NIM : 19003059
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................i
PENDAHULUAN.....................................................................................1
PENGERTIAN KURIKULUM.................................................................2
PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS...........................3
JENIS KURIKULUM................................................................................4
KURIKULUM YANG DIPAKAI DI INDONESIA.................................5
DASAR DAN LANDASAN KURIKULUM 2013...................................6
PERANAN GURU PLB TERHADAP KURIKULUM 2013...................7
TUJUAN KURIKULUM 2013..................................................................8
MANFAAT KURIKULUM 2013 BAGI ABK.........................................9
FAKTOR PENGHAMBAT KURIKULUM BAGI ABK.......................10
KESIMPULAN........................................................................................11
REFERENSI............................................................................................12
i
PENDAHULUAN
Anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki tujuan dalam kurikulum yang
sama dengan anak normal , hanya saja perbedaannya dalam bentuk evaluasi terhadap
anak. Tetapi perbedaan tersebut tidak menjadi halangan bagi anak berkebutuhan
khusus untuk mengekspresikan kreativitas nya. Anak berkebutuhan khusus adalah
anak yang tergolong memiliki ketidakmampuan misalnya ketidakmampuan pada
organ indra, ketidakmampuan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa,
gangguan belajar, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan
emosional dan perilaku.(Marani, 2017).
Pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah suatu proses penerapan ide, konsep dan
kebijakan kurikulum dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik
menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan sekitarnya .(Izzati & Sujarwato, 2015).
1
PENGERTIAN KURIKULUM
Secara etimologis istilah kurikulum yang dalam bahasa Inggris ditulis
“curriculum” berasal dari bahasa Yunani yaitu “curir” yang berarti “pelari”, dan
“curere” yang berarti “tempat berpacu”.Berawal dari makna “curir” dan “curere”
kurikulum berdasarkan istilah diartikan sebagai “Jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memeroleh medali atau
penghargaan” . Kurikulum di dunia pendididikan dan diartikan sebagai “Sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal hingga akhir
program demi memeroleh ijazah”(Elisa, 2013).
2
Kurikulum sangat rentan terhadap perubahan-perubahan social yang terjadi
dalam pendidikan. Perubahan sosial yang dialami manusia saat ini, ternyata tiga
aspek tersebut belum terasa menyentuh secara keseluruhan sehingga lahirkan
kurikulum dengan berbasis pendidikan karakter, bukan hanya nilai-nilai tinggi
dipelajari anak tetapi juga perubahan karakter pada anak. Kurikulum sangat
diperlukan dalam perkembangan anak. Dengan adanya pengembangan kurikulum
yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi, diharapkan bangsa ini menjadi
bangsa yang bermartabat dan masyarakatnya memliki nilai tambah dan nilai jual yang
bisa ditawarkan kepada orang lain dan bangsa lain di dunia, sehingga kita bisa
bersaing, bersanding, bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan
global.(Mayasari, 2016).
3
grahita, autism, dll. Anak-anak yang mengalami kecacatan terhadap fisik, intelektual,
perilaku dan emosional.
4
PERUBAHAN KURIKULUM
1. Kurikulum Rencana Pelajaran (1947-1968)
Tahun 1947, kurikulum ini terus berjalan dengan beberapa perubahan
terkait dengan orientasinya, arah dan kebijakanyang ada, hingga bertahan
sampai tahun 1968 saat pemerintahan beralih pada masa orde baru. Rentjana
Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial
Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat
juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development
conformism, bertujuan untuk membentukan karakter manusia Indonesia yang
merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
2. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih
efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”,
yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci
lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak
dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran(SUTISNA, 2008). Kurikulum 1975 disetujui oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk secara nasional dilaksanakan
bertahap mulai tahun pengajaran 1976, dengan catatan bahwa sekolah-sekolah
yang menurut penilaian kepala perwakilan telah mampu diperkenankan
dilaksanakan mulai tahun 1975.
3. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari
oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam
waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional
dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar,
yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
5
4. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman
konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
(1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik
melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan
7. Kurikulum 2013 (K13) Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya
penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk
mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu
kurikulum disusun untuk meng- antisipasi perkembangan masa depan.
(Muhammedi, 2016).
6
KURIKULUM YANG DIPAKAI DI INDONESIA
Kurikulum 2013 merupakan implementasi dari UU no. 32 tahun 2013.
Kurikulum 2013 ini merupakan kelanjutan dan penyempurna dari kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) dan KTSP. Akan tetapi lebih mengacu pada kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terdapat pada pasal 35,[3] dimana
kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Paparan ini merupakan bagian dari uji publik kurikulum 2013 yang diharapkan dapat
menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat secara positif.(Fikri Aulia, 2017).
“(1) Peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia; (2) kebutuhan kompotensi
masa depan; (3) peningkatan potensi kecerdasan dan minat sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik; (4) keragaman potensi
dan karakteristik daerah dan lingkungan; (5) tuntunan pembangunan daerah
dan nasional; (6) tuntunan dunia kerja; (7) perkembangan ilmu pengetahuan,
7
teknologi, dan seni; (8) agama; (9) dinamika perkembangan global; (10)
persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan; (11) kondisi sosial budaya
masyarakat setempat; (12) kesetaraan gender; (13) karakteristik satuan
pendidikan”(Kementerian, 2010).
8
e. Tuna laras, kurikulum tambahnya seperti bina social dan bina
pribadi
f. Autism , kurikulum tambannya seperti bina komunikasi dan
social
g. Grifed , kurikulum tambahannya seperti ikut akselerasi
Adapun anak berkebutuhan khusu yang tidak bisa melakukan nya , ada program
pembelajaran lain seperti Program Pembelajaran Individual yang dibuat atas dasat
karakteristik anak-anak berkebutuhan khusus secara individual.
1. Landasan Filosofis
9
5) Pendidikan adalah proses pengembangan jatidiri peserta didik.
2. Landasan Yuridis
3. Landasan Konseptual
a. Relevansi pendidikan
c. Pembelajaran kontekstual
d. Pembelajaran aktif
4. Landasan Teoritis
10
5. Landasan Empiris
Banyak Sekolah Luar Biasa (SLB) yang belum memakai kurikulum 2013,
karena kurangnya potensi guru yang mengajarkan kurikulum 2013. Penting nya
pengetahuan dan pemahaman guru pendidikan khusus terhadap proses pembelajaran.
Buku guru dan buku siswa saling berkaitan dengan pembelajaran anak berkebutuhan
khusus.
11
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.(Suarga, 2017).
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan kreativitas anak untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta
didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu
segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana
serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun
secara sistematis dan logis , diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.
(KARTIKA, 2017).
12
1. Fungsi bagi sekolah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang
ingin dicapai dan sebagi petunjuk dalam mengatur kegiatan sehari-hari dalam
pendidikan
2. Fungsi bagi sekolah untuk menjamin adanya pemeliharaan keseimbangan
dalam proses pendidikan
3. Fungsi bagi masyarakat untuk mengembangkan karakter sehari-hari anak
menjadi yang lebih baik.(KARTIKA, 2017).
13
Ini merupakan factor hambatan dari kurikulum 2013, karena terbatasnya guru
yang mengajar kurikulum, maka sekolah tidak meratakan program
pembelajarannya.
14
KESIMPULAN
Kurikulum 2013 bagi anak berkebutuhan khusus(ABK) untuk
mengembangankan kemampuan dan keterampilan yang anak-anak tersebut miliki,
dengan melihat minat dan bakat yang mereka kuasai, serta mengembangan karakter
anak tersebut, dengan adanya kurikulum 2013 anak-anak berkebutuhan khusus bisa
mengekspresikan kreativitasnya dengan leluasa.
15
REFERENSI
16
Marani, A. (2017). Kurikulum Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Jurnal Studia Insania, 5(2), 105.
https://doi.org/10.18592/jsi.v5i2.1358
Mayasari, M. (2016). Implementasi Kurikulum 2013 pada Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) di SD Muhammadiyah Sapen
Yogyakarta. Inklusi, 3(1), 1–18. https://doi.org/10.14421/ijds.030101
Muhammedi. (2016). Perubahan kurikulum di indonesia : studi kritis
tentang upaya menemukan kurikulum pendidikan islam yang ideal.
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Ar-Raudhah (STIT.AR), IV(1), 49–70.
Sijabat, R. (2018). Gaya Hidup Yang Memengaruhi Kesehatan Anak
Berkebutuhan Khusus di SLB Negeri Salatiga. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 2(2). https://doi.org/10.30651/jkm.v2i2.1069
Suarga, S. (2017). Kerangka Dasar Dan Landasan Pengembangan
Kurikulum 2013. Inspiratif Pendidikan, 6(1), 15.
https://doi.org/10.24252/ip.v6i1.3579
Suharlina, dr Y., & Hidayat. (2010). ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS Kelompok Bermain. 1–51.
SUTISNA, A. (2008). Sejarah perubahan kurikulum. 1–23.
17