Anda di halaman 1dari 19

BUKU TENTANG KURIKULUM 2013

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

DOSEN PENGAMPU : Dr. Nurhastuti, M.Pd.

NAMA : ENJELINA PUTRI ARVITA

NIM : 19003059

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................i
PENDAHULUAN.....................................................................................1
PENGERTIAN KURIKULUM.................................................................2
PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS...........................3
JENIS KURIKULUM................................................................................4
KURIKULUM YANG DIPAKAI DI INDONESIA.................................5
DASAR DAN LANDASAN KURIKULUM 2013...................................6
PERANAN GURU PLB TERHADAP KURIKULUM 2013...................7
TUJUAN KURIKULUM 2013..................................................................8
MANFAAT KURIKULUM 2013 BAGI ABK.........................................9
FAKTOR PENGHAMBAT KURIKULUM BAGI ABK.......................10
KESIMPULAN........................................................................................11
REFERENSI............................................................................................12

i
PENDAHULUAN
Anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki tujuan dalam kurikulum yang
sama dengan anak normal , hanya saja perbedaannya dalam bentuk evaluasi terhadap
anak. Tetapi perbedaan tersebut tidak menjadi halangan bagi anak berkebutuhan
khusus untuk mengekspresikan kreativitas nya. Anak berkebutuhan khusus adalah
anak yang tergolong memiliki ketidakmampuan misalnya ketidakmampuan pada
organ indra, ketidakmampuan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa,
gangguan belajar, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan
emosional dan perilaku.(Marani, 2017).

Pengembangan kurikulum diseluruh jenjang pendidikan formal, yang disebut


dengan Kurikulum 2013 maka penyelenggara pendidikan luar biasa yang
diperuntukkan bagi peserta didik berkebutuhan khusus pun juga harus mengikuti
adanya perubahan kurikulum.(FITRIANI & Sujarwanto, 2017). Menurut UU No. 20
tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
masyarakat, bangsa dan Negara.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah suatu proses penerapan ide, konsep dan
kebijakan kurikulum dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik
menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan sekitarnya .(Izzati & Sujarwato, 2015).

1
PENGERTIAN KURIKULUM
Secara etimologis istilah kurikulum yang dalam bahasa Inggris ditulis
“curriculum” berasal dari bahasa Yunani yaitu “curir” yang berarti “pelari”, dan
“curere” yang berarti “tempat berpacu”.Berawal dari makna “curir” dan “curere”
kurikulum berdasarkan istilah diartikan sebagai “Jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memeroleh medali atau
penghargaan” . Kurikulum di dunia pendididikan dan diartikan sebagai “Sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal hingga akhir
program demi memeroleh ijazah”(Elisa, 2013).

Kurikulum adalah sebagai perencanaan dalam pembelajaran. Kurikulum


dipersiapkan untuk anak didik yang mengikuti proses dalam pembelajaran.(Marani,
2017). Kurikulum merupakan suatu alat yang digunakan dalam pendidikan untuk
pencapaian siswa dalam pembelajaran agar pembelajaran tersebut sesuai dengan
tujuan nya. Tanpa adanya kurikulum pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik
dan bahkan tujuan tidak akan terlaksana.

Menurut UU No. 20 tahun 2003, Kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan


pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”. (Kementerian, 2010). Kurikulum merupakan landasan yang
digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan
yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan keterampilan dan sikap
Sulaeman
mental(A. , 2015). Peserta didik harus biasa mengembangkan kreativitas,
pikiran, ide-ide, keterampilan. Dengan adanya kurikulum peserta didik dalam
mengembangan kreativitas nya dengan baik. Pengembangan kurikulum memberikan
pelayanan ke peserta didik , pelayanan terhadap peserta didik perorang-orangan
karena setiap peserta didik memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda-beda.

2
Kurikulum sangat rentan terhadap perubahan-perubahan social yang terjadi
dalam pendidikan. Perubahan sosial yang dialami manusia saat ini, ternyata tiga
aspek tersebut belum terasa menyentuh secara keseluruhan sehingga lahirkan
kurikulum dengan berbasis pendidikan karakter, bukan hanya nilai-nilai tinggi
dipelajari anak tetapi juga perubahan karakter pada anak. Kurikulum sangat
diperlukan dalam perkembangan anak. Dengan adanya pengembangan kurikulum
yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi, diharapkan bangsa ini menjadi
bangsa yang bermartabat dan masyarakatnya memliki nilai tambah dan nilai jual yang
bisa ditawarkan kepada orang lain dan bangsa lain di dunia, sehingga kita bisa
bersaing, bersanding, bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan
global.(Mayasari, 2016).

PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus
karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami
anak(Desiningrum, 2016). Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia 2013, menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus
adalah:

“Anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan,baik fisik, mental-


intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam
proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain
yang seusia dengannya”.

Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang mempunyai


kelainan/penyimpangan dari kondisi rata- rata anak normal baik secara fisik, mental,
intelektual, sosial maupun emosional(Sijabat, 2018). Anak yang dikategorikan
sebagai anak berkebutuhan khusus seperti tuna rungu, tuna netra,tuna daksa, tuna

3
grahita, autism, dll. Anak-anak yang mengalami kecacatan terhadap fisik, intelektual,
perilaku dan emosional.

Anak berkebutuhan khusus adalah ”anak yang memiliki perbedaan dengan


anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya”. Anak dikatakan berkebutuhan
khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya.(Suharlina &
Hidayat, 2010). Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan yang sangat luas.
Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus keberagaman anak sangat dihargai.
Setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan perkembangan yang
berbeda-beda, dan oleh kaarena itu setiap anak dimungkinkan akan memiliki
kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda beda pula, sehingga setiap
anak sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang disesuiakan sejalan dengan
hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak Anak berkebutuhan khusus
dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuiakan
dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.
(Alimin, 2013).

Pendidikan anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu sarana untuk


mengembangkan kepribadian anak agar menjadi manusia yang dapat bersosialisasi
serta dapat menempatkan diri dengan baik ketika bersosialisasi.(Fikri Aulia, 2017).
Pendidikan anak berkebutuhan khusus diatur dalam pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun
2010 .”Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada
semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah”. (2)
“Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan
khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan
pendidikan keagamaan”. Pasal 133 ayat (4) menetapkan bahwa “Penyelenggaraan
satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi antarjenjang
pendidikan dan/atau antarjenis kelainan”.

4
PERUBAHAN KURIKULUM
1. Kurikulum Rencana Pelajaran (1947-1968)
Tahun 1947, kurikulum ini terus berjalan dengan beberapa perubahan
terkait dengan orientasinya, arah dan kebijakanyang ada, hingga bertahan
sampai tahun 1968 saat pemerintahan beralih pada masa orde baru. Rentjana
Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial
Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat
juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development
conformism, bertujuan untuk membentukan karakter manusia Indonesia yang
merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.

2. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih
efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”,
yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci
lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak
dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran(SUTISNA, 2008). Kurikulum 1975 disetujui oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk secara nasional dilaksanakan
bertahap mulai tahun pengajaran 1976, dengan catatan bahwa sekolah-sekolah
yang menurut penilaian kepala perwakilan telah mampu diperkenankan
dilaksanakan mulai tahun 1975.

3. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari
oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam
waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional
dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar,
yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.

5
4. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman
konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

5. Kurikulum 2004 (KBK)

Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis


Kompetensi(KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas
tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Tujuan
yang ingin dicapai menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasikal. Kurikulum Berbasis Kompetensi
berorientasi pada:

(1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik
melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan

(2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan


kebutuhannya.(SUTISNA, 2008)

6. Kurikulum 2006 (KTSP)


Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah
KTSP. Perbedaan paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan
untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi
siswa serta kondisi sekolah berada. Tujuan KTSP ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.(SUTISNA,
2008).

7. Kurikulum 2013 (K13) Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya
penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk
mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu
kurikulum disusun untuk meng- antisipasi perkembangan masa depan.
(Muhammedi, 2016).

6
KURIKULUM YANG DIPAKAI DI INDONESIA
Kurikulum 2013 merupakan implementasi dari UU no. 32 tahun 2013.
Kurikulum 2013 ini merupakan kelanjutan dan penyempurna dari kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) dan KTSP. Akan tetapi lebih mengacu pada kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terdapat pada pasal 35,[3] dimana
kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Paparan ini merupakan bagian dari uji publik kurikulum 2013 yang diharapkan dapat
menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat secara positif.(Fikri Aulia, 2017).

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dipakai di Indonesia. Kurikulum


2013 ini belajar tentang keaktifan anak dalam kelas dan mengembangkan kompetensi
anak. Pada perkembangan pendidikan di Indonesia, kurikulum yang terakhir
digunakan adalah kurikulum 2013.

Salah satu landasan adanya kurikulum 2013 adalah tujuan pendidikan


Nasional yang tercantum pada pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi :
”Mengembangkan potensi peseta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” (Kementerian, 2010). Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan
(Permendikbud) No 81 A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum 2013
meliputi:

“(1) Peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia; (2) kebutuhan kompotensi
masa depan; (3) peningkatan potensi kecerdasan dan minat sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik; (4) keragaman potensi
dan karakteristik daerah dan lingkungan; (5) tuntunan pembangunan daerah
dan nasional; (6) tuntunan dunia kerja; (7) perkembangan ilmu pengetahuan,

7
teknologi, dan seni; (8) agama; (9) dinamika perkembangan global; (10)
persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan; (11) kondisi sosial budaya
masyarakat setempat; (12) kesetaraan gender; (13) karakteristik satuan
pendidikan”(Kementerian, 2010).

Pengembangan kurikulum 2013 untuk ABK disesuiakan dengan kemampuan


anak dan jenis hambatan atau kekurangannya. Anak harus dilatih kreatif, inisiatif dan
kritis agar potensi yang dimiliki dapat dikembangkan dengan baik. Sedangkan guru
lebih banyak berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam proses
pembelajaran. Jadi guru tidak boleh memaksakan anak yang ini harus sama dengan
anak itu, tapi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak karena satu anak
dengan yang lain punya kemampuan masing-masing, akan tetapi khusus untuk ABK,
belum ada panduan teknis tentang aplikasi dan pengajaran kurikulum 2013(Mayasari,
2016). permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh anak yang diakibatkan oleh
keterbatasannya, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan yang diberikan
kepada anak berkebutuhan khusus, sama juga halnya yang diberikan kepada anak
normal. Anak berkebutuhan juga memiliki cita-cita yang sama dengan anak normal
pada umumnya. Tetapi perubahan social yang membuat anak berkebutuhan khusus
menjadi lebih tertutup.

Kurikulum yang dipakai di sekolah khusus anak berkebutuhan khusus


memiliki program tambahan untuk mengembangan diri mereka sendiri dengan
lingkungan, seperti :

a. Tuna netra, kurikulum tambahan nya seperti orientasi dan


mobilitas serta Braile
b. Tuna rungu, kurikulum tambahannya seperti bina wicara
c. Tuna grahita, kurikulum tambahannya seperti bina diri
d. Tuna daksa , kurikulum tambahannya seperti bina gerak

8
e. Tuna laras, kurikulum tambahnya seperti bina social dan bina
pribadi
f. Autism , kurikulum tambannya seperti bina komunikasi dan
social
g. Grifed , kurikulum tambahannya seperti ikut akselerasi

Adapun anak berkebutuhan khusu yang tidak bisa melakukan nya , ada program
pembelajaran lain seperti Program Pembelajaran Individual yang dibuat atas dasat
karakteristik anak-anak berkebutuhan khusus secara individual.

DASAR DAN LANDASAN KURIKULUM 2013

Dalam pengembangan kurikulum 2013, terdapat landasan-landasan yang


diperlukan untuk tercapainya tujuan pendidikan. Berikut ini merupakan landasan-
landasan dari kurikulum 2013 :

1. Landasan Filosofis

a. Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam


pembangunan pendidikan.

b. Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik,


kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.

Dari sumber lain menjelaskan mengenai landasan filosofis kurikulum 2013


sebagai berikut:

1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa, kehidupan masa kini dan


membangun landasan kehidupan masa depan.

2) Pendidikan adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya.

3) Pendidikan memberikan dasar bagi untuk peserta didik berpartisipasi


dalam membangun kehidupan masa kini.

4) Pendidikan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik

9
5) Pendidikan adalah proses pengembangan jatidiri peserta didik.

6) Pendidikan menempatkan peserta didik sebagai subjek yang belajar.

2. Landasan Yuridis

Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan


kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan. Landasan
yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah
nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standart isi.

3. Landasan Konseptual

a. Relevansi pendidikan

b. Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter

c. Pembelajaran kontekstual

d. Pembelajaran aktif

e. Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh.

4. Landasan Teoritis

Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standart


dan teori pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standart adalah
pendidikan yang menetapkan standart nasional sebagai kualitas minimal hasil belajar
yang berlaku untuk setiap kurikulum. Standart kualitas nasional dinyatakan sebagai
Standart Kompetensi Lulusan. Standart Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas
minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan. SKL mencangkup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (PP nimor 19 tahun 2005).

10
5. Landasan Empiris

Berbagai perubahan telah terjadi id Indonesia. Kemajuan terjadi di beberapa


sektor di Indonesia, namun di beberapa sektor yang lain, khususnya pendidikan,
Indonesia tetap tinggal di tempat, atau bahkan mundur. Hal-hal seperti ini
menunujukkan perlunya perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani
peserta didik dengan konten, namun pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan
semua warga untuk berperan serta dalam membangun negara pada masa mendatang.
(Suarga, 2017).

PERANAN GURU PLB TERHADAP KURIKULUM 2013


Peran kurikulum dalam pendidikan formal bagi Sekolah Luar Biasa (SLB)
untuk anak berkebutuhan khusus, sangat diperlukan, yang bukan hanya di Provinsi,
tetapi menyebar di seluruh Indonesia, termasuk daerah perbatasan maupun terpencil.
Apalagi, keberadaan anak berkebutuhan khusus selalu ada di Indonesia ini yang
selalu terabaikan oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat.(Marani, 2017).

Guru berperan banyak sebagai pembimbing dan fasilator dalam pembelajaran.


Guru tidak boleh memaksakan anak untuk melakukan aktivitas yang tidak dia bisa,
karena masing-masing anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Sebagai guru
harus tau masing-masing kemampuan anak tersebut. Untuk anak ABK belum ada
panduan teknis tentang aplikasi dan pengajaran kurikulum 2013.

Banyak Sekolah Luar Biasa (SLB) yang belum memakai kurikulum 2013,
karena kurangnya potensi guru yang mengajarkan kurikulum 2013. Penting nya
pengetahuan dan pemahaman guru pendidikan khusus terhadap proses pembelajaran.
Buku guru dan buku siswa saling berkaitan dengan pembelajaran anak berkebutuhan
khusus.

TUJUAN KURIKULUM 2013


Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman,

11
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.(Suarga, 2017).
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan kreativitas anak untuk mencapai
tujuan pendidikan.

Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta
didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu
segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana
serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun
secara sistematis dan logis , diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.
(KARTIKA, 2017).

Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi :

1. Fungsi Penyesuaian, karena individu hidup dalam lingkungan ,


sedangkan lingkungan tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap
individu harus mampu menyesuaikan diri secara dinamis.

2. Fungsi Integrasi, kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi


yang terintegrasi..

3. Fungsi Deferensiasi, kurikulum perlu memberikan pelayanan


terhadap perbedaan- perbedaan perorangan dalam masyarakat.

4. Fungsi Persiapan, kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar


mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau
terjun ke masyarakat..

5. Fungsi Pemilihan, antara keperbedaan dan pemilihan mempunyai


hubungan yang erat..

6. Fungsi Diagnostik, salah satu segi pelayanan pendidikan adalah


membantu dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan
menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang
dimiliki. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing siswa agar
dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal.

Fungsi praksis dari kurikulum adalah meliputi :

12
1. Fungsi bagi sekolah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang
ingin dicapai dan sebagi petunjuk dalam mengatur kegiatan sehari-hari dalam
pendidikan
2. Fungsi bagi sekolah untuk menjamin adanya pemeliharaan keseimbangan
dalam proses pendidikan
3. Fungsi bagi masyarakat untuk mengembangkan karakter sehari-hari anak
menjadi yang lebih baik.(KARTIKA, 2017).

MANFAAT KURIKULUM 2013 BAGI ABK


Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang disusun dan dikelola untuk
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan serta potensi yang ada disetiap
anak umum ataupun anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus dilatih
kreatifitasnya sesuai dengan kemampuannya masing-masing, mereka dilatih minat
dan bakat nya serta bisa mengekspresikan keterampilannya msing-masing.

Selain bisa mengembangakan minat dan bakat, anak-anak berkebutuhan


khusus juga dilatih dengan berpikir kritis. Selain pengetahuan dan keterampilan
kurikulum juga mengembangkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah
salah satu aspek yang dikembangkan dalam kurikulum 2013.(Fikri Aulia, 2017).

FAKTOR PENGHAMBAT KURIKULUM BAGI ABK


Program pembelajaran anak berkebutuhan khusus berbeda dari anak normal , karena
itu banyak hambatan untuk pengembangan kurikulum 2013 di sekolah-sekolah Luar
Biasa. Hambatan tersebut bisa terjadi karena sebagai berikut :

a. Fasilitas , sarana dan prasarana yang belum memadai


Masih banyak diSLB kekurang buku-buku yang digunakan oleh siswa
maupun guru, selain itu kekurang peralatan yang dibutuhan oleh anak-anak
berkebutuhan khusus, seperti computer untuk anak tuna netra.
b. Guru-guru yang belum memahami program pembelajaran kurikulum 2013
Banyaknya guru-guru yang belum memahami program dari kurikulum 2013,
karena itu harusnya diadakan pelatihan guru-guru anak berkebutuhan khusus
untuk bisa mendalami dalam pengajaran kurikulum 2013.
c. Sekolah tersebut tidak meratakan pembelajaran menggunakan kurikulum 2013

13
Ini merupakan factor hambatan dari kurikulum 2013, karena terbatasnya guru
yang mengajar kurikulum, maka sekolah tidak meratakan program
pembelajarannya.

Faktor penghambatnya meliputi, belum tersedianya tenaga khusus untuk penanganan


anak tunarungu dan tunagrahita, belum adanya Guru Pendamping Khusus, kurang
efisiennya waktu pembelajaran, dan masih kurangnya pemahaman guru tentang
penanganan masalah anak-anak ABK.(Mayasari, 2016).

14
KESIMPULAN
Kurikulum 2013 bagi anak berkebutuhan khusus(ABK) untuk
mengembangankan kemampuan dan keterampilan yang anak-anak tersebut miliki,
dengan melihat minat dan bakat yang mereka kuasai, serta mengembangan karakter
anak tersebut, dengan adanya kurikulum 2013 anak-anak berkebutuhan khusus bisa
mengekspresikan kreativitasnya dengan leluasa.

15
REFERENSI

A. Sulaeman. (2015). Pengembangan Kurikulum 2013 Dalam Paradigma


Pembelajaran Kontemporer. Islamadina, XIV(1), 71–95.
Alimin, Z. (2013). Paradigma Pendidikan Inklusif Sebagai Upaya
Memperluas Akses Dan Memperbaiki Mutu Pendidikan. 1–13.
Desiningrum, D. R. (2016). Psiokologi Anak Berkebutuhan Khusus.
Psikosain, 1–158.
Elisa. (2013). Pengertian, Peranan, dan Fungsi Kurikulum. Universitas
Quality, 1–12.
Fikri Aulia. (2017). Pengembangan Life Skills Anak Berkebutuhan
Khusus Berbasis Kurikulum 2013 melalui Bimbingan Karir Fikri
Aulia. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia, 2(2), 1–7.
https://doi.org/ISSN 2477-2240
FITRIANI, Y., & Sujarwanto. (2017). Studi Tentang Persepsi Guru
Pendidikan Khusus Terhadap Buku Guru Dan Buku Siswa Dalam
Kurikulum 2013 bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di SLB
ABCD PGRI 2 JAJAG. Jurnal Pendidikan Khusus, 9(2), 1–11.
Retrieved from https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-
pendidikan-khusus/article/view/18716
Izzati, R. S., & Sujarwato. (2015). Implementasi Kurikulum 2013 Bagi
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Disekolah Dasar Inklusif.
Jurnal Pendidikan Khusus, 7(4), 1–8.
KARTIKA, I. M. (2017). PENGERTIAN PERANAN DAN FUNGSI
KURIKULUM. FKIP UNIVERSITAS DWIJENDRA DENPASAR, 1–
7.
Kementerian, D. J. P. I. (2010). PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA NOMOR. 9(1), 76–99.
https://doi.org/10.1558/jsrnc.v4il.24

16
Marani, A. (2017). Kurikulum Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Jurnal Studia Insania, 5(2), 105.
https://doi.org/10.18592/jsi.v5i2.1358
Mayasari, M. (2016). Implementasi Kurikulum 2013 pada Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) di SD Muhammadiyah Sapen
Yogyakarta. Inklusi, 3(1), 1–18. https://doi.org/10.14421/ijds.030101
Muhammedi. (2016). Perubahan kurikulum di indonesia : studi kritis
tentang upaya menemukan kurikulum pendidikan islam yang ideal.
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Ar-Raudhah (STIT.AR), IV(1), 49–70.
Sijabat, R. (2018). Gaya Hidup Yang Memengaruhi Kesehatan Anak
Berkebutuhan Khusus di SLB Negeri Salatiga. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 2(2). https://doi.org/10.30651/jkm.v2i2.1069
Suarga, S. (2017). Kerangka Dasar Dan Landasan Pengembangan
Kurikulum 2013. Inspiratif Pendidikan, 6(1), 15.
https://doi.org/10.24252/ip.v6i1.3579
Suharlina, dr Y., & Hidayat. (2010). ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS Kelompok Bermain. 1–51.
SUTISNA, A. (2008). Sejarah perubahan kurikulum. 1–23.

17

Anda mungkin juga menyukai