaş and Melihan Ünlü / Procedia - Social and Behavioral Sciences 93 (2013) 831 – 835

Tabel 5.Distribusi Keterampilan Berpikir Kritis Berdasarkan Tingkat Kelas

Keterampilan Berpikir Kelas N X sd


Induksi 1 44 12.09 3.69
2 46 13.12 3.21
3 26 13.5 1.83
1 44 8.8 2.56
Deduksi 2 46 9.2 2.14
3 26 9 1.97
Observasi 1 44 12.2 3.73
2 46 11 2.95
3 26 12.1 4.03
1 44 6.04 2.03
Identifikasi Asumsi 2 46 6.7 1.45
3 26 6.3 1.57
1 44 39.2 8.2
CCTTLX 2 46 40.1 6.4
3 26 41.03 5.8

Tabel 6. Variasi Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Berdasarkan Tingkat Kelas

Keterampilan Berpikir Variance Source Sum of Squares df Mean Square F P


Induksi Antar Kelompok 39.8 2 19.9 1.984 0.142
Dalam Kelompok 1145.3 114 10.04
Total 1185.2 116
Deduksi Antar Kelompok 3.1 2 1.5 0.305 0.738
Dalam Kelompok 591.7 114 5.1
Total 594.9 116
Observasi Antar Kelompok 36 2 18 1.456 0.237
Dalam Kelompok 1409.2 114 12.3
Total 1445.2 116
Antar Kelompok 9.8 2 4.9 1.653 0.196
Identifikasi Asumsi Dalam Kelompok 337.8 114 2.9
Total 347.6 116
Antar Kelompok 55 2 27.5 0.557 0.574
CCTTLX Dalam Kelompok 5631.9 114 49.4
Total 5686.9 116
p < 0.05
Tabel 6 menyatakan variasi analisis dari rata-rata keterampilan berpikir kritis berdasarkan tingkat kelas mereka.
Ketika tabel 6 diperiksa, dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan statistic yang signifikan antar tingkat kelas.

4. Diskusi

Hasil menunjukkan bahwa calon guru memiliki skor lebih tinggi pada induksi dan observasi berpikir kritis. Calon
guru khususnya untuk calon guru matematika, skor terendah dari beberapa subketerampilan.subketerampilan berpikir
dengan rata-rata terendah adalah deduksi dan asumsi identifikasi keterampilan berpikir kritis. Hasil ini harus
dipertanyakan kepada program edukasi guru. Lingkungan pembelajaran harusnya disusun dapat membangun pikiran
kritis dari calon guru dan calon guru seharusnya mengembangkan diri mereka pada hal ini agar dapat menjadi guru.
Tidak ada perbedaan signifikan antara skor total pada keterampilan berpikir kritis calon guru dan variabel gender.
Özdemir (2005), Kürüm (2002), Çekiç (2007), Çetin (2008), Akar (2007) juga memandang faktor yang mempengaruhi
keterampilan berpikir kritis dan hasil skor dari pembelajaran keterampilan berpikir kritis calon guru tidak terlalu berbeda
secara signifikan antara variabel gender. Ketika gender dan skor subketerampilan berpikir kritis dibandingkan, ada
perbedaan signifikan antara gender dan asumsi identifikasi. Dengan subketerampilan lainnya, induksi, deduksi, dan
observasi; total skor pada subketerampilan ini tidak terlalu signifikan berdasarkan gender. Diketahui bahwa wanita
memiliki subketerampilan asumsi identifikasi lebih daripada pria. Studi juga menemukan bahwa hasil yang baik untuk
wanita dalam hal subketerampilan berpikir kritis asumsi identifikasi (Gülveren, 2007; Yıldırım, 2005; Zayif 2008).
Gülfem Sarpkaya Aktaş and Melihan Ünlü / Procedia - Social and Behavioral Sciences 93 (2013) 831 – 835 835

Total skor dari keterampilan berpikir kritis calon guru tidak terlalu berbeda secara signifikan antar tingkat kelas.
Gülveren (2007) menyimpulkan bahwa tingkat kelas tidak mempengaruhi tingkat keterampilan berpikir kritis pada
penelitian yang diperiksa pada kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Gülveren (2007) menyatakan bahwa skor
subketerampilan asumsi identifikasi dan observasi tidak berbeda secara signifikan antara tingkat kelas dalam hal
subketerampilan. Karena tingkat keterampilan berpikir kritis berbeda berdasarkan tingkat kelas. Mungkin ada kegiatan
nonakademik yang membuat mahasiswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis di universitas, yang tidak
menggunakan metode dan teknik yang dapat mendukung dan mengembangkan diri pada mata kuliah. Strategi yang
digunakan dalam lingkungan pembelajaran memiliki dampak positif pada pikiran kritis (McMillan, 1987). Untuk alasan
ini, keterampilan berpikir kritis dapat dilihat dalam tingkat kelas, kelas, metode, dan teknik yang digunakan oleh
lingkungan belajar. Berpikir kritis adalah fitur yang dapat mengembangkan berbagai strategi, metode, dan teknik.
Tentunya, disarankan menggunakan metode dan teknik berbeda dan studi mungkin meningkatkan pada subjek untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kritis calon guru pada fakultas pendidikan.

Referensi
Ashton, P. (1988). Teaching higher-order thinking and content: An essential ingredient in teacher preparation. Gainesville, FL: University of
Florida.

Aybek, B. (2007). Eleştirel Düşünmenin Öğretiminde Öğretmenin Rolü. Bilim, Eğitim ve Düşünce Dergisi, 7 (2). http://www.universite-
toplum.org

Akar, C. (2007). İlköğretim Öğrencilerinde Eleştirel Düşünme Becerileri. Unpublished Doctoral Dissertation, Gazi University.

Çekiç, S. (2007). Matematik Öğretmenliği Lisans Öğrencilerinin Eleştirel Düşünme Gücü Düzeylerinin Bazı Değişkenlere Göre İncelenmesi.
Unpublished Master Thesis. Dokuz Eylül University.

Çetin, A. (2008). Sınıf Öğretmenliği Adayların Eleştirel Düşünme Gücü., Unpublished Master Thesis.Uludağ University.

Durukan,E.& Maden,S.(2010). A Study on the Evaluation of Turkish Pre-service Teachers’ Critical Thinking Tendency. Dumlupinar University
Journal of Social Sciences.
Ennis, R. H., Millman, J. & Thomko, T. N. (2005). Cornell Critical Thinking Tests Level X & Level Z Manual. USA: The Critical Tihinking Co.
Ennis, R. H. (2006). An Annotated List Of Critical Thinking Tests. http://www.criticalthinking.net/TestList.html, access date: 11.09.2012.
Ennis, R.H. and Millman, J. (1985). Cornell critical thinking test, level X. Pacific Grove, CA: Midwest Publications
Facione, P.,Giancarlo, C., Facione, N. & Gainen, J. (1995). The Disposition Toward Critical Thinking. Journal of General Education, 44, (1), 1-
25.
Facione, P. (1998). Critical Thinking: What It Is and What It Counts.California, California Academic Press.
Gülveren, H. (2007). Eğitim Fakültesi Öğrencilerinin Eleştirel Düşünme Becerileri Ve Bu Becerileri Etkileyen Eleştirel Düşünme Faktörleri.
Unpublished Doctoral Dissertation, Dokuz Eylül University
Ikuonobe, P. (2001). Teaching and Assessing Critical Thinking Abilities as Outcomes in an Informal Logic Course. Teaching In Higher
Education.6 (1), 19-32.
Kurnaz,A.(2007). İlköğretim 5. Sınıf Sosyal Bilgiler Dersinde Beceri ve İçerik Temelli Eleştirel Düşünme Öğretiminin Öğrencilerin Eleştirel
Düşünme Becerileri, Erişi ve Tutumlarına Etkisi. Unpublished Doctoral Dissertation, Selçuk University.
Kürüm, D. (2002). Öğretmen Adaylarının Eleştirel Düşünme Gücü. Unpublished Master The sis, Anadolu University.
Marzano, R. (1998). What are the General Skills of Thinking and Reasoning and How Do You Teach Them?. The Clearing House, 71 (5), 268-
73.

McMillan, J. H. (1987). Enhancing college student critical thinking: A review of studies. Research of Higher Education. 26, 3-29.

MEB (2005). İlköğretim Matematik Dersi (6, 7, 8. Sınıflar) Öğretim Programı. Ankara: Devlet Kitapları Müdürlüğü.

Türnüklü, E. B. & Yesildere, S. (2005). A Profile from Turkey: Critical Thinking Dispositions and Abilities of Pre-Service Mathematics Teachers
of 11-13 Year. Ankara University, Journal of Faculty of Educational Sciences, 38(2), 167-185.
White, W.F.& Hargrove, R. (1996). Are Those Preparing to Teach Prepared to Teach Critical Thinking? Journal of Instructional Psychology, 23, 117-
20.

Özdemir, S. M. (2005). Üniversite Öğrencilerinin Eleştirel Düşünme Becerilerinin Çeşitli Değişkenler Açısından Değerlendiril mesi. G.Ü. Türk
Eğitim Bilimleri Dergisi, 3(3), 297-314.
Yıldırım, A.Ç. (2005). Türkçe ve Türk Dili ve Edebiyatı Öğretmenlerinin Eleştirel Düşünme Becerilerinin İncelenmesi. Unpublished Master
Thesis, Zonguldak Karaelmas University.
Zayif, K. (2008). Öğretmen Adaylarının Eleştirel Düşünme Eğilimleri. Unpublished Master Thesis, Abant İzzet Baysal University.

Anda mungkin juga menyukai