Tujuan : Setelah melakukan kegiatan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan prosedur tindakan test
rumple lead.
A. LANDASAN TEORI
1. GAMBARAN UMUM
Pada infeksi virus dengue apabila pada bentuk DBD selalu disertai dengan tanda pendarahan.
Hanya saja tanda ini tidak selalu di dapat secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar
penderita tanda pendarahan ini muncul setelah dilakukan test tour nequet. Bentuk-bentuk
pendarahan spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat berupa perdarahan kecil-
kecil di kulit (peteki), pendarahan agak besar (ekimosis), perdarahan gusi, perdarahan hidung, dan
bahkan dapat terjadi pendarahan massif yang berakhir dengan kematian.
Pada hari ini pertama demam biasanya dapat dilakukan test rumple lead untuk mengetahui
adanya peteki sebagai test adanya ifeksi dengue pada pasien demam.
Rumple lead test (uji rumple lead)
Uji tour niquet (s.tou niquet test) S. Hess Test, test pembendungan pemeriksaan resistensi
kapiler prinsip :
Diberikan pembebanan pada kapiler selama waktu tertentu sehingga terdapat kapiler diciptakan
suasana anosia dengan adanya bendungan aliran darah vena. Terhadap anosia dan penambahan
tekanan internal akan terlihat sejauh mana kemampuan kapiler dapat bertahan. Jika ketahanan
kapiler turun akan timbul pateki dikulit.
Jika ketahanan kapiler luntur (dinding kapiler kurang kuat), pembendungan vena menyebabkan
darah menekan dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat atau adanya
trombositopenia, akan rusak oleh pembendungan tersebut. Darah dari dalam kapiler akan keluar
dan merembas kedalam jaringan sekitarnya sehingga tampak sebagai bercak atau titik merah kecil
pada permukaan kulit yang dikenal sebagai pateki.
Page |2
Fungsi bendungan: Untuk menimbulkan hambantan aliran darah balik di lengan fdan juga sehingga
vena mengembang dipermukaan kulit dan menjadi dan menjadi lebih jelas
terlihat.
Hal yang perlu diperhatikan: Bendungan tidak boleh terlalu ketat dan tidak boleh berlangsung.
Pembendungan yang ketat dan berlangsung lama dapat
menimbulkan hemokonsentrasi.
2. DEFINISI
Pemeriksaan rumple lead dengan tujuan mendeteksi adanya perdarahan dibawah kulit (peteki)
sebagai tanda demam berdarah.
3. INDIKASI
Jika suatu demam dicurigai sebagai infeksi dengue.
4. KONTRA INDIKASI
a. Terdapat purpura
b. Terdapat riwaayat pendarahan
B. TINDAKAN SUCTION
Alat dan bahan
1. Tensi meter lengkap dengan manset
2. Stopwatch atau jam tangan
3. Stetoskop
4. Sarung tangan
Pasien
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri dan menanyakan nama klien
3. Memberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur tindakan
4. Memberikan posisi yang nyaman pada klien
5. Informed consent (Menanyakan kesediaan pasien dan keluarga)
Lingkungan
1. Memberikan posisi yang nyaman pada klien dan sesuai kebutuhan pemeriksaan
2. Memasang sampiran, menutup pintu
3. Mempersilahkan pengunjung untuk menunggu diluar dan menyisakan satu anggota keluarga
untuk tetap berada di dalam ruangan
Prosedur Tindakan
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Pakai sarung tangan
5. Atur posisi dalam keadaan berbaring
Page |3
1. Pengamatan Proses
Page |4
2. Pemeriksaan Hasil
Pamekasan, 2019
Mahasiswa Mengetahui Dosen MK
Referensi :
Aziz Alimul Hidayat, A. (2008). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Page |6
Tujuan : Setelah melakukan kegiatan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan prosedur tindakan suction
pada anak.
A. LANDASAN TEORI
1. DEFINISI
Penghisapan lendir (Suction) merupakan suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien
yang tidak mampu untuk mengeluarkan secret secara mandiri dengan menggunakan bantuan alat
penghisap (Hidayat, 2004).
Melakukan sunction adalah melakukan pembersihan jalan nafas dengan menggunakan alat
penghisap lender (suction), baik melalu hidung, mulut atau trachea (Smith, 1999).
2. INDIKASI
Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya secret yang menyumbat jalan
nafas, ditandai dengan :
a. Hasil auskultasi : ditemukan suara crackels atau ronkhi
b. Nadi dan laju pernafasan meningkat
c. Ditemukan adanya mukus pada saluran nafas
d. Pasien yang koma
e. Pasien yang tidak bisa batuk karena kelumpuhan dari otot pernafasan.
f. Bayi atau anak dibawah umur 2 tahun
3. KONTRA INDIKASI
a. Pasien dengan stridor
b. Pulmonary oedem
c. Post pneumonectomy
Page |7
B. TINDAKAN SUCTION
Alat dan bahan
1. Mesin penghisap lendir (slym zuigar) dengan botol berisi larutan desinfektan
2. Dua buah kom berisi aquabides atau NaCl 0.9% dan larutan desinfektan
3. Pinset anatomi
4. Spatel atau sudip lidah
5. Kain kasa steril (pembungkus spatel lidah)
6. Sarung tangan
7. Alas
8. Tissue
9. Kateter penghisap lendir dengan ukuran
Neonatus – usia 6 bulan : 6-8 fr
6 bulan – 1 tahun : 8-10 fr
1-2 tahun : 10 fr
2-4 tahun : 10-12 fr
4-7 tahun : 12 fr
7-10 tahun : 12-14 fr
10-12 tahun : 14 fr
Pasien
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri dan menanyakan nama klien
3. Memberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur tindakan
4. Memberikan posisi yang nyaman pada klien
5. Informed consent (Menanyakan kesediaan pasien dan keluarga)
Lingkungan
1. Memberikan posisi yang nyaman pada klien dan sesuai kebutuhan pemeriksaan
2. Memasang sampiran, menutup pintu
3. Mempersilahkan pengunjung untuk menunggu diluar dan menyisakan satu anggota keluarga
untuk tetap berada di dalam ruangan
Prosedur Tindakan
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Pakai sarung tangan
4. Tempatkan klin pada posisi supinasi dengan kepala miring kea rah perawat, atau Atur posisi
anak dengan cara menenmpatkan anak diatas pangkuan, posisi semi fowler dengan kepala
Page |8
miring kesalah satu sisi untuk pengisapan oral dan baringkan ke posisi fowler dengan leher
ekstensi untuk pengisapan nasal
5. Ukur selang pengisap dengan cara menempatkan ujung kateter ke daun telinga sampai ujung
hidung dan beri tanda
6. Hubungkan kateter penghisap dengan selang alat penghisap
7. Hidupkan mesin penghisap
8. Masukkan kateter penghisap ke dalam kom berisi aquabides atau NaCl 0.9% untuk
mempertahankan tingkat kesterilan alat
9. Lakukan pengisapan (Gunakan alat penghisap dengan tekanan 95 – 110 mmHg untuk anak –
anak dan tekanan 50 – 95 mm Hg untuk bayi.)
Tempatkan ibu jari di lubang pengisapan
Orofaring: dengan perlahan memasukkan kateter ke satu sisi mulut dan arahkan ke
orofaring, jangan melakukan pengisapan selama pemasangan
Nasofaring: dengan perlahan memasukkan kateter kesalah satu lubang hidung,
arahkan kateter ke medial sepanjang dasar rongga hidung dan jangan lakukan
pengisapan selama pemasangan, dan jika lubang satu tidak paten alhkan ke luabang
yang lain
10. Lakukan pengisapan perlahan dengan merotasi kateter saat ditarik dan satu periode
pengisapan tidak boleh lebih dari 5 detik untuk anak – anak dan 3 detik untuk bayi
11. Bilas kateter penghisap dengan menggunakan aquabides atau cairan NaCl 0.9%
12. Minta klien untuk menarik nafasa dalam dan batuk di setiap jeda proses penghisapan,
Lakukan beberapa kali pengisapan sampai bersih, pengisapan antara satu dengan yang kedua
atau seterusnya beri jeda istirahat 20-30 detik
13. Gendong dan beri anak rasa nyaman
14. Tenangkan anak dan pastkan tindakan ini benar-benar diperlukan untuk membuat kondisi
anak lebih baik
15. Lepaskan sarung tangan
16. Puji anak atas kerja samanya
17. Catat jumlah, konsistensi, warna, bau secret dan respons klien terhadap prosedur yang
dilakukan
18. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
1. Pengamatan Proses
2. Pemeriksaan Hasil
Pamekasan, 2019
Mahasiswa Mengetahui Dosen MK
(………………………………………...) (…………………………………………)
Referensi :
Aziz Alimul Hidayat, A. (2008). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Setiawan, S., & Dermawan, A. C. (2009). Keterampilan Khusus Praktik Keperawatan Anak. Jakarta: Trans
Info Media.
P a g e | 11
Tujuan : Setelah melakukan kegiatan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan pemeriksaan pernafasan.
A. LANDASAN TEORI
1. GAMBARAN UMUM
Bernapas adalah bagian yang sangat penting dari aktivitas makhluk hidup. Fungsi utama
pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel - sel tubuh dan
mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel. Fungsi sistem pernapasan, yaitu :
1. Pertukaran gas antara atmosfer dan darah.
2. Regulasi homeostasis pH tubuh.
P a g e | 12
Frekuensi Pernafasan
Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas disebut sebagai frekuensi
pernapasan. Pada umumnya,frekuensi pernapasan manusia setiap menitnya sebanyak 18-24x/menit.
Cepat atau lambatnya frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Usia. Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah frekuensi pernapasannya.Hal
ini berhubungan dengan energy yang dibutuhkan.
2. Jenis kelamin. Pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita.Kebutuhan akan oksigen serta produksi karbondioksida pada pria lebih tinggi
dibandingkan wanita.
3. Suhu tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka aka semakin cepat frekuensi
pernapasannya, hal ini berhubungan dengan penigkatan proses metabolism yang terjadi dalam
tubuh.
4. Posisi atau kedudukan tubuh. Frekuensi pernapasan ketika sedang duduk akan berbeda
dibandingkan dengan ketika sedang berjongkok atatu berdiri.Hal ini berhubungan erat dengan
energy yang dibutuhkan oleh organ tubuh sebagai tumpuan berat tubuh.
5. Aktivitas. Seseorang yang aktivitas fisiknya tingi seperti olahragawan akan membutuhkan lebih
banyak energi daripada orang yang diamatau santai, oleh karena itu, frekuensi pernapasan orang
tersebut juga lebih tinggi. Gerakan dan frekuensi pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang
terdapat di otak. Selain itu, frekuensi pernapasan distimulus oleh konsentrasi karbondioksida
P a g e | 14
2. DEFINISI
Mengukur tanda-tanda vital adalah pengukuran atau penghitungan yang terdiri dari suhu, nadi,
pernafasan, dan tekanan darah (Speer,1993).
Pemeriksaan respirasi adalah indicator untuk mengetahui sistem perapasan mempertahankan
pertukaran oksigendan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam basa. Yang
dilakukan pemeriksaan berupa kedalaman, frekuensi, dan irama pernapasan.
3. INDIKASI
Segala jenis kondisi pasien.
4. KONTRA INDIKASI
Tidak terdapat kontra indikasi apapun, kecuali pada pasien yang telah meninggal
B. TINDAKAN SUCTION
Alat dan bahan
1. Jam tangan dengan detik
2. Handscoon/sarung tangan
3. Formulir dokumentasi dan alat tulis
Pasien
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri dan menanyakan nama klien
3. Memberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur tindakan
4. Memberikan posisi yang nyaman pada klien
5. Informed consent (Menanyakan kesediaan pasien dan keluarga)
Lingkungan
P a g e | 15
1. Memberikan posisi yang nyaman pada klien dan sesuai kebutuhan pemeriksaan
2. Memasang sampiran, menutup pintu
3. Mempersilahkan pengunjung untuk menunggu diluar dan menyisakan satu anggota keluarga
untuk tetap berada di dalam ruangan
Prosedur Tindakan
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada orangtua/anak
2. Cuci tangan
3. Pakai sarung tangan
4. Mengatur posisi anak supinasi/semi fowler
5. Mengidentifikasi keteraturan pernafasan
6. Menghitung pernaasan selama 1 meniti (satu kali pernafasan = satu kali inspirasi dan ekspirasi)
7. Membereskan peralatan
8. Lepaskan sarung tangan
9. Puji anak atas kerja samanya
10. Catat jumlah, konsistensi, warna, bau secret dan respons klien terhadap prosedur yang
dilakukan
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
1. Pengamatan Proses
P a g e | 16
2. Pemeriksaan Hasil
Pamekasan, 2019
Mahasiswa Mengetahui Dosen MK
(………………………………………...) (…………………………………………)
Pamekasan, 2019
Mahasiswa Mengetahui Dosen Mata Kuliah
(………………………………………...) (…………………………………………)
Referensi :
Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta Penerbit: Salemba Medika.
P a g e | 19
Aziz Alimul Hidayat, A. (2008). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Setiawan, S., & Dermawan, A. C. (2009). Keterampilan Khusus Praktik Keperawatan Anak. Jakarta: Trans
Info Media.
A. LANDASAN TEORI
1. GAMBARAN UMUM
Tekanan darah merupakan salah satu dari tanda-tanda vital yang digunakan seorang dokter
sebagai landasan untuk mendiagnosa dan menerapi seorang pasien. Pengukuran tekanan darah akan
memberikan informasi yang penting mengenai status kardiovaskular pasien dan respon terhadap
aktifitas. Pengukuran darah yang akurat sangat dibutuhkan dalam mengevaluasi status hemodinamik
pasien dan mendiagnosa penyakit(Marhaendra et al., 2016). Tekanan darah adalah tekanan dari
sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah, dan merupakan salah satu tanda-tanda vital utama.
Pada setiap detak jantung, tekanan darah bervariasi antara tekanan maksimum (sistolik) dan
minimum (diastolik) (Sugiyarto, 2010).
Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung terhadap dinding arteri.
Pada manusia, darah dipompa melalui dua sistem sirkulasi terpisah dalam jantung yaitu sirkulasi
pulmonal dan sirkulasi sistemik (Amiruddin et al., 2015). Tekanan darah diukur dalam milimeter air
raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua nilai yang berbeda yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan
darah diastolik. Tekanan darah sistolik terjadi ketika ventrikel berkontraksi dan mengeluarkan darah
ke arteri sedangkan tekanan darah diastolik terjadi ketika ventrikel berelaksasi dan terisi dengan
darah dari atrium. Tekanan darah rata-rata orang dewasa muda yang sehat (sekitar 20 tahun) adalah
120/80 mmHg. Nilai pertama (120) merupakan sistolik dan nilai kedua (80) merupakan tekanan
darah diastolik. Untuk mengukur tekanan darah, dapat menggunakan sfigmomanometer yang
ditempatkan di atas arteri brakialis pada lengan (Barbeau, 2004).
Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya seorang pelari yang baru saja
melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi
pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi
atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.
Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara rutin.
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode
langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi
metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain (Smeltzer
& Bare, 2010). Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan
P a g e | 21
Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri
brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg di atas titik
hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan
secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik.
Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat
(Smeltzer & Bare, 2001).
Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma
anda letakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang
merupakan titik dimana arteri brakialis muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset
dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan
bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi
Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri
brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut,
bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2010).
2. DEFINISI
Mengukur tanda-tanda vital adalah pengukuran atau penghitungan yang terdiri dari suhu, nadi,
pernafasan, dan tekanan darah (Speer,1993).
Pemeriksaan tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung terhadap
dinding arteri sehingga menghasilkan bunyi jantung BJ 1 dan BJ 2. Ketka dilakukan pemeriksaan akan
terdengar bunyi sistole dan diastole.
3. INDIKASI
P a g e | 22
B. TINDAKAN
Alat dan bahan
1. Jam tangan dengan detik
2. Handscoon/sarung tangan
3. Formulir dokumentasi dan alat tulis
Pasien
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri dan menanyakan nama klien
3. Memberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur tindakan
4. Memberikan posisi yang nyaman pada klien
5. Informed consent (Menanyakan kesediaan pasien dan keluarga)
Lingkungan
6. Memberikan posisi yang nyaman pada klien dan sesuai kebutuhan pemeriksaan
7. Memasang sampiran, menutup pintu
8. Mempersilahkan pengunjung untuk menunggu diluar dan menyisakan satu anggota keluarga
untuk tetap berada di dalam ruangan
Prosedur Tindakan
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada orangtua/anak
2. Cuci tangan
3. Pakai sarung tangan
4. Mengijinkan anak untuk menyentuh peralatan
5. Atur posisi anak supinase, semi fowler
6. Menggulung/melepaskan bagian bagian pakaia yang menutupi tempat pengukuran
7. Memasang manset kurang lebih 2-3 cm diatas arteri yang akan diukur
8. Mempalpasi arteri dengan 3 ujung jari (jari telunjuk, jari tengan, jari manis)
9. Menutup katup tensimeter
10. Melakukan pemompaan tensimeter sampai dengan denyutan tidak teraba lagi. Tandai ukuran
nadi tidak teraba dam turunkan air raksa sampai 0
11. Meletakkan diafragma stetoskop diatas arteri yang akan diukur, pompa kembali sampai
ukuran/tinggi air raksa 20-30 cmHg diatas tanda nadi
P a g e | 23
1. Pengamatan Proses
P a g e | 24
2. Pemeriksaan Hasil
Pamekasan, 2019
Mahasiswa Mengetahui Dosen MK
(………………………………………...) (…………………………………………)
Usia : …………………………………………..
Jenis kelamin : …………………………………………..
Dx medis : …………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………
….
……………………………………………………………………………………………………………………
….
……………………………………………………………………………………………………………………
…..
Pamekasan, 2019
Mahasiswa Mengetahui Dosen Mata Kuliah
(………………………………………...) (…………………………………………)
Referensi
Smeltzer, S.C, & Bare Brenda, B.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 3 (8th ed.). Jakarta :
EGC.
Smeltzer & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Vol 2. Jakarta : EGC
Aziz Alimul Hidayat, A. (2008). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Setiawan, S., & Dermawan, A. C. (2009). Keterampilan Khusus Praktik Keperawatan Anak. Jakarta: Trans
Info Media.
P a g e | 27
A. LANDASAN TEORI
3. GAMBARAN UMUM
Ketika suhu tubuh meningkat tubuh akan melakukan mekanisme koping (beradaptasi) untuk
menurunkan suhu tubuh, yaitu : vasodilatasi pembuluh darah, dan berkerigat. Begitupun jika tubuh
mengalami penurunan suhu, tubuh akan melakikan mekanisme koping berupa menggigil,
vasokontriksi kulit diseluruh tubuh, dan piloereksi.
Perjalanan sinyal suhu pada system saraf yaitu Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit
akan diteruskan ke dalam otak melalui jaras spinotalamikus. Ketika sinyal suhu sampai di tingkat
medulla spinalis , sinyal akan menjalar dalam traktus Lissauer beberapa segmen di atas atau di
bawah, dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II dan III radiks dorsalis. Setelah
P a g e | 28
mengalami percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu
selanjutnya akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik
anterolateral sisi berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular batang otak dan komplek
ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal suhu pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke korteks
somatosensorik.
Pengukran suhu oral adalah cara mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang
ditempatkan di mulut.
Suhu aksila tidak seakurat pengukuran rektal atau oral, dan ini umumnya mengukur 1 derajat
lebih rendah dari suhu oral jika diukur secara bersamaan. Mengukur suhu aksila adalah mengukur
suhu badan dengan menggunakan termometer yang di tempatkan di ketiak (aksila).
1. Radiasi: Perpindahan panas dari satu objek ke objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas
berpindah melalui gelombang elekromagnetik. Contoh : Melepaskan selimut atau
pakaian
2. Konduksi : Perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung, contoh :
P a g e | 29
Kompres hangat.
3. Konveksi : Perpindahan panas karena gerakan udara Contoh : Kipas angin listrik
4. Evaporasi : Perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas contoh : latihan dan stres
emosi
4. DEFINISI
Mengukur tanda-tanda vital adalah pengukuran atau penghitungan yang terdiri dari suhu, nadi,
pernafasan, dan tekanan darah (Speer,1993).
Suhu badan ialah derajat panas yang di hasilkan oleh tubuh manusia sebagai keseimbangan
pembakaran dalam tubuh dengan pengeluaran panas melalui keringat, pernapasan, sisa-sisa
pembuangan (ekskresi) dan penyinaran (radiasi), hantaran (konduksi) dan convection (konveksi). Cara
pemeriksaan terdapat 3 cara : axilla, rectal, oral.
5. INDIKASI
Pengambilan suhu secara oral (mulut)
1) Usia lebih dari 6 tahun
2) Pada pasien dewasa
3) Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain
4) Atas instruksi dokter
Pengambilan suhu secara Rectal (anus)
1) Usia lebih dari 1 tahun
2) Pada bayi, anak, dan pasien dalam keadaan parah
3) Atas instruksi dokter
4) Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain
Pengambilan suhu secara aksila (ketiak)
1) Tidak ada batasan usia
2) Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain
3) Atas instruksi dokter
6. KONTRA INDIKASI
Pengambilan suhu secara oral (mulut).
P a g e | 30
1) Tidak boleh di lakukan pada pasien yang tidak sadar atau gelisah.
2) Tidak boleh dilakukan pada pasien post operasi/bedah mulut
Pengambilan suhu secara rectal (pelepasan).
1) Pada pasien yan luka di daerah anus, penyakit kelamin
2) Pada pasien dengan prolap rectum, tidak ada anus, diare hebat, kemungkinan pendarahan
(misalnya : leukemia, trombositopenia)
3) Bayi kurang dari 1 bulan
Pengambilan suhu secara aksila (ketiak)
1) Bayi.
2) Pasien yang sangat kurus.
3) Pasien yang luka / kudis ketiak, operasi pada mammae (payudara).
B. TINDAKAN
Alat dan bahan
1. Thermometer : oral, rectal, axilla.
2. Jelly (metode rectal)
3. Tissue pada tempatnya
4. Bengkok
5. Kapas cebok basah pada tempatnya
6. 3 buah cucing, masing-masing berisi: air sabun, air bersih, desinfektan
7. Jam tangan dengan detik
8. Sarung tangan
9. Format/buku dokumentasi dan alat tulis
Pasien
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri dan menanyakan nama klien
3. Memberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur tindakan
4. Memberikan posisi yang nyaman pada klien
5. Informed consent (Menanyakan kesediaan pasien dan keluarga)
Lingkungan
1. Memberikan posisi yang nyaman pada klien dan sesuai kebutuhan pemeriksaan
2. Memasang sampiran, menutup pintu
3. Mempersilahkan pengunjung untuk menunggu diluar dan menyisakan satu anggota keluarga
untuk tetap berada di dalam ruangan
Prosedur Tindakan
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada orangtua/anak
P a g e | 31
2. Cuci tangan
3. Pakai sarung tangan
4. Mengeluarkan thermometer dari tempatnya
5. Lakukan pengecekan suhu pada thermometer dibawah 35oC (jika memakai thermometer raksa/manual)
Pemeriksaan secara oral
6. Meminta anak (pasien) untuk membuka mulut
7. Meletakkan thermometer dibawah lidah bagian posterior (kanan/kiri), hindari frenulum
8. Menganjurkan anak mengatupkan bibir
9. Melakukan pengukuran selama 2-3 menit
10. Mempertahankan kondisi yang aman untuk anak dengan memegang thermometer
11. Mengangkat thermometer dan membersihkan dengan tissue dari pangkal ke ujung (posisi bersih ke kotor)
12. Membaca hasil sejajar dengan mata (untuk thermometer dengan air raksa/manual)
13. Membersihkan thermometer secara berurutandengan larutan sabun, air bersih, dan desinfektan
14. Mengeringkan dengan tissue dari ujung ke pangkal
15. Menurunkan air raksa dibawah 35oC (untuk thermometer dengan air raksa/manual)
16. Memasukkan thermometer pada tempatnya
17. Membereskan peralatan
18. Melepas handscoon/sarung tangan
19. Mencuci tangan
20. Puji anak atas kerja samanya
21. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan
1. Pengamatan Proses
No. Aspek Yang Diamati Kriteria Cek List
Benar Salah
1 Persiapan alat - 14 alat
2 Penggunaan alat perlindungan diri
- sarung tangan
3 Persiapan pasien - supinasi/semi
fowler/fowler/miring
4 komunikasi - Salam,maksud dan tujuan
5 Urutan Pelaksanaan tindakan - No. 1 sampai 49
6 Ketepatan tindakan - Sesuai standar prosedur
7 Menjaga privaci - Ada sampiran/kamar
tertutup/tidak terlalu banyak
orang (pengunjung) dalam
ruangan
8 Merapikan alat - Tidak ada alat tertinggal
- Alat dibersihkan
9 Cuci tangan - Pakai air mengalir
- Pakai sabun
- Metode five moment
10 dokumentasi - Dicatat di buku tindakan
2. Pemeriksaan Hasil
Pamekasan, 2019
Mahasiswa Mengetahui Dosen MK
(………………………………………...) (…………………………………………)
P a g e | 34
Nama :
Usia :
JK :
Hasil Pemeriksaan Keterangan
Oral
Rektal
Aksila
Timpani
Pamekasan, 2019
Mahasiswa Mengetahui Dosen Mata Kuliah
(………………………………………...) (…………………………………………)
P a g e | 35
Referensi
Washudi, Tanto H, Kirnantoro. 2016. Praktikum Biomedik Dasar dalam Keperawatan. Kementerian
Aziz Alimul Hidayat, A. (2008). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Setiawan, S., & Dermawan, A. C. (2009). Keterampilan Khusus Praktik Keperawatan Anak. Jakarta: Trans
P a g e | 36
A. LANDASAN TEORI
1. GAMBARAN UMUM
Nadi Merupakan aliran darah yang menonjol dan dapat diraba ( Arif Mutagin,2010 ). Denyut
nadi adalah jumlah denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit.
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses pemompaan jantung
( Aziz Alimul,46 :2006). Denyut Nadi : Dorongan atau ketukan yang diakibatkan mengembangnya
aorta dan arteri yang menghasilkan gelombang pada oarta dan arteri (Yulia suparmi,18 : 2008).
Mekanisme terhadap denyut jantung dipengaruhi oleh : refleks Baroreseptor, efek ion-ion
terhadap denyut jantung, dan efek temperature terhadap denyut jantung.
Temporalis
Brakialis
Radialis
Ulnaris
Femorali
Popliteal
Tibilialis posterior
Dorsalis pedis
Pola nadi :
Bradikardi : frekuensi nadi lambat
Takikardi : frekuensi nadi meningkat, dalam keadaan tidak ketakutan, menangis, aktivitas
meningkat atau demam yang menunjukkan penyakit jantung
Sinus aritmia : frekuensi nadi meningkat selama inspirasi, menurun selama ekspirasi, sinus
P a g e | 38
Tingkat nadi :
Tingkat 0 : tidak dapat diraba
Tingkat +1 : sulit diraba, lemah, halus, mudah hilang dengan tekanan
Tingkat 2+ : sulit diraba, dapat hilang dengan tekanan
Tingkat 3+ : mudah diraba, tidak mudah hilang dengan tekanan (normal)
Tingkat 4+ : kuat, berdenyut, tidak hilang dengan tekanan
2. DEFINISI
Mengukur tanda-tanda vital adalah pengukuran atau penghitungan yang terdiri dari suhu, nadi,
pernafasan, dan tekanan darah (Speer,1993).
Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung, tetapi juga mengkaji :
irama jantung dan kekuatan denyut jantung.
3. INDIKASI
Tidak ada idikasi tertentu
4. KONTRA INDIKASI
Tidak ada kotra indikasi tertentu
B. TINDAKAN
Alat dan bahan
1. Jam tangan dengan detik
2. Handscoon/sarung tangan
3. Format dokumentasi dan alat tulis
4. Stetoskop (jika perlu)
Pasien
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah
P a g e | 39
1. Pengamatan Proses
No. Aspek Yang Diamati Kriteria Cek List
Benar Salah
1 Persiapan alat - 5 alat
2 Penggunaan alat perlindungan diri
- sarung tangan
3 Persiapan pasien - supinasi/semi
fowler/fowler/miring
4 komunikasi - Salam,maksud dan tujuan
5 Urutan Pelaksanaan tindakan - No. 1 sampai 17
6 Ketepatan tindakan - Sesuai standar prosedur
7 Menjaga privaci - Ada sampiran/kamar
tertutup/tidak terlalu banyak
orang (pengunjung) dalam
ruangan
8 Merapikan alat - Tidak ada alat tertinggal
- Alat dibersihkan
9 Cuci tangan - Pakai air mengalir
- Pakai sabun
- Metode five moment
10 dokumentasi - Dicatat di buku tindakan
2. Pemeriksaan Hasil
Pamekasan, 2019
Mahasiswa Mengetahui Dosen MK
(………………………………………...) (…………………………………………)
P a g e | 41
Nama :
Usia :
JK :
Hasil Pemeriksaan Keterangan
Pamekasan, 2019
Mahasiswa Mengetahui Dosen Mata Kuliah
(………………………………………...) (…………………………………………)
P a g e | 42
Referensi
Aziz Alimul Hidayat, A. (2008). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Setiawan, S., & Dermawan, A. C. (2009). Keterampilan Khusus Praktik Keperawatan Anak. Jakarta: Trans
P a g e | 43