FILSAFAT PENDIDIKAN Nama : Enjelina Putri Arvita NIM : 19003059 Dosen : Drs. Wisroni., M.Pd. Seksi : 202010030170 Berbagai Aliran Filsafat dan Filsafat Pendidikan dan Pandangannya terhadap Pendidikan
Aliran-aliran dalam filsafat pendidikan
a. Aliran Essensialisme Esensialisme merupakan filsafat pendidikan tradisional yang memandang nilai- nilai pendidikan hendaknya bertumpu pada nilai-nilai yang jelas dan tahan lama, sehingga memiliki kestabilan dan arah yang jelas. Aliran esensialisme menekankan pada tujuan pewarisan nilai-nilai kultural historis kepada peserta didik melalui pendidikan yang akumulatif dan terbukti dapat bertahan lama serta bernilai untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini dilaksanakan dengam memberikan skill, sikap dan nilai- nilai yang tepat, yang merupakan bagian esensi dari unsur-unsur pendidikan. Tujuan umum esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian, dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum dipusatkan pada penguasaan materi pelajaran (subject-centered), dan karenanya fokus pendidikan selama masa sekolah dasar adalah keterampilan membaca, menulis dan berhitung; sementara pada sekolah menengah, hal tersebut diperluas dengan memasukkan pelajaran matematika, sains, humaniora, bahasa dan sastra.(Muttaqin, 2016) Munculnya. Gerakan ini muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Brigger, Frederick Breed, dan Isac L Kandel, pada tahun 1983 mereka membentuk suatu lembaga yang di sebut "The esensialist commite for the advanced of American Education" Bagley sebagai pelopor esensialisme adalah seorang guru besar pada "teacher college," Columbia University, ia yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda. Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan ciri-ciri yang berbeda dengan pregresivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu (Jalaluddin, 1997: 99 dalam (Abas, 2015)). Nilai- nilai yang di dalamnya adalah yang berasal dari kebudayaan dan dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakang. Kesalahan dari kebudayaan sekarang menurut essensialisme yaitu terletak pada kecenderungan bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena- fenomena sosial-kultural yang tidak diingini kita sekarang, hanya dapat di atasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, yaitu kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu, dengan demikian kita boleh optimis terhadap masa depan kita dan masa depan kebudayaan umat manusia (Syam, 1988: 260 dalam (Abas, 2015)). Puncak refleksi dari gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke sembilan belas (Alwasiah, 2008: 103 dalam (Abas, 2015)). Peranan dan fungsinya Ada beberapa kelebihan dalam teori esensialisme, yaitu: 1. Membantu untuk mengembalikan subject matter ke dalam proses pendidikan 2. Perubahan merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat diubah dalam kehidupan sosial (Thaib: 2015 dalam (Helaluddin, 2018)). Teori esensialisme merupakan gabungan dari filsafat idealisme dan realisme. Kedua aliran tersebut bersifat elektik, artinya kedua aliran tersebut saling mendukung antara satu dengan yang lain, tidak melebur menjadi satu atau saling menghilangkan identitas dan ciri masing- masing. Berkaitan dengan kurikulum, teori esensialisme menekankan kurikulum yang berpusat pada subject mater atau mata pelajaran dan berpangkal pada landasan ideal yang kuat . (Helaluddin, 2018) Tokoh dan pengaruhnya dalam pendidikan Para pendukung esensialisme adalah: William Bagley, James D. Koerner, HG Rickover, Paul Copperman, dan Theodore Sizer, G. W. F. Hegel. a. William C. Bagley, mengatakan bahwa pendidikan adalah sebagai proses utama dalam menanamkan fakta-fakta, melibatkan sebuah rentangan mata-mata pelajaran yang relativ sempit, yang merupakan inti dari belajar yang efektif. b. G. W. F. Hegel, tokoh idealisme yang mencoba memadukan antara sains dan spiritual dalam satu kehidupan. REFERENSI Abas, E. (2015). Asas Filosofi Teori Belajar Essensialisme dan Implikasinya dalam Pendidikan. Lentera: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 2, 103–120. Diambil dari http://jurnal.stkippgribl.ac.id/index.php/lentera/article/view/121 Helaluddin. (2018). Restrukturisasi Pendidikan Berbasis Budaya: Penerapan Teori Esensialisme Di Indonesia. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, 6(2). Muttaqin, A. (2016). Implikasi Aliran Filsafat Pendidikan Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. Implikasi Aliran Filsafat Pendidikan Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Dinamika, 1(1), 67–92.