Anda di halaman 1dari 40

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar DHF

2.1.1 Definisi

Dengue Hemorrhage Fever (DHF) merupakan penyakit yang ditandai

dengan demam tinggi disertai dengan perdarahan dalam fase akut. Penyakit ini

disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dan biasa

terjadi di daerah tropis yang lembap (Murtie, 2014).

Dengue Hemorrhage Fever (DHF) adalah infeksi yang disebabkan oleh

virus dengue. Dengue adalah virus penyakit yang ditularkan dari nyamuk Aedes

Spp, nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia ini telah menyebabkan

hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Beberapa jenis nyamuk

menularkan atau menyebarkan virus dengue. DHF memiliki gejala serupa dengan

Demam Dengue, namun DHF memiliki gejala lain berupa sakit/nyeri pada ulu

hati terus-menerus, pendarahan pada hidung, mulut, gusi atau memar pada kulit.

Virus Dengue ditemukan di daerah tropik dan sub tropik kebanyakan di wilayah

perkotaan dan pinggiran kota di dunia ini. Untuk Indonesia dengan iklim tropis yang

sangat cocok untuk pertumbuhan hewan ataupun tumbuhan serta baik bagi tempat

berkembangnya beragam penyakit, terutama penyakit yang dibawa oleh vektor,

yakni organisme penyebar agen patogen dari inang ke inang, seperti nyamuk yang

banyak menularkan penyakit. Dengue Hemorrhage Fever (DHF) merupakan salah

satu penyakit yang disebabkan oleh nyamuk spesies Aedes aegypti dan Aedes

alboppictus (DBD, 1999) sebagai vektor primer, serta Aedes

polynesiensis, Aedes scutellari serta Ae (Finlaya) niveus sebagai vektor sekunder.

6
7

Biasanya juga terjadi penularan trans seksual dari nyamuk jantan ke nyamuk

betina melalui perkawinan (WHO, 2009) serta penularan trans ovarial dari induk

nyamuk ke keturunannya (Indrayani & Wahyudi, 2018).

2.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi DHF menurut WHO (1997) berdasarkan beratnya penyakit

(Wijaya & Putri, 2013) :

1. Derajat 1 (ringan)

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan yaitu uji

turniket positif.

2. Derajat 2 (sedang)

Seperti derajat 1 disertai perdarahan spontan pada kulit dan atau

perdarahan lainnya.

3. Derajat 3

Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah, tekanan

nadi menurun (20 mmHg atau kurang).

4. Derajat 4

Terdapat DSS dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

2.1.3 Anatomi fisiologi termoregulasi

Hipertermia adalah suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh

(PPNI, 2016). Hipertermia merupakan suatu kondisi dimana terjadinya

peningkatan suhu tubuh di atas 37,2 ºC akibat dari sistem pertahanan tubuh terhadap

infeksi (viremia) (Sudoyo, et al., 2010). Sedangkan hipertermia pada pasien DHF

terjadi selama 2-7 hari kemudian turun secara lisis yang merupakan salah satu

gejala klinis yang disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia,


8

malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala (Wijaya & Putri,

2013).

Secara umum suhu tubuh manusia berkisar 36,5-37,5ºC. Gangguan suhu

tubuh dapat diklasifikasikan menjadi hipotermia (<35ºC), hipertermia (>37,5-

38,3ºC) dan hiperpireksia (>40-41,5ºC) (Bachtiar, 2012).

Termoregulasi merupakan salah satu hal penting dalam homeostatis.

Termoregulasi adalah proses yang melibatkan mekanisme homeostatik yang

mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, yang dicapai dengan

mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan

panas yang dikeluarkan (Melviani, 2013).

Manusia biasanya berada pada lingkungan yang suhunya lebih dingin

daripada suhu tubuh mereka. Oleh karena itu, manusia harus terus-menerus

menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan suhu tubuhnya.

Sistem termoregulasi dikendalikan oleh hipotalamus di otak, yang

berfungsi sebagai hemostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat integrasi

termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai

bagian tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat

rumit dalam mekanisme penambahan atau pengurangan panas sesuai dengan

keperluan untuk mengkoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari “patokan normal”.

Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil

0,01ºC. Tingkat respon hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh

disesuaikan dengan cara yang sangat cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau

dikeluarkan sangat sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal

(Melviani, 2013).
9

1. Termoreseptor perifer, terletak di dalam kulit, memantau suhu kulit di

seluruh tubuh dan menyalurkan informasi mengenai perubahan suhu

permukaan ke hipotalamus.

2. Termoreseptor sentral, terletak diantara hipotalamus anterior, medulla

spinalis, organ abdomen dan struktur internal lainnya juga untuk mendeteksi

perubahan suhu darah.

Pusat termoregulasi menerima masukan dari termoreseptor di hipotalamus

itu sendiri yang berfungsi menjaga temperatur ketika darah melewati otak

(temperatur inti) dan reseptor di kulit yang menjaga temperatur eksternal. Keduanya

diperlukan oleh tubuh untuk melakukan penyesuaian. Dalam individu yang sehat,

suhu inti tubuh diatur oleh mekanisme kontrol umpan balik yang menjaga hampir

konstan sekitar 98,6ºF (37ºC) sepanjang hari, minggu, bulan atau tahun (Melviani,

2013).

Dalam hipotalamus terdapat dua pusat pengaturan suhu yaitu :

1. Regio posterior yang diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu

refleks-refleks yang memperantarai produksi panas dan konveksi panas.

2. Regio anterior yang diaktifkan oleh rasa hangat, memicu refleks-refleks

yang memperantarai pengurangan panas (Melviani, 2013).

Sensor dalam sistem termoregulasi adalah hipotalamus dan reseptor kulit

(reseptor perifer). Sedangkan efektor adalah kelenjar keringat dan kapiler kulit.

Efektor ini memiliki tiga mekanisme yang terlibat dalam termoregulasi. Pertama,

sistem vasomotor, yang terdiri dari saraf yang bekerja pada otot polos pembuluh

darah untuk mengontrol diameter pembuluh darah. Kedua, disediakan oleh efektor

metabolik, yaitu substansi yang diproduksi oleh tubuh untuk meningkatkan


10

aktivitasnya. Ketiga, disediakan oleh kelenjar keringat. Sistem vasomotor

bertanggungjawab untuk dua respon fisiologis yang disebut dengan vasodilatasi dan

vasokontriksi.

Sistem termoregulasi berfungsi untuk menjaga keseimbangan energi panas

yang masuk dan energi panas yang terbuang sehingga mencapai temperatur yang

mendekati konstan. Fungsi utama sistem termoregulasi yaitu berperan penting

dalam homeostasis, dimana homeostasis merupakan upaya penyesuaian

neuroendokrin dalam mempertahankan kestabilan fisiologi (Melviani, 2013).

Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada suhu tubuh. Jika sel saraf di

hipotalamus anterior menjadi panas di luar batas titik pengaturan (set point) maka

impuls dikirimkan untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme kehilangan panas

adalah dengan berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan

hambatan produksi panas. Tubuh akan mendistribusikan darah ke pembuluh darah

permukaan untuk menghilangkan panas. Semakin banyak darah dari bagian

tengah tubuh yang mencapai kulit, semakin dekat suhu kulit dengan suhu inti.

Pembuluh darah kulit melenyapkan efektivitas kulit sebagai isolator dengan

mengangkut panas ke permukaan, tempat panas tersebut dapat dikeluarkan dari

tubuh melalui radiasi, konduksi dan konveksi. Dengan demikian vasodilatasi

pembuluh darah kulit, yang menyebabkan peningkatan aliran darah ke kulit,

meningkatkan pengurangan panas atau, apabila suhu lingkungan lebih tinggi

daripada suhu inti, mengurangi pertambahan panas.

Tubuh dapat memperoleh panas sebagai proses internal yang berasal dari

aktivitas metabolik atau dari lingkungan eksternal apabila yang terakhir ini lebih
11

panas daripada suhu tubuh. Perubahan aktivitas otot rangka merupakan cara

utama untuk mengontrol suhu melalui penambahan panas.

Menggigil merupakan satu bentuk respon terhadap penurunan suhu inti

tubuh. Dalam hal ini hipotalamus pertama-tama meningkatkan tonus otot rangka

(tonus otot mengacu pada tingkat ketegangan konstan di dalam otot). Setelah itu,

segera timbul menggigil. Menggigil terdiri dari kontraksi otot rangka yang ritmik

bergetar yang terjadi dengan frekuensi tinggi sepuluh hingga empat puluh kali

lipat per detik. Mekanisme ini sangat efektif untuk meningkatkan produksi panas,

semua energi yang dibebaskan selama tremor otot ini diubah menjadi panas

karena otot tidak melakukan kerja eksternal. Produksi panas dapat meningkat dua

sampai lima kali lipat akibat proses menggigil ini hanya dalam beberapa detik

sampai menit. Selain respon menggigil, hipotalamus juga berespon untuk

mengurangi pengeluaran panas dengan vasokontriksi pada kulit. Vasokontriksi

mengurangi aliran darah hangat ke kulit, sehingga suhu tubuh kulit turun. Selain

itu, rambut di kulit terperangkap oleh udara yang lebih hangat jika dalam posisi

berdiri dan kurang hangat pada saat posisi mendatar. Otot-otot kecil di kulit dapat

dengan cepat menarik rambut menjadi tegak untuk mengurangi hilangnya panas dan

membuatnya mendatar untuk menambah hilangnya panas.

Semua respon tubuh tersebut berfungsi agar suhu inti tubuh tetap stabil. Oleh

karena itu penambahan panas harus seimbang dengan pengeluaran panas, karena

panas ini amatlah penting untuk mempertahankan suhu inti. Mekanisme

keseimbangan suhu tubuh secara singkat ialah jika suhu inti mulai turun, produksi

panas ditingkatkan dan kehilangan panas diminimalkan, sehingga suhu tubuh

normal dapat dipulihkan. Sebaliknya, jika suhu inti tubuh mulai meningkat diatas
12

normal, hal tersebut dapat dikoreksi dengan meningkatkan pengurangan panas,

sementara produksi panas juga dikurangi.

2.1.4 Etiologi

Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok B

Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai Flavivirus,

famili Flaviviricae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-

3 dan DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap

serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe

lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai

terhadap serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan

diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Wijaya &

Putri, 2013).

Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B,

yaitu Arthropod – Borne virus atau virus yang disebarkan oleh Arthropoda. Faktor

utama penyakit DHF adalah nyamuk Aedes Aegypti (di daerah perkotaan) dan

Aedes Albopictus (di daerah pedesaan). Nyamuk yang menjadi faktor penyakit DHF

adalah nyamuk yang menjadi infeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan

viremia (terdapat virus dalam darahnya). Menurut laporan terakhir, virus dapat pula

ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur-telurnya. Virus berkembang

dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika

nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air

liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari

dan orang tersebut akan mengalami sakit demam


13

berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan

berada di dalam darah selama satu minggu (Kunoli, 2012).

2.1.5 Tanda dan gejala

Diagnosa penyakit DHF dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa klinis

dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala DHF dengan diagnosa klinis dan

laboratoris (Wijaya & Putri, 2013) :

1. Diagnosa klinis

1) Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 – 40 ºC).

2) Manifestasi perdarahan dengan bentuk : uji Torniquet positif, petekie

(bintik merah pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit),

ekimosis, perdarahan konjungtiva (perdarahan pada mata), epitaksis

(pendarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis (muntah darah),

melena (BAB darah) dan hamatusi (adanya darah dalam urin).

3) Perdarahan pada hidung.

4) Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada

kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

5) Pembesaran hati (hepatomegali).

6) Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang,

tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

7) Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya

nafsu makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diaredan sakit kepala.

2. Diagnosa laboratoris

1) Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan

trombosit hingga 100.000/mmhg.


14

2) Hemokonsentrasi, meningkatnya hematokrit sebanyak 20% atau lebih.

2.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis menurut Mansjoer (2000), Ngastiah (2005) dan

Soegijanto (2002), yaitu :

1. Terapi keperawatan :

1) Tirah baring.

2) Makanan lunak.

3) Kompres bila panas.

4) Anjurkan orangtua untuk memberikan anak banyak minum.

2. Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan :

1) Berikan terapi cairan intravena.

2) Berikan antipiretik dan antibiotik.

3) Terapi oksigen.

4) Transfusi darah segar (dalam Budianingsih, 2015).

Menurut Padila (2013), penatalaksanaan pada pasien DHF dapat dibagi

menjadi penatalaksanaan medik dan penatalaksanaan keperawatan.

1. Penatalaksanaan medik

1) DHF tanpa renjatan.

Pada pasien DHF tanpa renjatan penatalaksanaan yang dapat diberikan

yaitu beri obat antipiretik untuk menurunkan panas, dapat juga

dilakukan kompres. Berikan infus pada pasien jika terus muntah dan

hematokrit meningkat.
15

2) DHF dengan renjatan.

Pada pasien DHF dengan renjatan pasang infus RL, jika dengan infus

tidak ada respon maka berikan plasma expander (20-30 ml/kgBB), dan

berikan transfusi jika Hb dan Ht turun.

2. Penatalaksanaan keperawatan

1) Pengawasan tanda-tanda vital secara kontinue tiap jam.

Lakukan pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit tiap 4 jam. Observasi intake

output, pada pasien DHF derajat 1 : pasien diistirahatkan, observasi

tanda-tanda vital tiap 3 jam, berikan minum banyak (1,5-2 liter/hari),

beri kompres. Pada pasien DHF derajat 2 : perhatikan gejala seperti

nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit

perut, berikan infus. Pada pasien DHF derajat 3 : infus guyur, posisi

semi fowler, berikan O², pengawasan tanda-tanda vital tiap 15 menit,

pasang kateter, observasi produksi urine tiap jam dan periksa Hb, Ht

dan trombosit.

2) Resiko perdarahan.

Observasi perdarahan : ptekie, epistaksis, hematomesis dan melena,

selanjutnya catat banyak, warna dari perdarahan dan pasang NGT pada

pasien dengan perdarahan tractus gastro intestinal.

3) Peningkatan suhu tubuh.

Untuk mencegah peningkatan suhu, observasi atau ukur suhu tubuh

secara periodik, beri minum banyak dan berikan kompres jika suhu tubuh

panas (dalam Laksono 2015).


16

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi DHF menurut Smeltzer dan Bare (2002) adalah perdarahan,

kegagalan sirkulasi, hepatomegali dan efusi pleura :

1. Perdarahan

Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan

jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000/mm³ dan koagulopati,

trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda

dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi

perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petekie, purpura, ekimosis dan

perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.

2. Kegagalan sirkulasi

DSS (Dengue Shock Syndrome) biasanya terjadi sesudah hari ke 2-7,

disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi

kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,

hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan

berkurangnya aliran balik vena (venous return), preloud, miokardium

volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau

kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan. DSS juga disertai

dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan perfusi miokard dan curah

jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan

dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi

kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24

jam.
17

3. Hepatomegali

Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungan dengan

nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobus hati dan sel-sel

kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limfosit yang lebih besar dan

lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.

4. Efusi pleura

Efusi pleura terjadi karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan

ekstravasasi aliran intravaskuler sel. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan

adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi

dispnea, sesak napas (dalam Diana, 2016).


18

2.2 Web of Cautation (WOC) / Path Way

2.2.1 Web of Cautation (WOC) / Path Way

Infeksi virus dengue

Pelepasan toksik

Pelepasan pirogen endogen (sitokin)

Aliran darah

Merangsang hipotalamus meningkatkan titik patokan suhu (set point)


Sembuh (suhu
Suhu tubuh meningkat
tubuh menurun)

Peningkatan Suhu tubuh diatas nilai


kompensasi normal

Peningkatan Aktivitas
Kejang
neurotransport berlebih
Peningkatan metabolisme Peningkatan

pembukaan pori-pori
Peningkatan Panas terkumpul di Kulit terasa
konduksi pembuluh perifer hangat
Peningkatan
Peningkatan pengeluaran
HR meningkat Takikardi
kerja jantung keringat
RR meningkat Takipnea
Peningkatan
Peningkatan Peningkatan
vasodilatasi Kulit merah
sirkulasi perifer evaporasi
pada perifer

MK : Hipertermia
Keterangan
: alur terjadinya penyakit
: data objektif mayor
: data objektif minor
: masalah keperawatan

Gambar 2.1 WOC data asuhan keperawatan dengan hipertermia pada pasien DHF
di Desa Jrengik Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang
19

2.2.2 Deskripsi WOC

Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok B

Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai Flavivirus,

famili Flaviviricae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-

3 dan DEN-4.

Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen. Mayoritas pirogen

endogen adalah mikroorganisme atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida

yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen

memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi di

hipotalamus.

Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada suhu tubuh. Mekanisme

kehilangan panas adalah dengan berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh

darah dan hambatan produksi panas. Jika sel saraf di hipotalamus anterior menjadi

panas di luar batas titik pengaturan (set point) maka impuls dikirimkan untuk

menurunkan suhu tubuh. Tubuh akan mendistribusikan darah ke pembuluh darah

permukaan untuk menghilangkan panas. Semakin banyak darah dari bagian

tengah tubuh yang mencapai kulit, semakin dekat suhu kulit dengan suhu inti.

Pembuluh darah kulit melenyapkan efektivitas kulit sebagai isolator dengan

mengangkut panas ke permukaan, tempat panas tersebut dapat dikeluarkan dari

tubuh melalui radiasi, konduksi dan konveksi.

Demam menyebabkan takikardi, karena kenaikan suhu akan meningkatkan

kecepatan metabolisme nodus sinus, yang selanjutnya secara langsung

meningkatkan ekstabilitas dan frekuensi irama jantung. Selain itu, peningkatan

laju metabolisme tubuh memberi sinyal pusat pernafasan di otak untuk


20

meningkatkan frekuensi napas untuk menstabilkan pH darah agar kembali dalam

rentang normal.

Kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel

neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion K+ maupun Na+, melalui

membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik, hal ini bisa meluas ke

seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan neuron transmiter

dan terjadilah kejang.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

Konsep asuhan keperawatan merupakan susunan konsep yang disusun

sesuai dengan proses keperawatan meliputi aspek pengkajian, analisa data dan

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan serta

evaluasi.

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat

mengindentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995

dalam Dermawan, 2012). Pengkajian dalam studi kasus ini meliputi data umum dan

data fokus pengkajian. Proses pengkajian yang dilakukan disesuaikan dengan daftar

data yang sesuai dengan buku Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).

1. Pengkajian data umum

Pengkajian data umum meliputi pengumpulan data yang disesuaikan

dengan identitas partisipan, pengkajian data umum meliputi nama


21

partisipan, usia, jenis kelamin (dan lain sebagainya disesuaikan dengan

konsep).

1) Pengkajian

(1) Identitas klien : terdiri dari nama, alamat, umur, status, diagnosa

medis, tanggal MRS, keluarga yang dapat dihubungi, catatan

kedatangan, no MR.

(2) Riwayat kesehatan klien

a. Keluhan utama

Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan demam lebih dari

3 hari, tidak mau makan, terdapat bintik merah pada tubuh.

b. Riwayat kesehatan sekarang

a) Suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang

menyebabkan sakit kepala,

b) Tidak nafsu makan, mual dan muntah, sakit saat menelan,

lemah,

c) Nyeri otot dan persendian,

d) Konstipasi dan bisa juga diare,

e) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor,

f) Batuk ringan,

g) Mata terasa pegal, sering mengeluarkan air mata (lakrimasi),

foto fobia,

h) Ruam pada kulit (kemerahan),

i) Perdarahan pada kulit ptekie, ekimosis, hematoma dan

perdarahan lain : epistaksis, hematemesis, hematuria, melena.


22

c. Riwayat kesehatan dahulu

a) Pernah menderita DHF

b) Riwayat kurang gizi

c) Riwayat aktivitas sehari-hari

d) Pola hidup (life style)

(3) Riwayat kesehatan keluarga

Adanya penderita DHF dalam keluarga.

(4) Pemeriksaan fisik

a. Pengkajian umum

a) Tingkat kesadaran : komposmentis, apatis, somnolen, sopor,

koma

b) Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat

c) Keadaan gizi : tinggi badan dan berat badan dengan gizi baik,

sedang, buruk

d) Tanda-tanda vital : suhu meningkat, tekanan darah pada DHF

dapat meningkat, sedangkan pada DSS dapat menurun, nadi

pada DHF takikardi, sedangkan pada DSS dapat cepat dan

lemah serta ada proses penyembuhan bradikardi, pernafasan

dapat normal dan meningkat, pada DSS cepat dan dangkal.

b. Pengkajian sistem tubuh

a) Integumen : ruam, ptekie, ekimosis, purpura,

hematom,hiperemi, sedangkan pada DSS, dapat lembap, dingin

dan sianosis, pada hidung, kuku, kaki dan tangan.

b) Kepala dan leher : pembesaran kelenjar limfe (+) dan (-).


23

c) Mata : konjungtiva hiperemia, lakrimasi, foto fobia.

d) Sistem kardiovaskuler : pada DHF dapat hipotensi dan

hipertensi, takikardi dan dapat bradikardi.

e) Abdomen : hepatomegali, splenomegali dan nyeri tekan

hepar.

f) Muskuloskletal : nyeri sendi dan otot.

2) Pemeriksaan penunjang

(1) Darah

a. Leukositopenia atau leukositosis (N : 5000-10.000 ul)

b. Trombositopenia (N : 150.000-400.000 ul)

c. Hematokrit meningkat (N : laki-laki 40-54%, perempuan 36-

46%)

d. Hb menurun (N : laki-laki 14-16 gr/dl, perempuan 12-16 gr/dl)

e. Hiponatremia 135-147 meq/l

f. Hipokloremia (N : 100-106 meq/l

g. SGPT atau SGOT, ureum dan pH darah meningkat

N : SGPT/SGOT < 12 U/l

N : ureum 20-40 mg/dl

N : pH 7,38-7,44

(2) Urin

Albuminuria ringan (N : 4-5,2 g/dl)

(3) Uji serologis

a. Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)

b. Uji komplemen fiksasi (CF test)


24

c. Uji neutralisasi (Nt test)

d. IgG ELISA (Mac ELISA)

e. IgM ELISA (Wijaya & Putri, 2013).

2. Pengkajian data fokus

1) Pengkajian penyebab

Pengkajian faktor penyebab dalam studi kasus ini merupakan kumpulan

kemungkinan faktor yang menjadi penyebab munculnya masalah

keperawatan yaitu :

(1) Dehidrasi

(2) Terpapar lingkungan panas

(3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)

(4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

(5) Peningkatan laju metabolisme

(6) Respon trauma

(7) Aktivitas berlebihan

(8) Penggunaan inkubator

2) Pengkajian data mayor

Pengkajian data mayor merupakan unsur data yang harus terpenuhi dalam

penegakan diagnosa keperawatan, jumlah data mayor harus terpenuhi

lebih dari 80% untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Data mayor

sesuai dengan masalah keperawatan dalam studi kasus ini yaitu sebagai

berikut :

(1) Data Subjektif : (tidak tersedia)

(2) Data Objektif : suhu tubuh diatas nilai normal (N : 36,5 – 37,5 ºC)
25

3) Pengkajian data minor

Pengkajian data minor merupakan unsur data yang boleh terpenuhi dalam

penegakan diagnosa keperawatan, jumlah data minor tidak mutlak

harus terpenuhi 100% untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Data

minor sesuai dengan masalah keperawatan dalam studi kasus ini yaitu

sebagai berikut :

(1) Data Subjektif : (tidak tersedia)

(2) Data Objektif : kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa

hangat.

4) Pengkajian keadaan klinis terkait

Pengkajian keadaan klinis terkait merupakan kumpulan keadaan yang

bisa berhubungan atau terikat langsung maupun tidak langsung dengan

masalah keperawatan dalam studi kasus ini, keadaan klinis terkait

meliputi :

(1) Proses infeksi

(2) Hipertiroid

(3) Stroke

(4) Dehidrasi

(5) Trauma

(6) Prematuritas

2.3.2 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

1. Analisa data

Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya

berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
26

pengetahuan, pengalaman dan pengertian keperawatan. Sesuai dengan

hasil pengkajian, maka analisa data dalam studi kasus ini disusun sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Analisa data asuhan keperawatan dengan masalah hipertermia pada
pasien DHF di Desa Jrengik Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang

No Data Problem Etiologi


1. Data Subjektif : (tidak tersedia) Hipertermia 1. Proses infeksi
Data Objektif : suhu tubuh diatas 2. Hipertiroid
nilai normal (36,5-37,5ºC), kulit 3. Stroke
merah, kejang, takikardi, takipnea, 4. Dehidrasi
kulit terasa hangat. 5. Trauma
6. Prematuritas
Sumber : SDKI, 2016

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons

individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi

keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab

(Febri, 2018). Diagnosa keperawatan dalam studi kasus ini disesuaikan

dengan hasil pengkajian dan analisa data. Penulisan diagnosa keperawatan

disesuaikan dengan pedoman atau panduan dalam penulisan Standart

Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu :

Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan suhu

tubuh diatas nilai normal (36,5-37,5ºC), kulit merah, kejang, takikardi,

takipnea dan kulit terasa hangat.

2.3.3 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
27

luaran (outcome) (PPNI T. P., 2018). Intervensi keperawatan dalam studi kasus ini

disesuaikan dengan buku Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang

terdiri dari intervensi utama dan intervensi tambahan, masing-masing intervensi

memiliki tindakan keperawatan. Intervensi dalam studi kasus ini dijabarkan

sebagai berikut:

1. Intervensi utama

Intervensi utama dalam studi kasus ini meliputi :

1) Manajeman hipertermia

Manajemen hipertermia memiliki beberapa tindakan sebagai berikut :

(1)Observasi

a. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar

lingkungan panas, penggunaan inkubator)

b. Monitor suhu tubuh

c. Monitor kadar elektrolit

d. Monitor haluaran urine

(2)Terapeutik

a. Sediakan lingkungan yang dingin b.

Longgarkan atau lepaskan pakaian c.

Basahi dan kipasi permukaan tubuh d.

Berikan cairan oral

e. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami

hiperhidrosis (keringat berlebih)

f. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau

kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)


28

g. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

h. Batasi oksigen, jika perlu

(3)Edukasi

Anjurkan tirah baring

(4)Kolaborasi

Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

2) Regulasi temperatur

Regulasi temperatur memiliki beberapa tindakan sebagai berikut :

(1)Observasi

a. Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5ºC – 37,5ºC)

b. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu

c. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi

d. Monitor warna dan suhu kulit

e. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermi atau hipertermia

(2)Terapeutik

a. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu

b. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat

c. Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan

panas

d. Masukkan bayi BBLR ke dalam plastik segera setelah lahir (mis.

bahan polyethylene, polyuurethane)

e. Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada bayi

baru lahir

f. Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer


29

g. Pertahankan kelembaban inkubator 50% atau lebih untuk

mengurangi kehilangan panas karena proses evaporasi

h. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan

i. Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan

bayi (mis. selimut, kain bedongan, stetoskop)

j. Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau di area

aliran pendingin ruangan atau kipas angin

k. Gunakan matras penghangat, selimut hangat, dan penghangat

ruangan untuk menaikkan suhu tubuh, jika perlu

l. Gunakan kasur pendingin, water circulating blankets, ice pack

atau gel pad dan intravascular cooling cathetedzation untuk

menurunkan suhu tubuh

m. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien

(3)Edukasi

a. Jelaskan cara pencegahan heat exhasution dan heat stroke

b. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin

c. Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru (PMK) untuk

bayi BBLR

(4)Kolaborasi

Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu


30

2. Intervensi tambahan

Intervensi tambahan dalam studi kasus ini meliputi :

1) Edukasi termoregulasi

Edukasi termoregulasi memiliki beberapa tindakan sebagai berikut :

(1)Observasi

Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

(2)Terapeutik

a. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

c. Berikan kesempatan untuk bertanya

(3)Edukasi

a. Ajarkan kompres hangat jika demam

b. Ajarkan cara pengukuran suhu

c. Anjurkan penggunaan pakaian yang dapat menyerap keringat

d. Anjurkan tetap memandikan pasien, jika memungkinkan

e. Anjurkan pemberian antipiretik, sesuai indikasi

f. Anjurkan menciptakan lingkungan yang nyaman

g. Anjurkan membanyak minum

h. Anjurkan penggunaan pakaian yang longgar

i. Anjurkan minum analgesik jika merasa pusing, sesuai indikasi

j. Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika demam > 3 hari

2.3.4 Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
31

dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil

yang diharapkan (Gordon, 1994 dalam Potter & Perry, 2011 dalam Suparyanto,

2013).

Implementasi pada studi kasus ini disesuaikan dengan intervensi utama

dan intervensi tambahan sesuai situasi, kondisi serta respon pasien DHF.

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk

menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk

mengatasi suatu masalah (Meirisa, 2013 dalam Inayah, 2016). Evaluasi

keperawatan dalam studi kasus ini meliputi evaluasi sesuai dengan buku Standart

Luaran Keperawatan Indoensia (SLKI). Evaluasi dalam studi kasus ini ditulis

sebagai berikut :

1. Luaran utama : termoregulasi

2. Definisi : pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal

3. Ekspektasi : membaik

4. Kriteria hasil :

1) Tidak ada tanda-tanda menggigil

2) Tidak ada tanda-tanda kemerahan pada kulit

3) Tidak ada tanda-tanda kejang

4) Tidak ada tanda-tanda akrosianosis

5) Konsumsi oksigen terpenuhi (SpO² >95%)

6) Tidak ada tanda-tanda piloereksi

7) Tidak ada tanda-tanda vasokontriksi perifer

8) Kutis memorata menurun


56

9) Pucat menurun

10) Takikardi menurun (normal 60-100x/menit)

11) Takipnea menurun (normal 16-24x/menit)

12) Bradikardi menurun (normal 60-100x/menit)

13) Tidak ada tanda-tanda kuku sianolik

14) Tidak ada tanda-tanda hipoksia

15) Suhu tubuh membaik (normal 36,5-37,5 ºC)

16) Suhu kulit membaik

17) Kadar glukosa darah membaik (GDA puasa < 100 mg/dL, GDA sesaat

< 160 mg/dL)

18) Pengisian kapiler membaik (CRT < 2 detik)

19) Ventilasi membaik (tidak ada PCH, tidak ada retraksi otot dada)

20) Tekanan darah membaik (sistole 90-120 mmHg, diastole 60-80

mmHg..
57

DAFTAR PUSTAKA

Agustina Melviani. (2013, 10 02). Sistem Termoregulasi. Slideshare:


https://www.slideshare.net/agusmelvian/ltm-sistem-termoregulasi diakses
pada Kamis, 06 Februari 2020
Bachtiar, A. (2012, 06 08). Manajemen Peningkatan Suhu Tubuh. Retrieved from
Poltekkes-malang.ac.id:
http://www.poltekkesmalang.ac.id/index.php/sugeng/cetak/212 diakses
pada Kamis, 30 Januari 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang. Profil Kesehatan Kabupaten Sampang
Tahun 2018.
Fajar Sidik Purnomo Aji Budianingsih. Asuhan Keperawatan Pada Pasien DHF.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto : 2016.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Indrayani, Y. A., & Wahyudi, T. (2018). Situasi Penyakit Demam Berdarah Di
Indonesia Tahun 2017. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI, 1.
Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. DKI Jakarta: CV.
TRANS INFO MEDIA.
Murtie, A. (2014). All About Kesehatan Anak. Jogjakarta: Trans Idea Publishing.
PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Jakarta:
PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta:
PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta:
PPNI.
Restu Diana. Asuhan Keperawatan Pada Pasien DHF. STIKES Fort De Kock
Bukittinggi. Sumatera Barat : 2016.
Shaleh, A. Q. (2013). Jadi Dokter Untuk Anak Sendiri : Panduan Informasi
tentang Penyakit Anak. Jogjakarta: KATAHATI.
Sudoyo, W, A., Setiyohadi, Bambang, Alwi, Idrus, . . . K, M. (2010). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: Interna Publishing.
Swasanti, d. N., & Putra, W. S. (2013). Pertolongan Pertama Pada Anak Sakit :
Panduan Penanganan Pertama Ketika Anak Sakit atau Mengalami
Kecelakaan. Jogjakarta: KATAHATI.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2.
Yogyakarta: Nuha Medika.
58
LEMBAR PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Identitas pasien
Informasi didapat dari : Pasien Keluarga Hubungan: …
Orang lain
Nama : Ny. S Usia
: 55 tahun Jenis kelamin :
Perempuan Suku bangsa :
Madura
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Jrengik Sampang
Tanggal pengkajian : 06 Mei 2020
No. KK : 352707**********
Diagnosa medis : Dengue Hemorrhage Fever

2. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh badannya panas.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh badannya panas sejak 3 hari yang lalu. Pada tanggal 06 Mei
2020 klien memutuskan untuk periksa ke puskesmas Jrengik. Setelah uji
laboratorium klien di diagnosa menderita penyakit DHF grade 1, tetapi klien
tidak dirawat inap di puskesmas karena kondisi klien yang memungkinkan
tetap bisa menjaga asupan cairan tubuh, masih bisa melakukan rawat jalan serta
beristirahat di rumah. Klien diberi obat untuk dikonsumsi selama di rumah dan
diminta kontrol ulang pada tanggal 09 Mei 2020.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
(1) Pernah dirawat : Ya Tidak
(2) Riwayat penyakit kronik dan menular : Ya Tidak
Riwayat control : tidak ada
Riwayat penggunaan obat : tidak ada
(3) Riwayat alergi
Obat : Ya Tidak Jenis : tidak ada
Makanan : Ya Tidak Jenis : tidak ada
Lain-lain : Ya Tidak Jenis : tidak ada
(4) Riwayat operasi : Ya Tidak
Kapan : tidak ada
Jenis Operasi : tidak ada
(5) Lain-lain : tidak ada
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pada tahun 2018, keponakan dari Ny.S pernah menderita penyakit Dengue
Hemorrhage Fever juga.
5) Riwayat kesehatan lingkungan
Klien tinggal di lingkungan pedesaan yang cukup baik, dekat dengan jalan
raya. Rumah tempat tinggal klien bersih, memiliki halaman yang luas, ventilasi
yang cukup baik dan cahaya masuk dengan baik. Namun, rumah klien dekat
dengan selokan dan kandang hewan ternak, di halaman samping
59

rumah klien terdapat gentong penyimpan air bersih yang terbuka.

3. Pola kesehatan
1) Persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Sebelum sakit: klien mengatakan belum mengerti penuh tentang penyakitnya
dan selalu periksa ke puskesmas bila sedang sakit.
Saat sakit: klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya, periksa
ke puskesmas dan minum obat yang diresepkan.
2) Nutrisi dan metabolism
Sebelum sakit: klien makan 3x dalam sehari dengan 1 porsi habis (nasi,
sayur, lauk, air putih). Tidak ada masalah pada sistem pencernaan klien.
Saat sakit: makan habis ½ porsi (nasi, sayur, lauk, air putih). Tidak pernah
mual ataupun muntah. Minum air putih lebih sedikit (±6 gelas) dari biasanya
karena terasa pahit.
3) Eliminasi
Sebelum sakit: klien mengatakan biasanya BAB setiap pagi, BAK normal
tidak ada masalah.
Saat sakit: klien mengatakan BAB 2 hari sekali, klien mengeluh sulit saat
BAB.
4) Tidur dan istirahat
Sebelum sakit: klien mengatakan tidak ada masalah dengan tidurnya. Klien
mengatakan tidur 6-7 jam sehari.
Saat sakit: klien mengatakan dirinya sulit tidur. Klien tidur hanya 5-6 jam
sehari.
5) Aktivitas
Sebelum sakit: klien mengatakan beraktifitas layaknya ibu rumah tangga
biasanya ditambah ia bekerja sebagai pengasuh anak.
Saat sakit: klien mengatakan ia istirahat total dari aktifitas biasanya dan lebih
sering beristirahat.
6) Hubungan dan peran
Sebelum sakit: klien mengatakan tidak ada masalah dengan keadaannya.
Dalam masyarakat ia dikenal sebagai orang yang ramah dan suka membantu
tetangga yang memiliki hajatan. Dalam keluarganya ia berperan sebagai ibu
rumah tangga.
Saat sakit: klien mengatakan tidak ada perubahan dalam peran, hanya saja ia
mengurangi berinteraksi dengan keluarga dan tetangganya.
7) Persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit: klien mengatakan dirinya adalah orang yang sehat.
Saat sakit: klien mengatakan bahwa aktivitasnya terganggu karena sakit yang
dideritanya.
8) Sensori dan kognitif
Sebelum sakit: klien mengatakan tidak ada masalah dengan keadaan saat ini.
Saat sakit: klien mengatakan tidak ada masalah dengan keadaan ia selama
sakit.
9) Reproduksi dan seksual
Sebelum sakit: klien adalah seorang janda tapi tidak memiliki keturunan.
Tidak ada masalah dalam hal reproduksi dan seksual.
60

Saat sakit: tidak ada masalah dalam hal reproduksi dan seksual.
10) Penanggulangan stress
Sebelum sakit: klien mengatakan jika ia merasa stress ia akan meningkatkan
intensitas ibadahnya, seperti banyak berdzikir, solat dan mengaji.
Saat sakit: klien mengatakan jika ada kendala selama ia sakit ia akan minta
tolong pada keluarganya.

4. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
2) Keadaan umum : Cukup
3) Kesadaran (GCS) : Composmentis (4,5,6)
4) Tekanan darah : 120/80 mmHg
5) Nadi : 84x/menit
6) RR : 24x/menit
7) Suhu : 39,2ºC
8) Data Subjektif :
Klien mengeluh badannya panas sejak 3 hari yang lalu. Pada tanggal 06 Mei
2020 klien memutuskan untuk periksa ke puskesmas Jrengik. Setelah uji
laboratorium klien di diagnosa menderita penyakit DHF grade 1, tetapi klien
tidak dirawat inap di puskesmas karena kondisi klien yang memungkinkan
tetap bisa menjaga asupan cairan tubuh, masih bisa melakukan rawat jalan serta
beristirahat di rumah. Klien diberi obat untuk dikonsumsi selama di rumah dan
diminta kontrol ulang pada tanggal 09 Mei 2020
9) Data Objektif :
a. Mayor
(1) Suhu tubuh klien 39,2ºC
b. Minor
(1) Kulit merah di bagian wajah, leher dan tangan
(2) Kulit terasa hangat
10) Kondisi klinis terkait :
Proses infeksi
Klien dinyatakan menderita penyakit Dengue Hemorrhage Fever
61

Lembar Terapi

Nama Pasien : Ny. S


Umur : 55 tahun

Tanggal No Rute Obat Dosis Jam


06 Mei 2020 1. Oral Paracetamol 3x100mg 8 – 16 – 24
2. Oral Nilatika sehari
3x100mg 8 – 16 – 24
3. Oral Bufantacid sehari
3x100mg 8 – 16 – 24
sehari

Lain-Lain: -
62

Lembar Pemeriksaan Penunjang

Nama Pasien : Ny. S


Umur : 55 tahun

No Jenis Item Nilai Normal Nilai


Pemeriksaan Tanggal Tanggal
6/5/20 9/5/20
1. Darah Haemoglobin L (13-18 g/dl) 12,4 gr/dl 13 gr/dl
Lengkap P (11,5-16,5
g/dl)
Hit. Leukosit 4000-11.000 7000/cmm 6000/cmm
/cmm
Hit. 150.000- 130.000 152.000
Trombosit 450.000/cmm /cmm /cmm
Hematokrit L (40-45%) 40% 43%
P (38-47%)

Data Pemeriksaan Lain: -


63

Lembar Analisa Data dan Diagnosa

Nama Pasien : Ny. S Umur


: 55 tahun Tanggal : 06
Mei 2020
Data Etiologi Problem
DS: Infeksi virus dengue Hipertermia
1. Klien mengeluh badannya panas sejak l
3 hari yang lalu. Pada tanggal 06 Mei Reaksi infeksi vs
2020 klien memutuskan untuk periksa antibodi
ke puskesmas Jrengik. Setelah uji l
laboratorium klien di diagnosa Reaksi Imunoglobulin
menderita penyakit DHF grade 1, l
tetapi klien tidak dirawat inap di Peningkatan suhu tubuh
puskesmas karena kondisi klien yang
memungkinkan tetap bisa menjaga
asupan cairan tubuh, masih bisa
melakukan rawat jalan serta
beristirahat di rumah. Klien diberi
obat untuk dikonsumsi selama di
rumah dan diminta kontrol ulang pada
tanggal 09 Mei 2020.
2. Sedang menderita DHF mulai tanggal
06 Mei 2020.

DO:
Data mayor:
a. Suhu tubuh klien 39,2ºC
Data minor:
a. Kulit merah di bagian wajah,
tangan, leher.
b. Kulit terasa hangat

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN:

Hipertermia b/d Proses Infeksi Virus Dengue d/d Klien mengeluh badannya
terasa panas semua, suhu lebih dari normal (36,5-37,5ºC), kulit teraba panas,
kulit tampak memerah.
64

Lembar Intervensi Keperawatan

Nama Klien : Ny.S Umur


: 55 tahun Tanggal : 06
Mei 2020

Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
Hipertermia, Setelah 1. Observasi
berhubungan dilaksanakan 1) Identifikasi penyebab hipertermia
dengan asuhan 2) Monitor suhu tubuh
proses infeksi keperawatan 2. Terapeutik
selama 1x3 1) Sediakan lingkungan yang dingin
jam 2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
diharapkan 3) Berikan cairan oral
manajemen 4) Lakukan pendinginan eksternal
hipertermia (mis. kompres dingin pada dahi,
(i.15506): leher, dada, abdomen, aksila)
membaik. 3. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
65

Lembar Implementasi Keperawatan


Nama Pasien : Ny. S Umur : 55 tahun
Hari ke 1. Rabu, 06 Mei 2020
No Jam Implementasi Respon
1 11.46 - Memperkenalkan diri - Klien kooperatif dan
- Menjelaskan maksud dan bersedia dilakukan
tujuan asuhan keperawatan
- Membuat kontrak waktu selama 3 hari kedepan
selama 3 jam/hari
2 12.00 - Memonitor dan mencatat - Suhu: 39,2ºC,
suhu tubuh (tiap 1,5 jam), TD: 120/80 mmHg,
tekanan darah, nadi dan Nadi: 84x/menit,
RR RR: 24x/menit

- Memonitor warna dan - Tampak kemerahan


suhu kulit klien pada kulit wajah, leher
dan tangan klien serta
kulit klien terasa panas
3 12.09 - Menanyakan apa yang - Klien mengeluh
paling dirasakan oleh klien badannya panas
saat ini - Klien istirahat di
- Menganjurkan klien untuk tempat tidur
istirahat

4 12.16 - Meminta klien untuk - Klien memakai daster


memakai pakaian yang katun yang tipis dan

tipis, longgar dan menyerap nyaman


keringat
5 12.26 - Menyediakan lingkungan - Klien mengatakan
yang nyaman dengan suasana kamarnya
membuka jendela kamar lebih nyaman dan
klien agar udara lebih sejuk terasa sejuk
6 12.31 - Mengompres klien dengan - Klien mengatakan
air hangat menggunakan merasa nyaman
handuk kecil di bagian dikompres di bagian
leher, ketiak dan leher dan ketiak, tetapi
selangkangan klien tidak bersedia di
kompres pada bagian
selangkangan
7 12.35 - Memberi klien minum air - Klien menghabiskan
putih 2 gelas tiap 1 jam air putih setengah
gelas tiap 15 menit
8 13.05 - Memonitor dan mencatat - Suhu: 38,7ºC
suhu tubuh tiap 1,5 jam - Tampak kemerahan
- Memonitor warna dan pada kulit wajah, leher
suhu kulit klien dan tangan klien serta
kulit klien terasa panas
9 13.35 - Memberi klien minum air - Klien menghabiskan
putih 2 gelas tiap 1 jam air putih setengah
gelas tiap 15 menit
66

Hari ke 2. Kamis, 07 Mei 2020


No Jam Implementasi Respon
1 09.00 - Memonitor dan - Suhu: 38,5ºC,
mencatat suhu TD: 120/80 mmHg,
tubuh (tiap 1,5 Nadi: 86x/menit,
jam), tekanan RR: 22x/menit
darah, nadi dan RR - Tampak kemerahan pada
- Memonitor warna kulit wajah, leher dan
dan suhu kulit tangan klien serta kulit
klien klien terasa panas
2 09.10 - Menganjurkan klien - Klien istirahat di tempat
untuk istirahat tidur
3 09.14 - Meminta klien untuk - Klien memakai kaos
memakai pakaian tipis yang menurutnya
yang tipis, longgar nyaman
dan menyerap
keringat
4 09.24 - Membuka jendela - Klien mengatakan
kamar klien agar merasa nyaman dengan
udara lebih sejuk suasana kamarnya
5 09.50 - Mengompres klien - Klien mengatakan
dengan air hangat di merasa nyaman
bagian leher dan dikompres di bagian
ketiak leher dan ketiak
6 10.00 - Memberi klien - Klien menghabiskan air
minum air putih 3 putih satu gelas tiap 20
gelas tiap 1 jam menit
7 10.30 - Memonitor dan - Suhu: 38,0ºC
mencatat suhu - Kulit merah klien
tubuh tiap 1,5 jam menurun dan kulit klien
- Memonitor warna terasa hangat
dan suhu kulit
klien
8 11.00 - Memberi klien - Klien menghabiskan air
minum air putih 3 putih satu gelas tiap 20
gelas tiap 1 jam menit
67

Ha ri ke 3. J um’at, 08 Mei 2020


No Jam Implementasi Respon
1 10.00 - Memonitor dan - Suhu: 37,7ºC,
mencatat suhu TD: 120/80 mmHg,
tubuh (tiap 1,5 Nadi: 80x/menit,
jam), tekanan RR: 24x/menit
darah, nadi dan RR - Kulit merah menurun
- Memonitor warna serta kulit klien terasa
dan suhu kulit hangat
klien
3 10.09 - Menganjurkan klien - Klien istirahat di tempat
untuk istirahat tidur
4 10.15 - Meminta klien untuk - Klien memakai daster
memakai pakaian katun yang tipis
yang tipis, longgar
dan menyerap
keringat
5 10.23 - Membuka jendela - Klien mengatakan
kamar klien agar suasana kamarnya lebih
udara lebih sejuk sejuk
6 10.52 - Mengompres klien - Klien mengatakan
dengan air hangat di merasa nyaman
bagian leher dan dikompres di bagian
ketiak leher dan ketiak
7 11.01 - Memberi klien - Klien menghabiskan air
minum air putih 3 putih satu gelas tiap 20
gelas tiap 1 jam menit
8 11.29 - Memonitor dan - Suhu: 37,1ºC
mencatat suhu - Kulit merah menurun
tubuh tiap 1,5 jam dan suhu kulit membaik
- Memonitor warna
dan suhu kulit
klien
9 12.00 - Memberi klien - Klien menghabiskan air
minum air putih 3 putih satu gelas tiap 20
gelas tiap 1 jam menit
68

Lembar Evaluasi Keperawatan

Nama Pasien : Ny.S Umur : 55 tahun


Hari ke 1. Rabu, 06 Mei 2020
S O A P
Klien - Suhu: 38,7ºC Masalah Pertahankan
mengatakan - Warna kulit merah belum intervensi
badannya - Kulit terasa panas teratasi
masih terasa
panas

Hari ke 2. Kamis, 07 Mei 2020


S O A P
Klien - Suhu: 38ºC Masalah Pertahankan
mengatakan - Kulit merah teratasi intervensi
panasnya menurun sebagian
sudah menurun - Kulit terasa hangat

Ha ri ke 3. J um ’at, 08 Mei 2020


S O A P
Klien - Suhu: 37,1ºC Masalah Pertahankan
mengatakan - Kulit merah teratasi intervens
badannya menurun
sudah tidak - Suhu kulit membaik
panas
69

Anda mungkin juga menyukai