Anda di halaman 1dari 16

Pendekatan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD/MI dan Kajian

Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI :


Pendekatan Whole Language dan Pendekatan Keterampilan Proses dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia

Makalah
Bahasa Indonesia Lanjutan SD/MI

Oleh Kelompok 1
Muhamad Fadli : 1914070061
Sri Wahyuni : 1914070087
Fitri Akbar Emilia : 1914070092
Nurbaiti : 1914070106
Hesti Wahyuni : 1914070110
Jihan Fahira : 1914070116

Dosen Pengampu
Debi Febianto, M.Pd

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL
PADANG
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pemakalah panjatkan ke hadapan Allah ‫ ﷻ‬, atas rahmat dan

hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pendekatan


Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD/MI dan Kajian Kurikulum
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI : Pendekatan Whole Language dan
Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Maksud dan tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu komponen nilai dalam
mata kuliah Bahasa Indonesia Lanjutan SD/MI.
Pemakalah merasa bahwa dalam penyusunan makalah ini masih menemui
beberapa kesulitan dan hambatan, sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna
dan memiliki banyak kekurangan, maka dari itu pemakalah mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak. Karena itu sudah sepantasnya pemakalah
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia
SD/MI serta semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini.

Akhir kata, mudah-mudahan Allah ‫ ﷻ‬senantiasa melimpahkan karuniaNya

dan membalas segala amal serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu
pemakalah dalam menyusun makalah ini dan semoga tulisan ini dapat memberi
manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Solok, 24 September 2020

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pendekatan Whole Language dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ............ 2
B. Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ...... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................................. 12

KEPUSTAKAAN ..................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa berperan sangat penting dalam perkembangan intelektual,
sosial, emosional seseorang, termasuk juga bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenjang
pendidikan di Indonesia serta memiliki peran penting dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan, khususnya Sekolah Dasar (SD), karena
bahasa Indonesia berfungsi sebagai sarana untuk menumbuh kembangkan cara
berpikir kritis dan logis.
Namun yang menjadi masalah saat ini adalah, kurang berhasilnya
pembelajaran membaca dan menulis di Indonesia. Hal ini disebabkan karena
penyampaian materi yang tidak menggunakan metode atau pendekatan
terpadu, maksudnya keempat keterampilan berbahasa, yakni menulis,
membaca, menyimak, dan berbicara dianggap berdiri sendiri-sendiri. Oleh
sebab itu, pendekatan-pendekatan pembelajaran sangat diperlukan agar dapat
meningkatkan keterampilan berbahasa peserta didik.
Pendekatan sendiri, mengacu kepada seperangkat asumsi yang
tentunya berkaitan dengan sifat-sifat bahasa dan pengajarannya. Asumsi
tentang bahasa sendiri bermacam-macam, salah satunya bahasa sebagai suatu
alat atau sistem komunikasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang didapatkan, yaitu:
Apa saja pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di SD/MI?
C. Tujuan Penulisan
Dari permasalahan di atas, dapat kami simpulkan tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui pendekatan yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Whole Language dalam Pembelajaran Bahasa


1. Definisi dan Sejarah Whole Language
Istilah whole language dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan
dengan “bahasa terpadu” atau “bahasa menyeluruh”. Menurut Ridwan,
konsep pengajaran bahasa secara menyeluruh atau terpadu diperkenalkan
oleh Jerome Harrte dan Carolyn Burke pada tahun 1977. Setelah itu, pada
tahun 1978 diperkenalkan istilah teacher whole language (TWL) oleh
Doroty Waston. Kemudian, pada tahun 1979 Ken Goodman
memperkenalkan istilah whole language, comprehension, centered
reading program. Sementara itu, Ruchard dan Rodgers mengatakan bahwa
whole language “bahasa terpadu”digagas pada tahun 1980-an. Konsep ini
dimunculkan oleh kelompok yang peduli pada pengajaran bahasa dan
sastra. Konsep ini muncul di Amerika Serikat. Mereka menetang konsep
pembelajaran bahasa yang hanya menggunakan pendekatan menulis dan
membaca. Pembelajaran bahasa secara menyeluruh adalah sebuah teori
pembelajaran bahasa yang diciptakan untuk membantu pembelajar (anakk-
anak) membaca pada tingkat awal hingga sampai menengah dan lanjut
pada pembelajaran bahasa kedua (ESL).1
Ridwan mengungkapkan bahwa whole language merupakan
Filsafat Pendidkan yang berlandaskan hasil penelitian dari berbagai
disiplin ilmu yang kemudian membentuk teori yang matang tentang
pembelajaran bahasa, yang mencakup peran guru serta andangan
kurikulum yang terfokus pada bahasa. Artinya, whole language sudah
menjadi sebuah teori pembelajaran bahasa. 2
Whole Language adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran
bahasa. Pendekatan ini berlandaskan pada filsafat dan hasil penelitian.

1
Zainal Rafli dan Ninuk Lustyantie, Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan Singkat),
(Yogyakarta : Garudhawacana) Hal.238
2
Ibid. Hal.239

2
Lebih lanjut, Brown mengungkapkan bahwa Whole language sudah
mencakup pengertian yang lebih luas. Bahasa sebagai suatu yang padu
dijadikan sebuah label yang digunakan untuk mendeskripsikan sembilan
hal :
a. Cooperative learning (pembelajaran secara koperatif)
b. Participatory learning (pembelajaran parsisipatif)
c. Student-centered learning (pembelajaran berpusat pada siswa)
d. Focus on the community of learner (fokus pada komunitas
pembelajaran)
e. Focus on the social natural of language (fokus pada sifat sosial bahasa)
f. Use of authentic natural language (penggunaan bahasa yang autentik
dan alami)
g. Meaning-centered language (bahasa yang berpusat pada makna)
h. Holistic assessment techniques in testing (teknik pengukuran holistik
dalam tes)
i. Integration of the “four Skills” (integrasi empat keterampilan bahasa). 3
Pendeketan Whole Language merupakan pendekatan holistik
pembelajaran bahasa. Pendekatan ini bergerak dari Whole to parts dan
sangat cocok untuk anak-anak yang belajar bahasa asing lain selain bahasa
ibunya. Anak-anak belajar tata bahasa secara tidak sengaja. Tata bahasa
dipelajari tanpa sadar seperti belajar tata bahsa ibunya. Melalui pendekatan
Whole Language kemampuan dan keterampilan berbicara, mendengar,
menulis dan membaca dapat dikembangkan secara operasional dan
menyeluruh. Whole Language yang banyak dibahas akhir-akhir ini lebih
mirip Direct Method dalam pembelajaran bahasa asing sebagai bahasa ibu
(mother tongue).
Secara umum whole language dapat dinyatakan sebagai perangkat
wawasan yang mengarahkan kerangka pikir praktisi dalam menentukan
bahasa sebagai materi pembelajaran, isi pembelajaran dan proses
pembelajaran. Wawasan whole language dikembangkan sehubung dengan

3
Ibid., hal.239

3
bahasa sebagai materi pelajaran dan penetuan isi pembelajarannya
diwarnai oleh fungsionalisme dan semiotika. Sementara itu, prinsip dan
penggarapan proses pembelajarannya diwarnai oleh progresivisme dan
kontruktivisme menyatakan bahwa siswa membentuk sendiri
pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole)
dan terpadu (integrated) (Roberts, 1996).4
2. Konsep Whole Language
Brown mengatakan bahwa konsep whole language digunakan
dalam penelitian bahasa yang menekankan pada tiga hal. Ketiga hal itu
adalah :
a. Whole Language menentang adanya konsep yang membagi-bagi
bahasa (fonem, grafem, morfem dan kata)
b. Adanya interaksi dan interkoneksi antara bahasa lisan (menyimak dan
berbicara) dengan bahasa tulisan (membaca dan menulis)
c. Sama pentingnya dalam masyarakat terpelajar antara kode-kode
bahasa lisan dengan kode-kode bahasa tulisan.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Ridwan. Menurutnya, “Dalam
hal ini secara eksplisit Whole Language menolak paham behaviorisme,
tetapi pembelajaran dipengaruhi oleh psikologi kognitif dan teori belajar
yang menekankan pada peran motivasi dan interaksi sosial.” 5
Berdasarkan konsepsi bahwa pengajaran bahasa mesti didasarkan
pada kenyataan penggunaan bahasa, maka isi pembelajaran bahasa
diorientasikan pada topik pengajaran : 6
a. Membaca
b. Menulis
c. Menyimak, dan
d. Wicara.

4
Apri Damai Sagita Krissandi dkk, Pembelajaran Bahasa untu SD (Pendekatan dan Teknis),
(Bekasi : Media Maxima, 2018) hal.43
5
Zainal Rafli dan Ninuk Lustyantie, Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan Singkat),
(Yogyakarta : Garudhawacana) Hal.242
6
Apri Damai Sagita Krissandi dkk, Pembelajaran Bahasa untu SD (Pendekatan dan Teknis),
(Bekasi : Media Maxima, 2018) hal.43

4
3. Komponen-komponen Whole Language
Menurut Routman dan Froese (1991) dalam Suratinah dan Teguh
Prakoso (2003 : 2.3) ada delapan komponen whole language,yaitu reading
aloud, sustained silent reading, shared reading, journal writing, guided
reading, guided writing, indenpendent reading, dan indenpendentwriting.
Namun sesuai dengan definisi whole language yaitu pembelajaran bahasa
yang disajikan secara utuh dan tidak terpisah-pisah, maka dalam
menerapkan setiap komponen whole language dikelas harus pula
melibatkan semua keterampilan dan unsur bahasa dalam kegiatan
pembelajaran. Komponen whole language adalah sebagai berikut:
a. Reading Aloud
Reading Aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh
guru dan siswa.7 Siswa yang belum bisa membaca dapat melatih
keterampilan proses dengan cara memaksimalkan indera
pendengarnya. Guru bisa memfasilitasi dengan cara membacakan
kepada anak sebuah buku. Membaca nyaring (rading aloud) kepada
siswa secara teratur menunjukkan peningkatan kosa kata, pengetahuan
tentang makna kata, dan membaca pemahaman, dua faktor penting
untuk meningkatkan kemampuan membaca adalah keteraturan dalam
mendengarkan bacaan dan lama mendengarkan bacaan. Frekuensi
terbaik untuk membacakan buku kepada anak adalah sehari satu kali
dengan lama 10 menit.8
Koralek (2003) mengemukakan bahwa membacakan buku
secara nyaring (reading aloud) kepada anak akan memberikan
beberapa manfaat, antara lain :
1. Menyajikan buku sebagai hal yang menyenangkan, berharga dan
memberikan pengalam menakjubkan. Anak yang menghargai
sebuah buku akan termotivasi untuk membaca secara mandiri.

7
Ibid. Hal.44
8
Ikhsanul Ardi Nugroho, Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran Lintas Kurikulum di Sekolah
Dasar, (Yogyakarta : Ikhsanul Workshop, 2016) Hal.65

5
2. Memberikan dasar pengetahuan yang akan membantu anak lebih
memahami apa yang dilihat, didengar, dan dibaca. Semakin banyak
seorang anak dibacakan buku, perbendaharaan kata anak pun akan
semakin meningkat dan menjadi semakin tahu tentang alam sekitar
mereka.
Saat anak mendengar apa yang dibacakan guru atau orang tua,
anak melatih keterampilan proses mereka. Saat mendengar, maka
anak melatih keterampilan observing menggunakan indera
pendengaran. Untuk memahami alur cerita, anak menggunakan
keterampilan proses claxxifying, terlebih kemampuan mengurutkan
atau serial ordering. Kemampuan inferencing digunakan antara
lain untuk menjelaskan peristiwa dan karakter tokoh. Adapun
kemampuan memprediksi (predicting) digunakan anak untuk
meramalkan kejadian-kejadian yang mungkin dalam suatu cerita. 9
3. Anak bisa mengenal bahasa buku dengan bahasa yang berbeda
dengan percakapan sehari-hari, di televisi, dandi film. “Bahasa
buku” memiliki sifat lebih deskriptif dan mengguanakan struktur
kalimat formal.
4. Anak memiliki kesempatan mengguanakan imajinasi mereka untuk
mengekplorasi orang-orang,tempat-tempat dan peristiwa-peristiwa
diluar pengalaman mereka. 10
b. Sustained Silent Reading
Sustained Silent Reading (SSR) adalah kegiatan membaca
dalam hati yang dilakukan oleh siswa. Pada kegiatan ini guru
memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan bacaan
yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri sehingga mereka dapat
menyelesaikan membaca bacaan tersebut. Guru dalam hal ini sedapat
mungkin menyediakan bahan bacaan yang menarikdari berbagai buku
atau sumber sehingga memungkinkan siswa memilih materi bacaan.

9
Ibid.
10
Ibid. Hal.66

6
Guru dapat memberi contoh sikap membaca dalam hati yang
baik sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan membaca
dalam hati untuk waktu yang cukup lama. Pesan yang ingin
disampaikan kepada siswa dalam kegiatan ini adalah :
1. Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan
2. Membaca dapat dilakukan oleh siapapun
3. Membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku
tersebut
4. Siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya dalam
waktu yang cukup lama
5. Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca
6. Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang
dibacanya setelah kegiatan SSR berakhir.
c. Journal Writing
Salah satu cara yang dipandang cukup efektif untuk
meningkatkan keterampilan siswa menulis adalah dengan
mengimplementasikan pembelajaran menulis jurnal atau menulis
informasi. Melalui menulis jurnal, siswa dilatih untuk lancar
mencurahkan gagasan dan menceritakan kejadian sekitarnya tanpa
sekaligus memikirkan hal-halyang bersifat mekanik. Tompkins
(1991:210) menyatakan bahwa penekanan pada hal-hal yang bersifat
mekanik membuat tulisan mati karena hal tersebut tidak mengizinkan
gagasan siswa tercurah secara alami. Dengan demikian, siswa dapat
bebas mencurahkan gagasan tanpa merasa cemas dan tertekan
memikirkan mekanik tulisannya.
Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari kegiatan menulis
jurnal. Manfaat tersebut antara lain :
1. Meningkatkan kemampuan menulis.
2. Meningkatkan kemampuan membaca.
3. Menumbuhkan keberanian menghadap risiko.
4. Memberikan kesempatan untuk membuat refleksi.

7
5. Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi.
6. Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis.
7. Meningkatkan kemampuan berfikir.
8. Dengan membaca jurnal, guru mengetahui kejadian atau materi
mana yang berkesan dsn dipahami siswa dan mana bagian yang
membuatnya bingung.
9. Menjadi alat evaluasi.
10. Menjadi dokumen tertulis. 11
4. Ciri-ciri Kelas Whole Language
Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language, diantaranya :12
a. Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang
cetakan.
Barang-barang tersebut tergantung didinding, pintu dan furniture.
Label yang dibuat siswa ditempel pada meja, lemari dan sudut belajar.
Poster hasil kerja siswa menghiasi dinding dan buletin board. Salah
satu sudut kelas diubah menjadi perpustakaan yang dilengkapi
berbagai jenis buku (tidak hanya buku teks), majalah, koran, kamus,
buku petunjuk dan berbagai macam barang cetak lainnya. Semua itu
disusun dengan rapi berdasarkan pengarang atau jenisnya sehingga
memudahkan siswa memilih.
b. Dikelas whole language berperan sebagai model, guru menjadi contoh
perwujudan bentuk aktivitas berbahasa yang ideal, dalam kegiatan
membaca, menulis, menyimak dan wicara.
c. Di kelas whole language siswa bekerja dan belajar sesuai dengan
tingkat kemampuannya. Agar siswa dapat belajar sesuai dengan
tingkat perkembangannya, maka di kelas tersedia buku dan materi
yang menunjang.
d. Di kelas whole language siswa berbagi tanggung jawab dalam
pembelajaran. Peran guru di kelas whole language lebih sebagai
11
Apri Damai Sagita Krissandi dkk, Pembelajaran Bahasa untu SD (Pendekatan dan Teknis),
(Bekasi : Media Maxima, 2018) Hal.46
12
Ibid. Hal.48

8
fasilitator dan siswa mengambil alih beberapa tanggung jawab yang
biasanya dilakukan guru.siswa membuat kumpulan kata (words blank),
melakukan brainstorming dan mengumpulkan fakta. Pekerjaan siswa
ditulis pada chart dan keterampilan kelas.
e. Di kelas whole language siswa terlibat secara aktif dalam
pembelajaran bermakna. Siswa aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran yang membantu mengembangkan rasa tanggung jawab
dan tidak tergantung. Siswa terlibat dalam kegiatan kelompok kecil
atau kegiatan individual.
f. Di sekolah whole language siswa berani mengambil resiko dan bebas
bereksperimen. Guru di kelas whole languagenmenyediakan kegiatan
belajar dalam berbagai tingkat kemampuan sehingga semua siswa
dapat berhasil. Hasil tulisan siswa dipajang tanpa ada tanda koreksi.
g. Di kelas whole language siswa mendapatkan balikan (feedback) positif
baik dari guru maupun temannya. Ciri kelas whole language, bahwa
pemberian feedback dilakukan dengan segera. Meja ditata
berkelompok agar memungkinkan siswa berdiskusi, berkolaborasi dan
melakukan konferensi. 13

B. Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia


Proses setiap manusia yang dilahirkan dibekali dengan kemampuan
dasar. Kemampuan dasar ini tumbuh dan berkembang bila dibina dan dilatih.
Sebaliknya, kemampuan dasar itu menjadi tumpul bila tidak dibina. Dalam
belajar, diperlukan keterampilan intelektual, sosial dan fisik. Ketiga
keterampilan inilah yang mendasari pembelajaran dengan pendekatan proses.
Setiap keterampilan terdiri atas beberapa subketerampilan yang perlu
dilatihkan. Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan
mengembangkan konsep. Konsep yang telah ditemukan dan dikembangkan
berfungsi sebagai penunjang keterampilan proses. Interaksi antara
pengembangan keterampilan proses dengan mengembangkan konsep dalam

13
Ibid. Hal. 49-50

9
pembelajaran menghasilkan terbentuknya sikap dan nilai dalam diri siswa.
Sikap dan nilai tersebut misalnya teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa,
bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerjasama, rajin dan sebagainya. 14
Keterampilan proses dibangun oleh sejumlah keterampilan-
keterampilan. Karena itu pencapaian atau pengembangannya dilaksanakan
dalam setiap proses belajar mengajar dalam semua mata pelajaran. Tidak ada
satu mata pe;ajaran punyang dapat mengembangkan ketermapilan itu secara
utuh. Karena itu, ada keterampilan yang cocok dikembangkan dengan mata
pelajaran lainnya.
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik masing-masing. Karena
itu penjabaran keterampilan proses yang dapat dikembangkan juga berbeda
sesuai dengan karakteristiknya. Perbedaan sifatnya itu tidak mendasar tetapi
merupakan variasi-variasi belaka.
Berbagai kemampuan dasar yanag dapat dikembangkan dengan
pendekatan keterampilan proses adalah : 15
1. Mengamati
a. Menatap, memperhatikan
b. Membaca, memahami bacaan
c. Menyimak, memahami sesuatu yang dikatakan orang lain
2. Menggolongkan, mencari persamaan, perbedaan atau penggolongan
berbagai objek yang dipelajari.
3. Menafsirkan
a. Menafsirkan : mencari dan menemukan arti, situasi, pola, simpulan
dan mengelompokkan wacana.
b. Mencari dasar penggolongan, mengelompokkan sesuatu berdasarkan
suatu kaidah.
c. Memberi arti, baik kata, morfem, frasa, klausa, kalimat, paragraf
maupun wacana dan mengungkapkan kembali secara lisan dan tulisan.

14
Apri Damai Sagita Krissandi dkk, Pembelajaran Bahasa untu SD (Pendekatan dan Teknis),
(Bekasi : Media Maxima, 2018) Hal.2
15
Ibid. Hal.3

10
d. Mencari hubungan situasi, waktu, tempat, umum-khusus, kausal dan
sebagainya.
e. Menemukan pola kalimat, paragraf, wacana, cerita, puisi sebagai
bentuk pengguanaan bahasa.
f. Menarik kesimpulan baik secara deduktif maupun induktif.
g. Menggeneralisasikan berbagai bentuk penggunaan bahasa dalam
lingkup yang lebih luas.
4. Menerapkan, mengguanakan konsep untuk menyusun wacana eksposisi,
narasi, deskripsi, argumentasi dan persuasi, surat menyurat. Mengubah,
memadukan, meramu,memodifikasi, membentuk berbagai satuan bahasa
menjadi satuan bahasa yang lebih besar.
5. Mengkomunikasikan
a. Berdiskusi : melakukan diskusi, tanya jawab, dengan mengguanakan
argumentasi atau alasan untuk memecahkan masalah.
b. Mendeklamasikan
c. Dramatisasi
d. Bertanya
e. Mengarang
f. Bermain peran
g. Melaporkan
6. Mengendalikan variabel. Dalam melakukan penelitian dilakukan langkah-
langkah yang objektif, sistematis dan pasti untuk memutuskan
penyelesaian suatu masalah. 16

16
Ibid. Hal.4

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Whole Language adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran
bahasa. Pertama kali diperkenalkan oleh Jerome Harrte dan Carolyn Burke
pada tahun 1977, pendekatan ini didasarkan kepada filsafat dan hasil
penelitian. Pendekatan Whole Language merupakan pendekatan holistik
dalam pembelajaran bahasa. Secara umum, Whole Language dapat dikatakan
sebagai perangkat wawasan yang mengarah kepada kerangka pikir praktisi
dalam menentukan bahasa sebagai materi pembelajaran, isi pembelajaran, dan
proses pembelajaran.
Model pendekatan lainnya adalah Keterampilan Proses, yakni
pendekatan yang berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan
konsep. Keterampilan proses dibangun oleh sejumlah keterampilan. Oleh
sebab itu, pengembangannya dilaksanakan dalam setiap proses belajar
mengajar dalam semua mata pelajaran.

B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu
pemakalah mengharapkan tanggapan berupa kritik dan saran yang
membangun demi penyusunan karya ilmiah yang lebih baik di masa yang
akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rafli, Zainal dan Ninuk Lustyantie. Tahun. Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan
Singkat). Yogyakarta: Garudhawacana.

Krissandi, Apri Damai Sagita, dkk. 2018. Pembelajaran Bahasa untu SD (Pendekatan
dan Teknis). Bekasi: Media Maxima.

Nugroho, Ikhsanul Ardi. 2016. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran Lintas


Kurikulum di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Ikhsanul Workshop.

13

Anda mungkin juga menyukai