Anda di halaman 1dari 4

Jawaban tugas pertemuan 9

Nama : umayah nurvianie

Nim : 1815301335

Profesi bidan

Dosen :Vitria Melinda

1. A. Etika merupakan komponen penting dalam kehidupan karena kita memilih untuk
hidup di tengah masyarakat dan bersama orang lain. Hal ini serupa dengan pentingnya
etika dalam sebuah profesi kesehatan. Profesi kesehatan merupakan profesi yang mulia
yang tujuan utamanya adalah membantu dan menolong manusia lainnya. Seorang Bidan,
perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya seharusnya memiliki etika yang baik dalam
melayani pasien atau kliennya dalam pelayanan kesehatan. Tanpa etika yang baik,
paramedis atau tenaga kesehatan tidak akan pernah bisa memberikan pelayanan prima ke
pasien yang mana pelayanan prima akan menentukan mutu suatu pelayanan itu sendiri.
Tenaga kesehatan adalah profesi yang berhubungan dengan kesehatan sesorang atau bisa
dikatakan berhubungan dengan nyawa seseorang, ketika kita seorang profesi kesehatan
memberikan pelayanan dengan etika yang baik yang tentunya sesuai dengan
SOP (standart operational prosedur)maka pelayanan kita bisa dikatakan sebagai
pelayanan yang berkualitas. Seperti seorang bidan yang menolong persalinan, seorang
perawat yang memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada kecelakaan
ataupun seorang dokter spesialis yang sedang melakukan operasi pada pasien. Semua
tenaga tersebut melakukan tindakan hanya untuk menyelamatkan nyawa seseorang.
Tanpa etika yang baik, bisa saja semua tenaga tersebut melakukan tindakan semau
mereka, tidak sesuai prosedur, tidak menjamin keselamatan pasien dan mungkin hanya
demi mendapat materi atau imbalan,  seperti yang kita tahu dan sering disampaikan
masyarakat bahwa pelayanan kesehatan terkenal dengan biaya yang besar. Hingga
muncul istilah yang sering viral “yang miskin tidak boleh sakit” ataupun “sehat itu
mahal”
Contoh etika bidan:

1.                  Menerima pasien baru intranatal. Bidan memberikan layanan intrapartum sesuai dengan
prinsip keadilan (justice), artinya adalah bidan melayani semua pasien dengan perlakuan yang
sama, tidak memandanag latar belakang agama, suku, ekonomi, tingkat sosial dan lain
sebagainya. Hal tersebut berlaku dalam melakukan setiap tindakan yang diberikan kepada semua
pasien yang ada.
2.                  Memberikan tindakan kapada pasien. Selain prinsip keadilan (justice), bidan juga
menghargai kemandirian pasien dalam membuat keputusan terhadap tindakan yang akan
diberikan kepadanya (otonomy), apakah pasien setuju atau tidak keputusan ada di tangan pasien,
tentunya setelah mendapat penjelasan (informed consent dan informed choice) terlebih dahulu.
Hal tersebut juga berlaku termasuk dalam pemilihan tempat bersalin/ tempat rujukan, petugas
yang akan menanganinya, pendamping persalinan, posisi persalinan dan lain sebagainya. Dalam
memberikan tindakan kepada pasien, bidan juga melakukannya sesuai hak dan kewajiban bidan/
pasien, kewenangan serta ilmu pengetahuan. Pelayanan yang diberikan berfokuskan pada
kebutuhan dan keselamatan pasien. 
3.                  Memberikan penjelasan dengan benar (veracity). Dalam setiap hasil pemeriksaan dan
tindakan lanjut yang harus diambil oleh bidan sehubungan dengan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan, sebelumnya bidan harus memberikan penjelasan dengan benar kepada pasien.
Penjelasan tidak boleh dimanipulasi demi kepentingan sepihak, tetapi harus sesuai dengan yang
ditemukan dalam pemeriksaan.

4.                  Menjaga kerahasiaan (videlity). Seluruh hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada


pasien dan ditemukan oleh bidan adalah suatu kerahasiaan yang tidak boleh diinformasikan
kepada orang lain, kecuali dalam hal kepentingan persidangan.

5.                  Bidan dalam menjalankan tugasnya wajib mengutamakan kepentingan pasien. Contoh:


Bidan sedang berdinas di Rumah Sakit. Pasien baru datang membutuhkan pertolongan segera,
bidan wajib memberi pertolongan meskipun pada saat itu adalah jam pergantian dinas. Bila
tenaga bidan diperlukan, bidan menunda jam pulang dinasnya demi menolong keselamatan
pasien tersebut.

B. Sebagai salah satu tenaga kesehatan, bidan dalam menjalankan praktik harus sesuai
dengan kewenangan yang didasarkan pada kompetensi yang dimilikinya (lihat Pasal 62 ayat
(1) UU Tenaga Kesehatan). Menurut penjelasan Pasal 62 ayat (1) huruf c UU Tenaga
Kesehatan, yang dimaksud dengan "kewenangan berdasarkan kompetensi" adalah
kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan secara mandiri sesuai dengan lingkup
dan tingkat kompetensinya, antara lain untuk bidan adalah ia memiliki kewenangan untuk
melakukan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan
(Pasal 2 ayat (1) Permenkes 1464/2010). Dalam menjalankan praktik-praktik bidan, tentunya
bidan yang bersangkutan harus memiliki izin, yaitu Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) untuk
bidan yang menjalankan praktiknya secara mandiri (bukti tertulis yang diberikan kepada bidan
yang sudah memenuhi persyaratan) atau Surat Izin Kerja Bidan (SIKB) untuk bidan yang
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan (bukti tertulis yang diberikan kepada bidan yang sudah
memenuhi persyaratan). Pengertian keduanya terdapat dalam Pasal 3 jo. Pasal 1 angka 4 dan 5
Permenkes 1464/2010.
 
Contoh wewenang bidan

Adapun wewenang bidan dalam menjalankan praktik adalah memberikan pelayanan yang
meliputi (Pasal 9 Permenkes 1464/2010):
a.    pelayanan kesehatan ibu;
b.    pelayanan kesehatan anak; dan
c.    pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
 
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu berwenang untuk: (Pasal 10 ayat
3 Permenkes 1464/2010):
a.    episiotomi;
b.    penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
c.    penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d.    pemberian tablet Fe pada ibu hamil;
e.    pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
f.     fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;
g.    pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
h.    penyuluhan dan konseling;
i.      bimbingan pada kelompok ibu hamil

2. Terdapat tiga standar pelayanan nifas seperti berikut ini : 

1. Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir 

Pernyataan Standar : 

Bidan atau petugas kesehatan memeriksa sekaligus menilai bayi yang baru lahir untuk
memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan
melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau
menangani hipotermia. 

2. Standar 14 : Penanganan pada dua janin pertama setelah persalinan 

Pernyataan standar : 
Bidan atau petugas kesehatan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Selain
itu, bidan memberikan penjelasan hal-hal yang dapat membuat mempercepat pulihnya kesehatan
ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian Asi. 

3. Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas 

Pernyataan standar: 

Bidan atau petugas puskesmas membagikan pelayanan selama masa nifas dengan cara kunjungan
rumah pada hari ke-3, minggu ke-2, dan minggu ke-6 setelah persalinan, untuk membantu proses
pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan
atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan
tentang kesehatan secara umum, seperti:

1.  Kebersihan perorangan.
2. Makanan bergizi,
3. Perawatan bayi baru lahir,
4. Pemberian ASI,
5. Imunisasi dan 
6. KB. 

TERIMAKASIH…

Anda mungkin juga menyukai