Disusun dan Diajukan untuk Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah Inovasi Pendidikan
Oleh:
Dosen Pengampu:
Drs. Alwis, M.Pd
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, Atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktu yang telah ditentukan dan tidak lupa penulis menghadiahkan sholawat beserta salam
untuk baginda nabi yang mulia Muhammad saw dan para sahabatnya.
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata yang sempurna untuk itu penulis
selalu membuka diri akan kritik dan saran yang membangun bagi pembaca untuk
melengkapi lembaran ini. Kami berharap semoga ma ka la h ini dapat bermanfaat bagi kita
semua yang membacanya dan dapat sedikit mewujudkan pengetahuan di dalam
makalah ini. Sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak selaku
dosen mata kuliah perilaku dan budaya organisasi yang telah memberikan tugas makalah
kepada kami untuk di presentasikan.
Sekian dari penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan baik dari segi penulisan
maupun dalam presentasinya nanti.
Penyusun
DAFTAR ISI
Judul.................................................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……........................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................3
A. Kesimpulan.....................................................................................11
B. Saran...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Hakikat, Jenis Pendidik dan Tenaga Kependidikan?
2. Bagaimana Multiperan dan kompentensi pendidik serta tenaga pendidik?
3. Bagaimana Pendidikan dan Pelatihan Pendidik serta Tenaga Kependidikan?
4. Bagaimana Inovasi Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan?
5. Bagaimana Analisis Manajemen berbasis Sekolah?
6. Apa saja Inovasi dalam Organisasi?
7. Keputusan apa saja yang terdapat dalam Inovasi dalam Organisasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca mengetahui Hakikat, Jenis Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
2. Agar pembaca mengetahui Multiperan dan kompentensi pendidik serta tenaga
pendidik
3. Agar pembaca mengetahui Pendidikan dan Pelatihan Pendidik serta Tenaga
Kependidikan
4. Agar pembaca mengetahui Inovasi Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan
BAB II
ISI MAKALAH
Di lembaga pendidikan formal, guru menjalankan tugas pokok dan fungsi yang
bersifat multiperan, yaitu sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih. Istilah pendidik
memperlihatkan pada pembinaan dan pengembangan afeksi peserta didik. Istilah pengajar
memperlihatkan pada pembinaan dan pengembangan pengetahuan atau asah otak-intelektual.
Adapun istilah pelatih, meskipun tidak lazim menjadi sebutan untuk seorang guru,
peningkatan pada pembinaan dan pengembangan keterampilan peserta didik, seperti yang
dilakukan oleh guru keterampilan.
Salah satu ciri profesi adalah adanya kontrol yang ketat atas para anggotanya.
Suatu profesi ada dan diakui masyarakat karena ada usaha dari para anggotanya untuk
menghimpun diri. Melalui organisasi tersebut, profesi dilindungi dari kemungkinan
penyalahgunakan yang dapat membahayakan keutuhan dan kewibawaan profesi itu.
Kode etikpun disusun dan disepakati oleh para anggotanya.
a. fungsi pemersatu. Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif
yang mendasarinya, yaitu organisasi yang menggerakan para profesional untuk
membentuk suatu organisasi keprofesian. Organisasi profesi kependidikan
merupakan wadah pemersatu berbagai potensi profesi kependidikan dalam
menghadapi kompleksitas tantangan dan harapan masyarakat pengguna jasa
kependidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut, diharapkan organisasi
profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam kebijakan
kebijakan dalam melakukan tindakan bersama, yaitu upaya untuk melindungi
dan memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi kependidikan dan
kepentingan masyarakat pengguna jasa profesi ini.
b. Fungsi peningkatan kemampuan profesional. Fungsi ini secara jelas tertuang
dalam PP No. 38 tahun 1992, Pasal 61 yang menyebutkan "tenaga
kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah
mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan
kesejahteraan tenaga kependidikan." Peraturan pemerintah tersebut
menunjukkan adanya legalitas formal yang tersirat mewajibkan anggota
profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya
melalui organisasi atau ikatan profesi kependidikan.
Permen No. 16 tahun 2007 kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik, di
dalamnya adalah kompetensi kepribadian, pendagogik, sosial, dan profesional.
a. Kompetensi kepribadian, indikatornya: Penampilan fisik yang baik;
Penampilan sikap; Penampilan intelektual; Penampilan spiritual; Advertising
(ketahanan diri).
b. Kompetensi pedagogik Pendidik harus mampu memahami anak; Mampu
menyusun perencanaan; Melaksanakan pembelajaran; Mengevaluasi,
menganalisis, dan melaksanakan tindak lanjut; Mampu memotivasi.
c. Kompetensi sosial, melakukan hubungan yang baik dengan: Keluarga; Anak
didik dan orangtua; Teman-temannya; Pimpinannya; Masyarakat yang lebih
luas.
d. Kompetensi profesional, pendidik harus senantiasa meningkatkan kemampuan
dan mengembangkan wawasan, di mana: mengikuti diklat; Seminar;
Mengaktifkan MGMP dan KKG Melakukan penelitian tindakan; Lanjutkan
kuliah ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
C. Pendidikan dan Pelatihan Pendidik serta Tenaga Kependidikan berbasis
Kompetensi
2. Syarat Organisasi
syarat-syarat organisasi, termasuk organisasi pendidikan, adalah sebagai berikut.
a. Memiliki tujuan yang dirumuskan dengan jelas. Rumusan tujuan yang akan
mempermudah penentuan struktur dan fungsi organisasi tersebut.
b. Memiliki pembagian tugas yang jelas. Suatu organisasi terdiri atas beberapa
posisi yang mempunyai tanggung jawab dan tugas yang jelas. Meskipun
memungkinkan adanya pergantian orang dalam suatu organisasi, tugas dan
fungsi setiap posisi itu tidak berubah dan tetap pada tujuan organisasi.
c. Memiliki kejelasan otoritas (kewenangan). Tidak semua posisi dalam
organisasi memiliki kewenangan yang sama. Dalam pengaturan
kewenangannya diperjelas tentang pertanggung- jawaban setiap peringkat.
d. Memiliki dasar / umum (tujuan atau syarat susunan pengurus) dan aturan
khusus (perincian kegiatan, aturan pengurus) atau biasa disebut dengan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
3. Asas-asas Organisasi Asas-asas organisasi berdasarkan pendapat Mulyono (2009)
yaitu: (1) kejelasan tujuan; (2) pembagian tugas; (3) fungsional; (3) pengembangan
jabatan fungsional; (4) koordinasi; (5) kesinambungan (6) kesederhanaan; (7)
keluwesan; (8) akordion; (9) pendelegasian berwenang: (10) kendali kendali; (11) jalur
dan staf; dan (12) kejelasan dalam pembangunan.
Dalam manajemen pendidikan dikenal adanya dua pengaturan, yaitu sentralisasi dan
desentralisasi. Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu bentuk inovasi
dalam pengelolaan pendidikan di sekolah dengan pendekatan yang lebih dekat dengan
masyarakat. Manajemen berbasis sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian
sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua
pemangku kepentingan yang berkaitan dengan sekolah secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau
mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan manajemen berbasis sekolah (MBS)
adalah meningkatkan mutu pendidikan. Dengan adanya MBS, sekolah dan masyarakat
tidak perlu menunggu perintah dari atas. Mereka dapat mengembangkan visi yang
sesuai dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri. Dalam
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS), alokasi dana kepada sekolah menjadi
lebih besar dan sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan sekolah.
Sekolah lebih bertanggung jawab terhadap perawatan, kebersihan, dan penggunaan
sekolah, termasuk pengadaan buku dan bahan belajar. Hal tersebut pada akhirnya akan
meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas. Sekolah
membuat perencanaan dan mengambil inisiatif sendiri untuk meningkatkan mutu
pendidikan dengan melibatkan masyarakat di sekitarnya dalam proses tersebut. Kepala
sekolah dan guru dapat bekerja lebih profesional dalam memberikan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan anak di sekolahnya. MBS merupakan salah satu komponen
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. MBS yang akan
dikembangkan merupakan bentuk pengelolaan sekolah dalam program desentralisasi
bidang pendidikan, dengan adanya otonomi luas di tingkat sekolah, Partisipasi
masyarakat yang tinggi, tetapi masih dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
MBS harus meningkatkan peningkatan proses mengajar, sehingga hasil belajar semakin
meningkat. Sekolah yang menerapkan prinsip prinsip MBS adalah sekolah yang harus
bertanggung jawab.
G. Keputusan Inovasi dalam Organisasi
Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) oleh individu (unit
pengambilan keputusan yang lain), mulai dari pertama kali tahu adanya inovasi,
kemudian dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan
menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap
keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang
dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung
dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan
ysng baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau
menerima inovasi dan menerapkannya.
Ada beberapa macam keputusan inovasi dalam sebuah organisasi, yaitu sebagai
berikut.
1. Keputusan Otoritas
Keputusan otoritas dibuat oleh seorang sekelompok kecil orang-orang yang sering
disebut sebagai kelompok dominan dalam suatu organisasi. Ini, keputusan untuk
menolak atau menerima inovasi yang dipaksakan kepada anggota organisasi oleh para
petinggi organisasi (orang yang mempunyai kekuasaan).
2. Keputusan Kolektif
Rogers dan Soemaker (1971) mendefinisikan keputusan kolektif sebagai cara yang
digunakan para anggota sistem sosial untuk menerima atau menolak inovasi dengan
kesepakatan bersama dan semua anggota harus menerima keputusan yang telah dibuat
bersama tersebut. Keputusan kolektif oleh organisasi yang dibentuk secara sukarela,
misalnya organisasi kesenian atau olahraga. Menurut Schein (1997), ada dua hal yang
menghambat dilaksanakannya pengambilan keputusan, yaitu:
a. Anggota minoritas sering tidak cukup waktu pada saat hal yang diputuskan,
sehingga mereka memahami secara mendalam.
b. Kelompok minoritas menganggap bahwa dalam pemungutan suara itu terjadi dua
kelompok yang bersaing. Saat ini kalah dan mereka akan menunggu kesempatan
untuk berjuangan mendapatkan kemenangan pada pemungutan suara pada waktu
yang akan datang.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Jadi, Pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Secara
fungsional kata pendidik dapat diartikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan dan
keterampilan. Pendidik dan tenaga kependidikan adalah dua “profesi” yang sangat berkaitan
erat dengan dunia pendidikan, sekalipun lingkup keduanya berbeda.
Tenaga kependidikan di sini adalah dikontrol termaktub di dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 38 tahun 1992 tanggal 17 Juli 1992. Dalam PP tersebut Pasal 3 ayat (1) sampai (3)
dinyatakan:
c. Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan
pimpinan satuan pendidikan luar sekolah.
Di lembaga pendidikan formal, guru menjalankan tugas pokok dan fungsi yang
bersifat multiperan, yaitu sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih. Istilah pendidik
memperlihatkan pada pembinaan dan pengembangan afeksi peserta didik. Istilah pengajar
memperlihatkan pada pembinaan dan pengembangan pengetahuan atau asah otak-intelektual.
Adapun istilah pelatih, meskipun tidak lazim menjadi sebutan untuk seorang guru,
peningkatan pada pembinaan dan pengembangan keterampilan peserta didik, seperti yang
dilakukan oleh guru keterampilan.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan
secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait
dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi
kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
B. Saran