MODUL PEMBELAJARAN
Disusun Oleh :
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN
TAHUN 2017
PENDAHULUAN
Modul Basic Life Support
A. DESKRIPSI
1. Deskripsi Modul
Modul ini berisi tentang konsep bantuan hidup dasar (Basic Life
Support) bagi pasien henti jantung dan aplikasinya pada asuhan
keperawatan pasien gawat darurat. Konsep BLS membahas tentang
Sedangkan aplikasi dari konsep tersebut, berisi tentang standar
operasional prosedur (SOP) / langkah kerja CPR satu penolong, CPR 2
penolong pada dewasa dan bayi, tindakan pertolongan pada sumbatan
jalan nafas atas pada dewasa sadar, tidak sadar dan pada bayi
2. Target Waktu
Penyampaian modul ini dilaksanakan sebanyak 2 kali tatap muka
( @ 3 jam). Tiga jam pertama untuk konsep BLS dan tiga jam berikutnya
adalah latihan melakukan resusitasi jantung paru
C. PETUNJUK FASILITATOR
Modul Basic Life Support
Pendahuluan ......................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................... ii
Kata Pengantar ...................................................................................................... iii
Tujuan Umum ....................................................................................................... iv
Tujuan Khusus ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
dengan berkat dan rahmatNya Modul Pembelajaran “Pertolongan hidup dasar
(Basic Life Support)” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Selaku Direktur Poltekkes Dep. Kes. Malang saya menyambut baik
terbitnya modul pembelajaran ini. Kehadiran modul pembelajaran ini
mempunyai arti yang sangat penting bagi mahasiswa D-III Keperawatan
khususnya dan perawat pada umumnya. Modul pembelajaran ini disusun
sesuai dengan Kurikulum Pendidikan D-III Keperawatan tahun 2006. Kajian
dan bahasan modul pembelajaran ini untuk mendukung peran perawat dan
melaksanakan Asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat. Modul
pembelajaran ini mendukung kompetensi no 16 untuk kemampuan melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gawat darurat, dengan lingkup
kajian:
1. Konsep tentang fungsi jantung paru
2. Konsep tentang pemberian bantuan nafas buatan pada dewasa dan
bayi/anak
3. Konsep tentang pemberian bantuan kompresi dada pada dewasa dan
bayi/anak
4. Konsep tentang pertolongan pada sumbatan jalan nafas atas oleh
benda asing pada dewasa dan bayi/anak
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Tim Penyusun yang sudah
mempersembahkan karya ini untuk kepentingan Poltekkes Dep. Kes. Malang.
Namun demikian, disadari bahwa buku ini tetap memerlukan masukan dari
berbagai pihak, khususnya sejawat perawat, guna penyempurnaan di masa
yang akan datang. Semoga buku ini besar manfaatnya dalam upaya pencapaian
kompetensi Ahli Madya Keperawatan. Amin.
Unit Belajar 1
Modul Basic Life Support
D. Materi Pokok
Materi pokok pada unit belajar 1 ini berisi tentang konsep fungsi jantung
paru dan tindakan pertolongannya, konsep bantuan hidup dasar pada orang
dewasa (Adult Basic Life Support), bantuan hidup dasar pada anak-anak
(Pediatric Basic Life Support)
Modul Basic Life Support
E. Hasil Belajar
Setelah menyelesaikan modul ini, maka hasil belajar mahasiswa akan
diukur dengan :
1. Ujian Tulis
2. Ujian Lab
3. Uji kompetensi
Modul Basic Life Support
URAIAN MATERI
UNIT BELAJAR 1
KOGNITIF
I. FUNGSI JANTUNG PARU DAN TINDAKAN
PERTOLONGANNYA
dan jantung. Pada tingkat kapiler, terjadi tukar menukar oksigen dan
karbondioksida antara darah dan jaringan. Proses ini terjadi juga pada
paru-paru, seluruh tubuh dan otot jantung itu sendiri
Semua sel-sel tubuh memrlukan oksigen secara terus menerus untuk
dapat berfungsi normal, Karbondioksida yang dihasilkan dari sisa-sisa
produksi mesti dibuang melalui paru-paru
Jantung sebetulnya merupakan pompa ganda, pompa ke satu (bagian
kanan jantung) menerima darah yang telah kembali dari tubuh setelah
menyalurkan oksigen pada jaringan tubuh. Pompa ini memompa darah
yang gelap, merah kebiru-biruan ini menuju ke paru-paru dimana darah
dibersihkan untuk membuang gas CO2 dan mengangkut suply oksigen dan
warna berubah menjadi merah terang lagi. Pompa kedua (sebelah kiri
jantung) mengalirkan darah dengan kuat sepanjang aorta (arteri besar) dan
Jantung dewasa saat istirahat memompa 60-100 kali/menit. Setiap
jantung dewasa berdenyut mengeluarkan 2,5 ons darah (±70 ml). Jantung
memompa keluar 5 quart darah (± 5 liter) setiap menit pada waktu istirahat.
Pada waktu latihan olahraga, jantung dapat memompa 37 quart (35 liter)
setiap menitnya. Total volume darah orang dengan berat 150 ponds sekitar
6 quats (6 liter)
Setiap otot jantung berkontraksi atau jantung berawal dari rangsangan
listrik yang ditimbulkan dari pace maker alamiah dalam jantung dan
menyebar ke otot jantung oleh sistem konduksi khusus. Otot jantung
berkontraksi setelah dirangsang dengan rangsangan listrik ini. Setelah
kontraksi ada periode dimana sistem listrik dan otot jantung diisi kembali
agar siap untuk kontraksi berikutnya. Jantung punya pace maker sendiri,
bahkan jika jantung diangkat dari tubuh akan tetap berdenyut jika dengan
pemeliharaan. Irama jantung bagaimanapun bisa berubah oleh
rangsanagan syaraf dari otak atau oleh berbagai zat dalam darah yang
mempengaruhi sisitem konduksi pace maker
Modul Basic Life Support
Tabel 1. Hubungan antara angka kelangsungan hidup oleh karena henti jantung (VF) dengan ketepatan waktu
melakukan CPR dan bantuan hidup lanjut/ACLS
Waktu CPR (menit) Waktu ACLS Angka
(menit) Kelangsunagn
Hidup (%)
0-4 0-8 43
0-4 16+ 10
8-12 8-16 6
8-1 16+ 0
12+ 12+ 0
Dari Eisenberg dkk
Untuk setiap kasus henti jantung dan henti nafas, waktu merupakan
sesuatu yang kritis. Oksigen yang ada paru dan aliran darah cukup untuk
menyokong kehidupan dalam beberapa menit sehingga bila pernafasan
berhenti, jantung masih mampu memompa darah dalam beberapa menit.
Oksigen yang masih dalam paru korban masih dapat ditansport melalui darah
ke otak dan organ vital lainnya. Bila jantung berhenti berdenyut oksigen yang
ada dalam paru dan darah tidak dapat lagi ditansfer ke organ vital
Bila terjadi henti nafas primer, jantung dapt terus memompa darah selama
beberapa menit, dan sisa oksigen yang ada dalam paru dan darah masih
beredar ke otak dan organ vital lainnya. Seseorang dengan henti nafas, denyut
nadinya biasanya masih ada, penanganan dini pada korban dengan henti nafas
atau sumbatan jalan nafas dpat menghindari terjadinya henti jantung. Henti
nafas dapat terjadi akibat tenggelam, stroke, sumbatan jalan nafas oleh benda
asing, inhalasi asap, keracunan obat, sengatan listrik, tercekik, cedera, infark
miokard, cidera kilat petir, koma yang enyebabkan sumbatan jalan nafas.
2. Henti Jantung
Modul Basic Life Support
Pada henti jantung, sirkulasi peredaran darah menurun dan organ vital
kekurangan oksigen. Tidak efektifnya pernafasan bisa mempercepat terjadinya
henti jantung. Bila korban bernafas efektif hampir dipastikan sirkulasinya
adekuat dan henti jantung tidak akan terjadi
Pada penderita yang tiba-tiba tidak sadar, penolong yang datang harus
cepat menilai cedera dan kesadarannya. Penolong dapat menepuk atau
menggoncangkan penderita dengan lembut atau berteriak Pak/Bu!, ini untuk
mencegah trauma yang dapat terjadi jika dilakukan resusitasi pada orang lain
yang belum benar-benar tidak sadar
Jika penderita tidak ada respon, sistem EMS harus diaktifkan. Bila
diketahui atau curiga ada trauma kepala atau leher, korban hanya dipindahkan
bila mutlah diperlukan, karena gerak yang tidak betul dapat mengakibatan
lumpuh pada penderita cedera leher
3. ABC
Airway
3. Luruskan kaki korban jika perlu. Harus lurus atau sedikit bengkok pada
lutut
4. Tempatkan satu tangan di belakang kepala leher korban untuk
menyangga
5. Dengan mengenggam tangan korban yang lain di bawah lengan untuk
menarik bahu, dada, dan perut
6. Putar korban dengan menarik secara halus dan konstan pada bahu
sambil memegangi kepala
Korban yang tidak bernafas harus ditengadahkan dengan lengan korban
diletakkan di sisi tubuh. Korban diposisikan untuk tahap selanjutnya dilakukan
resusitasi jantung paru (CPR)
Posisi Penolong
Untuk melakukannya :
1. Letakkan telapak tangan pada dahi korban, tekan ke belakang untuk
mengekstensikan kepala
2. Letakkan jari tangan lain di bawah tulang dagu
3. Angkat dagu ke depan dan sangga rahang, membantu untuk
mengekstensikan kepala
Perhatikan :
1. Jari tidak boleh menekan terlalu dalam pada jaringan lunak di bawah
dagu, karena dapat menutupi jalan nafas
2. Ibu jari tidak digunakan untuk mengangkat dagu
3. Mulut jangan ditutup
Pernafasan (Breathing)
Dekatkan telinga anda di atas mulut dan hidung korban sambil terus
mempertahaankan terbukanya jalan nafas
Perhatikan dada pasien sambil :
o Melihat turun naiknya dada
o Mendengarkan udara yang keluar saat ekspirasi
o Merasakan aliran udara
Jika gerakan naik turunnya dada tidak didapatkan dan aliran udara
keluar waktu ekspirasi tidak ada, maka pasien dipastikan mengalami
gagal nafas. Evaluasi ini sebaiknya dilakukan dalam waktu 3-5 detik.
Posisi Recovery
Jika pasien tidak memberikan respon, tidak ada tanda-tanda trauma dan
pernafasan jelas adekuat, maka penolong harus menempatkan pasien dalam
posisi “Recovery Posisition”
Baringkan pasien ke salah satu sisi tubuhnya sedemikian rupa sehingga
kepala, bahu dan kaki bergerak serentak tanpa hentakan
Jika dicurigai ada suatu trauma sebaiknya pasien tidak digerakkan
Pada recovery position jalan nafas akan selalu terbuka dan kemungkinan
terjadinya obstruksi jalan nafas oleh karena lidah dapat dicegah. Observasi
perlu dilakukan pada pasien yang sudah berada pada posisi ini sampai sadar.
Posisi ini juga diberikan pada pasien yang sudah berhasil diresusitasi
Teknik Mulut ke Mulut (Mouth to Mouth) adalah teknik yang cepat dan
efektif untuk memberikan oksigen pada seorang korban. Pada setiap
pernafasan penolong memompakan udara ke paru-paru korban dengan
adekuat
Jaga jalan nafas terbuka dengan head tilt-chin lift maneuver
Tutup hidung dengan memijitnya dengan jari tangan agar udara tidak
keluar lewat hidung
Ambil nafas dalam dan tutupkan bibir anda ke mulut pasien sampai
rapat
Selanjutnya berikan 2 kali nafas pelan-pelan
*) Waktu yang tepat untuk 2 kali pernafasan (1,5-2 detik tiap pernafasan)
Mulut ke Hidung
Pada beberapa keadaan teknik ini efektif bila dibandingkan teknik
Mouth to Mouth. Teknik ini dipakai apabila pernafasan lewat mulut korban
tidak mungkin dilakukan misalkan mulut tidak dapat dibuka (oleh karena
trismus), mulut mengalami luka berat.
Usahakan kepala pasien menengadah
Gunakan tangan lain untuk mengangkat mandibula pasien (head tilt-
chin lift) dan tutup mulutnya
Ambil nafas dalam-dalam, tutupkan bibir anda ke hidung pasien dan
hembuskan
Selanjutnya hentikan nafas bantuan dan biarkan pasien melakukan
ekshalasi secara pasif
Mulut ke Stoma
Pada orang yang mengalami laringektomi (operasi pengangkatan laring)
terdapat hubungan antara trachea langsung ke kulit bagian depan leher yang
Modul Basic Life Support
Mulut ke Masker
Pernafasan bantuan jenis mulut ke masker terdiri dari masker transparan
dengan katup satu arah. Beberapa jenis alat ini dilengkapi denga oksigen yang
dapat dikontrol kebutuhannya. Teknik penggunaannya adalah :
Letakkan masker pada mulut dan hidung pasien dengan menggunakan
penghubung hidung sebagai penunjuk benar tidaknya posisi
Tutupkan masker dengan meletakkan jari-jari tangan di sekitar tepi
masker
Letakkan jari-jari anda pada tepi tulang mandibula dan angkat rahang
sewaktu melakukan head tilt
Beri pernafasan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan perhatikan
gerakan dada
Modul Basic Life Support
Tekanan Krikoid
Teknik ini dilakukan dengan cara menekan kartilago krikoid ke belakang
sehingga menekan esophagus pada vertebrata cervical, untuk mencegah
kemungkinan regurgitasi dan insuflasi gaster. Tekanan krikoid ini efektif dalam
mencegah regurgitasi melawan tekanan esophagus sampai 100 cm H2O. Teknik
ini sebaiknya digunakan hanya oleh tenaga medis yang professional dengan 2
penolong resusitasi jantung paru. Prosedur ini sederhana tetapi tidak dapat
dilakukan oleh seorang penolong
Sirkulasi
Pijat Jantung
Kompresi yang terlalu kuat, gerakan yang tersendat-sendat, letak tangan yang tidak
benar dapat menurunkan efektifitas resusitasi dan lebih sering menyebabkan trauma
penolong lain berada di daerah deat kepala korban dan menjaga jalan nafas
tetap terbuka dan melakukan ventilasi
Kecepatan kompresi pada CPR dengan dua penolong seperti pada satu
penolong, yaitu 80-100x/menit. Rasio kompresi dan ventilasi adalah 15:2
dengan ventilasi 1,5-2 detik tiap kali pada awal inspirasi. Saat CPR dilakukan
oleh dua penolong tanpa berhenti kecepatan yang diperoleh kira-kira 80
kompesi dada per menit dan dapat mempertahankan aliran darah dan tekanan
darah secara adekuat, mengurangi kelelahan penolong, dapat dilakukan
ventilasi yang lebih. Jika seseorang melakukan kompresi dada dan kelelahan,
penolong yang lain harusnya mnggantikan posisinya sesegera mungkin
Monitoring korban
Keadaan korban seharusnya dimonitoring untuk menilai kefektifan
usaha penolong. Penolong yang memberi ventilasi bertugas untuk memonitor
denyut nadi dan pernafasan, jadi dapat membantu :
Menilai kefektifan kompresi
Memastikan bila pada korban sudah terdapat sirkulasi dan pernafasan
yang spontan
Untuk menilai efektivitas kompresi dada, seharusnya penolong mengecek
denyut nadi selama kompresi. Untuk menentukan apakah korban dan bernafas
dan sirkulasinya spontan, kompresi dada seharusnya dihentikan selama 5 detik
pada akhir menit pertama dan setiap beberapa menit sesudahnya
Bila ada penolong yang tidak terlatih hadir, maka minta tolong untuk
mengaktifkan EMS atau minta tolong secara langsung untuk melakukan CPR.
Berikan contoh dengan cara mengobservasi apa yang sedang dilakukan
sementara menunggu datangnya bantua. Oleh karena kompresi dada mudah
dipelajari secara observasi daripada memberi nafas bantuan, maka beri tahu
bagaimana cara melakukannya yaitu :
Tentukan lokasi tangan pada dada penderita
Modul Basic Life Support
Obstruksi saluran nafas bagian atas dimasukkan dalam konteks BLS karena
berkatian dengan masalah ventilasi dan sirkulasi jika penderita tidak sadar
Obstruksi saluran nafas oleh benda asing perlu dipertimbangkan pada
beberapa penderita, terutama penderita yang masih muda yang tiba-tiba
mengalami henti nafas, menjadi sianosis dan tidak sadar tanpa alasan yang
jelas.
Obstruksi saluran nafas oleh benda asing biasanya terjadi pada saat
makan. Pada orang dewasa daging adalah penyebab obstruksi paling sering
meskipun berbagai macam makanan dan benda asing lainnya menjadi
penyebab obstruksi saluran nafas pada anak-anak dan orang dewasa. Faktor
tersering berkaitan dengan obstruksi saluran nafas antara lain makanan yang
besar dan tidak terkunyah dengan baik, kadar alkohol darah yang tinggi, dan
gigi palsu
Cara untuk mencegah obstruksi saluran nafas oleh benda asing :
Memotong makanan menjadi potongan kecil-kecil dan mengunyahnya
pelan-pelan, terutama jika memakai gigi palsu
Menghindari tertawa dan berbicara selama mengunyah dan menelan
makanan
Menghindai minum alkohol berlebihan
Melarang anak-anak erjalan-jalan, lari atau bermain saat makanan ada
dalam mulutnya
Menjauhkan benda asing (misalnya : kelereng, manik-manik, paku
payung) dari bayi dan anak-anak
Kacang popcorn, hotdogs dan makanan lain harus dikunyah dulu
benda asing yang menyebabkan obstruksi saluran nafas. Mungkin manuver ini
perlu diulang beberapa kali untuk membebaskan jalan nafas
Hal penting yang perlu dipertimbangkan selama manuver ini adalah
kemungkinan terjadinya kerusakan organ internal, seperti ruptur atau laserasi
viser abdomen atau thoraks. Untuk meminimalkan kemungkinan ini tangan
penolong jangan ditempatkan pada prosesus xiphoid sternum atau di batas
bawah iga. Letak tangan penolong harus di bawah area ini tapi di atas pusat
(umbilikus) dan garis tengah tubuh
Regurgitasi dapat terjadi sebagai akibat tekanan pada abdomen. Lathan
yang tepat perlu untuk meminimalkan masalah ini
Hentakan dada (chest thrusts) pada korban berdiri atau duduk (sadar)
Teknik ini digunakan pada wanita hamil atau korban yang gemuk
Berdiri di belakang korban, lengan penolong melingkar di bawah ketiak
penderita dan melingkari dada penderita
Tempatkan ibu jari di sisi kepalan pada bagian tengah tulang dada
jangan pada xiphoid atau batas tulang iga
Genggam kepalan tangan dengan tangan satunya dan hentakkan sampai
benda asing keluar atau penderita menjadi tidak sadar
Rekomendasi umum
Manuver heimlich adalah teknik yang direkomendasikan untuk
mengatasi obstruksi jalan nafas oleh benda asing pada orang dewasa.
Cara tersebut mungkin perlu diulangi beberapa kali (sampai 5 kali)
Chest thrust yang dilakukan pada pasien yang gemuk dan pada wanita
dengan kehamilan lanjut, dimanan tidak ada lagi ruang antara uterus
dan rongga dada untuk melakukan hentakan pada peru
Pada orang dewasa back blow (pukulan pada punggung) tidak seefektif
manuver heimlich. Oleh karena itu dan juga untuk mempermudah
latihan manuver heimlich merupakan satu-satunya metode yang
dianjurkan saat ini
Dalam kondisi apapun latihan manuver heimlich tidak boleh
dipraktekkan pada orang sehat/sesama mahasiswa
pada benda asing yang dapat dilihat. Laryngoscope dan tongue blade dan
flashlight, dapat digunakan untuk melihat benda asing secara langsung
akibat kegagalan CPR. Idelanya semua anggota timresusitasi harus hadir dalam
pengarahan. Tim menganalisa apa yang telah dikerjakan dan mengapa hal itu
bisa terjadi, dengan diskusi tersebut dapat dipelajari mana yang benar dan
mana yang saah. Setiap orang seharusnya mau bertukar pikiran tentang CPR
dan mendiskuskan bagaimana hal itu terjadi. Pengarahan ini juga untuk belajar
yang mungkin digunakan di kemudian hari. Setiap penolong pernag
mengalami stress, dan hal ini adalah normal. Kecemasan timbul dari dalam diri
kita dan dengan umpan balik, pendidikan, klarifikasi dan pengalaman akan
membawa kita pada perubahan ke arah kemajuan
Sisi manusiawi dari CPR sering dilupakan. Krena pentingnya hal ini
seharusnya menjadi bagian dari latihan CPR
UNIT BELAJAR 2
Resusitasi jantung paru dan pertolongan hidup pada bayi dan anak-anak
seharusnya merupakan bagian dari usaha masyarakat yang mencakup:
Pendidkan tentang pencegahan terjadinya cedera
Bantuan hidup dasar pada anak-anak (BLS)
Mudahnya akses ke sistem pelayanan gawat darurat (EMS) yang
tanggap dan siap untuk menghadapi kegawatan pada anak
Bantuan hidup lanjut pada anak—anak (Advance Life Support)
Perawatan pasca resusitasi anak
Epidemiologi
Epidemiologi henti jantung nafas anak berbeda dengan orang dewasa.
Henti jantung primer yang mendadak jarang terjadi pada anak. Fibrilasi
Modul Basic Life Support
ventrikel dilaporkan hanya terjadi pada 10-15% dari anak-anak di bawah usia
10 tahun yag mengalami henti jantung di luar rumah sakit. Takikardi
ventrikuler atau fibrilasi lebih sering dijumpai pada anak yang lebih tua (10
tahun atau lebih), korban tenggelam, anak-anak dengan kelainan jantung
kongenital yang kompleks dan anak-anak yang mengalami henti jantung di
rumah sakit. Yang lebih sering terjadi adalah, penyakit atau cedera yang
menyebabkan terjadinya kegagalan respirasi atau sirkulasi, yang kemudian
berlanjut menjadi henti jantung nafas dengan hipoksemia dan asidosis, berakhir
sebagai henti jantung asistolik/pulseless
Anak atau bayi yang mengalami henti jantung asistolik normothermi pra
hospital jarang yang berhasil selamat tanpa kurang suatu apa. Berdasarkan
laporan hanya 10% yang berhasil hidup dan banyak dari mereka yang
diresusitasi menderita kerusakan neurologis yang permanen. Angka
kebehasilan hidup (survival rate) ini sedikit lebih tinggi jika terdapat fibrilasi
ventrikel pada EKG awal. Sebaliknya henti nafas murni memiliki angka
keberhasilan hidup lebih dari 50% bila dilakukan resusitasi segera, dan pasien
umumnya berhasil selamat tanpa mengalami defisit neurologis.
BLS dan ALS pra hospital yang agresif telah memperbaiki hasil
pertolongan terhadap korban tenggelam yang mengalami henti jantung. Untuk
meningkatkan hasil resusitasi pada anak, resusitasi pra hospital harus
ditingkatkan, dengan menekankan pada pemberian ventilasi dan oksigenasi
yang efektif dan mencegah terjadinya henti jantung
Henti jantung nafas pada anak umumnya terjadi pada ujung spektrum
umur yaitu pada anak kurang dari 1 tahun dan pada remaja. Pada bayi
penyebab tersering henti jantung nafas ini antara lain adalah cedera baik yang
disengaja atau tidak, kejadian yang mengancam jiwa, penyakit saluran nafas,
obstruksi jalan nafas (termasuk aspirasi benda asing), tenggelam, sepsis, dan
penyakit-penyakit syaraf. Pada anak yang lebih besar trauma/cedera adalah
penyebab utama henti jantung nafas pra hospital anak
Modul Basic Life Support
Urutan pertolongan hidup dasar anak : ABC dari CPR dan aktivasi EMS
BLS pada anak meliputi penilaian-peniaian yang berkesinambungan dan
ketramplan motorik yang diperlukan untuk mengemblakikan fungsi respirasi
dan sirkulasi yang efektif pada anak dengan henti jantung nafas. BLS dapat
dilakukan oleh semua orang yang terlatih dan ini sangat penting untuk
kesembuhan korban. Bila didapatkan henti jantung nafas, juga diperlukan
akses yang segera ke tampat yang dapat melakukan pertolongan hidup lanjut.
Modul Basic Life Support
cedera akibat trauma harus dicurigai bila anak ditemukan di pinggir jalan atau
di bawah pohon dan sangat tidak lazim bila anak ditemukan tidak sadar di atas
tempat tidur. Jika dicurigai adanya trauma tulang cervikal harus diimobilisasi
dan semua gerakan leher harus dicegah. Bila anak dipindahkan, kepala dan
tubuh harus dipegang dan diputar sebagai satu unit dan kepala serta leher
harus disangga dengan baik sehingga kepala tidak terputar atau mendongak.
Jalann nafas
Hipoksemia dan henti nafas dapat mengakibatkan memburuknya
kondisi pasien atau terjadinya henti jantung nafas pada anak sehingga
mempertahankan patensi jalan nafas dan pemberian ventilasi yang adekuat
merupakan komponen yang paling penting dalam BLS.
Jaw Thrust. Teknik jaw thrust tanpa head tilt merupakan metode paling
aman untuk membuka jalan nafas pada pasien yang dicurigai mengalami
cedera tulang cervikal karena tindakan tersebut dapat dilakukan tanpa ekstensi
leher.
Tempatkan dua atau tiga jari di bawah masing-masing sisi rahang
bawah dan angkat rahang ke atas dan keluar
Jika dengan kaw thrust saja tidak berhasil membuka jalan nafas, dapat
dilakukan sedikit head tilt bila tidak didapatkan tanda-tanda cedera
cervikal
Jika dicurigai adanya trauma dan ada penolong kedua, penolong kedua
ini mengimobilisasi tulang cervikal
Bernafas
Setelah jalan nafas dibuka, penolong harus menentukan apakah anak
bernafas. Penolong melihat adanya pergerakan naik turun dada, mendengar
udara yang dikeluakan dan merasakan aliran udara yang dikeluarkan lewat
mulut. Jika didapatkan pernafasan spontan, patensi jalan nafas harus dijaga
Jika anak atau bayi tidak sadar, tidak ada tanda adanya trauma dan
bernafas dengan efektif, penolong harus meletakkan anak pada posisi recovery
dan mengaktifkan sistem EMS. Jika pasien bernafas dengan efektif dan ukuran
pasien kecil serta tidak adanya tanda trauma, penolong dapat membawa
korban ke telpon terdekat untuk dapat segera mengaktifkan sistem EMS
Nafas Buatan
Jika tidak ada nafas spontan, harus dilakukan pernafasn buatan sambil
tetap mempertahankan patensi jalan nafas dengan chin lift atau jaw thrust. Jika
ada masker sebagai pencegah terjadinya penularan infeksi sebaiknya
digunakan namun tidak adanya alat ini jangan dijadikan alasan untuk
menunda pertolongan
Ambil nafas dalam-dalam
Bila korban bayi kurang dari 1 tahun, letakkan mulut menutupi hidung
dan mulut
Bila korban adalah bayi atau anak yang lebih besar (1-8 tahun), mulut
penlong menuupi korban dan tutup lubang hidung korban dengan ibu
jari dan telunjuk dari tangan yang melakukan head tilt
Beri 2 hembusan nafas (1-1,5 detik tiap nafas), berhenti sejenak setelah
hembusan pertama untuk mengambil nafas
Volume dan tekanan yang diberikan harus cukup untuk membuat rongga
dada bergerak naik. Jika rongga dada tidka bergerak naik sewaktu diberikan
nafas buatan, maka ventilasi tidak efektif.
Jalan nafas yang kecil pada anak dan bayi memiliki tahanan yang besar
terhadap aliran udara masuk. Untuk mengurangi tingginya tekanan yang
dibutuhkan untuk ventilasi dan mencegah terjadinya distensi lambung, berikan
nafas buatan dengan perlahan.
Pemberian nafas secara perlahan ini akan memungkinkan masuknya
volume udara yang cukup dan terjadinya ekspansi rongga dada dan paru-paru
yang efektif. Jumlah udara yang tepat pada tiap hembusan nafas adalah volume
udara yang dapat membuat rongga dada mengembang
Jika udara masuk bedengan bebas dan rongga dada mengembang, berarti
jalan nafas bebas. Bila udara tidak masuk dengan bebas (rongga dada tidak
mengembang), mungkin terdapat sumbatan jalan nafas atau volume atau
tekanan yang diberikan masih kurang
Karena pembukaan jalan nafas yang tidak tepat merupakan penyebab
utama obstruksi jalan nafas, penolong harus siap untuk mengulang membuka
jalan nafas untuk mengulang ventilasi jika usaha pemberian ventilasi gagal.
Pada usaha pemberian ventilasi pertama, kepala korban diletakkan dalam
posisi netral. Jika gagal penolong harus meletakkan kepala korban dalam
beberapa posisi ekstensi leher yang progresif, hingga dicapai posisi jalan nafas
yang optimal dan nafas buatan dapat masuk dengan efektif. Namun
manipulasi ini tidak boleh dilakukan bila terdapat cedera cervikal. Pada kondisi
ini jalan nafas dibuka dengan cara mengangkat rahang. Jika nafas buatan gagal
untuk mengangkat rongga dada meskipun telah diusahakan untuk membuka
jalan nafas, harus dicurigai adanya sumbatan jalan nafas oleh benda asing
Nafas buatan bila dilakukan dengan cepat dapat menyebabkan distensi
lambung. Distensi lambung yang berlebihan dapat menghambat pemberian
nafas buatan karena akan mendorong diafragma ke atas sehingga memperkecil
volume paru-paru. Distensi lambung dapat dikurangi bila nafas buatan
Modul Basic Life Support
Tracheostomi
Beberapa korban anak-anak, terutama yang menderita penyakit saluran
nafas yang kronis, mungkin memiliki kanula tracheostomi temporer yang
terpasang pada trakheanya. Ventilasi diberikan melalui kanula ini. Untuk
mencegah kebocoran udara pada waktu penlong eniup melalui kanula
tracheostomi, mulut dan hidung korban harus ditutup dengan tangan penolong
atau masker yang rapat.
Sirkulasi
Setelah jalan nafas terbuka dan dua hembusan nafas telah diberikan
penolong menentukan perlu tidaknya kompresi dada. Penolong harus berada
di samping korban.
Letakkan ibu jari di luar lengan kemudian gunakan jari telujuk dan jari
tengah untuk menekan hingga terasa adanya denyut.
Pemeriksaan denyut nadi anak. Pada anak lebih dari 1 tahun arteri karotis
adalah arteri sentral yang paling mudah diraba. Arteri karotis terletak di daerah
leher di antara trakhe dan otot sternokeidomastoideus. Untuk meraba arteri
tersebut :
Cari kartilago tiroid atau jakun dengan dua atau tiga jari sambil tetap
mempertahankan head tilt dengan tangan lainnya
Letakkan jari anda pada cekungan leher antara trakhea dan otot
sternocleidomastoideus.
Raba denyutan arteri.
Jika denyut teraba namun tidak ada nafas spontan :
Berikan nafas buatan dengan kecepatan 20x per menit atau setiap 3 detik
untuk anak/bayi hingga dapat bernafas spontan.
Setelah memberikan 20 hembusan nafas, aktifkan sistem EMS
Jika denyut nadi tidak teraba atau denyut <60x/menit dan tampak tanda-
tanda perfusi sistemik yang huruk :
Mulai pijat jantung
Koordinasikan antara pijat jantung dan ventilasi
Setelah melakukan sekitar 20 siklus kompresi dan ventilasi, aktifkan
sistem EMS.
intra versus ekstra thorasic. Menurut teori ini sirkulasi terjadi akibat tekanan
langsung pada jantung. Padabayi dan anak karena rongga dada yang lebih
mobil,tekanan langsung ke jantung mungking merupakan yang penting untuk
mengalirnya darah selama kompresi. Untuk mencapai kompresi yang optimal :
Anak harus dalam posisi terlentang di atas alas yang keras.
Pada bayi alas yang keras mungkin adalah tangan atau lengan penolong,
dengan telapak tangan menyangga punggung anak. Manuver ini akan secara
efektif menaikkan bahu anak, kepala akan sedikit terdongak kebelakang
sehingga bayi berada dalam posisi dimana jalan napas dalam keadaan terbuka.
Jika bayi diangkat selama CPR , sebagai alas keras adalah lengan penolong,
yang menyangga sepanjang badan bayi, sementara kepala disangga oleh
tangan penolong. Pertahankan agar kepala bayi tidak lebih tinggi dari
tubuhnya. Tangan penolong lainnya melakukan pijat jantung. Penolong dapat
mengangkat anak untuk melakukan napas buatan.
Pijat jantung pada bayi. Pada bayi daerah untuk melakukan pijatan adalah
sternom bagian bawah. Cara unutk melakukan pijat jantung adalah :
Gunakan satu tangan menjaga posisi kepala (jika tangan anda tidak
berada di punggung anak). Hal ini memungkinkan kita unutk
menberikan ventilasi tanpa harus merubah posisi kepala lagi.
Gunakan tangan lainnya untuk menekan dada. Letakkan jari tengah dan
jari telujuk. Kompresi sternal dilakukan kurang lebih satu jari dibawah
puting susu. Hindari penekanan pada xipoid, yang merupakan bagian
terbawah sternom, karena dapat mencederai hati, lambung atau limpa.
Gunakan ua atau tiga jari untuk menekan sternum kurang lebih
sepertiga atau setengah dari kedalaman rongga dada. Kurang lebih 0,5 –
1 inci, meskipun perkiraan ini tidak pasti.
Kecepatan pijatan sekurangnya 100 kali per menit.
Rasio kompresi dan ventilasi adalah 5 : 1
Dengan adanya selang waktu untuk ventilasi, jumlah pijatan sebenarnya
hanya 80 kali per menit.
Modul Basic Life Support
Pada akhir dari setiap pijatan, lepaskan tekanan tanpa melepaskan jari
dari atas dada. Biarkan sternum kembali pada posisi semula. Diperlukan
ritme kompresi-relaksasi yang teratur tanpa gerakan yang tiba-tiba,
dengan waktu kompresi dan relaksasi yang sama.
Aktifkan sistem EMS setelah andamelakukan CPR selam satu menit (20
Siklus).
Jika korban dapat bernapas efektif, letakkan korban dalam posisi
recovery.
tentang pembebasan jalan nafas yang tersumbat benda asing pada bayi, data
yang ada tidak menyebutkan bahwa tindkaan back blow dan chest thrust ini
tidak efektif.
Sejak diperkenalkannya manuver ini dalam petunjuk BLS yang
dikeluarkan oleh AHA (Ameriacan Heart Association), kematian akibat
obstruksi jalan nafas oleh benda asing turun hingga 60% yaitu dari 450 per
tahun hingga kurang dari 170 per tahun. Tidak ada laporan ilmiah tentang
komplikasi atau kegagalan teknik ini bila digunakan pada bayi. Sebaliknya,
robekan lambung, diafragma oesofagus dan jejunum dilaporkan terjadi setelah
manuver heimlich. Karena hati pada bayi besar dan tidak terlindungi tulang
iga, resiko terjadinya cedera hati adalah tinggi, bila manuver heimlich
diterapkan pada bayi.
Laserasi hati yang fatal pada bayi dilaporkan terjadi pada trauma
tumpul abdomen akibat penganiayaan. Oleh karenanya penggunanan back
blow dan chest thrust dianjurkan untuk membebaskan obstruksi jalan nafas
total akibat benda asing pada bayi
Setelah manuver pembebasan jalan nafas, jalan nafas dibuka dengan
teknik mengangkat lidah dan rahang (tongue and jaw lift). Jika benda sing yang
menymbat tampak, ambil benda tersebut. Jika korban tidka bernafas spontan
berikan nafas buatan. Bila rongga dada tidak mengembang, perbaiki kembali
posisi kepala dan coba berikan berikan nafas buatan seklai lagi. Bila nafas
buatan tetap gagal (dada tidak mengembang), ulangi manuver untuk
mengeluarkan benda asing.
Pegang lidah dan rahang bawah di antara ibu jari dan jari lain. Tindakan
ini menarik lidah ke depan dan secara otomatis membebaskan sebagain
obstruksi.
Jika tampak benda asing keluarkan
Bayi : tepukan punggung (back blow) dan dorongan dada (chest thrust)
Cara-cara berikut digunakan untuk membebaskan jalan nafas dari benda
asing pada bayi. Back blow dilakukan pada saat bayi diletakkan dalam posisi
tengkurap di atas lengan penolong. Chest thrust dilakukan pada saat bayi
terlentang, disangga oleh lengan penolong, dengan posisi kepala bayi lebih
rendah daripda tubuh. Penolong harus melakukan langkah-langkah berikut
untuk membebaskan jalan nafas yang tersumbat pada bayi yang sadar :
Letakkan bayi dlama posisi tengkurap pada lengan penolong, snagga
kepala bayi dengan memegang rahangnya. Letakkan tangan anda pada
paha untuk menyangga bayi. Kepala bayi harus lebih rendah dari tubuh
Berikan lima kali tepukan yang cukup keras pada punggung di antara
skapula dengan menggunakan tumit tangan
Setelah melakukan back blow letakkan tangan anda yang bebas pada
punggung bayi. Bayi terletak diantara 2 tangan dan lengan anda. Satu
tangan menyangga kepala, leher, rahang dan dada, sementara tangan
lainnya menyangga punggung, putar bayi dengan tetap menyangga
kepala dan lehernya dan letakkan bayi pada posisi terlentang di atas
paha. Kepala bayi tetap harus lebih rendah daripada badannya
Berikan hingga 5 kali chest thrust dengan cepat pada lokasi yang sama
dengan pemberian pijat jantung-dua jari diletakkan pada separo bawah
sternum, kurang lebih 1 jari di bawah puting susu.
Bila jari penolong kecil atau bayi berukuran besar, manuver ini mungkin
sulit dilakukan. Bila demikian, letakkan pasien terlentang di atas pangkuan
dengan kepala lebih rendah dari tubuh dan kepala disangga dengan baik.
Modul Basic Life Support
Setelah melakukan 5 kali back blow, putar tubuh bayi sebagai satu unit ke
posisi terlentang dan lakukan 5 kali chest thrust.
Tahapan 1 sampai 5 harus diulangi hingga benda asing keluar atau bayi
kehilangan kesadaran. Jika bayi kehilangan kesadaran buka jalan nafas dengan
tongue jaw lift, keluarkan benda asing jika terlihat dan berikan nafas buatan
dan pembebasan jalan nafas. Jika korban tidak sadar :
Buka jalan nafas jika anda melihat hilangnya kesadaran dan mencurigai
adanya obstruksi jalan nafas, angkat dagu dengan tongue jaw lift dan
jika anda melihat adanya benda asing keluarkan dengan jari.
Berikan nafas buatan.
Jika usaha pertama gagal, perbaiki posisi kepala dan ulangi nafas
buatan.
Jika pemberian ventilasi gagal, berikan 5 kali back blow dan 5 kali chest
thrust
Buka mulut dengan mengangkat lidah dan rahang (tongue-jaw-lift) dan
keluarkan benda sing jika terlihat
Ulangi tahapan kedua hingga empat sampai ventilasi berhasil (dada
mengembang)
Aktifkan sistem EMS setelah kurang lebih 1 menit dan teruskan usaha
pertolongan
Jika korban dapat bernafas dengan efektif, letakkan dalam posisi
recovery dan awasi dengan ketat hingga petugas datang.
Tekan kedua tangan ke perut dengan cepat ke arah atas. Setiap dorongan
diarahkan ke atas pada garis tengah dan idak diarahkan ke bagian lain
dari perut. Setiap dorongan merupakan gerakan yang tegas dan
tersendiri
Buka jalan nafas dengan mencengkeram lidah dan rahang bawah
(tongue jaw lift). Jika anda melihat benda asing, keluarkan dengan kari
Ulangi langkah ke-3 hingga 7 sampai ventilasi berhasil
mereka membantu melakukan CPR pada korban henti jantung atau nafas tanpa
atau sedikit sekali mengetahui tentang kondisi kesehatan korban. Orang awam
mungkin jauh lebih sedikit melakukan CPR daripada petugas kesehatan. Orang
awam yang melakukan CPR baik pada korban dewasa ataupun anak-anak,
paling mungkin untuk melakukannya di rumah, dimana 70% hingga 80% dari
henti nafas jantung terjadi. Pada situasi seperti ini penolong awam, biasanya
mengenal korban dan seringkali tahu mengenai kondisi kesehatan korban.
Para peneliti telah mendapatkan bahwa ada sedikit keengganan oleh
penolong awam untuk melakukan CPR pada anggota keluarganya, bahkan
dengan adanya muntah atau alkohol pada jalan nafas
Orang awam yang menangani keadaan darurat pada korban yang tidak
dikenal harus dibimbing oleh moral, nilai etik dan pengetahuan individual
akan resiko yang mungkin muncul dalam berbagai situasi penyelamatan. Akan
lebih aman bagi penolong. Jika mengasumsikan bahwa situasi gawat darurat
apapun yang menyangkut pengeksposan cairan tubuh tertentu memiliki
kemungkinan penularan penyakit bagi entah penolong maupun korban
Perhatian terbesar akan resiko penularan penyakit harus diarahkan
kepada orang yang melaksanakan CPR rutin seperti pelaksana pertolongan
medik, baik rumah sakit maupun pra hospital. Pelaksana pertolongan gawat
darurat medik prahospital termasuk paramedik, teknisi medis darurat, aparat
penegak hukum, pemadaman kebakaran, pengawas pantai, dan lain-lain yang
tugasnya mengharusakan mereka untuk melakukan pertolongan pertama
perawatan medis
Resiko penularan penyakit dari orang yang terinfeksi kepada petugas
kesehatan prahospital seharusnya tidak boleh lebih tinggi dari mereka yang
melakukan pertolongan gawat darurat di rumah sakit jika berhati-hati untuk
mencegah kontak tubuh dengan darah atau cairan tubuh lainnya
Probabilitas seorang penolong terinfeksi HBV atau HIV sebagai akibat
melakukan CPR adalah minimal. Walaupun ada laporan tentang penularan
HBV dan HIV antara pekerja Health care dan pasien akibat donor darah atau
Modul Basic Life Support
penetrasi ke kulit oleh alat yang terkontaminasi darah, penularan infeksi HBV
dan HIV karena resusitasi dari mulut ke mulut tidak pernah tercatat
Resusitasi dari mulut ke mulut langsung akan memungkinkan
pertukaran ludah antara korban dan penolong. Bagaimanapun , ludah yang
positif HBV tidak pernah tampak menular, bahkan melalui membran selaput
lendir mulut, melalui kontaminasi dari pemakaian bersama alat musik, atau
melalui karier HBV. Lagipula, ludah belum pernah diimplikasikan dalam
penularan HIV stelah gigitan, inokulasi perkutan, atau kontaminasi akibat luka
dengan ludah dari pasien terinfeksi HIV. Resiko akan infeksi secara teori lebih
besar untuk penularan aerosol ataupun ludah pada herpes simplex, dan lewat
uadara seperti TBC dan infeksi saluran nafas lain. Contoh langka dari
penularan herpes pada waktu CPR sudah pernah dilaporkan
UNIT BELAJAR 4
PSIKOMOTOR
Tidak ada respond an tidak ada riwayat trauma dan telah bernafas
adekuat
Telah berhasil diresusitasi dan telah dapat bernafas adekuat
Komentar :
……………………………………………………………………………………...
…………………………………………….
…………………………………………………………………
kompresi dada
Penolong ke 2 :
22. Memberikan 1 tiupan
pernafasan setiap 5 detik
HASIL Lulus/ulang Lulus/ulang Lulus/ulang
Komentar :
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
Chapter III : Sumbatan jalan nafas oleh benda asing (orang dewasa), pasien
sadar
2. Posisi
Berdiri di belakang
penderita, lingkarkan
lengan ke pinggang
penderita
Buat kepalan dengan
satu tangan, genggam
kepalan dengan tangan
yang lain dan tempatkan
kepalan tangan dengan
sisi jempol. Letakkan di
garis tengah sedikit di atas
pusar dan di bawah ujung
processus xypoideus (ulu
hati)
3. Berikan hentakan ke atas,
ulangi hentakan sampai
berhasil atau penderita
sampai tak sadar
PENDERITA GEMUK ATAU HAMIL
1. Tanyakan “apakah
tersedak?”
2. Posisi
Berdiri di belakng
penderita, lingkarkan
lengan di dada penderita
Kepalan dengan sisi jempol
di sebelah dalam diletakkan
di atas garis tengah tulang
dada penderita, genggam
kepalan dengan tangan
yang lain dan jauhkan dari
processus xypoideus dan
pinggir tulang rusuk
3. Berikan hentakan ke
belakang, ulangi hentakan
sampai berhasil atau
penderita sampai tak sadar
HASIL Lulus/ulang Lulus/ulang Lulus/ulang
Komentar :
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
Modul Basic Life Support
Chapter IV : Sumbatan jalan nafas oleh benda asing dengan pasien tidak sadar
Panggil orang
terdekat/saksi untuk
menghubungi pusat
EMS/ambulan 118
Letakkan korban
pada posisi berbaring,
kalau perlu sanggah
kepala dan leher
3. Buka jalan nafas
Gunakan maneuver
head tilt-chin lift dan jaw
thrust
4. Periksa pernafasan
Pada saat membuka
jalan nafas → lihat,
dengar, dan rasakan
pernafasan
Jika tidak ada
berikan berikan ventilasi
sambil mempertahankan
jalan nafas terbuka
Jika jalan nafas masih
tersumbat, atau kembali
(reposisi) kepala korban
kemudian lakukan
ventilasi lagi
5. Jika jalan nafas masih
tersumbat
Kangkangi paha
korban
Tempatkan pangkal
tumit telapak tangan ke
perut korban di garis
tengah dan sedikit di atas
pusar di bawah prosesus
xyphoideus (ulu hati)
Tempatkan tangan
kedua di atas tangan
pertama
Lakukan hentakan 5
kali pada perut
6. Pertahankan korban tetap
terlentang
Gunakan cara
mengangkat lidah
Modul Basic Life Support
(*) Bila korban bernafas atau sudah dapat bernafas sendiri (spontan), letakkan
pada posisi recovery position
Komentar :
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
*) Jika bayi bernafas atau sudah bisa bernafas atau sudah dapat bernafas
sendiri (spontan), letakkan pada posisi recovery position
(*) Jika sumbatan jalan nafas telah dikeluarkan periksa denyut nadi dan
pernafasan, jika nadi tidak berdenyut berikan 2 kali dan mulai siklus kompresi
dada dan ventilasi. Jika hanya tidak bernafas, tindakan penolong hanya
memberikan pernafasan bantuan 20 kali per menit dan monitor nadi
UNIT BELAJAR IV
Modul Basic Life Support
Petunjuk Kerja
1. Pahami konsep-konsep tentang Basic Life Support
2. Kaji secara seksama latar belakang masalah, dalam kajian ini ada 3 latar
belakang masalah yang saudara harus selesaikan
3. Kerjakan tugas yang direkomendasikan
4. Konsulkan pada tutor saat menemukan kesulitan/masalah
5. Selamat bekerja, Sukses untuk anda........SEMANGAT!!!
Tugas mahasiswa :
Tugas mahasiswa :
Tugas mahasiswa :
Tugas mahasiswa :