Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pulp dan Kertas


Pulp adalah bahan serat kering yang dibentuk melalui proses pemisahan serat
secara kimiawi atau mekanik dari bahan kayu, limbah serat atau limbah kertas. Pulp
dapat berbentuk gumpalan atau dibentuk menjadi lembaran. Pulp yang diangkut dan
dijual dalam bentuk bubur kertas (yang tidak diproses ke bentuk kertas dalam proses
pabrik yang sama) adalah sebagai bahan setengah jadi. Saat tersuspensi di dalam air,
serat terdispersi dan menjadi lebih lentur. Pulp ini dapat dicetak menjadi lembaran
kertas. Kayu adalah bahan yang sering digunakan dalam pembuatan kertas. Pulp
kayu terbuat dari kayu lunak (softwood) seperti cemara dan dari kayu keras
(hardwood) seperti eucalyptus.
Proses pembuatan pulp diantaranya dilakukan dengan proses mekanis, kimia
dan semikimia. Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni dengan cara
pengikisan menggnakan alat seperti gerinda. Proses mekanis yang biasanya dikenal
biasanya diantaranya PGW (Pine Groundwood) dan SGW (Semi groundwood).
Proses semikimia merupakan kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang termasuk
ke dalam proses ini diantaranya CTMP (Chemi Thermo Mecanical Pulping) dengan
memanfaatkan suhu untuk mendegradasi lignin sehingga diperoleh pulp dengan
rendemen yang lebih rendah dengan kualitas lebih baik dari pada pulp dengan proses
mekanis. Proses pembuatan pulp dengan prose kimia dikenal dengan sebutan proses
Kraft. Dimana proses Kraft ini pertama sekali dikenal di Swedia pada tahun 1885.
Disebut Kraft karena pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki kekuatan lebih
tinggi daripada proses mekanis dan semikimia, akan tetapi rendemen yang dihasilkan
lebih kecil diantara keduanya karena komponen yang terdegradasi lebih banyak
(lignin, ekstraktif dan mineral) (Wikipedia2, 2010).
Kertas pertama kali ditemukan pada tahun 2500 dan 2000 SM. Kertas
tersebut terbuat dari alang-alang yang bernama Papyrus yang tumbuh di Sungai Nil
dan Mesir. Dalam proses pembuatannya, Papyrus dipukuli satu-persatu sampai pipih
untuk selanjutnya dianyam sehingga berwujud lembaran, kemudian anyaman

II-1
II-2

dipukuli kembali hingga menyatu. Sementara itu, di negara china sekitar 105 M
digunakan kulit kayu Murbei sebagai bahan pembuat kertas (Win, 2008).

2. 2 Limbah Agar-agar
Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan agar-agar kertas
masih belum optimal. Tingkat efisiensi dari proses pengolahan agar-agar kertas di
daerah Pameungpeuk sekitar 17 % atau dari 30 kg bahan baku rumput laut kering
menjadi 5 kg agar-agar kertas tiap satu proses produksinya dan limbah padat yang
dihasilkan sebanyak 30 kg dalam keadaan basah. Pada tahun 2008 limbah dari
pengolahan rumput laut sekitar 1.682.542 ton. Jumlah yang besar ini sangat
disayangkan jika tidak diolah dan dimanfaatkan dengan baik (Harvey 2009).
Sebanyak 1.682.542 ton limbah industri rumput laut tersebut kurang lebih 420.635,5
ton (asumsi 25%) merupakan selulosa (Kim et al, 2007).
Luasnya lahan untuk budidaya rumput laut serta banyaknya volume yang
dihasilkan, merupakan suatu indikasi bahwa bahan baku industri agar-agar memiliki
keterjaminan dalam hal kontinuitas. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa
dengan adanya keterjaminan bahan baku industri agar-agar, pada akhirnya akan
menjamin ketersediaan bahan baku industri kertas berbasis limbah industri agar-agar
(Jaelani et al, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Balai Riset Kelautan dan Perikanan (2003),
limbah industri agar-agar (Gracilaria sp) memiliki kandungan selulosa yang cukup
tinggi, yaitu 45,9%. Kandungan selulosa yang sangat tinggi tersebut merupakan
dasar untuk menjadikan limbah industri agar-agar sebagai bahan baku kertas (Jaelani
et al, 2010).
Bahan baku utama serat berasal dari ampas rumput laut yang tidak terpakai,
ternyata menjadi penghasil limbah pencemar lingkungan. Hal tersebut diperkuat
dengan volume ampas yang bisa mencapai 70% dari total bahan baku rumput laut
(Mudzakir, 2007).
II-3

Tabel 2. 1 Kandungan di dalam Limbah Agar-agar


Kandungan Jumlah ( % berat kering ampas)
Kadar air 7,63
Kadar Abu 15,3
Protein Kasar 15,53
Lemak 0,19
Karbohidrat 61,35
- Serat Kasar 11,56
- Selulosa 16,03
- Hemiselulosa 25,23
- Lignin 3,10
(Hartati, 2001)

2. 3 Bleaching
2. 3. 1 Bleaching secara Umum
Bleaching merupakan suatu rangkaian proses akhir yang sangat penting
dalam proses produksi pulp. Secara definisi, bleaching adalah memindahkan atau
menghilangkan warna dari residu lignin dari kimia pulp untuk meningkatkan
brightness, mempertahankan kestabilan brightness, kebersihan, dan sifat-sifat lain
yang tidak diinginkan, dengan syarat bisa mempertahankan kekuatan selulosa dan
daerah karbohidrat dalam pulp dari serat yang tidak diputihkan (Saputra, 2008)
Bleaching pulp harus menggunakan bahan kimia yang bersifat reaktif untuk
melarutkan sisa lignin yang ada di dalam pulp agar diperoleh derajat putih yang
tinggi. Namun harus dijaga agar penggunaan bahan kimia tersebut tidak
menyebabkan kerusakan selulosa yang lebih besar dan pencemaran lingkungan yang
berbahaya.
Bahan kimia yang digunakan dalam proses pemutihan terbagi menjadi dua
macam yaitu (Batubara, 2006) :
1. Oksidator
Oksidator berfungsi untuk mendegradasi dan menghilangkan lignin dari gugus
II- 4
kromofor. Oksidator yang sering digunakan adalah khlor (C), Oksigen (O),
Hipoklorit (H), Klordioksida (D), Peroksida (P), Ozon (Z), dan Nitrogen dioksida
(N).
2. Alkali
Alkali berfungsi untuk mendegradasi lignin dengancara hidrolisa dan melarutkan
gugus gula sederhana yang masih bersatu dalam pulp.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemutihan antara lain
(Batubara, 2006) :
1. Konsentrasi
Reaksi lebih dapat ditingkatkan dengan menambah konsentrasi pemutih
2. Waktu reaksi
Pada umumnya perlakuan bahan kimia pemutih terhadap pulp akan menjadi
lebih reaktif dengan memperpanjang waktu reaksi. Namun waktu reksi yang
terlalu lama juga akan merusak rantai selulosa dan hemiselulosa.
3. Suhu
Peningkatan suhu mengakibatkan terjadinya peningkatan pada reaksi
pemutihan. Penentuan suhu bervariasi tergantung pada jenis bahan kimia
pemutih yang digunakan. Suhu pemutihan biasanya berkisar antara 20 –
110OC
4. pH
pH mempunyai pengaruh yang sangat vital terhadap semua proses pemutihan.
Nilai pH tergantung pada bahan pemutih yang digunakan.

Proses pemutihan diaplikasikan menggunakan beberapa tahap (multitahap)


untuk memperoleh pulp yang memiliki derajat putih yang sangat tinggi dan stabil.
Proses pemutihan dengan multitahap merupakan sebuah metode pemurnian pulp
dengan cara menambahkan bahan kimia pemutih dan pemurni dalam beberapa tahap
ang dipisahkan dengan perlakuan pencucian dengan air atau alkali diantaranya,
dimana hasil reaksi akan dikeluarkan dalam perlakuan pencucian. Di dalam proses
pemutihan menggunakan beberapa tahap, beragam kotoran di dalam serat
dikeluarkan sedikit demi sedikit dan tampak menyebabkan kerusakan yang serius
pada serat. Proses-proses itu diantaranya adalah (Smook, 1989) :
II-5

Chlorination (C) : reaksi dengan klorin dalam suasana asam


Alkaline Extraction (E) : reaksi pelarutan produk dengan NaOH
Hypochlorite (H) : reaksi dengan hypochlorite dalam larutan
alkali
Peroxide (P) : reaksi dengan peroxide dalam suasana alkali
Oxygen (O) : reaksi dengan oksigen pada tekanan tinggi
dalam suasana alkali
(DC) atau (CD) : campuran chlorine dan chlorine dioxide dalam
suasana asam

2. 3. 1. 1 Proses Bleaching dengan Oksigen (O)


Proses oksidasi merupakan reaksi pokok dalam pemutihan yang bertujuan
untuk menghilangkan lignin sehingga oksigen dapat digunakan sebagai bahan
pengoksidasi paling mudah dan paling murah untuk proses pemutihan. Namun
karena oksigen bukan untuk mendegradasi lignin yang selektif maka pulp kimia tidak
dapat diputihkan hanya dengan oksigen untuk memperoleh derajat putih yang tinggi
tanpa merusak polisakarida, yang pada akhirnya akan menghasilkan sifat-sifat
kekuatan yang sangat jelek.
Penggunaan oksigen sebagai pemutih memiliki keuntungan antara lain
pengurangan pemakaian gas klor atau klordioksida sehingga masalah pencemaran
dapat dicegah seminimal mungkin.
Bleaching dengan oksigen berlangsung pada temperatur 90-110 oC selama 60-
120 menit dengan konsistensi rendah hingga sedang (3-17 %). Pertimbangan
pemutihan oksigen pada konsistensi sedang didasarkan pada teknik industrinya yang
lebih mudah dan selektivitas kelarutan lignin yang lebih tinggi (Batubara, 2006).
Kondisi proses bleaching dengan oksigen (Priti, 2008) :
Konsistensi pulp : 10 %
NaOH : 2,0 %
Hidrogen peroksida : 0,5 %
Tekanan oksigen : 0,6 MPa
Temperatur proses : 90oC II-6
Waktu proses : 60 menit
Tabel 2. 2 Kondisi Operasi Delignifikasi Oksigen Mixed Tropical Hardwood
Parameter Mixed Tropical Hardwood
Temperatur, oC 87-90
O2 charge, kg/ADT 14-17
NaOH charge, kg/ADT 16-18
pH 10,8-11,0
Konsistensi, % 12
Waktu reaksi, menit 120
Starting kappa number 13-14
(Priti, 2008)

2. 3. 1. 2 Proses Bleaching dengan Ozon (Z)


Gas ozon dapat mengoksidasi semua ikatan rangkap pada semua gugus
alifatik dan aromatik. Gas ozon merupakan gas yang tidak stabil dan dapat berubah
secara perlahan-lahan pada temperatur ruangan dan tekanan atmosfir. Selektifitas gas
ozon lebih tinggi apabila dilarutkan dalam asam asetat jika dibandingkan dengan air.
Keuntungan pemutihan dengan gas ozon di dalam air antara lain : bahan
pemutih yang baik, waktu reaksi yang pendek, temperatur pemutihan yang rendah
dan tanpa tekanan serta tidak terjadi pencemaran lingkungan. Sementara kerugian
pemutihan dengan menggunakan gas ozon adalah kerusakan karbohidrat di dalam
pelarut air relatif lebih besar akan tetapi dapat diatasi dengan pelarut asam asetat,
biaya produksi untuk pembuatan generator ozon relatif mahal, kulit dan sisa-sisa
kayu tidak termasak menyebabkan derajat bersih kertas menurun (Batubara, 2006).

2. 3. 1. 3 Proses Bleaching dengan Menggunakan Peroksida (P)


Peroksida tidak hanya digunakan untuk memutihkan pulp mekanik tetapi juga
digunakan dalam serangkaian tahap pemutihan pada industri pulp kimia. Bahan
kimia ini sering digunakan pada tahap akhir rangkaian proses pemutihan dan
menghasilkan peningkatan derajat putih dan stabilitas pada pulp tanpa mengalami
penurunan rendemen dan lignin yang signifikan. Umumnya tahap peroksida
menggunakan bahan kimia berupa natrium peroksida (Na2O2), hidrogen peroksida
II-7
(H2O2) atau kombinasi keduanya (Batubara, 2006).
Hidrogen peroksida termasuk zat oksidator yang bisa digunakan sebagai
pemutih pulp yang ramah lingkungan. Di samping itu, hidrogen peroksida juga
mempunyai beberapa kelebihan antara lain pulp yang diputihkan mempunyai
ketahanan yang tinggi serta penurunan kekuatan serat sangat kecil. Pada kondisi
asam, hidrogen peroksida sangat stabil, pada kondisi basa mudah terurai. Peruraian
hidrogen peroksida juga dipercepat oleh naiknya suhu. Zat reaktif dalam sistem
pemutihan dengan hidrogen peroksida dalam suasana basa adalah perhydroxyl anion
(HOO-) (Dence and Reeve, 1996). Hidrogen Peroksida didalam air akan terurai
menjadi ion H+ dan OOH-. Ion OOH- ini merupakan oksidator kuat yang berperan
pada proses pemutihan pulp karena zat warna lama atau pigmen alam yang
merupakan senyawa organik yang mempunyai ikatan rangkap dapat dioksidasi
menjadi senyawa yang lebih sederhana atau direduksi menjadi senyawa yang
mempunyai ikatan tunggal, sehingga dihasilkan pulp putih (Andra, 2007). Jumlah
hidrogen peroksida yang dikonsumsi untuk proses bleaching dalam suasana basa
adalah 40%-75% berat kering pulp (Lachenal et al, 1991).
Keuntungan lain dari penggunaan peroksida sebagai bahan pemutih adalah
kemudahan dalam penanganan dan penerapan serta menghasilkan produk yang relatif
tidak beracun dan tidak berbahaya. Namun kekurangannya adalah harga bahan kimia
peroksida dan bahan aditifnya yang masih tinggi (Batubara, 2006).
Tabel 2. 3 Dosis NaOH Optimum untuk Berbagai Variasi Dosis H 2O2 dalam Proses
Pemutihan Kraft Pulp
Dosis H2O2 (% berat kering pulp) Dosis NaOH (% berat kering pulp)
1 2 – 2,5
1,5 2–3
2 2–3
3 2,5 – 3,5
4 3-4
o
Kondisi Operasi : Temperatur 90 C ; 2 jam ; konsistensi 10% - 15%
(Dence dan Reeve, 1996)

II-8

2. 3. 1. 4 Proses Bleaching dengan Menggunakan Klorin Dioksida


Klorin dioksida telah menjadi bahan kimia pemutih yang sering digunakan
sebagai pengganti klorin. Bahan kimia ini memiliki selektivitas yang tinggi untuk
mengoksidasi struktur kromofor yang menjadikan tahap ini sering diletakkan pada
tahap permulaan dari serangkaian tahap bleaching. Klorin dioksida mengalami
pertukaran elektron dengan cepat menjadi klorit dalam larutan asam dan netral.
Senyawa ini dapat terurai dalam kondisi keasaman dan suhu yang tinggi. Reaksi
dekomposisi klorin dioksida dikatalisasi dengan beragam senyawa seperti senyawa
karbonat atau lainnya. Klorin dioksida terkonversi menjadi ion klorit dengan bantuan
senyawa pereduksi, seperti hidrogen peroksida, asam sulfat, arsenit, iodida dan lain-
lain. Jika menggunakan hidrogen peroksida, senyawa ini mudah membentuk ion
hidroperoksi dan menjadi reaktif. Maka dipilih senyawa asam sulfat yang lebih aman
dan menjadi bagian penting dalam proses bleaching dengan tahap klorin dioksida.
Dengan pH yang rendah dapat meningkatkan konversi klorin dioksida menjadi ion
klorit dan klorida
Hasil yang diperoleh dari tahapan klorin dioksida adalah kecerahan yang
dapat mencapai 90% ISO (untuk lebih dari 2 tahap D), faktor kappa  0,22 pada
konsistensi 10 % (Sixta, 2006).

2. 3. 2 Proses Bleaching pulp dari Rumput Laut Merah


Sebelum proses bleaching, ampas didapat dengan mengekstraksi rumput laut
sehingga terpisah antara agar-agar dan ampas. Pada proses bleaching, digunakan dua
bahan pemutih. Tahap yang pertama yaitu klorin dioksida dan untuk tahap kedua
yaitu hidrogen peroksida. Untuk tahap pertama, digunakan klorin dioksida aktif 5%
berat kering rumput laut pada pH 3,5. Temperatur, waktu tinggal dan pH yang
digunakan adalah masing-masing 80oC, 60 menit dan 3,5. pH dikontrol dengan
penambahan asam sulfat. Pada tahap kedua, digunakan hidrogen peroksida 5% berat
kering pulp. Temperatur, waktu tinggal dan pH yang digunakan adalah masing-
masing 80oC, 60 menit dan 12. pH dikontrol dengan penambahan Natrium
hidroksida. Tahap kedua diulang sampai mendapat kecerahan pulp lebih dari 80%.
Digunakan dua jenis rumput laut merah (G. amansii, dimana ditemukan di
II-9
pulau Jeju, Republik Korea Selatan dan G. corneum, diimpor dari Maroko dalam
kondisi kering). Tabel 2. 8 dan 2. 9 menunjukkan kondisi ekstraksi dan bleaching
yang terjadi dari penggunaan kedua jenis rumput laut tersebut.
Tabel 2. 4 Kondisi Ekstraksi Rumput Laut Merah
Jenis Rumput Laut Bahan Kimia Temperatur (oC) Ampas (%) Ekstrak (%)
Tanpa bahan 120 43,93 35,2
140 35,76 51,25
kimia
Gelidium corneum
Asam Sulfat 120 40,44 47,66
140 37,56 46,58
5%
Tanpa bahan 120 33,92 31,83
140 33,34 49,36
kimia
Gelidium amansii
Asam Sulfat 120 45,31 27,54
140 33,99 52,21
5%

Tabel 2. 5 kondisi Bleaching dan bagian ampas pada rumput laut merah
Jenis Rumput Temperatur Hasil setelah Hasil setelah Pengulanga Hasil akhir
Laut (oC) ekstraksi (%) bleaching I (%) n H2O2 (%)
120 43,93 29,86 2 10,43
Gelidium 140 35,76 32,28 4 9,46
corneum 120 40,44 29,79 2 9,54
140 37,56 30,65 4 8,54
120 33,92 25,85 3 10,46
Gelidium 140 33,34 26,27 4 8,63
amansii 120 45,31 25,33 2 8,85
140 33,99 25,23 4 7,62
(Yung et al, 2009)

2. 4 Deskripsi Proses
Proses pembuatan pulp pada pra-rancangan pabrik pembuatan pulp dari
limbah agar-agar ini pada dasarnya hanya menggunakan proses bleaching saja, yaitu
proses bleaching pulp dari rumput laut merah. Adapun beberapa tahapan dalam
proses pengolahan limbah agar-agar menjadi pulp berikut ini. II-10

2. 4. 1 Persiapan bahan baku


Pada awal proses dilakukan persiapan bahan baku seperti limbah padat agar-
agar yang akan diolah menjadi pulp dengan derajat putih yang tinggi. Kemudian
limbah agar-agar diperkecil ukurannya (dicacah) menggunakan screw conveyor (J-
102) dan diteruskan ke tahap bleaching menggunakan elevator (J-211).

2. 4. 2 Proses Bleaching
2. 4. 2. 1 Klorin Dioksida (D)
Proses awal berlangsung pada mixer (M-210) dimana limbah agar-agar yang
telah dicacah, klorin dioksida, H2SO4 dan air dialirkan ke dalam mixer untuk
dicampur. Kemudian campuran tersebut dialirkan ke dalam reaktor (R-220) yang
diatur temperaturnya sebesar 80oC dan tekanan operasi 1 atm. Klorin dioksida yang
digunakan dengan jumlah 0,6% berat kering pulp dan H2SO4 0,5% berat kering pulp.
Proses berlangsung selama 1 jam dengan pH slurry di dalam reaktor 3,5 dan
konsistensi pulp 11% (Smook, 1989 ; Sixta, 2006 ; Yung et al, 2010).
Pada tahap bleaching klorin dioksida ini, klorin dioksida (ClO2) habis
terkonsumsi pada tahap bleaching dimana 20 % wt diantaranya menjadi klorat
sedangkan sisanya mengoksidasi lignin (Dence & Reeve, 1998).
R R

2ClO2 H2 O HClO2 HClO

OCH3 COOCH3
OH COOH

2ClO2 H2O HClO2 HClO3

HClO 2HClO2 2ClO2 H2O HCl

Gambar 2. 1 Reaksi yang terjadi pada bleaching tahap klorin dioksida


(Svenson, 2006)

2. 4. 2. 2 Hidrogen peroksida (P)


Pada bleaching tahap terakhir ini diawali dengan dialirkannya pulp hasil
proses bleaching tahap I yang telah dicuci dengan Wash Vacuum Filter (H-222)
menggunakan air proses, Hidrogen peroksida, larutan NaOH dan air ke dalam mixer
II-11
(M-320) untuk dicampur. Kemudian campuran tersebut dialirkan ke dalam reaktor
(R-330) yang telah diatur temperaturnya sebesar 80 oC dengan tekanan 1 atm. Proses
ini berlangsung selam 1 jam dengan kebutuhan NaOH dan hidrogen peroksida
masing-masing sebanyak 3,5% dan 5%. Untuk tahap bleaching hidrogen peroksida
diperlukan konsistensi pulp sebesar 10%-15% dan besar pH adalah 12 (Dence dan
Reeve, 1996 ; Yung et al, 2010).
Pada tahap bleaching hidrogen peroksida ini, jumlah hidrogen peroksida yang
dikonsumsi untuk proses bleaching dalam suasana basa adalah 40%-75% berat
kering pulp (Lachenal et al, 1991).
O
H COONa
C CH3COONa CH3OH H2O
H2O2 3NaOH

OCH3 C
R
R COONa
O

Gambar 2. 2 Reaksi yang terjadi pada tahap bleaching hidrogen peroksida


(Henrikkson et al, 2009)

2. 4. 3 Unit Pencucian Akhir


Setelah melewati tahap bleaching yang terakhir kemudian bleached pulp
dimasukkan ke dalam unit pencucian (H-332) yang bertujuan agar bleached pulp
yang dihasilkan bersih dari sisa bahan kimia pemucat sehingga lignin yang
terkandung di dalamnya ikut keluar bersama air dan untuk mencuci bahan bleached
pulp yang telah dibleaching dari sisa-sisa bleaching. Dan kemudian pulp dilewatkan
pada compact press (S-410) untuk mengurangi kadar air juga pada tunnel dryer (A-
420). Dan akhirnya pulp didinginkan menggunakan blow box (A-430) sehingga akan
dihasilkan bleached pulp dengan derajat keputihan yang tinggi. Derajat putih yang
dihasilkan adalah 90% dan konsistensi 92% (Yung et al, 2010 ; Amraini et al, 2009).

2. 5 Sifat Bahan
2. 5. 1 Limbah Agar-agar
Fungsi : Sebagai bahan yang akan dibleaching
1. Berbentuk gumpalan berwarna putih kecoklatan II-12
2. Tidak berbau
3. Tidak larut dalam air
4. Kandungan selulosa : 45,9%
5. Rumus molekul : (C6H10O5)n
(Jaelani et al, 2010)

2. 5. 2 Klorin Dioksida (ClO2)


Fungsi : Sebagai bahan kimia pada tahap bleaching klorin dioksida (D)
1. Berat molekul : 67,45 g/mol
2. Massa jenis : 3.01 g/cm3
3. Titik leleh : -59oC
4. Titik didih : 11oC
5. Entalpi standar : + 104,60 kJ/mol
6. Entropi standar molar : 257,22 J/K.mol
(wikipedia2, 2009)

2. 5. 3 Air (H2O)
Fungsi : sebagai bahan dalam proses bleaching dan washing
1. Berat molekul : 18,016 gr/gmol
2. Titik lebur : 0C (1 atm)
3. Titik didih : 100C (1 atm)
4. Densitas : 1 gr/ml (4C)
5. Spesifik graviti : 1,00 (4C)
6. Indeks bias : 1,333 (20C)
7. Viskositas : 0,8949 cP
8. Kapasitas panas : 1 kal/gr
9. Panas pembentukan : 80 kal/gr
10. Panas penguapan : 540 kal/gr
11. Temperatur kritis : 374C
12. Tekanan kritis : 217 atm
(Perry dan Green, 1997)

II-13

2. 5. 4 Asam Sulfat (H2SO4)


Fungsi : Sebagai pengatur suasana asam pada tahap bleaching Klorin
Dioksida (D)
1. Berat molekul : 98,08 g/mol
2. Massa jenis : 1,84 g/cm3
3. Titik leleh : 10oC
4. Titik didih : 337oC
5. Viskositas : 26,7 cP
(Wikipedia1, 2009)
2. 5. 5 Hidrogen Peroksida (H2O2)
Fungsi : Sebagai bahan kimia dalam proses bleaching tahap peroksida (P)
1. Berat molekul : 34,0147 gr/gmol
2. Titik lebur : -0,43C (1 atm)
3. Titik didih : 150,2C (1 atm)
4. Densitas : 1,463 gr/cm3
5. Moment dipol : 2,26
6. Indeks bias : 1,34
7. Viskositas : 1,245 cP (20oC)
8. Panas pembentukan : -4,007 kJ/gr
9. Kapasitas Panas : 2.619 J/g K
(Wikipedia, 2010)

2. 5. 6 Natrium Hidroksida (NaOH)


Fungsi : Sebagai pengatur suasana basa pada tahap bleaching Peroksida (P)
1. Berat molekul : 39,9971 g/mol
2. Massa jenis : 2,1 g/cm3
3. Titik leleh : 318oC (591 K)
4. Titik didih : 1390oC (1663 K)
5. Kelarutan dalam air : 111 gr/100 ml (20oC)
6. Kebasaan (pKb) : -2,43
(Wikipedia3, 2009)
LE-29

Anda mungkin juga menyukai