TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
dengan demam tinggi disertai dengan perdarahan dalam fase akut. Penyakit ini
disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dan biasa
virus dengue. Dengue adalah virus penyakit yang ditularkan dari nyamuk Aedes
Spp, nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia ini telah menyebabkan
hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Beberapa jenis nyamuk
menularkan atau menyebarkan virus dengue. DHF memiliki gejala serupa dengan
Demam Dengue, namun DHF memiliki gejala lain berupa sakit/nyeri pada ulu
hati terus-menerus, pendarahan pada hidung, mulut, gusi atau memar pada kulit.
Virus Dengue ditemukan di daerah tropik dan sub tropik kebanyakan di wilayah
perkotaan dan pinggiran kota di dunia ini. Untuk Indonesia dengan iklim tropis yang
sangat cocok untuk pertumbuhan hewan ataupun tumbuhan serta baik bagi tempat
yakni organisme penyebar agen patogen dari inang ke inang, seperti nyamuk yang
satu penyakit yang disebabkan oleh nyamuk spesies Aedes aegypti dan Aedes
6
7
Biasanya juga terjadi penularan trans seksual dari nyamuk jantan ke nyamuk
betina melalui perkawinan (WHO, 2009) serta penularan trans ovarial dari induk
2.1.2 Klasifikasi
1. Derajat 1 (ringan)
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan yaitu uji
turniket positif.
2. Derajat 2 (sedang)
perdarahan lainnya.
3. Derajat 3
4. Derajat 4
Terdapat DSS dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
peningkatan suhu tubuh di atas 37,2 ºC akibat dari sistem pertahanan tubuh terhadap
infeksi (viremia) (Sudoyo, et al., 2010). Sedangkan hipertermia pada pasien DHF
terjadi selama 2-7 hari kemudian turun secara lisis yang merupakan salah satu
malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala (Wijaya & Putri,
2013).
daripada suhu tubuh mereka. Oleh karena itu, manusia harus terus-menerus
keperluan untuk mengkoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari “patokan normal”.
disesuaikan dengan cara yang sangat cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau
(Melviani, 2013).
9
permukaan ke hipotalamus.
spinalis, organ abdomen dan struktur internal lainnya juga untuk mendeteksi
itu sendiri yang berfungsi menjaga temperatur ketika darah melewati otak
(temperatur inti) dan reseptor di kulit yang menjaga temperatur eksternal. Keduanya
diperlukan oleh tubuh untuk melakukan penyesuaian. Dalam individu yang sehat,
suhu inti tubuh diatur oleh mekanisme kontrol umpan balik yang menjaga hampir
konstan sekitar 98,6ºF (37ºC) sepanjang hari, minggu, bulan atau tahun (Melviani,
2013).
1. Regio posterior yang diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu
(reseptor perifer). Sedangkan efektor adalah kelenjar keringat dan kapiler kulit.
Efektor ini memiliki tiga mekanisme yang terlibat dalam termoregulasi. Pertama,
sistem vasomotor, yang terdiri dari saraf yang bekerja pada otot polos pembuluh
darah untuk mengontrol diameter pembuluh darah. Kedua, disediakan oleh efektor
bertanggungjawab untuk dua respon fisiologis yang disebut dengan vasodilatasi dan
vasokontriksi.
yang masuk dan energi panas yang terbuang sehingga mencapai temperatur yang
Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada suhu tubuh. Jika sel saraf di
hipotalamus anterior menjadi panas di luar batas titik pengaturan (set point) maka
tengah tubuh yang mencapai kulit, semakin dekat suhu kulit dengan suhu inti.
Tubuh dapat memperoleh panas sebagai proses internal yang berasal dari
aktivitas metabolik atau dari lingkungan eksternal apabila yang terakhir ini lebih
11
panas daripada suhu tubuh. Perubahan aktivitas otot rangka merupakan cara
tubuh. Dalam hal ini hipotalamus pertama-tama meningkatkan tonus otot rangka
(tonus otot mengacu pada tingkat ketegangan konstan di dalam otot). Setelah itu,
segera timbul menggigil. Menggigil terdiri dari kontraksi otot rangka yang ritmik
bergetar yang terjadi dengan frekuensi tinggi sepuluh hingga empat puluh kali
lipat per detik. Mekanisme ini sangat efektif untuk meningkatkan produksi panas,
semua energi yang dibebaskan selama tremor otot ini diubah menjadi panas
karena otot tidak melakukan kerja eksternal. Produksi panas dapat meningkat dua
sampai lima kali lipat akibat proses menggigil ini hanya dalam beberapa detik
mengurangi aliran darah hangat ke kulit, sehingga suhu tubuh kulit turun. Selain
itu, rambut di kulit terperangkap oleh udara yang lebih hangat jika dalam posisi
berdiri dan kurang hangat pada saat posisi mendatar. Otot-otot kecil di kulit dapat
dengan cepat menarik rambut menjadi tegak untuk mengurangi hilangnya panas dan
Semua respon tubuh tersebut berfungsi agar suhu inti tubuh tetap stabil. Oleh
karena itu penambahan panas harus seimbang dengan pengeluaran panas, karena
keseimbangan suhu tubuh secara singkat ialah jika suhu inti mulai turun, produksi
normal dapat dipulihkan. Sebaliknya, jika suhu inti tubuh mulai meningkat diatas
12
2.1.4 Etiologi
famili Flaviviricae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-
3 dan DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Wijaya &
Putri, 2013).
yaitu Arthropod – Borne virus atau virus yang disebarkan oleh Arthropoda. Faktor
utama penyakit DHF adalah nyamuk Aedes Aegypti (di daerah perkotaan) dan
Aedes Albopictus (di daerah pedesaan). Nyamuk yang menjadi faktor penyakit DHF
adalah nyamuk yang menjadi infeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan
viremia (terdapat virus dalam darahnya). Menurut laporan terakhir, virus dapat pula
dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika
nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air
liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari
berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan
dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala DHF dengan diagnosa klinis dan
1. Diagnosa klinis
4) Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada
nafsu makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diaredan sakit kepala.
2. Diagnosa laboratoris
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Terapi keperawatan :
1) Tirah baring.
2) Makanan lunak.
3) Terapi oksigen.
1. Penatalaksanaan medik
dilakukan kompres. Berikan infus pada pasien jika terus muntah dan
hematokrit meningkat.
15
Pada pasien DHF dengan renjatan pasang infus RL, jika dengan infus
tidak ada respon maka berikan plasma expander (20-30 ml/kgBB), dan
2. Penatalaksanaan keperawatan
nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit
perut, berikan infus. Pada pasien DHF derajat 3 : infus guyur, posisi
pasang kateter, observasi produksi urine tiap jam dan periksa Hb, Ht
dan trombosit.
2) Resiko perdarahan.
selanjutnya catat banyak, warna dari perdarahan dan pasang NGT pada
secara periodik, beri minum banyak dan berikan kompres jika suhu tubuh
2.1.7 Komplikasi
1. Perdarahan
perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petekie, purpura, ekimosis dan
2. Kegagalan sirkulasi
kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24
jam.
17
3. Hepatomegali
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobus hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limfosit yang lebih besar dan
4. Efusi pleura
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi
Pelepasan toksik
Aliran darah
Peningkatan Aktivitas
Kejang
neurotransport berlebih
Peningkatan metabolisme Peningkatan
pembukaan pori-pori
Peningkatan Panas terkumpul di Kulit terasa
konduksi pembuluh perifer hangat
Peningkatan
Peningkatan pengeluaran
HR meningkat Takikardi
kerja jantung keringat
RR meningkat Takipnea
Peningkatan
Peningkatan Peningkatan
vasodilatasi Kulit merah
sirkulasi perifer evaporasi
pada perifer
MK : Hipertermia
Keterangan
: alur terjadinya penyakit
: data objektif mayor
: data objektif minor
: masalah keperawatan
Gambar 2.1 WOC data asuhan keperawatan dengan hipertermia pada pasien DHF
di Desa Jrengik Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang
19
famili Flaviviricae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-
3 dan DEN-4.
yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen
hipotalamus.
darah dan hambatan produksi panas. Jika sel saraf di hipotalamus anterior menjadi
panas di luar batas titik pengaturan (set point) maka impuls dikirimkan untuk
tengah tubuh yang mencapai kulit, semakin dekat suhu kulit dengan suhu inti.
rentang normal.
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion K+ maupun Na+, melalui
membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik, hal ini bisa meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan neuron transmiter
sesuai dengan proses keperawatan meliputi aspek pengkajian, analisa data dan
evaluasi.
2.3.1 Pengkajian
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995
dalam Dermawan, 2012). Pengkajian dalam studi kasus ini meliputi data umum dan
data fokus pengkajian. Proses pengkajian yang dilakukan disesuaikan dengan daftar
data yang sesuai dengan buku Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).
konsep).
1) Pengkajian
(1) Identitas klien : terdiri dari nama, alamat, umur, status, diagnosa
kedatangan, no MR.
a. Keluhan utama
lemah,
f) Batuk ringan,
foto fobia,
a. Pengkajian umum
koma
c) Keadaan gizi : tinggi badan dan berat badan dengan gizi baik,
sedang, buruk
hepar.
2) Pemeriksaan penunjang
(1) Darah
46%)
N : pH 7,38-7,44
(2) Urin
1) Pengkajian penyebab
keperawatan yaitu :
(1) Dehidrasi
Pengkajian data mayor merupakan unsur data yang harus terpenuhi dalam
sesuai dengan masalah keperawatan dalam studi kasus ini yaitu sebagai
berikut :
(2) Data Objektif : suhu tubuh diatas nilai normal (N : 36,5 – 37,5 ºC)
25
Pengkajian data minor merupakan unsur data yang boleh terpenuhi dalam
minor sesuai dengan masalah keperawatan dalam studi kasus ini yaitu
sebagai berikut :
(2) Data Objektif : kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa
hangat.
meliputi :
(2) Hipertiroid
(3) Stroke
(4) Dehidrasi
(5) Trauma
(6) Prematuritas
1. Analisa data
berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
26
hasil pengkajian, maka analisa data dalam studi kasus ini disusun sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Analisa data asuhan keperawatan dengan masalah hipertermia pada
pasien DHF di Desa Jrengik Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang
2. Diagnosa keperawatan
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
27
luaran (outcome) (PPNI T. P., 2018). Intervensi keperawatan dalam studi kasus ini
sebagai berikut:
1. Intervensi utama
1) Manajeman hipertermia
(1)Observasi
(2)Terapeutik
(3)Edukasi
(4)Kolaborasi
2) Regulasi temperatur
(1)Observasi
(2)Terapeutik
panas
baru lahir
(3)Edukasi
bayi BBLR
(4)Kolaborasi
2. Intervensi tambahan
1) Edukasi termoregulasi
(1)Observasi
(2)Terapeutik
(3)Edukasi
2.3.4 Implementasi
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
31
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan (Gordon, 1994 dalam Potter & Perry, 2011 dalam Suparyanto,
2013).
dan intervensi tambahan sesuai situasi, kondisi serta respon pasien DHF.
2.3.5 Evaluasi
menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
keperawatan dalam studi kasus ini meliputi evaluasi sesuai dengan buku Standart
Luaran Keperawatan Indoensia (SLKI). Evaluasi dalam studi kasus ini ditulis
sebagai berikut :
2. Definisi : pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
3. Ekspektasi : membaik
4. Kriteria hasil :
9) Pucat menurun
17) Kadar glukosa darah membaik (GDA puasa < 100 mg/dL, GDA sesaat
19) Ventilasi membaik (tidak ada PCH, tidak ada retraksi otot dada)
mmHg..
57
DAFTAR PUSTAKA
1. Identitas pasien
Informasi didapat dari : Pasien Keluarga Hubungan: …
Orang lain
Nama : Ny. S Usia
: 55 tahun Jenis kelamin :
Perempuan Suku bangsa :
Madura
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Jrengik Sampang
Tanggal pengkajian : 06 Mei 2020
No. KK : 352707**********
Diagnosa medis : Dengue Hemorrhage Fever
2. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh badannya panas.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh badannya panas sejak 3 hari yang lalu. Pada tanggal 06 Mei
2020 klien memutuskan untuk periksa ke puskesmas Jrengik. Setelah uji
laboratorium klien di diagnosa menderita penyakit DHF grade 1, tetapi klien
tidak dirawat inap di puskesmas karena kondisi klien yang memungkinkan
tetap bisa menjaga asupan cairan tubuh, masih bisa melakukan rawat jalan serta
beristirahat di rumah. Klien diberi obat untuk dikonsumsi selama di rumah dan
diminta kontrol ulang pada tanggal 09 Mei 2020.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
(1) Pernah dirawat : Ya Tidak
(2) Riwayat penyakit kronik dan menular : Ya Tidak
Riwayat control : tidak ada
Riwayat penggunaan obat : tidak ada
(3) Riwayat alergi
Obat : Ya Tidak Jenis : tidak ada
Makanan : Ya Tidak Jenis : tidak ada
Lain-lain : Ya Tidak Jenis : tidak ada
(4) Riwayat operasi : Ya Tidak
Kapan : tidak ada
Jenis Operasi : tidak ada
(5) Lain-lain : tidak ada
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pada tahun 2018, keponakan dari Ny.S pernah menderita penyakit Dengue
Hemorrhage Fever juga.
5) Riwayat kesehatan lingkungan
Klien tinggal di lingkungan pedesaan yang cukup baik, dekat dengan jalan
raya. Rumah tempat tinggal klien bersih, memiliki halaman yang luas, ventilasi
yang cukup baik dan cahaya masuk dengan baik. Namun, rumah klien dekat
dengan selokan dan kandang hewan ternak, di halaman samping
59
3. Pola kesehatan
1) Persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Sebelum sakit: klien mengatakan belum mengerti penuh tentang penyakitnya
dan selalu periksa ke puskesmas bila sedang sakit.
Saat sakit: klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya, periksa
ke puskesmas dan minum obat yang diresepkan.
2) Nutrisi dan metabolism
Sebelum sakit: klien makan 3x dalam sehari dengan 1 porsi habis (nasi,
sayur, lauk, air putih). Tidak ada masalah pada sistem pencernaan klien.
Saat sakit: makan habis ½ porsi (nasi, sayur, lauk, air putih). Tidak pernah
mual ataupun muntah. Minum air putih lebih sedikit (±6 gelas) dari biasanya
karena terasa pahit.
3) Eliminasi
Sebelum sakit: klien mengatakan biasanya BAB setiap pagi, BAK normal
tidak ada masalah.
Saat sakit: klien mengatakan BAB 2 hari sekali, klien mengeluh sulit saat
BAB.
4) Tidur dan istirahat
Sebelum sakit: klien mengatakan tidak ada masalah dengan tidurnya. Klien
mengatakan tidur 6-7 jam sehari.
Saat sakit: klien mengatakan dirinya sulit tidur. Klien tidur hanya 5-6 jam
sehari.
5) Aktivitas
Sebelum sakit: klien mengatakan beraktifitas layaknya ibu rumah tangga
biasanya ditambah ia bekerja sebagai pengasuh anak.
Saat sakit: klien mengatakan ia istirahat total dari aktifitas biasanya dan lebih
sering beristirahat.
6) Hubungan dan peran
Sebelum sakit: klien mengatakan tidak ada masalah dengan keadaannya.
Dalam masyarakat ia dikenal sebagai orang yang ramah dan suka membantu
tetangga yang memiliki hajatan. Dalam keluarganya ia berperan sebagai ibu
rumah tangga.
Saat sakit: klien mengatakan tidak ada perubahan dalam peran, hanya saja ia
mengurangi berinteraksi dengan keluarga dan tetangganya.
7) Persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit: klien mengatakan dirinya adalah orang yang sehat.
Saat sakit: klien mengatakan bahwa aktivitasnya terganggu karena sakit yang
dideritanya.
8) Sensori dan kognitif
Sebelum sakit: klien mengatakan tidak ada masalah dengan keadaan saat ini.
Saat sakit: klien mengatakan tidak ada masalah dengan keadaan ia selama
sakit.
9) Reproduksi dan seksual
Sebelum sakit: klien adalah seorang janda tapi tidak memiliki keturunan.
Tidak ada masalah dalam hal reproduksi dan seksual.
60
Saat sakit: tidak ada masalah dalam hal reproduksi dan seksual.
10) Penanggulangan stress
Sebelum sakit: klien mengatakan jika ia merasa stress ia akan meningkatkan
intensitas ibadahnya, seperti banyak berdzikir, solat dan mengaji.
Saat sakit: klien mengatakan jika ada kendala selama ia sakit ia akan minta
tolong pada keluarganya.
4. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
2) Keadaan umum : Cukup
3) Kesadaran (GCS) : Composmentis (4,5,6)
4) Tekanan darah : 120/80 mmHg
5) Nadi : 84x/menit
6) RR : 24x/menit
7) Suhu : 39,2ºC
8) Data Subjektif :
Klien mengeluh badannya panas sejak 3 hari yang lalu. Pada tanggal 06 Mei
2020 klien memutuskan untuk periksa ke puskesmas Jrengik. Setelah uji
laboratorium klien di diagnosa menderita penyakit DHF grade 1, tetapi klien
tidak dirawat inap di puskesmas karena kondisi klien yang memungkinkan
tetap bisa menjaga asupan cairan tubuh, masih bisa melakukan rawat jalan serta
beristirahat di rumah. Klien diberi obat untuk dikonsumsi selama di rumah dan
diminta kontrol ulang pada tanggal 09 Mei 2020
9) Data Objektif :
a. Mayor
(1) Suhu tubuh klien 39,2ºC
b. Minor
(1) Kulit merah di bagian wajah, leher dan tangan
(2) Kulit terasa hangat
10) Kondisi klinis terkait :
Proses infeksi
Klien dinyatakan menderita penyakit Dengue Hemorrhage Fever
61
Lembar Terapi
Lain-Lain: -
62
DO:
Data mayor:
a. Suhu tubuh klien 39,2ºC
Data minor:
a. Kulit merah di bagian wajah,
tangan, leher.
b. Kulit terasa hangat
Hipertermia b/d Proses Infeksi Virus Dengue d/d Klien mengeluh badannya
terasa panas semua, suhu lebih dari normal (36,5-37,5ºC), kulit teraba panas,
kulit tampak memerah.
64