Anda di halaman 1dari 16

MEMAHAMI SHOLAT DAN TATA CARANYA

Disusun oleh :
Reiyasa Deci (180710036)
Wirdaturrahmah (180710037)
Gadih Raftaini Sambo (180710038)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tepat waktu dengan judul “Memahami shalat dan Tata Caranya”.
Guna dapat di perjelaskan kepada rekan Mahasiswa/Mahasiswi serta Bapak/Ibu
Dosen sekalian.
Kami telah melakukan berbagai kegiatan untuk mencari informasi dan
pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini, agar isi dari makalah ini dapat
disesuaikan dengan aplikasi serta informasi yang sebenarnya.
Disisi lain kami juga menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini.
Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
terkhususnya dosen maupun rekan-rekan civitas akademika, untuk menambah
penyempurnaan dalam isi makalah ini. Terimakasih kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga menjadi amal dan mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin

Reulet, 12 Maret 2019

Penyusun,kelompok 2

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sholat merupakan salah satu tiang islam. Begitu pentingnya arti sebuah
tiang dalam suatu bangunan yang bernama islam, sehingga barang siapa yang
mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang
meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam  sebanyak lima
kali, berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh
tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat mapun sakit, dalam keadaan susah
maupun senang, lapang ataupun sempit. Selain shalat wajib yang lima ada juga
shalat sunat.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah dan ta’lim
yang sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi
bersih dan bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi
bersih dan suci. Shalat merupakan tathbiq ‘amali (aspek aplikatif) dari prinsip-
prinsip Islam baik dalam aspek politik maupun sosial kemasyarakatan yang ideal
yang membuka atap masjid menjadi terus terbuka sehingga nilai persaudaraan,
persamaan dan kebebasan itu terwujud nyata.
Begitulah orang-orang yang beriman itu bukanlah orang yang melaksanakan
ritual dan gerakan-gerakan yang diperintahkan dalam sholat semata tetapi dapat
mengaplikasikannya dalam keseharianya. Sholat sebagai salah satu penjagaan
bagi orang-orang yang beriman yang benar-benar melaksanakannya.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian sholat?
2. Apa saja dalil-dalil yang mewajibkan shalat?
3. Apa syarat-syarat shalat?
4. Hal-hal apa saja yang membatalkan shalat?
5. Apa saja macam-macamnya shalat?
6. Bagaimana tata cara sholat fardhu dan sholat sunnah?

1
1.3 Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian sholat?
2. Untuk mengetahui dalil-dalil yang mewajibkan shalat?
3. Untuk mengetahui syarat-syarat shalat?
4. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan shalat?
5. Untuk mengetahui macam-macamnya shalat?
6. Untuk mengetahui tata cara sholat fardhu dan sholat sunnah?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sholat


Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminology (istilah), para
ahli Fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki.
Secara lahiriah Shalat berarti ‘Beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan di akhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada
Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan’.
Secara hakiki Shalat ialah ‘Berhadapan hati, jiwa dan raga kepada
Allah,secara yang mendatangkan rasa takut kepada-Nya atau mendhairkan hajat
dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan
perbuatan’.
Dalam pengertian lain Shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara
hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang didalamnya merupakan
amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah
ditentukan syara’.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Shalat adalah
Suatu ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah
ditentukan syara’ berupa penyerahan diri secara lahir batin kepada Allah dalam
rangkah ibadah dan memohon ridho-Nya.
Secara dimensi Fiqh shalat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan
dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam
yang dengannya kita beribadah kepada Allah, dan menurut syarat-syarat yang
telah di tentukan oleh Agama.

2.2  Dalil-dalil yang Mewajibkan Shalat

Solat merupakan salah satu kewajiban yang menduduki kedua setelah


syahadat dalam rukun islam. Sehingga di dalam Al-Qur’an dan hadits banyak

3
sekali dijelaskan mengenai kewajiban untuk mengerjakan solat. Diantara dalil Al-
Qur’an yang menjelaskan mengenai kewaiban salat adalah:
Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.”
Firman-Nya yang lain dalam surah An-Nisa ayat 103:
Artinya:“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana
biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.”

Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara


lain adalah:
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam
itu terdiri atas lima rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah,
dan sesungguhnya Muhammat itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa Ramadlan. [HR. Ahmad, Bukhari
dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 333]

َّ ‫ر ُك‬9ْ 9َ‫ ِر ت‬9‫ ِل َو بَيْنَ ْال ُك ْف‬9‫ َبيْنَ ال َّر ُج‬:‫ ْو ُل هللاِ ص‬9‫س‬
‫ارى و‬99‫ة اال البخ‬99‫ الجماع‬.‫الَ ِة‬9‫الص‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫عَنْ َجابِ ٍر قَا َل‬
340 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫النسائى‬
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan)
antara seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah,
kecuali Bukhari dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 340]

‫ ْد‬9َ‫ا فَق‬9‫ فَ َمنْ تَ َر َك َه‬.ُ‫صالَة‬


َّ ‫ اَ ْل َع ْه ُد الَّ ِذى بَ ْينَنَا َو بَ ْينَ ُه ُم ال‬:‫س ْو َل هللاِ ص يَقُ ْو ُل‬ َ :‫عَنْ بُ َر ْي َدةَ رض قَا َل‬
ُ ‫س ِمعْتُ َر‬
343 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ الخمسة‬.‫َكفَ َر‬
Dari Buraidah RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa

4
meninggalkannya, maka sungguh ia telah kufur”. [HR. Khamsah, dalam Nailul
Authar juz 1, hal. 343]
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW
pada malam Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima
kali, kemudian Nabi dipanggil, “Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti
(diubah) ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan
lima puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi
menshahihkannya, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 334]

2.3 Syarat-syarat Shalat


Para ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, pertama syarat
wajib, dan yang ke dua syarat sah. Syarat wajib adalah sayarat yang
menyebabkan seseorang wajib melaksanakan shalat. Sedangkan syarat sah adalah
syarat yang menjadikan shalat seseorang diterima secara syara’ di samping adanya
kriteria lain seperti rukun.
Syarat wajib salat adalah sebagai berikut:
1.      Islam, shalat diwajibkan terhadap orang muslim, baik laki-laki
maupun perempuan, dan tidak diwajibkan bagi orang kafir atau nin muslim.
Orang kafir tidak dituntut untuk melaksanakan shalat, namun mereka tetap
menerima hukuman di akhirat.
2.      Baligh, anak-anak kecil tidak dikenakan kewajiban shalat berdasarkan
sabda Nabi SAW, yang artinya:
Dari Ali r.a. bahwa Nabi SAW berkata: Diangkatkan pena ( tidak ditulis
dosa) dalam tiga perkara: Orang gila yang akalnya tidak berperan sampai ia
sembuh, orang tidur sampai ia bangun dan dari anak-anak sampai dia baligh.
(HR Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim).
3.      Berakal. Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh)  dan sejenisnya seperti
penyakit sawan (ayan) yang sedang kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal
merupakan prinsip dalam  menetapkan kewajiban (taklif),  demikian menurut
pendapat jumhur ulama alasannya adalah hadits yang diterima dari Ali r.a. yang
artinya:
“dan dari orang gila yang tidak berperan akalnya sampai dia sembuh”

5
4.      Suci dari hadats
5.      Suci seluruh anggota badan pakaian dan tempat
6.      Menutup aurat
7.      Masuk waktu yang telah ditentukan
8.       Menghadap kiblat
9.      Mengetahui mana rukun wajib dan sunah.

Adapun syarat sah sholat adalah sebagai berikut:


  Mengetahui masuk waktu. Shalat tidak sah apabila seseorang yang
melaksanakannya tidak mengetahui secara pasti atau dengan persangkaan yang
berat bahwa waktu telah masuk, sekalipun ternyata dia shalat dalam waktunya.
Demikian juga dengan orang yang ragu, shalatnya tidak sah. Allah SWT
berfirman: “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman”.(QS. An-Nisa:103).
  Suci dari hadas kecil dan hadas besar. Penyucian hadas kecil dengan
wudu’ dan penyucian hadas besar dengan mandi. Nabi Muhammad SAW
bersabda, yang artinya: “Dari Umar r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak
menerima shalat seseorang yang tidak suci. (HR. Al-Jama’ah kecuali Al-
Bukhari).
“Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak menerima
shalat seorang kamu   apabila berhadas hingga dia bersuci. (HR. Bukhari dan
Muslim).
  Suci badan, pakaian dan tempat dari na’jis hakiki. Untuk keabsahan
shalat disyariatkan suci badan, pakaian dan tempat dari na’is yang tidak
dimaafkan, demikian menurut pendapat jumhur ulama tetapi menurut pendapat
yang masyhur dari golongan Malikiyah adalah sunnah muakkad.
  Menutup aurat. Seseorang yang shalat disyaratkan menutup aurat, baik
sendiri dalamkeadaan terang maupun sendiri dalam gelap. Allah SWt
berfirman: “pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid”(QS.
4:31).
  Menghadap kiblat. Ulama sepakat bahwa syarat sah shalat. Allah SWT
berfirman: “Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka palingkanlah wajahmu ke

6
arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka
palingkanlah wajahmu ke arahnya. (QS. 2:150)
  Niat. Golongan hanafiyah dan Hanabilah memandang niat sebagai syarat
sah shalat, demikian juga pendapat yang lebih kuat dari kalangan Malikiyah.

2.4 Hal-hal apa saja yang membatalkan shalat


Shalat akan batal atau tidak sah apabila salah satu rukunnya tidak
dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja. Adapun hal-hal yang dapat
membatalkan shalat adalah sebagai berikut :
1. Berbicara dengan sengaja
2. Tertawa terbahak-bahak dalam shalat
3. Makan atau minum secara sengaja
4. Melakukan terlalu banyak gerakan
5. Tidak menghadap ke arah kiblat dengan sengaja
6. Batalnya wudhu
7. Berhadas
8. Terbuka auratnya
9. Terkena najis yang tidak dimaafkan
10. Murtad, keluar dari Islam.

2.5 Macam-macam Sholat


Sholat terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Sholat Fardhu (‫ض ُة‬
َ ‫الصاَل ةُ ال َم ْف ُر ْو‬
َّ )
Shalat Fardhu atau yang sering kita sebut dengan shalat wajib adalah sholat
yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dari Allah SWT, dan apabila
ditinggalkan akan mendapatkan dosa. Dengan kata lain ibadah ini hukumnya
wajib kita kerjakan, karena apabila kita satu waktu saja meninggalkannya, maka
kita akan mendapatkan dosa dari Allah SWT. Shalat fardhu sendiri juga
dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Fardhu Ain
Ini merupakan suatu kewajiban untuk menjalankan shalat bagi tiap-tiap
umat muslim/ mukallaf dan tidak boleh ditinggalkan ataupun diwakilkan kepada
orang lain. Yang tergolong jenis shalat fardhu yang hukumnya fardhu ain adalah :

7
 Shalat lima waktu, yaitu:
 Dzuhur (‫ )الظُ ْه ُر‬: waktunya dari tergelincirnya matahari kearah barat sampai
panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya
 'Ashar (‫ ُر‬MM‫ص‬
ْ ‫ )ال َع‬: waktunya dari panjang bayangan dua kali lipat dari
panjang benda aslinya sampai tenggelamnya matahari.
 Magrib ( ُ‫ )ال َم ْغ ِرب‬: waktunya dari tenggelamnya matahari sampai hilangnya
mendung merah dilangit.
 'Isya' (‫ء‬Mُ ‫ )ال ِعشَا‬: waktunya dari hilangnya mendung merah dilangit sampai
munculnya fajar shodiq.
 Shubuh (‫ )الصُّ ْب ُح‬: waktunya dari menculnya fajar shodiq sampai terbitnya
matahari.

 Shalat Jum’at
Shalat jum’at adalah shalat yang dikerjakan pada hari jum’at sebanyak 2
rakaat secara berjamaah. Shalat ini dikerjakan setelah penyampaian khutbah yang
dilakukan oleh khotib. Hukum shalat jum’at adalah fardhu ain bagi setiap
muslim / mukallah laki-laki yang sehat.

b) Fardhu Kifayah
Ini merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim /mukallaf yang telah
dianggap cukup atau sah meskipun dikerjakan oleh sebagin orang saja, dan
apabila tidak ada satu orangpun yang mengerkjakannya, maka akan menimbulkan
dosa. Yang termasuk dalam shalat fardhu kifayah adalah: Shalat Jenazah.

2. Sholat sunah
a.       Sholat Sunah Tahajud
Sholat sunah tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah
malam di antara sholat isya’ dan Sholat shubuh setelah bangun tidur. Jumlah
rokaat sholat tahajud minimal dua rokaat hingga tidak  terbatas. Saat hendak
kembali tidur sebaiknya membaca ayat kursi, surat al-ikhlas, surat al-falaq dan
surat an-nas.
b.      Sholat Sunah Dhuha

8
Sholat Dhuha adalah sholat sunah yang dilakukan pada pagi hari antara
pukul 07.00 hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah roka'at sholat dhuha
minimal dua rokaat dan maksimal dua belas roka'at dengan satu salam setiap dua
roka'at. Manfaat dari sholat dhuha adalah supaya dilapangkan dada dalam segala
hal, terutama rejeki. Saat melakukan sholat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat
surat al-waqi'ah, adh-dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas.
c.       Sholat Sunah Istikharah
Sholat istikharah adalah sholat yang tujuannya adalah untuk mendapatkan
petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan hidup baik yang terdiri dari
dua hal/perkara maupun lebih dari dua. Hasil dari petunjuk Allah SWT akan
menghilangkan kebimbangan dan kekecewaan di kemudian hari. Setiap kegagalan
akan memberikan pelajaran dan pengalaman yang kelak akan berguna di masa
yang akan datang. Dalam melakukan shalat istikharah sebaiknya juga
melakukan, puasa sunah, shodaqoh, zikir, dan amalan baik lainnya.
d.      Sholat Sunah Tasbih
Sholat tasbih adalah solat yang bertujuan untuk memperbanyak
memahasucikan Allah SWT. Waktu pengerjaan sholat bebas. Setiap rokaat
dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih. Jika sholat dilakukan siang hari, jumlah
rokaatnya adalah empat rokaat salam, sedangkan jika malam hari dengan dua
salam.
e.       Sholat Sunah Taubat
Sholat taubat adalah sholat dua roka'at yang dikerjakan bagi orang yang
ingin bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya
dengan bersumpah tidak akan melakukan serta mengulangi perbuatan dosanya
tersebut. Sebaiknya shalat sunah taubat dibarengi dengan puasa, shodaqoh
dan sholat.
f.       Sholat Sunah Hajat
Sholat Hajat adalah sholat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan oleh Allah
SWT. Sholat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau usaha untuk
mencapai hajat atau cita-cita. Sholat sunah hajat dilakukan minimal dua rokaat
dan maksimal dua belas bisa kapan saja dengan satu salam setiap dua roka'at,
namun lebih baik dilakukan pada sepertiga terakhir waktu malam.

9
g.      Sholat Sunah Safar
Sholat safar adalah sholat yang dilakukan oleh orang yang sebelum
bepergian atau melakukan perjalanan selama tidak bertujuan untuk maksiat seperti
pergi haji, mencari ilmu, mencari kerja, berdagang, dan sebagainya. Tujuan
utamanya adalah supaya mendapat keridhoan, keselamatan dan perlindungan dari
Allah SWT.
h.      Sholat Sunah Rawatib
Sholat sunah rawatib dilakukan sebelum dan setelah sholat fardhu. Yang
sebelum Sholat Fardhu disebut sholat qobliyah, dan yang setelah shalat fardhu di
sebut sholat Ba'diyah. Keutamaannya adalah sebagai pelengkap dan
penambal sholat fardhu yang mungkin kurang khusus atau tidak tumaninah.
i.        Sholat Sunah Istisqho’
Sholat sunah ini di lakukan untuk memohon turunnya hujan. dilakukan
secara berjamaah saat musim kemarau.

j.        Sholat Sunah Witir.
Sholat sunah witir dilakukan  setelah sampai sebelum fajar. bagi yang yakin
akan bangun malam diutamakan dilakukan saat sepertiga malam
setelah sholat Tahajud. Sholat witir disebut juga sholat penutup. biasa dilakukan
sebanyak tiga rakaat dalam dua kali salam, dua rakaat pertama salam dan
dilanjutkan satu rakaat lagi.
k.      Sholat Tahiyatul Masjid.
Sholat tahiyatul masjid ialah sholat untuk menghormati masjid.
Disunnahkan sholat tahiyatul masjid bagi orang yang masuk ke masjid, sebelum ia
duduk. Sholat tahiyatul masjid itu dua raka’at.
l.        Sholat Tarawih.
Sholat Tarawih yaitu sholat malam pada bulan ramadhan hukumnya sunnah
muakad atau penting bagi laki-laki atau perempuan, boleh dikerjakan sendiri-
sendiri dan boleh pula berjama’ah.
m.    Sholat Hari Raya (Idul Adha dan Idul Fitri).
Sebagaimana telah diterangkan bahwa waktu sholat hari raya idul fitri
adalah tanggal 1 syawal mulai dari terbit matahari sampai tergeincirnya. Akan

10
tetapi, jika diketahui sesudah tergelincirnya matahari bahwa hari itu tanggal 1
syawal jadi waktu sholat telah habis, maka hendaklah sholat di hari kedua atau
tanggal 2 saja. Sedangkan untuk sholat hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.
n.      Sholat Dua Gerhana.
Kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah gerhana bulan. Sholat
kusuf dan khusuf hukumnya sunnah muakaddah berdasarkan sabda Nabi saw.
Yang artinya :
“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena
kematian seseorang maupun kehidupannya. Maka apabila kalian menyaksikan
itu, hendaklah kalian shalat dan berdoa kepada Allah Ta’ala.” (H.R. Syaikhain)

2.6

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas kiranya dapat di simpulkan bahwa Teori Belajar
behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Tokoh penting dalam
teori belajar behaviorisme secara teoritik antara lain adalah : Pavlov, Thorndike,
Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.
Adapun Aplikasi teori behaviorisme dalam pembelajaran yaitu
meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangu perilaku perilaku yang
tidak diinginkan. Metode behavioristik ini sesuai untuk perolehan kemampaun
yang membuthkan praktek dan pembiasaan juga sesuai diterapkan untuk melatih
anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa.

3.2 Saran
Dari makalah ini pemakalah memberi  saran kepada pembaca, sebagai calon
guru hendaknya kita  untuk menginstroveksi diri terhadap tingkah laku orang lain
ataun peserta didik agar menjadi pembelajaran bagi kita untuk menjadi lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dyasayu. 2010. ”Teori Pendidikan Behaviorisme”.


(http://dnoeng.wordpress.com). diakses tanggal 3 maret 2019.
Sari, Dini Komala. 2014. “Tokoh-tokoh Aliran Behavioristik”.
(https://dinikomalasari.wordpress.com). diakses tanggal 3 maret 2019.
Safnowandi. 2012. “Teori Behaviorisme”.
(https://safnowandi.wordpress.com). diakses tanggal 3 maret 2019.

13

Anda mungkin juga menyukai