Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KBM1

RESUME DAN SOP MEMBANTU PASIEN PERSIAPAN BAB/BAK

DISUSUN OLEH:

NAMA : TOMI YAWAN DANGU RAMBA


NIM : PO 5303203191100

KELAS: 2A

POLTEKES KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU

TAHUN 2020/2021
A. Definisi
Urinalisis adalah analisis fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urine. Uji urine
rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821. Sampai saat ini, urine diperiksa secara
manual terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini digunakan berbagai strip reagen
untuk melakukan skrining kimia.
Urinalisis berguna untuk mendiagnosis penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih,
dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolic yang tidak berhubungan dengan ginjal.

B. Indikator Masalah Klinis pada Urine


Sifat/Unsur Kondisi/Masalah Klinis Keterangan
Warna Asupan cairan banyak Warna yang pucat
Tidak berwarna Diabetes insipidus biasanya
(sangat pucat) Penyakit ginjal kronis mengindikasikan
Ingesti alcohol bahwa urine tersebut
Gugup encer, dan warna
kuning tua atau kuning
sawo mengindikasikan
bahwa unrine tersebut
pekat.
Obat dan makanan
akan mengubah warna
urine

Merah atau merah tua Hemoglobinuria


Porfirin
Kontaminasi
menstruasi
Pengaruh obat:
sulfisoksazol dengan
fenazopiridin
Makanan:
Gula bit
Kelembek
Pewarna makanan

Orange Asupan cairan terbatas


Urine pekat
Keringat berlebihan
Demam
Pengaruh obat :
Amidopirin
Makanan dll :
Wortel (karoten)
Kelembek
Pewarna makanan
Bilirubin
Biru atau hijau Toksemia
pseudomonas
Pengaruh obat :
Amitripitilin
Biru metilen
Metokarbamol
Vitamin B kompleks
Konsentrat ragi
Coklat atau hitam Keracunan lisol
Melanin
Bilirubin
Methemoglobin
Porifirin
Pengaruh obat :
Kaskara
Tampilan Bakteri
Keruh, berkabut Pus, jaringan
SDM
SDP
Fosfat
Cairan prostat
Spermatozoa
Urat, asam urat

Seperti susu Lemak


Piuria
Bau
Ammonia Pemecahan urea oleh
bacteria
Berbau busuk Bakteri (UTI)
Mousey Fenilketonuria
Berbau manis atau Asidosis diabetic
seperti buah (ketoasidosis)
Kelaparan

Buih
Kuning-dalam jumlah Sirosis hati yang parah
banyak bilirubin atau pigmen
empedu
pH
<4,5 Asdosis metabolic
Asidosis respiratorik
Kelaparan
Diare
Diet tinggi daging
berprotein dan atau
kranberi
Pengaruh obat :
Ammonium klorida
Metanamin mandelanat
(asam mandelanat)
>8,0 Bakteriuria
Infeksi saluran kemih
akibat pseudomonas
atau proteus
Pengaruh obat :
Antibiotic
Sulfonamide
Kelebihan salisilat
(aspirin)
Natrium bikarbonat
Asetazolamid
Kalium sitrat
Diet :
Tinggi buah buahan
asam
Tinggi sayur-sayuran

Berat jenis (BJ)


<1,005 Diabetes insipidus BJ rendah dapat
Kelebihan asupan mengindikasikan
cairan adanya penyakit ginjal,
Hidrasi berlebihan karena
Penyakit ginjal : ketidakmampuan
glomeruklonefritis memekatkan urine.
Defisit kalium yang
parah

>1,026 Penurunan asupan


cairan
Demam
Pemberian dekstran
Albumin per IV
Diabetes mellitus
Muntah, diare
Dehidrasi
Media kontras sinar X

Protein
>8mg/dl atau Proteinuria Protein uria merupakan
>80mg/24 jam Ringan, sementara indikator yang
Protein sensitive terhadap
Latihan fisik disfungsi ginjal
Stress berat
Mandi air dingin
Demam
Penyakit infeksius akut
Penyakit ginjal
Lupus eritematosus
Leukemia
Myeloma multiple
Penyakit jantung
Toksemia grafidarum
Septicemia
Zat :
Arsenic, mercury,
timbale, karbon tetra
klorida
Pengaruh obat :
Barbiturate, neomisin,
dosis penisilin
berlebihan,
sulfonamide
<2mg/dl
Urine yang snagt encer
Glukosa
>15mg/dl (acak) atau Diabetes mellitus Ambang ginjal
+4 Gangguan SSP : terhadap glukosa darah
Stroke, meningitis adalah 160 – 180 mg/dl
Sindrom cushing.
Anestesia Uji pita harus
Infuse glukosa digunakan pada
Stress berat clinites, jika klien
Infeksi tersebut menerima
Pengaruh obat (hasil obat.
positif – palsu)
Asam askorbat
Aspirin
Sefalotin
Streptomisin
Epinefrin

Keton Lihat benda keton, Acetes atau ketostix


aseton harus dilakukan
Positif + 1 Ketoasidosis pengujian jika clinites
Sampai +3 Kelaparan atau uji pita juga diuji
Diet tinggi protein dan
rendah karbohidrat
Pemeriksaan
mikroskopik
sedimen urine
SDM :
SDM dan sedimen
SDM
>2/daya kekuatan Trauma pada ginjal
rendah Penyakit ginjal
Batu ginjal
Sisi titis
Lupus nefritis (penyakit
kolagen)
Aspirin (berlebihan)
Antikoagulan
Sulfonamide
Kontaminasi
menstruasi

SDP : Infeksi saluran kemih Jika SDP terdapat


SDP dan sedimen Demam didalam urine, kultur
SDP >4/daya Latihan fisik berlebihan urine harus dilakukan
kekuatan rendah Lupus nefritis
Penyakit ginjal

Sedimen : Demam
Penyakit ginjal
Gagal jantung

C. Jenis-jenis spesimen urine


Pengambilan spesimen urine haruslah bersih, kering dan bermulut lebar. Kalau
spesiemen harus dikirim ke tempat lain berapa pun lamanya, harus ditambahkan
pengawet yang sesuai, untuk mencegah tumbuhnya bakteri atau menetasnya telur viable
1. Spesimen Urine Pagi
Memiliki konsetrasi paling pekat
2. Spesimen Urine Sewaktu
Dapat diambil kapan saja, digunakan untuk skrining terhadap zat-zat tertentu yang
merupakan indikator infeksi ginjal
3. Spesimen Urine 24 Jam
Beberapa pemeriksaan memerlukan sampel urine 24 jam, yaitu urine yang dikumpulkan
salama 24 jam penuh tanpa terputus. Pemeriksaan yang lazim menggunakan sampel urine
24 jam antara lain pemeriksaan berat jenis urine, kadar protein dalam urine, pengujian
pemekatan, dan pemeriksaan CCT.
Tujuan
1. Mengkaji volume urine selama 24 jam.
2. Mengukur berat jenis urine.
3. Mengevaluasi jumlah asupan dan haluaran cairan.
4. Mengkaji kadar zat tertentu dalam urine.
5. Mengkaji fungsi ginjal.
Persiapan Alat
1. Botol penampung urine berukuran 1000-2000 ml.
2. Kertas label.
3. Alas botol.

Prosedur Pelaksanaan
1. Jelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan.
2. Beri botol penampung urine label, meliputi:
a) Nomor register.
b) Nomor kamar dan tempat tidur.
c) Waktu urine mulai ditampung.
3. Letakan botol penampung urine pada tempat yang aman.
4. Minta klien untuk menampung urine ke dalam botol yang telah disiapkan setiap kali
berkemih.
5. Ukur volume urine yang tertampung selama 24 jam dan dokumentasikan hasil dalam
catatan medis klien.
6. Setelah selesai, buang urine dan rendam botol penampung di dalam larutan
disinfektan.
4. Spesimen Urine porsi tengah (midstream)
Pasien menampung kira-kira 20 ml, ekdalam suatu wadah terbuka, wadah ini harus
langsung ditutup
5. Spesimen Urine Terminal
Pasien menampung porsi terakhir urine yang dikeluarkannya kedalam suatu wadah
6. Spesimen urine yang diambil dengan kateter
Spesimen urine dengan kateter ini harus diambil oleh dokter atau perawat terlatih.
spesimen urine yang diambil dengan prosedur ini biasanya dipakai untuk uji-uji
bakteriologi tertentu
7. Spesimen untuk bayi
Urine dapat ditampung dalam sebuah kantong berperekat. Kantong ini direkatkan di
sekeliling daerah genital selama 1-3 jam
8. Spesimen Urine Steril
Pengumpulan sampel urine steril dilakukan menggunakan peralatan steril. Ada dua cara
pengumpulan sampel urine steril yang lazim dilakukan, yaitu dengan kateterisasi atau
fungsi suprapubis. Pengumpulan sampel dengan kateter dilakukan dengan cara
menampung langsung urine yang keluar dari kateter ke dalam wadah sampel steril,
sedangkan fungsi suprapubis dilakukan oleh dokter.
Tujuan
Menyediakan sampel urine steril sebagai bahan pemeriksaan untuk mengkaji adanya
infeksi atau kepekaan mikroorganisme terhadap beberapa jenis obat.
Persiapan Alat
1. Botol steril tertutup.
2. Formulir pemeriksaan laboratorium.
3. Kertas label.
4. Spuit 10 ml.
5. Kapas alkohol.
6. Bengkok.
7. Sarung tangan.
Prosedur Pelaksanaan
1. Jelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan.
2. Bantu dokter melakukan fungsi suprapubis, dengan cara :
a) Siapkan spuit steril 10 ml dan kapas alkohol.
b) Minta klien untuk minum minimal 500 ml dan tunggu hingga klien merasa ingin
berkemih.
c) Setelah dorongan untuk berkemih terasa, anjurkan klien untuk menahannya.
Segera laporkan pada dokter agar pungsi dapat dilakukan.
d) Bantu klien membuka pakaian pada area yang akan menjalani pungsi.

9. Spesimen Creatinine Clearance Test (CCT)


Pengumpulan sampel CCT dilakukan dengan cara mengumpulkan urine atau darah
sebagai bahan pemeriksaan untuk mengetahui fungsi glomerulus.
Tujuan
Menyediakan sampel urine beserta darah untuk pemeriksaan ureum.
Persiapan Alat
1. Botol dua buah, yang masing-masing diberi label No.1 dan No.2
2. Wadah sampel darah satu buah
3. Spuit dan jarum steril
4. Kapas alkohol
5. Sarung tangan
6. Bengkok
Prosedur Pelaksanaan
1. Jelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan.
2. Buat klien diet UTC selama tiga hari berturut-turut.
3. Minta klien untuk puasa mulai pukul 24.00 hingga pagi pada hari keempat.
4. Anjurkan klien untuk tidak berkemih sebelum pengumpulan sampel dilakukan.
5. Lakukan pengumpulan sampel pada pukul 4.30 pagi. Minta klien untuk minum air
putih sekitar 700 cc dan menghabiskannya dalam waktu 30 menit.
6. Pada pukul 5.00, minta klien untuk berkemih hingga kandung kemih ksoong,
kemudian buang urine tersebut.
7. Antara pukul 5.00-6.00, minta klien untuk kembali berkemih dan menampung urine
dalam botol No.1.
8. Lakukan pengumpulan sampel darah dan masukkan sampel ke dalam wadah yang
telah disediakan.
9. Antara pukul 6.00-7.00, kembali anjurkan klien untuk berkemih dan menampung
urine dalam botol No.2.
10. Kaji tinggi dan berat badan klien, kemudian sertakan hasil pengkajian pada formulir
pemeriksaan laboratorium.
11. Kirim sampel urine dan darah ke laboratorium beserta formulir pemeriksaan.

D. Jenis-jenis Pemeriksaan Spesimen Urine


1. Pemeriksaan Makroskopik
1) Urine normalnya jernih dan berwarna kuning muda. Urine yang berwarna lebih
pekat berwarna kuning tua
2) Urine yang mengandung sel-sel darah atau ekses garam terlihat lebih keruh
3) Urine yang mengandung pigmen empedu dapat erlihat kunig tua atau coklat
4) Kadang-kadang urine dapat terlihat tidak berwarna
2. Pendeteksian darah dalam urine
Peningkatan eritrosit dan kadar Hb dalam urine dapat terjadi pada keadaan berikut:
1) Setelah aktivitas fisik yang berat;
2) Infeksi parasit (mis., skistososmiasis);
3) Infeksi vagina;
4) Glomerulusnefritis akut
5) Siatis atau urestritis akut
6) Neoplasma tertentu
3. Pemeriksaan pH dan endapan kristal
Urine “segar” (yang baru saja dikeluarkan) normalnya agak asam, pH sekitar 6,0
Endapan kristal dalam urine tidak memiliki makna diagnostik, kecuali pada penyakit
yang sangat jarang ditemukan
4. Pendeteksian Glukosa
Glukosa merupakan senyawa gula yang paling sering ditemukan di yrine, terutama
pada pasien diabetes dan gagal ginjal kronis. Laktosa juga merupakan senyawa gula
yang biasanya ditemukan pada urine wanita hamil
5. Pendeteksian Protein
Peningkatan kadar protein urine dapat terjadi pada pasien dengan:
1) Skistomiasis vesikal
2) Penyakit ginjal kronis
3) Pielonefrotis
4) DM
5) Gangguan sistemik (lupus eritromatosus)
6) Mielomal multiple
6. Pendeteksian unsur abnormal
Urine mengandung berbagai sel dan Kristal yang tersuspensi, yang dapat
dikonsentrasikan dengan alat sentrifuge. Pada penyakit saluran kemih tertentu,
terbentuk endapan-endapan urine yang asangat bereda dengan unsur-unsur abnormal
yang dapat ditemukan antara:
1) Leukosit
2) Sejumah eritrosit abnormal
3) Kristal abnormal (sangat jarang)
4) Trofozoit parasit (mis., tricohomonas vaginalis) atau telur parasit (mis.,
Schistoma vernicularis)
5) Bakteri
6) Jamur
7) Silinder abnormal
7. Pemeriksaan Mikroskopik
Unsur-unsur berikut ini dapat ditemukan didalam urine:
1) Eritrosit
2) Leukosit
3) Sel epite
4) Silinder
5) Jamur
6) Kristal
7) Telur dan larva parasit
8) Tricohomonas vaginalis
9) Spermatozoa
A. Prosedur uji laboratorium untuk urine
1. Ambil spesiemen urine segar kir-kira 50ml atau lebih dengan menggunakan wadah
kering dan bersih, dan bawa segera ke laboratorium dalam waktu 30 menit. Spesimen
urine dipagi hari sebaiknya diambil sebelum makan pagi. Specimen urine tersebut
harus didinginkan selama 6-8 jam
2. Specimen urine porsi bersih atau tengah dapat diambil jika SDP terdapat didalam
urine atau jika dicurigai terdapat bakteri
3. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan, kecuali jika urinalisis harus
dilakukan dipagi hari

B. Faktor yang Memengaruhi Hasil Laboratorium


1. Specimen urine yang telah dibiarkan selama satu jam atau lebih, tanpa perlu
didinginkan.
2. Obat dan makanan
3. Feses atau kertas toilet didalam urine

C. Intervensi Keperawatan dan Rasional


1. Bantu klien saat menampung urine jika perlu
2. Kaji riwayat obat yang sedang dikonsumsi klien. Obat, seperti kaskara, azogantrisin,
nitrofurantoin, thorazine, sulfonamide, elavil, exlax, pyiridium, dan lainnya dapat
menyebabkan perubahan warna urine. Obat tersebut harus dicatat dalam formulir
laboratorium.
3. Kaii status cairan klien. Urine harus pekat jika spesiemen urine diambil dipagi hari,
atau jika klien mengalami penurunan asupan cairan atau dehidrasi. Peningkatan
asupan cairan akan mengencerkan kandungan urine.
4. Kaji riwayat konsumsi berlebihan makanan tertentu (misal wortel, kelembak, bit)
yang dapat menyebebkan perubahan dalam warna urine atau yang berasal dari
makanan (misalnya, jumlah daging berlebihan, jus kranberi) yang dapat menurunkan
pH urine (asam).

D. Penyuluhan Klien
1. Jelaskan kepada klien tentang prosedur penampungan urine. Beri tahu klien yang
sedang dihospitalisasi bahwa pengambilan specimen urine dipagi hari perlu dilakukan
sebelum makan pagi. Beri tahu klien bahwa diperlukan kira-kira sepertiga atau
setengah jumlah urine dari wadah kecil. Minta klien berkemih dalam wadah urinal
yang kering dan bersih, atau pispot bersih yang kemudian dapat dituangkan kedalam
wadah. Spesimen urine tersebut harus dibawa ke laboratorium dalam waktu 30 menit
atau dimasukkan dalam lemari pendingin
2. Jelaskan kepada klien yang berada di rumah untuk meletakkan spesiemen urine segar
pagi hari di dalam lemari pendingin. Namun demikian, spesiemn urine tersebut harus
dibawa ke laboratorium dalam waktu 1 jam. Urine merupakan media yang sangat
baik untuk pertumbuhan bakteri, dan pertumbuhan bakteri dimulai kira-kira setengah
jam setelah pengumpulan. Pendinginan dapat menghambat pertumbuhan bakteri
tersebut hanya sesaat.
3. Jelaskan kepada klien tentang prosedur pengambilan urine porsi tengah. Prosedur ini
dapat dilakukan jika kultur urine diperlukan untuk uji urinalisis.

E. Sampel feses
Pengumpulan sampel feses dilakukan untuk menyediakan bahkan pemeriksaan
laboratorium. Cara pengumpulan sampel ditentukan berdasarkan tindakan pemeriksaan
yang akan dilakukan. Jenis pemeriksaan yang lazim dilakukan, yaitu pemeriksaan feses
lengkap dan pemeriksaan kultur.
1. Pengumpulan sampel feses lengkap
Pemeriksaan feses lengkap merupakan prosedur pengkajian feses segar, meliputi warna,
bau, konsistensi, daya lendir, darah, dan telur cacing.
Persiapan alat
a) Sarung tangan
b) Wadah sampel feses
c) Lidi batang
d) Baskom berisi air hangat 2 buah
e) Waslap
f) Sampiran
g) Pispot 2 buah
h) Urinal jika perlu
i) Kertas tisu
j) Vaseline
k) Kapas basuh

Prosedur pelaksanaan

1. Jelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan


2. Pada klien yang tidak dapat melakukan ambulasi :
a) Berikan pispot atau ur0inal pada klien untuk berkemih, kemudian ganti pispot
atau ur0inal tersebut dengan pispot yang kering.
b) Minta klien untuk buang air bersih jika dorongan sudah dirasakan. Berikan privasi
dengan menutup tirai atau sampiran.
c) Setelah selesai, ambil sedikit feses menggunakan lidi dan masukkan ke dalam
wadah yang telah disiapkan
d) Bantu klien untuk membersihkan area perianal
e) Bantu klien merapikan pakaian dan kembali ke posisi yang nyaman
f) Rapikan peralatan dan letakkan kembali ke tempat semula
g) Tutup wadah sampel fesus dan beri label
h) Kirimkan segera sampel feses beserta formulir pemeriksaan
3. Pada klien yang dapat melakukan ambulasi
a) Letakkan peralatan yang diperlukan di dalam kamar mandi
b) Minta klien untuk buang air besar dalam pispot yng telah disediakan dan beri tahu
klien untuk tidak mencampurkan sampel feses di dalam pispot dengan air ataupun
urine.
c) Ambil sedikit sampel feses untuk pemeriksaan menggunakan lidi dan masukan ke
dalam wadah yang telah disediakan
4. Pada klien yang tidak dapat buang air besar
a) Tutup tirai atau pasang sampiran sebelum melakukan prosedur. Menjaga privasi
klien.
b) Bantu klien ke posisi dorsal recumbent
c) Bantu klien membuka pakaian bawah
d) Kenakan sarung tangan dan olesan telunjuk tangan dominan anda dengan
Vaseline
e) Masukkan telunjuk anda secara perlahan ke dalam anus klien dengan telapak
tangan mengarah ke atas.
f) Putar jari ands ke kiri dan ke kanan hingga feses teraba
g) Keluarkan feses secara perlahan, kemudian masukkan ke dalam wadah yang telah
disediakan
h) Bersihkan anus klien dengan kapas basuh
i) Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok atau tempat sampah
medis khusus.
j) Bantu klien merapihkan pakaian dan ke posisi yang nyaman.
k) Beri label wadah sampel dan segera kirim ke laboratorium beserta formulir
pemeriksaan.
l) Rapikan peralatan dan letakkan ke tempat semula.

2. Pengumpulan sampel kultur feses


Prosedur pengumpulan ssmpel kultur feses hamper sama dengan prosedur
pengumpulan sampel feses pada klien yan tidak dapat buang air besar, peralatan yang
digunakan harus steril, meliputi sarung tangan,kapas basuh,dan wadah sampel.
3. Pemeriksaan Spesimen Feses Encer
Mikroskopi lapangan gelap digunakan untuk mengidentifikasi Vibrio cholerae dan
Campylobacter spp. pada specimen feses encer.
Persiapan alat
a) Mikroskop lapangan gelap
b) Kaca objek
c) Penutup kaca objek
d) Jarum inokulasi
e) Larutan NaCl 0,85%

Prosedur pelaksanaan
a) Suspensikan 0,2 gram feses dalam 5 ml NaCl diamkan hingga partikel-partikel
yang besar mengendap
b) Dengan memakai jarum inokulasi (yang di sterilkan dengan membakar bagian
ujungnya, buat apusan feses yang sangat tipis dengan menggunakan kaca objek.
Buang partikel-partikel yang besar secara hati-hati
c) Tutup preparat ini dengan menggunakan kaca objek lalu letakkan pada meda
objek
d) Pasang kaca preparat ini pada meja objek
e) Hasil dari kaca prepat yaitu vibrio chlorea terlihat sebagai basil yang motil,
bentuknya pendek-pendek melengkung, lurus, atau tergulung kedalam
f) Campylobacter Spp. Terlihat basil - Gram yang berbentuk spiral dan berputar
cepat

F. Pemeriksaan visual spesimen feses


Pelaporan hasil pemeriksaan sampel feses yang ideal meliputi warna, konsistensi dan ada
tidaknya eksudat atau darah makroskopik
Warna
Warna dapat dilaporkan sebagai:
1. Hitam (darah samar, occult blood)
Uji Biokimia occult blood
Uji ini digunakan untuk skrining infeksi parasit, misalnya skistosomia.sis intestinal,
atau untuk deteksi perdatahan usus yang disebabkan oleh polip, tumor, atau inflamasi.
Uji ini awalnya dikembangkan menggunakan benzidin. Namun penggunaan benzidin
tidak direkomendasikan lagi karena terbukti karsinogenik.
Catatan: Sehari sebelum pemeriksaan, pasien tidak boleh:
a) makan daging
b) mengonsumsi obat-obatan yang mengandung senyawa besi
c) menyikat gigi kuat-kuat.
2. Coklat, kuning pucat (lemak)
3. Putih (ikterus obstruktif), obstruktive jaundice
Konsistensi
Konsistensi dapat dilaporkan sebagai:
1. Konsistesi padat (kosistensi feses yang normal)
2. Konsistensi lunak
3. Konsistensi cair (encer)
Darah atau lendir pada feses terlihat sebagai bercak (noda) merah atau putih, darah pada
feses dijumpai pada kondisi medis tertentu (misalnya: kolitis ulseratif, skistosomiasis)

DAFTAR PUSTAKA

Kusyati Eni, dkk.2011.Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar, Ed


2.Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Kee, Joyce Lefever.2007.Pedoman Pemeriksaan Laeboratorium dan Diagnostik. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC
Chairlan, M dan Estu Lestari(Penterjemah).2011.Pedoman teknlk dasar untuk laboratorium
kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

STANDAR
OPERASIONAL TANGGAL TERBIT
PROSEDUR SOP PERSIAPAN HD

Menolong BAB /BAK pada pasien dewasa adalah suatu tindakan pemenuhan
Pengertian
kebutuhan eliminasi buang air besar/buang air kecil dengan pispot

 Kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi


Tujuan  Memberi rasa nyaman
 Mengobservasi output
 Handschoen disposable (sekali pakai)
 Masker
 Pispot
 Botol/ ember berisi air bersih untuk cebok
 Tissue
 Kapas cebok
Persiapan alat dan  Sabun
bahan  Pengalas pispot (perlak)
 Bengkok
 Celemek
 Selimut
 Sampiran
 Mengecek program terapi
 Mencuci tangan
Tahap prainteraksi  Menyiapkan alat

Memberikan salam dan sapa nama pasien


Tahap orientasi Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
1. Pasang selimut atau kain penutup bagian bawah tubuh pasien.
2. Membantu membuka pakaian dalam  bagian bawah pasien, lalu ditutup
dengan selimut.
3. Anjurkan pasien menekuk lutut dan mengangkat bokong
4. Pasang perlak dan pispotnya
5. Beri penjelasan pada pasien untuk mulai BAB / BAK dan bila sudah selesai
dapat memberitahu perawat dengan menekan bel yang sudah didekatkan
sebelumnya pada pasien atau jika tidak tersedia bel anjurkan keluarga pasien
untuk memanggil perawat.
Tahap kerja
6. Bila pasien sudah selesai BAB/BAK, perawat memakai handschoen, bilas
genetalia pasien dengan air bersih bila perlu bilas menggunakan sabun dan
bersihkan vulva menggunakan kapas cebok dengan sekali hapus dari atas
sampai ke anus, lalu angkat pispot.
7. Anjurkan pasien untuk miring
8. Bersihkan daerah anus dan bokong dengan menggunakan tissue.
9. Angkat perlak

10.  Kenakan pakaian bagian bawah, rapikan tempat tidur

11.  Pispot di bawa ke WC, perhatikan sifat urine dan konsistensi feces, warna,
bau,lender, dan darah lalu bersihkan pispot
 Melakukan evaluasi tindakan
 Berpamitan dengan pasien/keluarga
Tahap terminasi  Membereskan alat
 Mencuci tangan
 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai