Anda di halaman 1dari 100

I.

DESKRIPSI SINGKAT

Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien anak/remaja, dewasa dan lansia dengan masalah psikososial dan
gangguan jiwa: Askep Kecemasan, Askep citra tubuh, Askep kehilangan, Askep
harga diri rendah, Askep isolasi sosial, Askep halusinasi, Askep prilaku kekerasan
dan Askep defisit perawatan diri, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
Saudara dapat mempelajari isi modul ini, mengerjakan latihan-latihan sesuai
panduan sehingga Saudara mampu menangani pasien yang ada di RS &
Puskesmas. Selamat mempelajari modul ini!

II. TUJUAN PEMBELAJARAN LABORATORIUM


A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah menyelesaikan mata kuliah keperawatan jiwa, Mahasiswa
semester V Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar akan dapat
melaksanakan asuhan keperawatan jiwa dalam rentang sehat sakit.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran di laboratorium selama 10 x 170
menit, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mahasiswa akan dapat mempraktekkan asuhan keperawatan kecemasan
2. Mahasiswa akan dapat mempraktekkan asuhan keperawatan citra tubuh
3. Mahasiswa akan dapat mempraktekkan asuhan keperawatan kehilangan
4. Mahasiswa akan dapat mempraktekkan asuhan keperawatan harga diri rendah
5. Mahasiswa akan dapat mempraktekkan asuhan keperawatan isolasi sosial
6. Mahasiswa akan dapat mempraktekkan asuhan keperawatan halusinasi
7. Mahasiswa akan dapat mempraktekkan asuhan keperawatan prilaku kekerasan
8. Mahasiswa akan dapat mempraktekkan asuhan keperawatan defisit perawatan
diri
9. Mahasiswa akan dapat mempraktekkan langkah-langkah pelaksanaan TAKS

ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN

1
A. Pengkajian Ansietas/Kecemasan

Ansietas memiliki nilai yang positif. Karena dengan ansietas maka aspek positif
individu berkembang karena adanya sikap konfrontasi (pertentangan), antisipasi
yang tinggi, penggunaan pengetahuan serta sikap terhadap pengalaman mengatasi
kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu
kehidupan seseorang.

Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena


ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon. Seringkali sumber
perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu.
Ansietas dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan takut akan terjadi
sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ansietas merupakan sinyal yang
menyadarkan/memperingatkan akan adanya bahaya yang akan datang dan
membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi
ancaman.

Untuk mengkaji pasien dengan ansietas/kecemasan Saudara dapat menggunakan


wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala ansietas yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
1. Pasien merasa cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri
serta mudah tersinggung
2. Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut
3. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak orang
4. Pasien mengatakan sulit tidur dan disertai mimpi yang menegangkan
5. Pasien mengatakan sulit berkonsentrasi dan menurun daya ingatnya
6. Pasien mengatakan mengalami rasa sakit pada otot dan tulang belakang,
pendengaran yang berdenging atau berdebar, sesak napas, mengalami
gangguan pencernaan berkemih atau sakit kepala
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat Saudara tanyakan pada waktu wawancara
untuk mendapatkan data subyektif:
1. Coba ibu/bapak ceritakan masalah yang menghantui pikiran ibu/bapak setelah
operasi
2. Coba ibu/bapak ceritakan apa yang dirasakan pada saat memikirkan masalah
yang dialami terutama setelah operasi
3. Apakah ada keluhan lain yang dirasakan?
4. Apakah keluhan tersebut mengganggu aktifitas atau kegiatan sehari-hari?

Latihan 1: Melakukan Pengkajian Pasien Ansietas


Orientasi:
“Assalammualaiukum Bpk/Ibu ……! Saya ... mahasiswa ... Nama Bpk/Ibu siapa? Senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu.hari ini?”
“Baiklah, sekarang kita mau diskusikan tentang apa yang menghantui pikiran ibu/bapak setelah operasi?
Kerja:

iklah ibu/bapak untuk dapat menurunkan kecemasannya, bisa dilakukan latihan nafas dalam”
minasi:
iklah, bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah latihan nafas dalam?” “Coba ibu/bapak sebutkan caranya melakukan latihan na
a jam lagi saya akan kemari, jam ……, kita akan melanjutkan latihan berikutnya yaitu relaksasi otot”
assalammualaikum Bpk/Ibu!”

B. Diagnosa Keperawatan

Ansietas

C. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien (lihat SP ansietas)
a. Tujuan: Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu
1) Mengenal ansietasnya
2) Mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi
3) Memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk mengatasi
ansietas
4) Melibatkan keluarga dalam latihan yang telah di susun
b. Tindakan
Membina Hubungan Saling Percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya,
adalah :
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan
yang Saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
3) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
4) Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
5) Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
6) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien ansietas kadang-


kadang perlu waktu dan interaksi dan harus konsisten bersikap terapeutik
kepada pasien. Selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa
dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Bila
pasien sudah percaya dengan Saudara program asuhan keperawatan lebih
mungkin dilaksanakan.

Latihan 3: Membina Hubungan Saling Percaya (merupakan bagian orientasi


dari tiap percakapan).

“Assalammualaikum Pak/Bu!”
“SayaPak………..,SayasenangdipanggilPak…………,Saya mahasiswa/perawat RS/Puskesmas ……… yang akan merawat Bpk/Ib
“Siapa nama Bpk/Ibu?” “Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan Bpk/Ibu hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluhan Bpk/Ibu? M

1) Membantu Pasien Mengenal ansietasnya


Mungkin ansietas yang pasien alami dianggap sebagai perilaku yang
normal oleh pasien. Agar pasien menyadari bahwa perilaku tersebut perlu
diatasi maka hal yang pertama dilakukan adalah membimbing pasien
bahwa ansietas merupakan masalah dan perlu diatasi. Berikut ini
langkah- langkah tindakan keperawatan yang dapat Saudara terapkan
untuk menyadarkan pasien akan masalah ansietas:
a) Coba ibu/bapak ceritakan masalah yang menghantui pikiran ibu
setelah operasi?
b) Coba ibu/bapak ceritakan apa yang dirasakan pada saat memikirkan
masalah yang dialami terutama setelah operasi
c) Apa ada keluhan lain yang dirasakan?
d) Apakah keluhan tersebut mengganggu aktifitas atau kegiatan sehari-
hari
Latihan 4: Membantu Pasien Mengenal ansietasnya
Orientasi :
“Assalammualaikum Bpk/Ibu! ”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Masih ada hal-hal yang membuat
Bpk/Ibu belum mengenal ansietasnya ?"
“Seperti janji yang lalu, hari ini kita akan diskusi tentang bagaimana dapat
mengenal ansietasnya?”
Kerja :
”Menurut Bpk/Ibu apa saja yang menghantui pikiran ibu/bapak setelah operasi?
(sampai pasien dapat menyebutkan beberapa »
« Coba pula apa yang dirasakan pada saat memikirkan masalah yang dialami
terutama setelah operasi”
”Adakah keluhan lain yang dirasakan?”
”Apakah keluhan tersebut mengganggu aktifitas atau kegiatan sehari-hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap”
”Coba diingat-ingat apa lagi yang menghantui pikiran ibu/bapak setelah operasi ”apa yang dirasak
”Adakah keluhan lain yang dirasakan”
”Apakah keluhan tersebut mengganggu aktifitas atau kegiatan sehari-hari” ”Nah, dua hari lagi saya
”Assalammualaikum..., sampai jumpa.

2) Mengajarkan teknik nafas dalam


Saudara tidak mungkin dapat membuat pasien secara drastis dapat
melakukan latihan nafas dalam, untuk itu Saudara dapat melatih pasien
secara bertahap. Mula-mula jalinlah hubungan yang betul-betul saling
percaya dengan pasien. Mungkin pasien hanya akan akrab dengan
Saudara pada awalnya, tetapi setelah itu Saudara harus membiasakan
pasien untuk bisa berlatih dan berlatih.

Secara rinci tahapan melatih nafas dalam dapat Saudara lakukan sebagai
berikut:
a) Jelaskan kepada pasien prosedur teknik relaksasi nafas dalam
b) Ciptakan lingkungan yang tenang
c) Usahakan agar pasien tetap rileks dan tenang
d) Anjurkan pasien menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-
paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3
e) Anjurkan pasien untuk menghembuskan secara perlahan-lahan udara
melalui mulut sambil merasakan kedua tangan dan kedua kaki rileks
f) Anjurkan untuk mengulanginya 3 kali dengn nafas normal
g) Usahakan pasien tetap konsentrasi/mata sambil terpejam
h) Anjurkan pada pasien untuk mengulangi prosedur hingga ansietas
terasa berkurang
Latihan 6: Pendidikan Kesehatan Keluarga
Orientasi:
“Selamat pagi Bpk/Ibu! Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Bagaimana keadaan anak Bpk/Ibu sekarang?”
“Hari ini kita berdiskusi dan berlatih tentang “cara menarik nafas dalam” Mau dimana latihannya? baik
Kerja:
”Yaitu Pertama-tama kita ciptakan dulu lingkungan yang tenang ”Lalu usahan tetap rileks dan tenan
” Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1, 2, 3.
”Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ektrimitas atas atau kedua ta
”Dilakukan dengan irama normal sebanyak 3 kali ”Usahan agar kedua tungkai dan tangan tetap rile
”Pada saat konsentrasi pusatkan pada hal-hal yang nyaman” ”Lanjutkan berlatih sampai cemasnya
“Baiklah karena waktunya habis. Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita
berlatih?”
“Coba Bpk/Ibu ulangi lagi cara berlatih nafas dalam!” “Bagus latihannya”
“Minggu depan kita akan berlatih lagi tentang relaksasi otot dan Bpk/Ibu mempraktekkan latihan k

3) Melatih pasien prosedur hipnosis 5 jari


a) Atur posisi pasien senyaman mungkin
b) Pejamkan mata dan lakukan teknik nafas dalam secara perlahan
sebanyak 3 kali. Minta pasien untuk relaks.
c) Minta pasien untuk menautkan ibu jari dengan jari telunjuk, dan minta
pasien untuk membayangkan kondisi dirinya ketika kondisi begitu
sehat.
d) Tautkan ibu jari dengan jari tengah minta pasien membayangkan
ketika mendapatkan hadiah atau barang yang sangat disukai.
e) Tautkan ibu jari kepada jari manis, bayangkan ketika Anda berada
ditempat yang paling nyaman, tempat yang membuat pasien merasa
sangat bahagia.
f) Tautkan ibu jari dengan jari kelingking, bayangkan ketika Anda
mendapat suatu penghargaan.
g) Tarik nafas, lakukan perlahan, lakukan selama 3 kali
h) Buka mata kembali.
4) Masukkan kejadwal kegiatan harian pasien
D. Evaluasi
1. Evaluasi Kemampuan Pasien
a. Pasien menjelaskan/mengenal ansietas.
b. Pasien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi nafas dalam dan
distraksi 5 jari
c. Pasien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk
mengatasi ansietasnya.
2. Evaluasi kemampuan Keluarga
a. Keluarga menyebutkan tujuan latihan nafas dalam
b. Keluarga menyebutkan langkah-langkah/prosedur latihan nafas dalam
c. Keluarga melakukan latihan relaksasi untuk menurunkan/mengatasi
ansietas
d. Keluarga membantu pasien melatih nafas dalam
e. Keluarga melibatkan pasien melakukan latihan di rumah

E. Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi.

Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien ansietas


IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl........bulan........tahun........pukul........ S: Pasien
Data:  Pasien melatih tarik nafas dalam 3
Data pasien dan kemampuan kali sehari
 Pasien mengatakan tidak bisa tidur  Membiasakan berdo’a dan cara
dan sering terbangun pada malam spiritual lain
hari serta sering mimpi buruk  Mengajag anggota keluarga yang
 Pasien mengatakan sering berdebar- lain untuk bercakap-cakap bila
debar, sesak napas tangan dan kaki pasien sendirian
dingin bila memikirkan masalahnya S: Keluarga
Kemampuan pasien  Keluarga mengatakan anaknya
 Pasien mengatakan bila berdebar- sudah tenang dan dapat melakukan
debar tarik napas panjang dan berdoa kegiatan sesuai jadwal
 Keluarga mengatakan senang dapat
membimbing dan merawat anaknya
 Bila sulit tidur pasien mengatakan  Keluarga mengatakan akan terus
membayangkan hal-hal yang indah memotivasi anaknya untuk
dan membaca buku melakukan sesuai jadwal
 Pasien mampu mendemonstrasikan O: Pasien
cara tarik napas dalam dengan benar  Pasien kooperatif, tampak tenang,
Data keluarga dan kemampuan ansietas berkurang.
 Keluarga mengatakan sudah O: Keluarga
mengetahui menurunkan atau  Keluarga tampak melatih dan
menghilangkan ansietas membimbing pasien dalam
 Keluarga telah mengetahui cara menurunkan tingkat ansietas
merawat pasien dengan ansietas  Keluarga kooperatif
 Keluarga memantau pasien minum A:
obat Berdo’a tarik napas dalam dan
DK: bercakap-cakap mampu menurunkan
Ansietas ansietas.
Intervensi: P:
Tindakan ke pasien P. untuk pasien
 Evaluasi kegiatan pasien dalam Pasien berlatih menurunkan tingkat
menurunkan ansietas dengan tarik ansietas dengan tarik napas, secara
napas dalam dan berdoa. spiritual dan afirmasi (3 kali per hari)
 Beri pujian P. Keluarga
 Latih satu cara untuk yaitu bercakap- Memotivasi dan membimbing sesuai
cakap dengan orang lain seperti dengan jadwal dan minum obat.
keluarga
 Memasukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan bercakap-cakap dengan
orang lain/keluarga Tanda tangan perawat
 Mengevaluasi tanda dan gejala
ansietas.
Tindakan ke keluarga
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam
membantu menurunkan tingkat ---------------------------
ansietas pasien
 Beri pujian
 Bimbing dan motivasi keluarga untuk
mengajak anggota keluarga yang lain
bercakap-cakap dengan pasien jika
melihat pasien termenung
 Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian
RTL:
Pasien
Melakukan latihan menurunkan tingkat
ansietas
Keluarga
Memotivasi dan membimbing pasien untuk menurunkan ansietas

1. Pedoman Pengkajian Ansietas


Ansietas
a. Perilaku:
Produktifitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata minimal,
gelisah, pergerakan berlebihan (seperti: foot shuffling, pergerakan
lengan/tangan), insomnia dan perasaan gelisah
b. Afektif:
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita
berlebihan, nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara menetap,
ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri,
perasaan tidak adekuat, ketakutan, khawatir, prihatin dan mencemaskan.
c. Fisiologis:
Respon fisiologis pada pasien kecemasan tampak dengan adanya suara
bergetar, gemetar/tremor tangan atau bergoyang-goyang, refleks-refleks
meningkat, eksitasi kardivaskuler seperti peluhkat, wajah tegang, mual,
jantung berdebar-debar, mulut kering, kelemahan, sukar bernafas,
vasokonstriksi ekstremitas, kedutan meningkat, nadi meningkat dan
dilatasi pupil.
Sedangkan perilaku pasien akibat respon fisiologis pada sistem
parasimpatis yaitu sering berkemih, nyeri abdomen dan gangguan tidur,
perasaan gelih pada ekstremitas, diarhea, keragu-raguan, kelelahan,
bradicardia, tekanan darah menurun, mual, keseringan berkemih,
pingsan dan tekanan darah meningkat.
d. Kognitif:
Respon kognitif pada pasien ansietas yaitu hambatan berpikir, bingung,
pelupa, konsentrasi, lapang persepsi menurun, takut terhadap sesuatu
yang tidak khas, cenderung menyalahkan orang lain, sukar
berkonsentrasi, kemampuan berkurang untuk memecahkan masalah dan
belajar.
Masalah keperawatan:………………………….

ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

F. Pengkajian Pasien Isolasi sosial

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

Untuk mengkaji pasien isolasi sosial Saudara dapat menggunakan wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat Saudara tanyakan pada waktu wawancara


untuk mendapatkan data subyektif:
1. Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya?
2. Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?
3. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
4. Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
5. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
6. Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang
sekitarnya?
7. Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
8. Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?

Latihan 1: Melakukan Pengkajian Pasien Isolasi sosial


Orien
“Assa
“Bag
“Baik

“Dengan siapa Bpk/Ibu tinggal serumah? Siapa yang paling dekat?” “Apa yang membuat Bpk/Ibu
“Apa saja kegiatan yang biasa Bpk/Ibu lakukan saat bersama keluarga? Bagaimana dengan teman
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain?”
“Apa yang menghambat Bpk/Ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang lain?”
Terminasi:
“Baiklah, bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap?”
“Jadi apa saja tadi yang membuat Bpk/Ibu tidak senang bercakap-cakap dengan orang lain?” (Pe
“Dua jam lagi saya akan kemari, jam ……, kita akan bercakap-cakap tentang keuntungan bercakap

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan observasi, adalah:
1. Pasien banyak diam dan tidak mau bicara
2. Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
3. Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
4. Kontak mata kurang
Latihan 2: Dokumentasi data pasien yang terkait isolasi sosial. Berikut ini
adalah contoh:
Seorang laki-laki berusia 21 tahun, dibawa ke klinik untuk konsultasi ke
psikiater, informasi dari pengantar sejak dua tahun terakhir, pasien menjadi
sangat pendiam, banyak mengurung diri di kamar, menolak untuk berinteraksi,
G. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial
H. Tindakan Keperawatan
2. Tindakan keperawatan untuk pasien (lihat SP Isolasi Sosial)
a. Tujuan: Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari penyebab isolasi sosial
3) Berinteraksi dengan orang lain
b. Tindakan
Membina Hubungan Saling Percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya,
adalah :
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan
yang Saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
3) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
4) Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
5) Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
6) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial


kadang-kadang perlu waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan
sering, karena tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain.
Untuk itu Saudara sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik
kepada pasien. Selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa
dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Bila
pasien sudah percaya dengan Saudara program asuhan keperawatan lebih
mungkin dilaksanakan.
Latihan 3: Membina Hubungan Saling Percaya (merupakan bagian orientasi
dari tiap percakapan).

“Assalammualaikum Pak/Bu!”
“Saya Pak ……….., Saya senang dipanggil Pak …………,
Saya mahasiswa/perawat RS/Puskesmas ……… yang akan merawat
Bpk/Ibu.”
“Siapa nama Bpk/Ibu?”
“Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan Bpk/Ibu hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluhan Bpk/Ibu? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Mau berapa lama, Pak/Bu? Bagaimana kalau setengah jam?”
8) Membantu Pasien Menyadari Perilaku Isolasi Sosial
Mungkin perilaku isolasi sosial yang pasien alami dianggap sebagai
perilaku yang normal oleh pasien. Agar pasien menyadari bahwa perilaku
tersebut perlu diatasi maka hal yang pertama dilakukan adalah
menyadarkan pasien bahwa isolasi sosial merupakan masalah dan perlu
diatasi. Berikut ini langkah-langkah tindakan keperawatan yang dapat
Saudara terapkan untuk menyadarkan pasien akan masalah isolasi
sosialnya:
a) Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain
b) Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
c) Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan
bergaul akrab dengan mereka
d) Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain
e) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien

Latihan 4: Membantu Pasien Menyadari Masalah Isolasi sosial Pasien


Orientasi :
“Assalammualaikum Bpk/Ibu! ”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Masih ada hal-hal yang membuat Bpk/Ibu tidak ingin berca
“Seperti janji seminggu yang lalu, hari ini kita akan diskusi tentang apa yang menyebabkan Bpk/Ibu
Kerja :
”Menurut Bpk/Ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita tahu untungnya bergaul dan ruginya tidak bergaul?”
”Iya, ada 3 keuntungannya (sebutkan!) dan ada 4 kerugian tidak bergaul”
”Coba nanti diingat-ingat lagi apa untungnya bergaul dan ruginya tidak bergaul ”
”Nah, dua hari lagi saya akan datang, dan kita akan bicarakan cara bergaul dengan orang lain.”
”Assalammualaikum..., sampai jumpa.

9) Melatih Pasien Berinteraksi dengan Orang Lain Secara Bertahap


Saudara tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam
berinteraksi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk
dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu Saudara dapat melatih pasien
berinteraksi secara bertahap. Mula-mula jalinlah hubungan yang betul-
betul saling percaya dengan pasien. Mungkin pasien hanya akan akrab
dengan Saudara pada awalnya, tetapi setelah itu Saudara harus
membiasakan pasien untuk bisa berinteraksi secara bertahap dengan
orang-orang di sekitarnya.

Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat Saudara lakukan


sebagai berikut:
a) Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
b) Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
c) Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan
orang lain yang dilakukan di hadapan Saudara
d) Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota
keluarga
e) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
f) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien.
g) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar
pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.

Latihan 5: Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap


Orientasi:
“Assalammualaikum Bpk/Ibu! Bagaimana perasaan hari ini? Masih ada
untungnya bergaul dengan orang lain yang belum kita bicarakan? Bagaimana
kerugiannya? Masih ada? Bagus sekali.”
“Hari ini kita akan belajar tentang bagaimana memulai berhubungan dengan
orang lain. Kita akan belajar berapa lama? Mau di mana Bpk/Ibu?”
Kerja:
“Begini ya Pak/Bu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita sukai. Contoh: Nama Saya Pak rahman,
senang dipanggil Man.”
“Selanjutnya Bpk/Ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini: Nama Bapak/Ibu siapa? Senang dipanggil apa?”
“Ayo Pak/Bu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Bpk/Ibu. Coba
berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah Bpk/Ibu berkenalan dengan orang tersebut Bpk/Ibu bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Bpk/Ibu bicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan berkenalan ini?”
”Coba Bpk/Ibu peragakan lagi cara berkenalan dengan orang
lain!”
”Dalam seminggu ini, coba Bpk/Ibu bercakap-cakap dengan teman di sekitar ini
yang selama ini belum dikenal! Mau bercakap-cakap dengan berapa orang? Mari
kita buat jadwalnya!”
“Minggu depan saya kemari lagi. Kita akan berbincang-bincang tentang
pengalaman Bpk/Ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan
bercakap-cakap dengan topik tertentu. Waktunya seperti sekarang ini. Tempatnya
di sini saja ya!”
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga (lihat SP isolasi sosial)
a. Tujuan: setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien
isolasi sosial di rumah.
b. Tindakan: Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien

Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu
pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu
bersama-sama dengan pasien sepanjang hari.

Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah
meliputi:
1) Menjelaskan tentang:
a) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
b) Penyebab isolasi sosial.
c) Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosialnya.
d) Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat.
e) Tempat perawatan/rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
2) Memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien
3) Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
berkomunikasi dengan pasien

Latihan 6: Pendidikan Kesehatan Keluarga

k/Ibu hari ini? Bagaimana keadaan anak Bpk/Ibu sekarang?”


au bergaul dengan orang lain yang dialami oleh anak Bpk/Ibu dan cara mengatasinya. Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lam

ut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain.”
sa mengalami halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”
“Untuk menghadapi keadaan pasien yang demikian keluarga harus sabar. Pertama keluarga harus m
”Seperti ini cara memberikan pujian : Bagus ... Bagus. Kamu sudah mampu bergaul dengan teman-t
Coba Bpk/Ibu peragakan ! Selanjutnya jangan biarkan pasien sendiri. Buat rencana atau jadwal ber
“Apabila pasien tidak membaik dan sama sekali tidak bisa mengurus dirinya sendiri, Bpk/Ibu bisa m
Terminasi:
“Baiklah karena waktunya habis. Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Bpk/Ibu ulangi lagi cara menangani pasien yang tidak mau bergaul!” “Selanjutnya silakan Bp
“Besok kita akan diskusi tentang pengalaman Bpk/Ibu mempraktekkan latihan kita hari ini dan hal-

I. Evaluasi
3. Evaluasi Kemampuan Pasien
a. Pasien menjelaskan kebiasaan interaksi.
b. Pasien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang lain.
c. Pasien menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain.
d. Pasien menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
e. Pasien memperagakan cara berkenalan dengan orang lain.
f. Pasien bergaul/berinteraksi dengan perawat, keluarga, tetangga.
g. Pasien menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan orang tua.
h. Pasien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
i. Pasien menggunakan obat dengan patuh.
4. Evaluasi kemampuan Keluarga
a. Keluarga menyebutkan masalah isolasi sosial dan akibatnya.
b. Keluarga menyebutkan penyebab dan proses terjadinya isolasi sosial.
c. Keluarga membantu pasien berinteraksi dengan orang lain.
d. Keluarga melibatkan pasien melakukan kegiatan di rumah tangga.

J. Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi.

9. Pedoman Pengkajian Isolasi sosial


3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti bagi pasien:
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat:
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain:

Masalah keperawatan:…………………………………………….

10. Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan Jiwa


CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Nama Pasien:………………………………….
Nama RS/Puskesmas: …………………………….
No RM:…………………………………
Tanggal: ……………………………………
Data:
Dx keperawatan: Tindakan Keperawatan: Evaluasi:
S:
O:
A:
P:
Tanda Tangan Nama Perawat

Contoh Dokumentasi Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:


CATATAN KEPERAWATAN ASKEP ISOLASI SOSIAL
Nama Pasien:Tn/Ny……….
Nama RS/Puskesmas: …………………………………………….
No RM:
Tanggal...............2019

Data : Seorang laki-laki berusia 21 tahun, dibawa ke klinik untuk konsultasi


ke psikiater, informasi dari pengantar sejak dua tahun terakhir, pasien menjadi
sangat pendiam, banyak mengurung diri di kamar, menolak untuk berinteraksi,
sering komat kamit.

Dx keperawatan: Isolasi Sosial


Tindakan Keperawatan:
 Berkenalan dengan pasien
 Membuat kontrak asuhan dengan pasien dan keluarga
 Mendiskusikan penyebab isolasi sosial
 Mendiskusikan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan
Evaluasi:
S: Pasien mengatakan senang ada kunjungan perawat. Penyebab isolasi sosial
karena malu. Keuntungan banyak teman bias saling tolong menolong.
O: Tampak malu. Kontak mata kurang. Bicara tersendat dan pelan
A: Pasien bias percaya dengan perawat. Mampu mengidentifikasi penyebab isolasi
social dan keuntungan berhubungan.
P: Anjurkan pasien untuk lebih aktif berinteraksi. Lanjutkan interaksi untuk latihan
berinteraksi dengan orang lain
Tanda Tangan Nama Perawat

ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

A. Pengkajian Pasien Halusinasi


Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara.
Melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada
bayangan tersebut. Membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak
merasakan sensasi serupa. Merasakan mengecap sesuatu padahal tidak sedang
makan apapun. Merasakan sensasi rabaan padahal tidak ada apapun di permukaan
kulit.

B. Tindakan Keperawatan
1. Membina Hubungan Saling Percaya dengan Pasien
Tindakan pertama dalam melakukan pengkajian pasien dengan halusinasi adalah
membina hubungan saling percaya dengan pasien.
Untuk membina hubungan saling percaya dapat dilakukan hal-hal berikut ini, yang
merupakan bagian dari perkenalan/orientasi dari komunikasi terapeutik:
a. Awali pertemuan dengan selalu mengucapkan salam kepada pasien. Bentuk
salam bisa selamat pagi/siang/malam atau sesuai dengan konteks agama pasien.
b. Berkenalan dengan pasien. Perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan
Saudara termasuk juga memperkenalkan bahwa Saudara adalah perawat yang
akan merawat pasien. Saudara juga harus menanyakan nama pasien dan nama
panggilan kesukaan pasien.
c. Buat kontrak asuhan. Jelaskan kepada pasien tujuan Saudara merawat pasien,
aktivitas apa yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu, kapan
aktivitas akan dilaksanakan, dan berapa lama akan dilaksanakan aktivitas
tersebut.
d. Bersikap empati. Empati adalah sikap yang menunjukkan bahwa Saudara bisa
merasakan apa yang dirasakan oleh pasien. Untuk pasien halusinasi rasa empati
dapat ditunjukkan dengan:
1) Mendengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian
2) Tidak membantah dan tidak menyokong halusinasi pasien
3) Segera menolong pasien jika pasien membutuhkan perawat

Latihan 1. Membina Hubungan Percaya dengan Pasien Halusinasi

“Assalammualaikum Bpk/Ibu! Saya perawat yang akan merawat Bpk/Ibu. Nama


Saya ….., senang dipanggil........seminggu sekali saya akan ke mari. Nama
Bpk/Ibu
siapa? Senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”. “Apa keluhan Bpk/Ibu saat ini ?”
“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara-suara yang selama
ini mengganggu Bpk/Ibu. Mau duduk dimana ?, Bagaimana kalau diruang tamu ?
Mari Bpk/Ibu. ”
2. Mengkaji jenis halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira 70%
halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi/dengar suara,
20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan
perabaan. Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan mengobservasi perilaku
pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami oleh pasien.

Berikut ini jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif
dapat Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data
subjektif dapat Saudara kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien.
Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa Mendengar suara-suara
sendiri atau kegaduhan.
Marah-marah tanpa sebab Mendengar suara yang
Menyedengkan telinga ke mengajak bercakap-
arah tertentu cakap.
Menutup telinga
Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang
berbahaya.
Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan,
tertentu sinar, bentuk
Ketakutan dengan pada geometris, bentuk
sesuatu yang tidak jelas. kartoon, melihat hantu
atau monster
Halusinasi Penghidu Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan
membaui bau-bauan seperti bau darah, urin,
tertentu. feses, kadang-kadang
Menutup hidung. bau itu menyenangkan.
Halusinasi Pengecapan Sering meludah Merasakan rasa seperti
Muntah darah, urin atau feses
Halusinasi Perabaan Menggaruk-garuk Mengatakan ada
permukaan kulit serangga di permukaan
kulit
Merasa seperti
tersengat listrik

3. Mengkaji Waktu, Frekuensi dan Situasi Munculnya Halusinasi


Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus
pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan
mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan
untuk mencegah terjadinya halusinasi.

Latihan 2: Mengkaji Isi, Waktu, Frekuensi, dan situasi munculnya


Halusinasi

“Apakah Bpk/Ibu mendengar atau melihat sesuatu? Apakah pengalaman ini terus
menerus terjadi atau sewaktu-waktu saja? Kapan Bpk/Ibu mengalami hal itu?
Berapa kali sehari Bpk/Ibu mengalami hal itu?” Pada keadaan apa terdengar
suara itu ? Apakah pada waktu sendiri ?”
“ Bagus, Bpk/Ibu mau menceritakan semua ini.”

4. Mengkaji Respons terhadap Halusinasi


Untuk mengetahui dampak halusinasi pada pasien dan apa respons pasien ketika
halusinasi itu muncul perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan
atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada
keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan
mengobservasi dampak halusinasi pada pasien jika halusinasi timbul.

Peragakan percakapan berikut ini untuk mengkaji respons pasien terhadap halusinasi:
“Apa yang Bpk/Ibu rasakan jika suara-suara itu muncul ? Apa yang Bpk/Ibu lakukan jika mengalami
: “Apa yang Bpk/Ibu lakukan, apakah berhasil suara-suara itu hilang ?” “Bagaimana kalau kita belaja
?”.

Latihan 4: Pertemuan pertama dengan pasien halusinasi:


1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengkaji: isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus dan respons (mengenal
halusinasi)
Orientasi:
Assalamualaikum Bpk/Ibu. Saya mahasiswa/perawat yang akan merawat Bpk/Ibu. Nama Saya ..., se
Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Apa keluhan Bpk/Ibu saat ini?
Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini Bpk/Ibu dengar tetapi
Kerja:
Apakah Bpk/Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apakah terus-menerus terdengar atar sew
Terminasi:
Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap?
Jadi suara-suara itu mengejek Bpk/Ibu, terus-menerus terjadi dan terutama kalau sendiri dan Bpk/I
Baik Bpk/Ibu sebelum kita ketemu besok, coba perhatikan pakah suara-suara itu masih terjadi!
Dua hari lagi kita mulai latihan cara-cara mencegah suara-suara itu muncul. Mau jam berapa? Baga

Mendokumentasikan Data Halusinasi


Pada format pengkajian kesehatan jiwa di sub pengkajian persepsi Saudara tuliskan:
 Jenis halusinasi: pendengaran/penglihatan/pengecapan dsb.
 Isi halusinasi
 Waktu terjadinya halusinasi
 Frekuensi halusinasi
 Situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
 Respons halusinasi

Latihan 5: Dokumentasikan contoh hasil pengkajian halusinasi berikut ini pada


lembar pengkajian pasien, data sbb: Seorang laki-laki berusia 27 tahun, dirawat di
ruangan psikiatri, hasil pengkajian didapatkan: pasien duduk menyendiri, bicara
sendiri, tertawa sendiri. Obat psikotik sudah diberikan sesuai program. Perawat
memutus halusinasi dengan cara bercakap-cakap.

C. Merumuskan Diagnosa Keperawatan

Halusinasi

D. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi


1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi.
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat
melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi
halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
perasaan pasien saat halusinasi muncul (komunikasinya sama latihan 4).
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar
mampu mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat
cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat
cara tersebut meliputi:
a) Menghardik halusinasi
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
d) Menggunakan obat secara
teratur
c. Melatih Pasien Menghardik
Halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya. Kalau ini bisa dilakukan, pasien akan mampu
mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin
halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut
untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi:
1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
2) Memperagakan cara menghardik
3) Meminta pasien memperagakan ulang
4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
Latihan 6: Melatih Pasien Menghardik Halusinasi
Orientasi:
“Assalammualaikum Bpk/Ibu! Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Apakah Bpk/Ibu masih mende
Kerja:
“Begini Bpk/Ibu. Untuk mengendalikan diri, walaupun suara-suara tetap muncul, Bpk/Ibu bisa lakuk
… bagus! Coba lagi! Ya bagus Bpk/Ibu sudah bisa.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah peragaan latihan tadi? Kalau muncul suara-suara itu silakan

d. Melatih Bercakap-cakap dengan Orang Lain


Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi
distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan
yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang
efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.

Latihan 7: Melatih Pasien Bercakap-cakap Saat Halusinasi Muncul


Orientasi:
“Assalammualaikum Bpk/Ibu. Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ?
Bagus
! Sesuai janji hari ini kita akan latihan cara kedua untuk mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 30 menit di
sini. Siap Bpk/Ibu?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Bpk/Ibu mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk
ngobrol dengan Ibu. Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-
suara. Ayo
ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya anak Bpk/Ibu
katakan: Nak, ayo ngobrol dengan Bpk/Ibu. Bpk/Ibu sedang dengar suara-suara. Begitu Bpk/Ibu. Co
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang Bpk/Ibu pelajar

e. Melatih Pasien Beraktivitas Secara Terjadwal


Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara
terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang
seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami
halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara
beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari
dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut:
1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
3) Melatih pasien melakukan aktivitas
4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai
tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
 Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif.

Latihan 8: Membantu Pasien melaksanakan aktivitas terjadwal


Orientasi: “Selamat pagi Bpk/Ibu. Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?
Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang
telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita
akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu membuat jadwal
kegiatan Bpk/Ibu dari bangun pagi sampai tidur malam. Ini blangko yang bisa
Bpk/Ibu pakai. Kita akan mengerjakannya selama 1 jam. Di sini ya Bpk/Ibu.
Kerja: “Apa saja yang biasa Bpk/Ibu lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus
jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali Bpk/Ibu bisa lakukan. Kegiatan ini dapat Bpk/Ibu lakukan untuk mencegah s
Terminasi: “Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk menc

f. Melatih Pasien Menggunakan Obat Secara Teratur


Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan
jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga
akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka
untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien
perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.

Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:


1) Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
2) Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
3) Jelaskan akibat bila putus obat
4) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
5) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
Latihan 9: Pendidikan Kesehatan Penggunaan Obat

ga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Ha
paya suara-suara yang Bpk/Ibu dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
Bpk/Ibu minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam
tepatjamnya. Bpk/Ibu juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup mi
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang

g. Pemberian Psikofarmakoterapi
Jika pasien mendapatkan obat maka pengetahuan tentang cara pemberian
obat, efek terapi, efek samping, cara pemberian obat yang benar, dan
tindakan keperawatan kepada pasien perlu dimiliki oleh perawat.

Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/skizofrenia biasanya


diatasi dengan menggunakan obat-obatan anti psikotik antara lain:
1) Golongan butirofenon: Haloperidol, Haldol, Serenace, Ludomer. Pada
kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3 x 5 mg, im.
Pemberian injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya pasien
biasanya diberikan obat per oral 3x 1,5 mg atau 3 x 5 mg.
2) Golongan fenotiazine: Chlorpromazine/Largactile/Promactile. Biasanya
diberikan per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3 x 100 mg. Apabila
kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi 1 x 100mg pada malam hari
saja.
Obat-obatan anti psikotik seringkali menimbulkan efek samping mengantuk,
tremor, mata melihat ke atas, kaku-kaku otot, otot bahu tertarik sebelah,
hipersalivasi, pergerakan otot tak terkendali. Untuk mengatasi ini biasanya
dokter memberikan obat anti parkinsonisme yaitu Trihexyphenidile 3 x 2
mg. Yang perlu sangat diperhatikan, apabila terjadi gejala-gejala yang
dialami oleh pasien tidak berkurang maka perlu diteliti apakah obat betul-
betul diminum atau tidak. Untuk itu keluarga juga perlu dijelaskan tentang
pentingnya memonitor penggunaan obat oleh pasien. Jika ada gejala-gejala
yang tidak biasa minta kepada keluarga untuk menghubungi Puskesmas
terdekat.

2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga


a. Tujuan untuk keluarga adalah :
Keluarga dapat merawat pasien di rumah dan menjadi sistem pendukung
yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan Keperawatan
Faktor keluarga menempati hal vital dalam penanganan pasien gangguan jiwa.
Hal ini mengingat keluarga adalah support sistem terdekat dan 24 jam bersama-
sama dengan pasien. Keluarga sangat menentukan apakah pasien akan kambuh
atau tetap sehat. Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan
membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal.
Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan
kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu
Perawat harus melatih keluarga pasien agar mampu merawat pasien gangguan
jiwa.

Pendidikan kesehatan kepada keluarga dapat dilakukan melalui 3 tahap meliputi:


1) Tahap I: menjelaskan tentang masalah yang dialami oleh pasien dan
pentingnya peran keluarga untuk mendukung pasien.
2) Tahap II: melatih keluarga untuk merawat pasien
3) Tahap III: melatih keluarga untuk merawat pasien langsung.
Informasi yang perlu disampaikan kepada keluarga meliputi:
1) Pengertian halusinasi
2) Jenis halusinasi yang dialami oleh pasien
3) Tanda dan gejala halusinasi
4) Proses terjadinya halusinasi
5) Cara merawat pasien halusinasi
a) Cara berkomunikasi
b) Pemberian obat
c) Pemberian aktivitas kepada pasien
d) Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau

Latihan 10: Pendidikan Kesehatan Keluarga Pasien Halusinasi


Pertemuan I: Menjelaskan Masalah Pasien
Orientasi:
“Assalammualaikum Bpk/Ibu!”“Saya ….., perawat yang merawat anak Bpk/Ibu.”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Apa pendapat Bpk/Ibu tentang anak
Bpk/Ibu?”“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bpk/Ibu
alami dan bantuan apa yang Bpk/Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Berapa lama?”
Kerja:
“Selama ini apa yang dilakukan oleh anak Bpk/Ibu?”
“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bpk/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.”Tanda-
tandanya bicara dan tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab.
“Jadi kalau anak Bpk/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya
suara itu tidak ada.” “Kalau anak Bpk/Ibu mengatakan melihat bayangan-
bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.”
“Kalau dalam kondisi seperti itu, Bpk/Ibu jangan menyetujui atau menyanggah
apa yang diceritakan oleh anak Bpk/Ibu!” “Dengarkan saja! Katakan bahwa
Bpk/Ibu tidak mendengar suara atau melihat bayangan itu!”
“Ya, bagus seperti itu!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita berdiskusi?”
“Coba Bpk/Ibu ulangi lagi apa masalah yang dihadapi oleh anak Bpk/Ibu!”
“Bpk/Ibu, kalau anaknya mendengar suara-suara atau melihat bayangan-
banyangan, cobalah untuk menerapkan cara tidak menyokong atau menyanggah
halusinasinya!”
“Minggu depan Saya akan kemari lagi untuk berdiskusi tentang cara merawat anak
Bpk/Ibu yang mengalami halusinasi.” Selamat pagi Bpk/Ibu.
Latihan 11: Pendidikan Kesehatan Keluarga Pasien Halusinasi
Pertemuan II: Melatih keluarga merawat pasien halusinasi
Orientasi:
“Assalammualaikum Bpk/Ibu!”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”Apakah anaknya masih terlihat bicara
sendiri?
“Sesuai janji kita minggu yang lalu, hari ini kita akan berdiskusi bagaimana cara
menangani anak Bpk/Ibu yang mengalami halusinasi. Mau berapa lama? Di
mana enaknya kita berdiskusi?” Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Kerja:
“Kalau anak Bpk/Ibu mengalami halusinasi apa yang dilakukan? Bagaimana
pengaruh terhadap perilaku anak Bpk/Ibu? Apakah halusinasinya berkurang?”
“Ada beberapa cara untuk membantu anak Bpk/Ibu bisa mengatasi halusinasi.
Cara-cara tersebut meliputi:
Jangan membantah pernyataan anak Bpk/Ibu atau menyokongnya. Katakan saja
Bpk/Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat
bayangan, tetapi Bpk/Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya.
Saya sudah melatih anak Bpk/Ibu untuk menerapkan 4 cara untuk mengatasi
halusinasi yaitu menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain dan melakukan
kegiatan yang terjadwaldan makan obat secara teratur (jelaskan). Tolong
Bpk/Ibu bisa memantau pelaksanaan ketiga cara tersebut. Berikan pujian dan
dorongan untuk melaksanakannya! Jangan biarkan anak Bpk/Ibu melamun,
karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau
bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama,
sholat bersamabersama Bantu anak Bpk/Ibu minum obat secara teratur. Jangan
menghentikan obat tanpa konsultasi.Bila ada tanda-tanda halusinasi mulai
muncul, ajaklah anak Bpk/Ibu bercakap-cakap dan suruh dia menghardik suara
tersebut!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Bpk/Ibu sebutkan lagi empat cara membantu anak Bpk/Ibu mengatasi
halusinasinya!”
“Dalam seminggu ini cobalah pantau anak Bpk/Ibu menerapkan cara-cara tadi!”
“Minggu depan Saya akan kemari untuk melatih Bpk/Ibu berkomunikasi dengan
anak Bpk/Ibu. Saya akan datang sekitar jam 10.00 pagi.

Latihan 12: Pendidikan Kesehatan Keluarga Pasien Halusinasi


atih keluarga praktek merawat pasien

bu pagi ini?” Apakah anak Bpk/Ibu sudah menerapkan 3 cara mengontrol halusinasi? Bagaimana minum obatnya? Apakah h
“Pagi ini kita berdiskusi tentang fasilitas kesehatan yang bisa Bpk/Ibu gunakan untuk mengatasi ma
“Selama ini ke mana Bpk/Ibu biasanya membawa anak Bpk/Ibu berobat? Ada beberapa fasilitas kes
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah mendapat penjelasan dari saya tadi?” “Coba Bpk/Ibu sebutk
“Saya akan kembali minggu depan untuk mendiskusikan masalah lain yang dihadapi oleh anak Bpk/

K. Evaluasi
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah Saudara lakukan untuk
pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Pasien mempercayai Saudara sebagai terapis; ditandai dengan:
a. Pasien mau menerima Saudara sebagai perawatnya
b. Pasien mau menceritakan masalah yang ia hadapi kepada Saudara, bahkan
hal-hal yang selama ini dianggap rahasia untuk orang lain.
c. Pasien mau bekerja sama dengan Saudara; setiap program yang Saudara
tawarkan ditaati oleh pasien.
2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada obyeknya dan merupakan
masalah yang harus diatasi, ditandai dengan:
a. Pasien mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya
b. Pasien menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang dialami.
c. Pasien menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi
d. Pasien menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi
e. Pasien menjelaskan bahwa ia akan berusaha mengatasi halusinasi yang
dialaminya
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi, ditandai dengan:
a. Pasien mampu memperagakan 4 cara mengontrol halusinasi
b. Pasien menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:
1) menghardik halusinasi
2) bercakap dengan orang lain di sekitarnya bila timbul halusinasi
3) menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai mau
tidur pada malam hari selama 7 hari dalam seminggu dan melaksanakan
jadwal tersebut secara mandiri
4) mematuhi program pengobatan
4. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan:
a. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh pasien
b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah
c. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien
d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah pasien
e. Keluarga melaporkan keberhasilannnya merawat pasien
L. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan, karenanya dokumentasi asuhan keperawatan jiwa terdiri dari
dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
1. Pedoman format pengkajian gangguan persepsi sensori: halusinasi
Persepsi :
Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penghidu
Jelaskan:
 Isi halusinasi : …………………………………………………………….
 Waktu terjadinya: ………………………………………………………….
 Frekuensi halusinasi: ………………………………………………………
 Respons pasien: …………………………………………………………….
Masalah keperawatan:
…………………………………………………………….

2. Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa


CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Nama Pasien:………………………………….
Nama RS/Puskesmas: …………………………….
No. RM:…………………………………
Tanggal: ……………………………………
Data:

Dx keperawatan:

Tindakan Keperawatan:

Evaluasi: S:
O:
A:
P:

Tanda Tangan

Nama Perawat

CATATAN KEPERAWATAN ASKEP HALUSINASI

Nama Pasien: Tn M
Nama Puskesmas: ……………………………………..
No RM:
Tanggal.....................2019

Data:
Seorang laki-laki berusia 27 tahun, dirawat di ruangan psikiatri, hasil pengkajian
didapatkan: pasien duduk menyendiri, bicara sendiri, tertawa sendiri. Obat
psikotik sudah diberikan sesuai program. Perawat memutus halusinasi dengan
cara bercakap-cakap.

Dx keperawatan: Halusinasi dengar


Tindakan Keperawatan:
 Berkenalan dengan pasien
 Membuat kesepatakan kontrak asuhan dengan pasien
 Mendiskusikan isi, waktu, frekuensi, dan perasaan pasien saat halusinasi muncul
Evaluasi:
S: Pasien mengatakan senang dikunjungi oleh perawat. Suara-suara timbul saat
maghrib, 1x/hari, pasien menjadi geli
O: Pasien tampak malu. Kontak mata kurang. Bicara lirih. Koheren.
A: Pasien sudah mengenali halusinasi
P: Anjurkan pasien untuk bicara dengan keluarga jika halusinasinya muncul
Ajarkan pasien untuk mengontrol halusinasi pada kunjungan berikutnya

Tanda

Tangan Nama

Perawat

ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

A. Pengkajian Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktifitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri

Selain data diatas, saudara dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan
harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapih, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah.
B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau


pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat
menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut :

HARGA DIRI RENDAH

Latihan 1: Mengkaji pasien dengan harga diri rendah


Untuk mendapatkan data yang mendukung adanya masalah atau gangguan konsep
diri : harga diri rendah, perawat perlu membina hubungan saling percaya dengan
pasien serta melakukan pengkajian. Berikut contoh percakapannya.

Orientasi :
“Assalamuallaikum, perkenalkan nama saya suster Rika, dari Puskesmas
Darul Imarah, bagaimana kalau kita berkenalan ? Nama Bapak/Ibu siapa?
senangnya dipanggil apa?
“ Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini ? Adakah yang bapak/ibu pikirkan ?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan atau masalah yang
Bapa/Ibu hadapi ?Mau berapa lama, bagaimana kalau30 menit ?”
“Mau duduk dimana ? Bagaimana kalau diruang tamu ?”
Kerja :
”Bagaimana perasaan Bpk/ibu setelah mengalami gempa dan tsunami?. Apa
harapan bpk/ibu setelah kejadian tersebut?. Bagaimana rencana Bpk/ibu
untuk mencapai keinginan atau harapan tersebut ?. Adakah harapan atau
keinginan Bpk/ibu yang belum tercapai ? Sejauh ini apa yang Bpk/ibu
rasakan jika harapan atau keinginan tersebut tidak tercapai ?
”Bagaimana pandangan orang lain dalam menilai Bpk/ibu ?. Bagaimana
perasaan Bpk/ibu dengan kekurangan/kelemahan yang Bpk/ibu rasakan ?”
Terminasi :
”Baiklah kita sudah bercakap-cakap panjang lebar, bagaimana perasaan
Bpk/ibu setelah bercakap-cakap ? Bagaimana kalau minggu depan kita bicara
tentang kemampuan yang masih Bapak/ibu miliki.

Sesuai dengan percakapan serta pengamatan yang dilakukan perawat, maka


berikut ini data yang diperoleh perawat yang akan dituliskan pada pencatatan
pengkajian keperawatan pasien dengan HDR.

Pasien mengungkapkan : “saya sudah gagal, tidak banyak yang saya dapat lakukan saat
ini, lihat suster semua keluarga saya yang lain berhasil usahanya, sedangkan saya hanya
menjadi pengangguran, sekarang ditambah lagi semua apa yang saya miliki sudah habis
dibawa tsunami, sebenarnya salah saya apa ?, yang lain yang berdosa saya yang terkena
imbasnya, sudahlah hilang semua harapan saya “.
Ekpresi wajah murung, lebih sering menunduk saat bicara, tidak mau menatap
mata perawat, sulit mengungkapkan kata-kata, nada suara rendah. Pakaian
kurang rapih, tercium bau kurang sedap.
C. Tindakan Keperawatan
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri
rendah adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan.
1. Tindakan keperawatan untuk pasien :
a. Tujuan:
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
a) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
b) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang
sesuai kemampuan
c) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih,
sesuai kemampuan
d) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya
b. Tindakan keperawatan:
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek
positif yang masih dimiliki pasien, saudara dapat :
a) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan
dan aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah, adanya keluarga
dan lingkungan terdekat pasien.
b) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.

Latihan 2 : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki


pasien
Berikut ini beberapa contoh percakapan perawat – pasien dalam mendiskusikan
kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.

Orientasi:
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan bapak/ibu hari ini ?, Bapak/ibu
terlihat segar “. Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan
dan kegiatan yang pernah Bapak/ibu lakukan ? Dimana kita duduk ?
bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 30 menit ?
Kerja :
”Bapak/ibu, apa saja kemampuan ini yang dimiliki ? Bagus, apa lagi ? Saya
buat daftarnya ya ! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa bapak/ibu
lakukan ? Bagaimana dengan merapihkan kamar ? Menyapu ?
Mencuci piring. dst.”. “ Wah, bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan
yang
bapak/Ibu miliki “.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap ? Yach, Bapak/ibu
masih memiliki kemampuan. Nach, coba nanti di ingat-ingat lagi, kemampuan
Bapak/Ibu yang belum kita bicarakan.” Dua hari lagi saya akan datang lagi
untuk membahas kemampuan yang masih bisa Bp/Ibu lakukan. Jam berapa kira-
kira kita ketemu? Bagaimana kalau jam 10. Sampai jumpa ya.
1) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini setelah mengalami bencana.
b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif

Latihan 3 : Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat


digunakan.
Orientasi :
“ Assalamuallaikum, bagaimana keadaan bapak/ibu hari ini ? Saya lihat
Bapak/ibu pagi ini tampak segar” Bagaimana, apakah ada lagi kemampuan
Bapak/ibu yang belum kita bicarakan ?Bagus sekali, jadi sudah ada 7 (tujuh) ya !
Baiklah kita akan menilai kegiatan yang masih bisa Bapak/ibu lakukan.” Mau
duduk dimana, bagaimana kalau di ruang tamu ? Mau berapa lama, bagaimana
kalau 20 menit?”
Kerja :
” Bapak/ibu, dari 7 (tujuh) kegiatan/kemampuan ini yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua. sampai 7 (misalnya ada 4 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada
4 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah. Menurut Bapak/ibu adakah
bantuan yang diperlukan? Iya, bagus sekali!”
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap ? Jadi ada 4
(empat) kegiatan yang dapat Bapak/ibu lakukan. Coba Bapak/ibu pikirkan
kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih. Bagaimana kalau dua hari lagi kita
memilih kegiatan yang paling disuka, dan melatihnya. Mau jam berapa ?”
3) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktifitas yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
b) Bantu pasien menetapkan aktifitas mana yang dapat pasien lakukan
secara mandiri, mana aktifitas yang memerlukan bantuan minimal
dari keluarga dan aktifitas apa saja yang perlu batuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara
pelaksanaan aktifitas yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama
pasien dan buat daftar aktifitas atau kegiatan sehari-hari pasien.

Latihan 4 : Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan yang


sesuai dengan kemampuan.
Orientasi :
“Assalammuallaikum, bagaimana perasaan Bapak/ibu hari ini ? Wah, tampak
segar !, Masih ingat apa yang akan kita bicarakan hari ini ? Betul sekali, memilih
kegiatan yang dapat bapak/ibu kerjakan dari 7 kegiatan yang Bapak/ibu pernah
lakukan. Bagaimana kalau kita bercakap-cakap ditempat biasa. Berapa lama ?
30 menit seperti biasa”.
Kerja :
“Mari kita lihat daftar kegiatan yang sudah kita buat dua hari yang lalu”.
”Coba Bapak/ibu pilih yang mana yang masih bisa dikerjakan di rumah. Yang
nomor satu, merapihkan tempat tidur, bagaimana Bapak/ibu ? Wah, tentu bisa
dilakukan ya. Bagus sekali. Yang nomor dua main tenis, Wah saat ini belum bisa
dilakukan. Baik, nomor tiga mencuci piring, bisa ya. (dst sampai ke 7 nya
didiskusikan, misalnya ada 5 kegiatan dipilih dan dapat dikerjakan di rumah)”.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak/ibu setelah memilih kegiatan yang dapat dikerjakan
di rumah ? Bagus sekali ! ada 5 kegiatan yang bisa dilakukan Bapak/ibu. Coba,
dipikirkan kegiatan yang mana yang akan dilatih terlebih dahulu. Dua hari lagi,
saya akan datang untuk melatih Bapak/ibu. Mau jam berapa ? Bagaimana kalau
jam 10 lagi. Sampai jumpa ”.
2) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan
Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan :
a) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan
(yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan
b) Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang
akan dilakukan pasien
c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
3) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai
kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan
Untuk mencapai tujuan dari tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat
melakukan hal-hal berikut :
a) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan
b) Beri pujian atas aktifitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap aktifitas
d) Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan
keluarga
e) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan
kegiatan
f) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktifitas yang dilakukan
pasien

Latihan 5 : Melatih kegiatan yang sudah dipilih pasien sesuai kemampuannya


dan menyusun rencana kegiatan
Orientasi :
“Assalammuallaikum, bagaimana perasaan Bapak/ibu pagi ini ? Wah, tampak
cerah !, Sudah siap untuk latihan melakukan kegiatan yang telah ditetapkam dua
hari yang lalu ? Mau pilih yang mana dulu ? Baik, mari kita latihan merapihkan
tempat tidur. Dimana kamarnya ?
Kerja :
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik.
”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !.
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/ibu setelah latihan ? Bagus sekali, Bapak/ibu dapat
mengikuti langkah-langkahnya. Sekarang, mari kita masukkan pada jadual
harian bapak/ibu. Mau berapa kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua
kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00. Kalau sudah
dikerjakan beri tanda ya. Nah, dua hari lagi saya datang, kita latihan kegiatan
yag kedua. Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

Kegiatan latihan dapat dilanjutkan untuk aktifitas pasien lainnya, sampai


semua kegiatan yang sudah disepakati sebagai aktifitas yang dapat
dilakukan pasien dapat dilatihkan secara bertahap ! ! !

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di
rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki
2) Keluarga memfasilitasi aktifitas pasien yang sesuai kemampuan
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan latihan yang dilakukan, dan memberikan pujian atas
keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien
b. Tindakan keperawatan :
1) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada
pasien
2) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan
memuji pasien atas kemampuannya
3) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan
kegiatan yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat
4) Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku
pasien
Latihan 6 : Percakapan dengan keluarga untuk membantu memotivasi pasien
dalam melakukan kegiatan yang sudah dilatihkan
Orientasi :
“Assallammuallaikum ! Bagaimana keadaan Bapak/Ibu disini ? Bagaimana
kalau hari ini kita bercakap-cakap tentang cara memotivasi anak Bapak/ibu
melakukan kegiatan yang sudah dilatih ? Adakah waktu Bapak/ibu, kira-kira 30
menit ?
Kerja :
“ Anak Bapak/ibu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan
mandi. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Saya telah katakana
bahwa Bapak/ibu akan mengingatkannya untuk melakukan kegiatan tersebut
sesuai jadual. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya. Dan jangan lupa
memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek
list pada jadual yang kegiatannya”.
Terminasi :
”Bagaimana Bapak/bu ? Ada yang ingin ditanyakan ?. Baik, jangan lupa
ya Bapak/ibu. Dua hari lagi saya datang lagi untuk melatih kegiatan yang
lain. Nanti kita lakukan bersama-sama. Sampai jumpa “.
D. EVALUASI
1. Kemampuan yang diharapkan dari pasien :
a. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat dikerjakan
c. Pasien dapat melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
d. Pasien dapat membuat jadual kegiatan harian
e. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadual kegiatan harian
2. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga :
a. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
b. Menyediakan fasilitas untuk pasien dapat melakukan kegiatan
c. Mendorong pasien melakukan kegiatan
d. Memuji pasien saat pasien dapat melakukan kegiatan
b. Membantu melatih pasien
c. Membantu menyusun jadual kegiatan pasien
d. Memantau perkembangan pasien

E. DOKUMENTASIKAN ASUHAN KEPERAWATAN

LATIHAN 8 : Dokumentasikan hasil pengkajian saudara pada pasien


dengan masalah harga diri rendah menggunakan format
yang sudah disediakan (Lihat Format Pengkajian)

Berikut ini adalah contoh pendokumentasian pasien harga diri rendah :


Coba saudara dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan
pasien harga diri rendah menggunakan format yang sudah disediakan
a. Keluhan utama :……………………………………..
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan…………………..
c. Konsep diri
- Gambaran diri
- Identitas
- Ideal dir
- Harga diri
- Peran
Jelaskan :...........................................................................
Masalah keperawatan :......................................................
d. Alam perasaan
[ ] Sedih [ ] Putus asa
[ ] Ketakutan [ ] Gembira berlebihan
Jelaskan :………………………………….
Masalah keperawatan :…………………….
e. Interaksi selama wawancara

Berikut ini adalah contoh pendokumentasian pasien harga diri rendah :


Coba saudara dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan pasien harga
diri rendah menggunakan format yang sudah disediakan
Berikut ini adalah lingkup pengkajian pasien harga diri rendah :

a. Keluhan utama :……………………………………..


Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan…………………..
Konsep diri
Gambaran diri
Ideal diri
Harga diri
Identitas
Peran
Jelaskan :...........................................................................
Masalah keperawatan :......................................................
Alam perasaan
[ ] Sedih[ ] Putus asa
[ ] Ketakutan[ ] Gembira berlebihan Jelaskan :………………………………….
Masalah keperawatan :…………………….

e. Interaksi selama wawancara [ ] Bermusuhan


[ ] Mudah tersinggung [ ] Defensif [ ] Tidak kooperatif
[ ] Kontak mata kurang [ ] Curiga

Jelaskan :…………………………………….
Masalah keperawatan :………………………
f. Penampilan :
Jelaskan :…………………………………..
Masalah keperawatan :……………………..

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN

A. PENGKAJIAN PERILAKU KEKERASAN


1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.
2. Tanda dan Gejala
Untuk mendapatkan data perilaku kekerasan saudara harus melakukan
observasi terhadap perilaku berikut ini:
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
Data ini sesuai dengan format pengkajian untuk masalah perilaku kekerasan
(Lihat format pengkajian)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data ini dapat ditetapkan diagnosa keperawatan:

Perilaku Kekerasan

C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
yang dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
6) Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelakan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan yang lalu

3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan


a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah secara:
a) verbal
b) terhadap orang lain
c) terhadap diri sendiri
d) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku
kekerasan secara:
a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik napas dalam
b) Obat
c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien

Latihan 1: Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab


perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan serta akibatnya

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


Orientasi:
“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya A K,panggil saya A, dari
puskesmas Kuto Baru. Saya yang akan merawat bapak hari ini. Nama bapak
siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau
marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang penyebab bapak
marah”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?”
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak?”
Kerja:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak
pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?. O..iya, jadi ada 2 penyebab marah bapak”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan
istri belum menyediakan makanan, apa yang bapak rasakan?” (tunggu
respons
pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar,
mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak
dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya,
tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan
takut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah.........(sebutkan) dan yang bapak
rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan.........(sebutkan) serta
akibatnya..........(sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang
lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas”
”Baik, saya akan datang 2 hari lagi, kita bahas cara marah yang baik agar
tidak terjadi lagi hal yang tidak diinginkan. Mau jam berapa ketemunya?
Baik, jam 9 lagi ya. Sampai jumpa 2 hari yang akan datang
Berikut ini adalah contoh komunikasi yang didokumentasikan:
Data: Seorang perempuan berusia 38 tahun, datang ke UGD psikiatri diantar oleh
keluarganya. Dari pengkajian diketahui bahwa di rumah pasien marah-marah,
merusak barang dan mengancam. Keluarga mengatakan sudah 2 bulan pasien
seperti ini sejak ia diceraikan oleh suaminya dan di PHK. Tanda-tanda vital dalam
batas normal, setelah pemeriksaan psikologis dokter memberikan terapi lordomer
dan diazepam injeksi.
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a. Latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal
b. Susun jadual latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal Latihan
Latihan 2: Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik Peragakan kepada
pasangan anda komunikasi dibawah ini

Orientasi:
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu
sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini, adakah hal yang menyebabkan
bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengan kegiatan fisik”
“Dimana kita bicara? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja:
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, bapak dapat melakukan: tarik napas
dalam dan pukul kasur dan bantal”.
“Mari kita coba latihan tarik napas dalam: Berdiri, lalu tarik napas dari
hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut
seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus,
tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sedah
bisa melakukannya”.
“Mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi
kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak
lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Sekarang kita buat jadualnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan
memukul kasur dan bantal serta tarik napas dalam ini?”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?” “Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi”
“Mari kita masukkam kedua cara tadi kedalam jadual kegiatan sehari-
hari bapak. Tarik napas dalam mau jam berapa? Pukul kasur bantal mau
jam
berapa?. Baik, jadi tarik napas dalam jam ........... dan jam............Pukul kasur
bantal jam .............. dan jam............Lalu kalau ada keinginan marah,
gunakan kedua cara tadi ya pak”.
“Dua hari lagi saya akan kembalidan kita latih cara mengontrol marah
dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya.
Sampai jumpa”

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal


a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal:menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
c. Susun jadual latihan mengungkapkan marah secara verbal
Latihan 3: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
Orientasi:
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu
sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur
bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara yang baik bila sedang
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal
tersebut?” Kerja:
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga
caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, tolong
ambilkan saya air minum itu’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak
ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya
karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah
karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali
sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa
kita buat jadualnya?. Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari,
misalnya meminta obat, uang, dll”.
“Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi bapak ya?”
“Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, pak setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah
bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju?”

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik dan sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa
Latihan 4: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi di bawah ini
Orientasi :
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu
sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal dan bicara yang baik?, apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk menyalurkan marah
bapak yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal
tersebut?” Kerja :
“Coba bapak ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan.
Bagus” “Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan
tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar
rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan”.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadula kegiatan bapak. Mau
berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan..........(sesuai
kesepakatan pasien)
“Dua hari lagi saya akan datanglagi, nanti kita bicarakan cara
keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan obat yang sudah bapak
5
dapat dari puskesmas. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam
10 ya?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila
bapak merasa marah”
“Dua hari lagi saya akan mengunjungi bapak lagi ya?”
Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat.
a. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum
obat.
b. Susun jadual minum obat secara teratur
Latihan 5: Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

Orientasi :
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang
saya datang lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta sholat dn baca doanya?, apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek list
kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat
yang benar untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal


tersebut?” “Sekarang saya akan jelaskan tentang pentingnya minum
obat“.
Kerja :
“Bapak sudah dapat obat dari dokter puskesmas?”
“Pak, bapak perlu minum obat ini secara teratur agar pikirannya jadi tenang,
tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye
namanya CPZ, yang putih ini namanya THP, dan yang
53
minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam
7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”
“Sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar
nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar?”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya pak”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara minum obat yang benar”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum
obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
“Baik, seminggu lagisaya kembali untuk melihat sejauhmana bapa
melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa
marah. Sampai jumpa”
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah
b. Tindakan
1) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku
tersebut)
2) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang
telah diajarkan oleh perawat
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapt melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan
bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain
Latihan 6: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara
merawat klien perilaku kekerasan di rumah

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


Orientasi :
“Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari
puskesmas Kuto Baru, saya yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu
siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang apa yang menyebabkan
bapak marah dan cara mengatasinya?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bu?”
Kerja:
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan
dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan.
“Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia
direndahkan”

“Bila bapak masih marah dan ngamuk segera bawa ke puskesmas setelah
sebelumnya diikat dulu (ajarkan caranya pada keluarga). Jangan lupa minta
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan
gelisah, itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan
melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga”
“Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi tegas,
jangan lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar bapak
seperti gelas, pisau. Jauhkan juga anak-anak kecil dari bapak.”
bantuan orang lain saat mengikat bapak ya bu, lakukan dengan tidak menyakiti
bapak dan dijelaskan alasan mengikat yaitu agar bapak tidak mencedari diri
sendiri, orang lain dan lingkungan”
“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila
tanda- tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara
mengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu
secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”.
“Kalau bapak bisa melakukan latihannya dengan baik jangan lupa dipuji ya
bu”.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat
bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya
bu” “Kalau bapak marah sudah sampai memukul atau merusak barang
segera hubungi saya di puskesmas atau di nomor ini 0814xxxxxxx, karena
dalam kondisi seperti itu bapak sudah butuh bantuan lebih lanjut”.
Orientasi :
“Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari
puskesmas Kuto Baru, saya yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu
siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang apa yang menyebabkan
bapak marah dan cara mengatasinya?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bu?”
Kerja:
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan
dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
“Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia
direndahkan”
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan
gelisah, itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan
melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga”
“Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi tegas,
jangan lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar bapak
seperti gelas, pisau. Jauhkan juga anak-anak kecil dari bapak.”
“Bila bapak masih marah dan ngamuk segera bawa ke puskesmas setelah
sebelumnya diikat dulu (ajarkan caranya pada keluarga). Jangan lupa minta

bantuan orang lain saat mengikat bapak ya bu, lakukan dengan tidak
menyakiti bapak dan dijelaskan alasan mengikat yaitu agar bapak tidak
mencedari diri sendiri, orang lain dan lingkungan”
“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila
tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara
mengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu
secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”.
“Kalau bapak bisa melakukan latihannya dengan baik jangan lupa dipuji ya
bu”.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat
bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu”
“Kalau bapak marah sudah sampai memukul atau merusak barang segera
hubungi saya di puskesmas atau di nomor ini 0814xxxxxxx, karena dalam
kondisi seperti itu bapak sudah butuh bantuan lebih lanjut”.
D. EVALUASI
1. Pada Pasien:

a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku


kekerasan, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, dan akibat
dari perilaku kekerasan yang dilakukan
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan
secara teratur sesuai jadual:
1) Secara fisik
2) Secara sosial/verbal
3) Secara spiritual
4) Sengan terapi psikofarmaka

2. Pada Keluarga:

a. Keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan


b. Keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan
a. menghargai pasien
c. Keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara
mengontrol perilaku kekerasan
d. Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus
dilaporkan pada perawat
E. DOKUMENTASI
Berikut adalah contoh format pengkajian dari diagnosa keperawatan

Latihan:
Dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan pasien PK dengan menggunakan format yang tersedia

Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

1. Aniaya fisik ................... ..................... ..................


2. Aniaya seksual ................... ..................... ..................
3. Penolakan ................... ..................... ..................
4. Kekerasan dalam keluarga ................... ..................... ..................
5. Tindakan kriminal ................... ..................... ..................

Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien

6. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien

7. Interaksi selama wawancara


BermusuhanTidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata Defensif Curiga


Kurang

perilaku kekerasan. Format pengkajian lengkap dapat dilihat di format


pengkajian
ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Seorang perempuan berusia 25 tahun, dibawa keluarganya ke poli klinik jiwa


karena sudah seminggu tidak mau mandi, badan kotor dan bau, tidak mau makan
dan bila makan berantakan, BAB dan BAK sembarangan, pemeriksaan fisik
dalam batas normal.

A. Pengkajian
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri
secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar (BAB)/Buang Air Kecil
(BAK)} secara mandiri.

Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri


maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:
1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki
tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK

Data ini sesuai dengan format pengkajian untuk masalah kurang perawatan diri
B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnosa keperawatan :


Kurang Perawatan Diri : - Kebersihan diri
- Berdandan
- Makan
- BAB/BAK

Latihan 1: Percakapan saat melakukan pengkajian pada pasien


dengan kurang perawatan diri : kebersihan diri
Orientasi :

“Selamat pagi Siti, bagaimana perasaannya hari ini ? Bagaimana


kalau saat ini kita mendiskusikan tentang kegiatan Siti sehari-hari 15
menit disini, bagaimana Siti?”
Kerja :
 Pengkajian Kebersihan diri
“Berapa kali Siti mandi dalam sehari? Apakah Siti sudah mandi hari ini?
Menurut Siti apa kegunaannya mandi ?Apa alasan Siti sehingga tidak bisa
merawat diri ? Menurut Siti apa manfaatnya kalau kita menjaga
kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang merawat diri dengan
baik seperti apa? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri
masalah apa
menurut Siti yang bisa muncul ?”

 Pengkajian Berdandan untuk pasien wanita


“Apa yang Siti lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja Siti
menyisir rambut ? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan
sisiran dan berdandan ?”

 Pengkajian Berdandan untuk pasien laki-laki


“Berapa kali Mamani cukuran dalam seminggu? Kapan Maman
cukuran terakhir? Apa gunanya cukuran? Apa alat-alat yang
diperlukan?”
 Pengkajian Makan
“Berapa kali makan sehari? Apa saja persiapan makan? Di mana tempat
kita makan? Bagaimana cara makan yang baik? Apa yang dilakukan
sebelum makan ? Apa pula yang dilakukan setelah makan?”

 Pengkajian kemampuan BAB/BAK


“Di mana biasanya Maman berak/kencing? Bagaimana
membersihkannya?”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Maman setelah kita mendiskusikan tentang
pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba Maman ulangi lagi
tanda-tanda bersih dan rapi ? Setengah jam lagi kita akan
mendiskusikan tentang cara-cara merawat diri sekaligus Maman
mempraktekkannya. Bagaimana Maman? Setuju?”
(Perawat menyiapkan alat kebersihan diri yang akan digunakan)
Data yang didapat berdasarkan komunikasi diatas didokumentasikan
pada kartu berobat pasien di puskesmas. Contoh
pendokumentasiannya sebagai berikut:

Data : Pasien berpenampilan kotor, tidak rapi, badan bau dan gigi tampak
kuning dan terlihat banyak sisa makanan. Pasien mengatakan bahwa
ia sudah 3 bulan tidak mandi. Keluarga mengatakan pasien BAB dan
BAK disembarang tempat.

C. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga ditujukan


untuk keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan pasien dalam
melakukan perawatan diri.

1. Tindakan keperawatan untuk pasien


a. Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat
melakukan tanapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

Latihan 2. Percakapan saat melatih pasien tentang cara-cara


perawatan kebersihan diri

Orientasi :
“Selamat pagi Siti? Apakah masih ingat apa tanda-tandanya bersih ?
Selama setengah jam ini kita akan membicarakan bagaimana cara
mandi, gosok gigi, keramas, berpakaian dan gunting kuku yang benar.
Selanjutnya ... akan mencoba cara-cara yang telah kita diskusikan ini.
Siap ... ?
Kerja :
“Menurut Siti kalau mandi itu kita harus bagaimana ? sebelum mandi apa yang perlu kita persia

2) Melatih pasien berdandan/berhias

Saudara sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien


laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias

Latihan 3. Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan


Orientasi:
“Assalamu alaikum/Selamat pagi Pak Maman?
“Bagaimana perasaan Maman hari ini? Bagaimana mandinya?”
“Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang tamu ? lebih kurang setengah ja
Kerja:
Apa yang Maman lakukan setelah selesai mandi ?”
“Apakah Maman menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”
“Bagaimana cara bapak memakai baju ? Berapa kali ganti baju dalam sehari ?” “Apakah Maman suk
“Untuk menyisir rambut sebaiknya tiap selesai mandi Maman bersisir. Pakailah sisir” yang bersih da
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Maman setelah berdandan”.
“Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”..
“Selanjutnya Maman setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Masukkan
“Minggu depan kita latihan makan yang baik. Kita akan makan bersama. Saya akan datang jam 12 s

Latihan 4. Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita


Orientasi:
“Selamat pagi, bagaimana perasaaan Siti hari ini ?Bagaimana mandinya?”
“Sesuai janji kita hari ini kita akan latihan berdandan supaya Siti tampak rapi
dan cantik. Di mana alat-alat dandannya?”
Kerja:
“Bagaimana cara Siti berdandan ? Apakah menyisir rambut ? Bagaimana cara
ibu menyisir ? Bagus sekali!”
“Apa kebiasaan Siti dalam
berdandan/berpakaian ?” “Apakah ibu biasa
memakai bedak ?”
“Nah sekarang kita praktek ya mulai dengan ganti pakaian. Ya bagus. Sekarang
menyisir rambut.. ya.. Bagus sekali.., lanjutkan dengan merias muka. Ya bagus.
Siti tampak cantik..”
“Saya jelaskan bahwa ganti baju sebaiknya 2x/hari kemudian menyisir rambut
setelah mandi. Berbedak dilakukan setelah mandi.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Siti setelah belajar berdandan.
“ “Untuk berdandan caranya bagaimana ?”
“Hari-hari berikutnya saya berharap Siti berdandan dengan baik. Mari masukkan
dalam jadwalnya ya!”
“Minggu depan kita bertemu lagi untuk belajar cara makan yang baik.”
3) Melatih pasien makan secara mandiri

Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

Latihan 5. Percakapan melatih pasien makan secara mandiri

Orientasi:
“Selamat pagi Siti? Bagaimana perasaannya hari ini ?”
“Apakah berdandan sudah dilakukan tiap hari ?”
“Hari ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan selama
satu jam… langsung di ruang makan ya..!”
Kerja:
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan ? Dimana Siti
makan ?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan
! “Bagus ! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita
berdoa dulu. Silakan Siti yang pimpin !. Bagus..
“Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan
pelan-pelan. Ya, mari kita makan”..
“Setelah makan kita bereskan piring, gelas yang kotor. Ya betul.. dan kita akhiri
dengan cuci tangan. Ya bagus”!
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Siti setelah kita makan bersama-
sama”. “Setelah makan apa yang sebaiknya kita lakukan ?”
“Hari-hari berikutnya saya berharap Siti melakukan cara tadi dengan baik. Dua
hari lagi saya datang lagi untuk melihat hasil kegiatan Siti. Sampai jumpa!”

4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri

Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan
berikut:
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

Latihan 6. Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara


mandiri
Orientasi:
“Selamat pagi Maman ? Bagaimana perasaan Maman hari ini ?”
“Sesuai dengan janji kita, selama setengah jam ini kita akan membicarakan
tentang cara berak dan kencing yang baik?”
Kerja:“Dimana biasanya Maman berak dan kencing?” “Benar Maman, berak
atau kencing yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang
tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing
di sembarang tempat ya. ”
“Sekarang, coba Maman jelaskan kepada saya bagaimana cara Maman cebok?”
“Sudah bagus ya Maman yang perlu diingat saat Maman cebok adalah Maman
membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak
ada tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh Maman”.
Untuk pasien wanita:
“Cara cebok yang bersih setelah Siti berak yaitu dengan menyiramkan air dari
arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna untuk
mencegah masuknya kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita”
“Setelah Maman selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di
kakus/WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air
secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Maman
membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti Maman ikut

mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air
kencing” “Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, Maman perlu
merapihkan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi.
Pastikan resleting celana telah tertutup rapi”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Maman setelah kita membicarakan tentang
cara berak/kencing yang baik?”
“Setelah kita cebok apa yang sebaiknya kita lakukan ?”
“Untuk selanjutnya saya berharap Maman melakukan cara-cara yang telah
dijelaskan tadi ”.

2. Tindakan keperawatan pada keluarga


a. Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kurang perawatan diri.
b. Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan
diri yang baik maka Saudara harus melakukan tindakan kepada
keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan
mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya
meningkat. Serangkaian intervensi ini dapat Saudara lakukan:
1) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri
yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri
pasien.
2) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadual
yang telah disepakati).
3) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
pasien dalam merawat diri.

Latihan 7. Percakapan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang


cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang
perawatan diri.

Orientasi:
“Selamat pagi Pak Joko.!”
“Saya Dewi, perawat yang merawat anak Bapak, Andi”
“Bagaimana perasaan Pak Joko hari ini? Apa pendapat Bapak tentang anak
Bapak, Andi?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang dialami Andi dan bantuan
apa yang Bapak bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Berapa lama?”
Kerja:
“Selama ini apa yang dilakukan oleh Andi dalam merawat diri?”
“Perilaku yang ditunjukkan oleh Andi itu dikarenakan gangguan jiwanya yang
membuat pasien tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri.
Kalau Andi kurang motivasi dalam merawat diri apa yang bapak lakukan?
Pak Joko perlu juga memperhatikan alat-alat kebersihan diri yang dibutuhkan
oleh Andi seperti handuk, baju ganti, sikat gigi, shampoo ataupun alat kebersihan
lainnya. Bapak juga perlu mendampinginya pada saat merawat diri sehingga
dapat diketahui apakah Andi sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan
dalam melakukannya.”
”Andi sudah punya jadwal untuk mandi dan bercukur. Tolong Bapak ingatkan
dan beri pujian kalau Andi lakukan dengan benar!”
Terminasi:
Bagaimana perasaan Pak Joko setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Pak Joko sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu
anak Bapak, Andi dalam merawat diri”
“dalam seminggu ini cobalah bapak mendampingi dan membantu Andi saat
membersihkan diri.”
“Minggu depan saya akan datang sekitar jam 10.00 pagi, untuk mendiskusikan
hasil yang sudah dicapai Andi.”

D. Evaluasi
Di bawah ini tanda-tanda bahwa asuhan keperawatan yang saudara berikan
kepada pasien kurang perawatan diri berhasil :
Pasien dapat menyebutkan :
1. Penyebab tidak merawat diri
2. Manfaat menjaga perawatan diri
3. Tanda-tanda bersih dan rapi
4. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan.
Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal:
1. Kebersihan diri
2. Berdandan
3. Makan
4. Bab/BAK
Keluarga memberikan dukungan dalam melakukan perawatan diri Keluarga
menyediakan alat-alat untuk perawatan diri. Keluarga ikut serta
mendampingi pasien dalam perawatan diri.

E. DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Panduan pengkajian pada pasien yang mengalami masalah kurang perawatan diri.

Status Mental
Penampilan
 Tidak rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan ………………………………………………………………………..
Masalah Keperawatan:..……………………………………………………….
Kebutuhan Sehari-hari
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total

3. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan ………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:…………………………………………………..

Contoh pendokumentasian lengkap asuhan keperawatan pasien yang mengalami


masalah kurang perawatan diri di puskesmas.
CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : ………….


Nama RS/Puskesmas : ………….
No RM : ………….
Tgl...................................................2019

Data : Pasien berpenampilan kotor, tidak rapi, badan bau dan


gigi tampak kuning dan terlihat banyak sisa makanan. Pasien mengatakan bahwa
ia sudah 3 bulan tidak mandi. Keluarga mengatakan pasien BAB dan BAK
disembarang tempat.
Diagnosa Keperawatan : Kurang Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan,
makan, toileting.
Tindakan Keperawatan :

1. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri (mandi, sikat gigi dan


berdandan).

2. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri (alat-alat untuk


mandi, sikat gigi dan berdandan).
3. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri mulai dari keramas,
sikat gigi, mandi dan berdandan.
4. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
Evaluasi:
S : Pasien mengatakan kalau mandi badan jadi segar.
Pasien mengatakan kalau mandi perlu sabun, odol, sikat gigi dan shampo.
Pasien mengatakan bahwa ia merasa segar setelah mandi, badan jadi wangi.
O : Pasien tampak segar.
Pasien mandi dengan bimbingan perawat.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Menganjurkan pasien untuk mencoba berdandan, keramas, sikat gigi dan
mandi secara teratur.
Melanjutkan tindakan untuk melatih pasien makan dengan benar dan BAB/BAK di
tempat yang benar.
Nama Perawat :...................
Tanda Tangan
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI
(Keliat & Akemat, 2015).

A. Pengkajian Untuk TAKS


Terapi Aktivitas Kelompok (TAK): sosialisasi (TAKS) adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah pasien/klien dengan masalah
hubungan sosial.

Contoh Kasus:
Seorang perempuan berusia 37 tahun dirawat di RSJ, sejak 6 hari yang lalu. Hasil
pengkajian suka menyendiri dan jarang ngobrol dengan teman-temannya dengan
alasan malas ngobrol. Tampak lebih banyak tiduran, tidak mau melakukan
aktifitas di ruangan.

B. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial

C. Tujuan TAKS
Tujuan TAKS, yaitu klien dapat meningkatkan hubungan social dalam
kelompok secara bertahap. Sementara tujuan khususnya adalah:
5. Klien mampu memperkenalkan diri;
6. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok;
7. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok;
8. Klien mampu amenyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain;
9. Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok;
10. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat
kegiatan TAKS yang telah dilakukan.

D. Aktivitas dan Indikasi


Aktivitas TAKS dilaksanakan dalam tujuh sesi yang bertujuan untuk
melatih kemampuan sosialisasi klien. Klien yang diindikasikan mendapatkan
TAKS adalah klien yang mengalami gangguan hubungan sosial berikut:
1. Klien yang mengalami isolasi sosial yang telah mulai melakukan interaksi
interpersonal.
2. Klien yang mengalami kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons
sesuai dengan stimulus.
E. Pelaksanaan/Aplikasi TAKS
Sesi 1: TAKS
Tujuan
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama lengkap, nama
panggilan, asal, dan hobi.
Setting
1. Klien dan terapis (perawat) duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Tape recorder/CD Player
2. Kaset/CD lagu: “Marilah kemari” (Titiek Puspa).
Jika tidak ada lagu jenis ini, dapat diganti dengan lagu sejenis yang berirama
riang.
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan harian klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi. Yaitu isolasi sosial.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis (perawat) melakukan:
a. Memberi salam terapeutik: Salam dari terapis.
b. Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.
2) Menjelaskan aturan main berikut:
a) Klien yang akan meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
terapis (perawat).
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Jelaskan kegiatan, yaitu kaset/CD pada tape recorder/CD player akan
dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam
(yaitu kearah kanan yang sedang memegang bola) dan pada saat musik
dihentikan maka anggota kelompok yang memegang bola
memperkenalkan dirinya.
b. Hidupkan kembali musik dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah
jarum jam.
c. Pada saat musik dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyebutkan: salam, nama lengkap, nama
panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh terapis sebagai contoh.
d. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan temple/pakai.
e. Ulangi b, c & d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member
tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri
kepada orang lain di kehidupan sehar-hari.
2) Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok.
2) Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi dan Dokumentasi
1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk
TAKS Sesi 1, dievaluasi kemampuan klien memperkenalkan diri secara
verbal dan nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.

Form Evaluasi Sesi 1 TAKS


Kemampuan memperkenalkan diri

a. Kemampuan verbal
No. Aspek yang dinilai Nama klien

1. Menyebutkan nama lengkap


2. Menyebutkan nama panggilan
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
Jumlah

b. Kemampuan nonverbal
No. Aspek yang dinilai Nama klien

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan bemberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien atau tanda (˗) jika tidak ditemukan
3. Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan
jika nilai 0,1, atau 2, klien belum mampu.
2. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien ketika mengikuti TAKS pada
catatan proses keperawatan tiap klien, Misalnya, klien mengikuti Sesi 1
TAKS, klien mampu memperkenalkan diri secara verbal dan non verbal,
dianjurkan klien memperkenalkan diri pada klien lain di ruang rawat (buat
jadwal).
Sesi 2: TAKS
Tujuan
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok:
1. Memperkenalkan identitas diri sendiri: nama lengkap, nama panggilan,
asal, dan hobi;
2. Menanyakan identitas diri anggota kelompok lain: nama lengkap,
nama panggilan, asal, dan hobi.
Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Tape recorder/CD player
2. Kaset/CD: “Marilah kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada jenis lagu
ini dapat diganti lagu sejenis yang berirama riang.
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan harian klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok (seperti yang
sudah disepakati pada terminasi Sesi 1 TAKS).
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
a. Memberi salam terapeutik
1) Salam dari terapis
2) Peserta dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah telah mencoba memperkenalkan diri pada
orang lain.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan
anggota kelompok.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player dan minta
klien mengedarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.
b. Pada saat musik dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada
disebelah kanan dengan cara:
1) Member salam;
2) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi;
3) Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi lawan
bicara;
4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
d. Hidupkan musik dan minta klien mengedarkan bola. Pada saat musik
dihentikan, minta pada anggota kelompok yang memegang bola untuk
memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kanannya kepada
kelompok, yaitu: nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
e. Ulangi d sampai semua anggota mendapat giliran.
f. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
member tepuk tangan
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan berkenalan.
2) Memasukkan kegiatan berkenalan pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu dengan bercakap-cakap tentang
kehidupan pribadi.
2) Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan ketika proses TAKS berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang divaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAKS. Untuk TAKS Sesi 2, dievaluasi kemampuan klien dalam
berkenalan secara secara verbal dan non verbal dengan menggunakan formulir
evaluasi berikut.
Evaluasi Sesi 2: TAKS
Kemampuan berkenalan
a. Kemampuan verbal
No. Aspek yang dinilai Nama klien
1. Menyebutkan nama lengkap
2. Menyebutkan nama panggilan
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
5. Menanyakan nama lengkap
6. Menanyakan nama panggilan
7. Menanyakan asal
8. Menanyakan hobi

b. Kemampuan non verbal


No. Aspek yang dinilai Nama klien
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang
sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
Jumlah
Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan member tanda (√) jika ditemukan
pada klien atau tanda (˗) jika tidak ditemukan
3. Jumlah kemampuan yang ditemukan.
a. Kemampuan verbal, disebut mampu jika mendapat nilai ≥6; disebut belum
mampu jika mendapat nilai ≤5
b. Kemampuan nonverbal, disebut mampu jika mendapat nilai 3 atau 4;
disebut belum mampu jika mendapat nilai ≤2.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang klien miliki ketika mengikuti TAKS pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, jika nilai klien 7 untuk verbal
dan 3 untuk nonverbal, catatan keperawatan adalah: Klien mengikuti TAKS
Sesi 2, klien mampu berkenalan secara verbal dan nonverbal, anjurkan klien
berkenalan dengan klien lain, buat jadwal.
Sesi 3: TAKS
Tujuan
Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok:
1. Menanyakan kehidupan pribadi kepada orang anggota kelompok.
2. Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.
Yang dimaksud kehidupan pribadi adalah hal-hal yang menyangkut
kehidupan klien sebagai pribadi, misalnya cerita tentang keluarga,
pekerjaan/sekolah, atau profesi. Sebaiknya terapis menentukan topic
kehidupan pribadi yang akan diceritakan kepada anggota kelompok lain.

Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Tape recorder/CD player
2. Kaset/CD; “Marilah kemari” (Titik Puspa) atau lagu sejenis yang berirama
riang.
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Lanhkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok (pada terminasi Sesi 2
TAKS).
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
c. Salam terapeutik
Pada tahap ini terapis melakukan:
1) Memberi salam terapeutik.
2) Peserta dan terapis memakai papan nama.
d. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien klien saat ini.
2) Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan dengan orang lain.
e. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan menjawab tentang
kehidupan pribadi.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapi.
3) Lama kegiatan 45 menit
4) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam.
b. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota
kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara:
1) Memberi salam
2) Memanggil panggilan
3) Menanyakan kehidupan pribadi: keluarga, sekolah, atau pekerjaan
4) Dimulai oleh terapi sebagai contoh
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
d. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member
tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.
2) Memberi pujian atas keberhasilan anggota kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang
kehidupan pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.
2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan harian
klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan
membicarakan topic pembicaraan tertentu.
2) Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan ketika proses TAKS berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAKS. TAKS Sesi 3 dievaluasi kemampuan verbal dalam bertanya dan
menjawab pada saat bercakap-cakap serta kemampuan nonverbal dengan
menggunakan formulir evaluasi berikut.
Sesi 3: TAKS
a. Kemampuan verbal: Bertanya
No. Aspek yang dinilai Nama Klien
1. Mengajukan pertanyaan yang jelas
2. Mengajikan pertanyaan yang ringkas
3. Mengajukan pertanyaan yang relevan
4. Mengajukan pertanyaan secara spontan
Jumlah

b. Kemampuan verbal: Menjawab


No. Aspek yang dinilai Nama Klien
1. Menjawab secara jelas
2. Menjawab secara ringkas
3. Menjawab secara relevan
4. Menjawab secara spontan
Jumlah

c. Kemampuan nonverbal
No. Aspek yang dinilai Nama Klien
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk:
1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan member tanda (√) jika ditemukan
pada klien dan tanda (˗) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4, klien
mampu; jika nilai ≤2 klien dianggap belum mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat mengikuti TAKS pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, nilai kemampuan verbal
bertanya 2, kemampuan verbal menjawab 2, dan kemampuan nonverbal 2,
maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti TAKS Sesi 3, klien belum
mampu
bercakap-cakap secara verbal dan nonverbal. Dianjurkan latihan diulang di
ruangan (buat jadwal).
Sesi 4: TAKS
Tujuan
Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota
kelompok:
1. Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan
2. Memilih topik yang ingin dibicarakan
3. Memberi pendapat tentang topik yang dipilih
Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Tape recorder/CDplayer
2. Kaset/CD: “Marilah Kemari” (Titik Puspa). Jika tidak ada, dapat diganti
lagu yang sejenis yang berirama riang.
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
6. Flipchart/whiteboard dan spidol
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sesi 3 TAKS
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Pada tahap ini terapis melakukan:
1) Memberi salam terapeutik
2) Peserta dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah klien telah berlatih bercakap-cakap dengan orang
lain.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih, dan
memberi pendapat tentang topik percakapan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam.
b. Pada saat musik dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan.
Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
Terapis dapat menstimulasi anggota kelompok tentang topic yang
dipilih terkait dengan masalah interaksi dengan orang lain, misalnya;
cara mencari teman, cara berbicara yang baik, cara menanggapi
pembicaraan orang lain, cara menyampaikan ketidaksetujuan, cara
mengkritik yang baik, dan sebagainya.

c. Tuliskan pada flipchart/whiteboard topik yang disampaikan secara


berurutan.
d. Ulangi a, b, dan c sampai semua anggota kelompok menyampaikan topik
yang ingin dibicarakan.
e. Hidupkan lagi musik dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan,
anggota yang memegang bola memilih topik yang disukai untuk
dibicarakan dari daftar yang ada.
f. Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih topik.
g. Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih.
h. Hidupkan lagi musik dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan,
anggota yang memegang bola menyampaikan pendapat tentang topic
yang dipilih.
i. Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.
j. Buat rangkuman pendapat dari anggota.
k. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member
tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjutkan datang
1) Menganjurkan setiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang topik
tertentu dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari
2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan harian
klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu menyampaikan dan
membicarakan masalah pribadi
2) Menyepakati waktu dan tempat
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika TAKS. Misalnya,
kemampuan verbal menyampaikan dan memilih topik percakapan 3,
kemampuan member pendapat 2, dan kemampuan nonverbal 2. Oleh sebab itu,
catatan keperawatan adalah: Klien mengikuti TAKS Sesi 4, klien mampu
menyampaikan dan memilih topik percakapan, tetapi belum mampu member
pendapat. Secara nonverbal juga belum mampu. Dianjurkan untuk melatih
klien bercakap-cakap dengan topik tertentu di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 5: TAKS
Tujuan
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang
lain:
1. Menyampaikan masalah pribadi.
2. Memilih satu masalah untuk dibicarakan.
3. Memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih.
Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Tape recoder/CD player
2. Kaset/CD: “Marilah kemari” (Titiek Puspa)
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
6. Flipchart/whiteboard dan spidol
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mingingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sesi 4 TAKS.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
a. Memberi salam terapeutik
1) Salam dari terapis.
2) Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah klien telah berlatih bercakap-cakap tentang
topik/hal tertentu dengan orang lain.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih, dan
memberi pendapat tentang masalah pribadi.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam.
b. Pada saat musik dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyampaikan satu masalah pribadi yang ingin
di bicarakan. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
erapis memberi contoh masalah pribadi yang dialami. Contoh
sebaiknya dikaitkan dengan masalah interaksi dengan orang lain,
misalnya, “sulit bercerita” atau “tidak diperhatikan

c. Tuliskan pada flipchart/whiteboard masalah yang disampaikan.


d. Ulangi a, b, dan c sampai semua anggota kelompok menyampaikan
masalah yang ingin dibicarakan.
e. Hidupkan musik dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota
yang memegang bola memilih masalah yang ingin dibicarakan.
f. Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih masalah yang ingin
dibicarakan.
g. Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih.
h. Hidupkan musik dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota
yang memegang bola menyampaikan pendapat tentang masalah yang
dipilih.
i. Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.
j. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member
tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang
masalah pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.
2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap tentang masalah pribadi pada
jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan dating
1) Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu bekerja sama dalam
kelompok.
2) Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan formulir di bawah ini pada saat proses TAKS
berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS Sesi5, dievaluasi
kemampuan verbal klien menyampaikan, memilih, dan memberi pendapat
tentang percakapan mengenai masalah pribadi, serta kemampuan nonverbal.
Sesi 5 TAKS
Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
a. Kemampuan verbal: Menyampaikan topik
No. Aspek yang dinilai Nama klien
1. Menyampaikan topik secara jelas
2. Menyampaikan topik secara ringkas
3. Menyampaikan topik yang relevan
4. Menyampaikan topik secara spontan
Jumlah

b. Kemampuan verbal: Menyampaikan topik


No. Aspek yang dinilai Nama klien
1. Memilih topik secara jelas
2. Memilih topik secara ringkas
3. Memilih topik yang relevan
4. Memilih topik secara spontan
Jumlah

c. Kemampuan verbal: Memberi pendapat tentang masalah


No. Aspek yang dinilai Nama klien
1. Memberi pendapat secara jelas
2. Memberi pendapat secara ringkas
3. Memberi pendapat yang relevan
4. Memberi pendapat secara spontan
Jumlah

d. Kemampuan nonverbal
No. Aspek yang dinilai Nama klien
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk:
1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan member tanda (√) jika ditemukan
pada klien atau tanda (˗) jika tidak ditemukan.
3. Jumlah kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4, klien
mampu; jika nilai ≤2, klien belum mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAKS pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Misalnya, kemampuan menyampaikan topic
masalah pribadi yang akan dipercakapkan 3, memilih dan member pendapat 2,
kemampuan nonverbal 4. Untuk itu, catatan keperawatannya adalah: Klien
mengikuti TAKS Sesi 5, klien mampu menyampaikan masalah pribadi yang
ingin dibicarakan, belum mampu memilih dan member pendapat, tetapi
nonverbalnya baik. Anjurkan/latih untuk bercakap-cakap tentang masalah
pribadi dengan perawat dank klien lain di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 6: TAKS
Tujuan
Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok:
1. Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain.
2. Menjawab dan member pada orang lain sesuai dengan permintaan
Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Tape recorder/CD player
2. Kaset/CD: “Marilah kemari” (Titiek Puspa), jika tidak ada dapat digantikan
dengan lagu sejenis yang berirama riang.
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
6. Kartu kwartet
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sesi 5 TAKS.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis
2) Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap tentang masalah
pribadi dengan orang lain.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan bertanya dan meminta
kartu yang diperlukan serta menjawab dan memberi kartu pada
anggota kelompok.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis membagi empat buah kartu kwartet untuk setiap anggota
kelompok. Sisanya diletakkan di atas meja.
b. Terapis meminta tiap anggota kelompok untuk menyusun kartu sesuai
dengan seri (satu seri mempunyai 4 kartu).
c. Hidupkan musik dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum
jam.
d. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
memulai permainan berikut.
1) Meminta kartu yang dibutuhkan (seri yang belum lengkap) kepada
anggota kelompok di sebelah kanannya.
2) Jika kartu yang dipegang serinya lengkap, diumumkan pada kelompok
dengan membaca judul dan subjudul.
3) Jika kartu yang dipegang serinya tidak lengkap diperkenankan
mengambil satu kartu dari tumpukan kartu di atas meja.
4) Jika anggota kelompok memberi kartu yang dipegang pada yang
meminta, ia berhak mengambil satu kartu dari tumpukan kartu di atas
meja.
5) Setiap menerima kartu, diminta mengucapkan terima kasih.
e. Ulangi c dan d jika d 2 atau d 3 terjadi.
f. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan member
tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan setiap anggota kelompok latihan bertanya, meminta,
menjawab, dan memberi pada kehidupan sehari-hari (kerja sama).
2) Memasukkan kegiatan bekerja sama pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu mengevaluasi kegiatan TAKS.
2) Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan formulir di bawah ini pada saat
proses TAKS berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS Sesi 6,
dievaluasi kemampuan verbal klien dalam bertanya, meminta, menjawab, dan
member serta kemampuan nonverbal.

Sesi 6: TAKS
Kemampuan bekerja sama
a. Kemampuan verbal: Bertanya dan meminta
No. Aspek yang dinilai Nama klien
1. Bertanya dan meminta secara jelas
2. Bertanya dan meminta secara ringkas
3. Bertanya dan meminta secara relevan
4. Bertanya dan meminta secara spontan
Jumlah

b. Kemampuan verbal: Menjawab dan memberi


No. Aspek yang dinilai Nama klien
1. Menjawab dan memberi secara jelas
2. Menjawab dan memberi secara ringkas
3. Menjawab dan memberi secara relevan
4. Menjawab dan memberi secara spontan
Jumlah

c. Kemampuan nonverbal
No. Aspek yang dinilai Nama klien
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk:
1. Dibawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan member tanda (√) jika
ditemukan pada klien atau (˗) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4 berarti
klien mampu: jika nilai ≤2 klien belum mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAKS berlangsung,
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, kemampuan verbal
bertanya, meminta, menjawab, dan memberi 4, serta kemampuan nonverbal 4,
maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti TAKS Sesi 6, klien mampu
secara verbal dan nonverbal dalam bertanya, meminta, menjawab, dan
memberi. Anjurkan klien melakukannya di ruang rawat (buat jadwal).
Sesi 7: TAKS
Tujuan
Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok
yang telah dilakukan.
Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Tape recorder/CD player
2. Kaset/CD: “Marilah kemari” (Titiek Puspa), jika tidak ada, dapat diganti
dengan lagu sejenis yang berirama riang.
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sesi 6 TAKS
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis.
2) Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah telah latihan bekerja sama dengan orang lain.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegitan, yaitu menyampaikan manfaat enam kali
pertemuan TAKS.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam.
b. Pada saat musik dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat kesempatan menyampaikan pendapat tentang manfaat dari
enam kali pertemuan yang telah berlalu.
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.
d. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member
tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
3) Menyimpulkan 6 kemampuan pada 6 kali pertemuan yang lalu.
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok tetap melatih diri untuk enam
kemampuan yang telah dimiliki, baik di RS maupun di rumah.
2) Melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk member
dukungan pada klien dalam menjalankan kegiatan hidup sehari-hari.
c. Kontrak yang akan dating
1) Menyepakati rencana evaluasi kemampuan secara periodik.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan formulir di bawah ini, saat proses
TAKS berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS Sesi 7, dievaluasi
kemampuan klien menyampaikan manfaat TAKS yang telah berlangsung 6 sesi
secara verbal dan disertai kemampuan nonverbal.
Sesi 7: TAKS
Evaluasi kemampuan sosialisasi
a. Kemampuan verbal: Menyebutkan manfaat enam kali TAKS
No. Aspek yang dinilai Nama klien
1. Menyebutkan manfaat secara jelas
2. Menyebutkan manfaat secara ringkas
3. Menyebutkan manfaat yang relevan
4. Menyebutkan manfaat secara spontan
Jumlah

b. Kemampuan nonverbal
No. Aspek yang dinilai Nama klien
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk:
1. Dibawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan member tanda (√) jika ditemukan
pada klien atau (˗) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4, berarti
klien mampu dan jika nilai ≤2, klien belum mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika akhir TAKS pada
catatan proses keperawatan setiap klien. Disimpulkan kemampuan yang telah
dapat diterapkan oleh klien sehari-hari. Untuk klien yang telah mampu, maka
dianjurkan dan dievaluasi pada kegiatan sehari-hari (melalui jadwal kegiatan
harian). Jika klien belum mampu, klien dapat disertakan pada kelompok TAKS
yang baru.
SISTEM PENILAIAN DAN RENCANA EVALUASI
1. UTS dan UAS menggunakansoalUjiKompetensidikerjakan di Virtual Learning
CenterPoltekkes Makassar (VILEP)
2. Ujianpraktikummenggunakan model OSCE (Objective Structured Clinical
Examination)
3. Bobot nilai :
a. UTS : 15%
b. Penugasan dan Sikap : 25%
c. UAS : 25%
d. Praktikum : 35%

TUGAS MANDIRI DALAM MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM JIWA


1. TujuanTugas :
Melatih kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam mengkaji, merumuskan
diagnosis, melakukan implementasi dan evaluasi kasus keperawatan Jiwa
2. UraianTugas :
a. Objek garapan : Keperawatan Jiwa
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan :
1) Mahasiswa menyelesaikan tugas mandiri setiap pertemuan laboratorium dan
dikumpulkan kepembimbing laboratorium sebelum Ujian Akhir Semester.
2) Tugas tambahan sesuai dengan kebutuhan praktikum disiapkan saat praktikum
berlangsung dan dokumen yang disiapkan tetap dilampirkan di laporan.
c. Metode/Cara mengerjakan : Sesuai petunjuk yang ada dalam modul praktikum
d. Deskripsi luaran tugas yang dikerjakan : Tugas diketik di kertas A4 line spacing =
1.5), font Times New Roman size 12
e. Kriteria Penilaian :
Kebenaran menjawab dan menganalisis : 35%
Ketepatan waktu dalam menyelesaikan laporan : 30%
Kelengkapan laporan : 35%

RUBRIK PENILAIAN OSCE


Kompetensi Skor (S) Bobot Nilai
(B) (SxB)
0 1 2 3
Kompetensi yang dinilai (setiap stase menilai 3 kompetensi)
1. Komunikasi, edukasi, dan konseling
2. Pengkajian
3. Diagnosa dan perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Perilaku Professional
Skor :
0 : jikapesertatidakmampumengerjakan/melakukaninstruksisoal
1 : jikapesertamampumengerjakansebagiankecilinstruksisoal
2 : jikapesertamampumengerjakansebagianbesarinstruksisoal
3 : Jikapesertamampumengerjakansesuaidenganinstruksiatau SPO

Global Performance
Beritanda (√) pada kolom yang disediakan sesuai dengan penilaian Anda secara umum
terhadap kemampuan Peserta Ujian
TIDAK LULUS BORDERLINE LULUS SUPERIOR
(PERBATASAN)

DAFTAR PUSTAKA
1. Dalami, Suliswati, Farida,P., Rochimah, Banon, E., (2009). Asuhan
Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial, CV. Trans Info Media,
Jakarta Timur
2. Fitria, N. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta
3. Keliat, B.A., & Akemat, P., (2015). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas
Kelompok, Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
4. Nurhalimah (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa, Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK), Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai