Anda di halaman 1dari 9

EDAJ 4 (1) (2015)

Economics Development Analysis Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

PERCEPATAN DWELLING TIME : STRATEGI PENINGKATAN KINERJA


PERDAGANGAN INTERNASIONAL PELABUHAN TANJUNG PRIOK

Wahyu Septi Utami

Bank Mandiri, Indonesia


Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini memiliki bertujuan untuk menganalisis strategi kebijakan yang dapat
Diterima Januari 2015 diimplementasikan untuk mempercepat waktu tinggal di pelabuhan Tanjung Priok, dalam rangka
Disetujui Januari 2015 meningkatkan kinerja dalam perdagangan internasional. Penelitian ini menunjukkan hasil analisis
Dipublikasikan Februari dari wadah perhitungan impor tinggal waktu di Pelabuhan Tanjung Priok yang saat tinggal di
2015 pelabuhan Tanjung Priok pada 2013 adalah 8,59 hari, menunjukkan tinggal waktu masih di bawah
______________ standar kelayakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru
Keywords: Sistem Logistik Pembangunan Nasional adalah 3 hari. Berdasarkan hasil analisis SWOT
dwelling time; the port of disimpulkan bahwa kinerja Pelabuhan Tanjung Priok berada di quadran saya posisi (1,24; 1,25)
Tanjung Priok; import Strategi yang digunakan untuk meningkatkan Pelabuhan Tanjung Priok SO tinggal waktu, yaitu
container dwelling time; meningkatkan jumlah jalur importir MITA, memperbanyak sejajar dengan bea cukai, insentif untuk
SWOT awal PIB, mengoptimalkan INSW dan adat istiadat, meningkatkan kerjasama para pemangku
____________________ kepentingan, membangun Cikarang Dry Port (CDP) sebagai perluasan dari Komisi Pemilihan
Umum Bea Pelabuhan Tanjung Priok.

Abstract
________________________________________________________________
This research had an aims to to analyze the policy strategies that can be implemented to accelerate the dwelling
time at Tanjung Priok port, in order to improve performance in international trade. This research showed results
of analysis of container import calculation dwelling time at Tanjung Priok Port that the dwelling time at
Tanjung Priok port in 2013 was 8,59 days, indicating dwelling time is still below standard eligibility is based
on Government Regulation No. 26 Year 2012 on the Blueprint of the National Logistics System Development
is 3 days. Based on the results of the SWOT analysis concluded that the performance of the Tanjung Priok Port
was in quadran I the position (1,24; 1,25) Strategies used to improve the Port of Tanjung Priok is SO dwelling
time, ie increasing the number of lanes importers MITA, multiply the parallel to the customs clearance,
incentives for early PIB, optimize INSW and customs, enhancing cooperation stakeholders, establish Cikarang
Dry Port (CDP) as an extension of the Election Commission of Customs Port of Tanjung Priok.

© 2015 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6765
Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: edaj_unnes@yahoo.com

82
Wahyu Septi Utami/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

kurang lancarnya arus distribusi barang dalam


PENDAHULUAN
mendukung aktivitas perdagangan internasional.
Posisi Indonesia masih jauh tertinggal Kondisi infrastruktur di pelabuhan yang ada
dari beberapa negara seperti Singapura, sekarang ini dinilai masih kurang memadai.
Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina.World Seperti contoh di negara China, Posisi penting dari
Bank menyebutkan bahwa kinerja logistik pelabuhan Cina menunjukkan bahwa Cina telah
Indonesia diukur dari komponen Logistics membuat investasi modal yang besar di fasilitas
Performance Index (LPI) masih belum efisien. pelabuhan dalam beberapa tahun terakhir (Song &
Berdasarkan enam kategori dalam LPI, Geenhuizen, 2014).
kinerja Indonesia lebih buruk dibandingkan Lemahnya dukungan sektor logistik
kelima negara tersebut hampir dalam semua nasional memicu berbagai permasalahan dalam
kategori kecuali ketepatan waktu (timeliness). distibusi barang dikarenakan kurangnya efisiensi
Pada kategori kepabeanan (customs) dan pelayanan kepabeanan serta infrastruktur
infrastruktur merupakan dua kategori dengan terutama terkait masalah lamanya waktu bongkar
nilai terendah untuk kinerja logistik Indonesia. muat barang di pelabuhan (dwelling time).
Menurut Logistics Performance Index (LPI), Dwelling time merupakan ukuran waktu yang
permasalahan utama tingginya biaya logistik dibutuhkan kontainer impor sejak kontainer
nasional disebabkan dari dibongkar dari waktu kapal sandar (berthing)
masalah infrastruktur yang berkontribusi sampai dengan keluar dari kawasan pelabuhan
terhadap kelancaran barang di pelabuhan. Hal (gate out). Dwelling time terjadi karena beberapa
ini merupakan hambatan di bidang logistik faktor salah satu yang paling dominan adalah
Indonesia yang berdampak pada melemahnya ketidaksiapan pelabuhan dalam mengantisipasi
daya saing nasional. arus barang.
Permasalahan sistem transportasi Permasalahan stagnasi yang dialami
logistik nasional seperti infrastruktur, pelabuhan saat ini disebabkan pada lamanya
mekanisme kepabeanan, biaya dan efisiensi dwelling time yang dapat menghambat kinerja
menjadi perhatian utama. Perkembangan perdagangan internasional. Selama ini dwelling
prioritas transportasi menjadi langkah-langkah time di Indonesia jauh lebih lama dibandingkan
pembangunan yang efisien dan berkelanjutan ( dengan negara-negara lain di Asia Tenggara.
Shi & Xiaoguang Yang, 2013). Negara kepulauan Thailand misalnya, hanya membutuhkan waktu
seperti Indonesia perlu fokus pada reformasi 5 hari, Malaysia 4 hari, dan Singapura 1 hari.
sistem transportasi (Wan, et al., 2013), sistem Lamanya dwelling time membuat daya saing
transportasi laut yang efisien dan terkelola Indonesia tertinggal dengan negara lain.
dengan baik merupakan komponen penting Oleh karena itu, dwelling time dapat
dalam persaingan ekonomi khususnya dijadikan sebagai ukuran efisiensi sistem logistik
kompetensi industri logistik serta integritas nasional untuk meningkatkan kinerja logistik
nasional suatu bangsa. dalam perdagangan internasional. Hal ini
Permasalahan High Cost Economy saat menunjukkan sektor logistik semakin penting
ini membelit pelabuhan di Indonesia dikarenakan dalam mendukung perkembangan daya saing
kualitas pelayanan rendah serta kurangnya pelabuhan suatu negara.
sarana dan prasarana infrastruktur yang Pelabuhan yang dikelola dengan efektif
memadai sehingga mengakibatkan sering dan efisien serta dilengkapi dengan fasilitas yang
terjadinya keterlambatan pengiriman barang memadai akan membawa dampak positif bagi
tidak sampai tepat waktu. perdagangan dan perindustrian dari daerah
Infrastruktur pelabuhan di Indonesia penyanggga tempat pelabuhan tersebut berada.
tidak dikelola dengan baik sehingga dapat Oleh karena itu, pelabuhan mempunyai peran
memicu terjadinya pembengkakan biaya logistik penting dalam perdagangan internasional.
nasional. Oleh karena rendahnya daya saing Berdasarkan tren lamanya dwelling time
infrastruktur memberikan kontribusi terhadap di Indonesia, penulis melakukan studi kasus di

83
Wahyu Septi Utami/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. produksi sangat menentukan keunggulan atau
Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan tingkat daya saingnya.
terbesar dan tersibuk dalam melayani lebih dari Teori Keunggulan Komparatif dari Mill
dua per tiga perdagangan internasional, berfungsi (Boediono, 1994:208) beranggapan bahwa suatu
sebagai pintu gerbang utama berlangsungnya negara akan mengkhususkan diri pada ekspor
kegiatan ekspor maupun impor barang dalam barang tertentu bila negara tersebut memiliki
mengendalikan angkutan kargo internasional keunggulan komparatif (comparative advantage)
dibanding pelabuhan lain. terbesar, dan akan mengkhususkan diri pada
Pelabuhan Tanjung Priok merupakan impor barang bila negara tersebut memiliki
tempat dimana terjadi banyak transaksi, namun kerugian komparatif (comparative
juga merupakan tempat paling banyak terjadinya disadvantage).
perlambatan pengiriman barang. Ketidaksiapan
Kemudian teori perdagangan
Pelabuhan Tanjung Priok dalam mengantisipasi
internasional David Ricardo mulai dengan
pertumbuhan arus barang dikarenakan
anggapan bahwa lalu lintas pertukaran
infrastruktur belum mengalami perbaikan
internasional hanya berlaku antara dua negara
sehingga dapat memperburuk situasi bottleneck.
yang diantara mereka tidak ada daerah pabean,
Kemacetan di sekitar kawasan Pelabuhan
serta antara kedua negara tersebut hanya beredar
Tanjung Priok masih akan terus berlangsung, hal
uang emas.
ini meresahkan kalangan pengusaha karena tidak
Teori comparative advantage telah
adanya kepastian bagi pemilik barang terkait
berkembang menjadi dynamic comparative
proses pengeluaran barang yang memakan
advantage yang menyatakan bahwa keunggulan
waktu cukup lama. Berdasarkan latar belakang di
komparativ dapat diciptakan. Oleh karena itu
atas maka rumusan masalah yang diangkat
penguasaan teknlogi dan kerja keras menjadi
penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
faktor keberhasilan suatu negara. Bagi negara
berikut (1) Apakah dwelling time di Pelabuhan
yang menguasai teknologi akan semakin
Tanjung Priok telah memenuhi standar
diuntungkan dengan adanya perdagangan bebas
kelayakan? (2) Apa aspek-aspek yang
ini, sedangkan negara yang hanya mengandalkan
menyumbang meningkatnya dwelling time di
kekayaan alam seperti Indonesia akan kalah
Pelabuhan Tanjung Priok? (3) Bagaimana strategi
dalam persaingan internasional (Donald, 2000:
kebijakan yang disarankan dalam mempercepat
112).
dwelling time guna meningkatkan kinerja
Teori modern tentang perdagangan
perdagangan internasional di Pelabuhan
internasional menurut Hecksher dan Ohlin
Tanjung Priok? Berikut beberapa teori yang
adalah terdapat pada faktor proporsi menyatakan
menjadi landasan dalam penelitian ini.
bahwa perbedaan dalam opportunity cost suatu
Perdagangan internasional adalah
negara dengan negara lain karena adanya
kegiatan perdagangan barang-barang dan jasa,
perbedaan faktor produksi yang dimilikinya
yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
(Boediono, 1994: 105).
dengan penduduk negara lain. Perdagangan luar
Teori ini menyatakan bahwa suatu
negeri timbul karena pada hakekatnya tidak ada
negara akan mengekspor barang-barang yang
satupun negara didunia ini yang dapat
lebih intensif dalam faktor-faktor yang berlebih.
menghasilkan semua barang dan jasa untuk
Oleh karena itu, teori ini menekankan peranan
memenuhi kebutuhan seluruh penduduk
yang saling berkaitan antara bagian-bagian
(Deliarnov,1995: 44).
dimana faktor-faktor yang berbeda dalam
Teori Keunggulan Mutlak dari Adam
produksi dapat diperoleh diberbagai negara dan
Smith mengemukakan bahwa setiap negara
proporsi-proporsi dimana mereka dipergunakan
akan melakukan spesialisasi, dimana negara
dalam memproduksi berbagai macam-macam
tersebut memiliki keunggulan absolute (absolute
barang (Hadis, 1996: 91).
advantage). Teori ini menekankan efisiensi
Impor adalah pengiriman barang
dalam penggunaan inputnya, didalam proses
84
Wahyu Septi Utami/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

dagangan dari luar negeri ke pelabuhan di seluruh opportunity cost, accounting cost dan economic
wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas yang cost. Bagi para ekonom konsep biaya yang
dianggap luar negeri yang bersifat komersial terpenting adalah social atau opportunity cost
maupun bukan komersial. Barang- barang luar (Nicholson,1989: 253). Oleh karena sumber daya
negeri yang diolah dan diperbaiki di dalam langka dan terbatas, dalam setiap keputusan
negeri dicatat sebagai barang impor meskipun ekonmi untuk memproduksi barang dan jasa
barang tersebut akan kembali ke luar negeri akan menyebabkan tidak diproduksinya barang
(Hutabarat, 1996: 403) dan jasa lainnya. Pada umumnya opportunity
Daya saing adalah konsep cost disatukan dalam sebuah mata uang, karena
perbandingan kemampuan dan kinerja dalam mengekspresikan opportunity cost dalam
perusahaan, sub-sektor atau negara untuk bentuk fisik sering kali kesulitan (inconvinient).
menjual dan memasok barang dan atau jasa yang Tiga pilihan strategi generik yang sering
diberikan dalam pasar. Daya saing sebuah negara digunakan dalam suatu bisnis, yakni :
dapat dicapai dari akumulasi daya saing differensial, cost leadership dan focus. Strategi
strategis setiap perusahaan. Proses penciptaan menekan biaya produksi (cost leadership)
nilai tambah (value added creation) berada mengharuskan perusahaan untuk menekan biaya
pada lingkup perusahaan. Sementara pada ruang serendah mungkin dengan cara meningkatkan
lingkup negara, daya saing suatu bangsa efisiensi operasi atau kualitas produk (Porter,
ditentukan oleh interaksi antara kinerja ekonomi 1994: 156).
makro, seberapa jauh kebijakan pemerintah Keunggulan biaya merupakan satu dari
kondusif bagi dunia usaha, kinerja dunia usaha dua jenis keunggulan bersaing yang dimiliki oleh
dan infrastruktur. (Mudrajad Kuncoro, perusahaan. Perusahaan yang berorientasi
2007:41). ekspor dapat mencapai dan mempertahankan
Infrastruktur merupakan biaya tetap keseluruhan keunggulan biaya maka perusahaan
sosial yang langsung mendukung produksi. akan memiliki kinerja diatas rata-rata dalam
Infrastruktur sebagai instrument untuk industrinya dengan asumsi dapat menguasai
memperlancar berputarnya roda perdagangan harga rata-rata industri (Porter,1994: 190).
internasional sehingga dapat memperlancar
akselerasi pembangunan (Basri. 2002: 300). METODE PENELITIAN
Infrastruktur dibedakan menjadi
Metode Pengumpulan data
infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial.
Infrastruktur ekonomi diantaranya utilitas publik 1. Penelitian Lapangan
seperti listrik, telekomunikasi, suplai air bersih, Dilakukan untuk memperoleh data primer
sanitasi, dan saluran pembuangan gas termasuk melalui riset lapangan secara sistemik sebagai
infrastruktur pekerjaan umum seperti pelabuhan, berikut:
jalan kereta api, angkutan transportasi dan a) Observasi
bandara (Familioni,2004: 211) Melakukan pengamatan langsung pada
obyek yang akan diteliti
Distribusi adalah penyaluran barang dari b) Wawancara
suatu tempat ketempat lainnya atau dari Metode pengumpulan data dilakukan
produsen ke konsumen untuk dimanfaatkan dengan beberapa pihak terkait di Pelabuhan
(Nirwan Sembiring,1991:39). Distribusi adalah Tanjung Priok
c) Angket
bagian dari bauran pemasaran (Produk, Harga,
Metode pengumpulan data melalui
Distribusi, dan Promosi) yang memegang kuesioner untuk meminta informasi yang
peranan cukup penting, karena Distribusi dibutuhkan
berperan dalam pengalokasian barang agar 2. Penelitian Kepustakaan
mudah dijankau oleh konsumen. Dimana Agar skripsi ini tidak menyimpang jauh
distribusi itu sendiri terdiri dari Saluran Distribusi dari teori-teori yang ada dan untuk memperoleh
dan Distribusi Fisik. data sekunder guna melengkapi data yang sudah
Tiga konsep biaya atau ongkos yakni tersedia.
85
Wahyu Septi Utami/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

Teknik Analisis Data peluang (opportunities) dan ancaman (threats)


Penelitian ini menganalisis dengan faktor internal yaitu kekuatan (strengths)
permasalahan dwelling time di Pelabuhan dan kelemahan (weaknesses).
Tanjung Priok dengan menggunakan analisis
deskriptif kuantitatif-kualitatif. Metode analisis HASIL DAN PEMBAHASAN
penulisan ini menggunakan metode perhitungan Import Container Dwelling Time
Import Container Dwelling Time dan metode
Hasil penelitian menjelaskan beban
analisis SWOT.
proses pre-clearance memakan persentase
1. Metode Perhitungan Import Container
cukup besar dibandingkan pada tahap custom
Dwelling Time
clearance dan post clearance. Rata-rata pada
Perhitungan import container dwelling
tahun 2013, pre-clearance sebesar 58%, custom
time dapat dijadikan sebagai acuan utama dalam
clearance sebesar 24%, post clearance sebesar
melihat penyebab lamanya dwelling time di
17%.
Pelabuhan Tanjung Priok. Perhitungan Import
Aktivitas perdagangan internasional di
Container Dwelling Time dilakukan dengan
Pelabuhan Tanjung Priok terdapat berbagai
melihat beberapa proses yaitu pre- clearance,
kendala, yaitu kendala pre clearance antara lain
customs clearance, dan post- clearance yang
harmonisasi dan penerapan manajemen resiko
menjadi penyumbang tingginya dwelling time di
dalam penerbitan ijin lartas, persyaratan lokasi
Pelabuhan Tanjung Priok. Melihat ketiga proses
penimbunan terkait prenotification, terkait
tersebut, dapat mengidentifikasi apakah dwelling
persyaratan kepabeanan. Kendala customs
time mengalami batas standar kelayakan,
clearance antara lain keterbatasan lahan untuk
sehingga penulis menggunakan analisis
Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu/TPFT,
terhadap Import Container Dwelling Time dapat
belum optimalnya pemanfaatan TPFT
dirumuskan sebagai berikut (World Bank,
(longroom), ketidaksiapan Sumber Daya
2011).
Manusia/SDM, keterbatasan sarana/prasarana,
DT = TP + TCC + TPC
kesalahan pengisian Pemberitahuan Impor
DT = Import Container Dwelling Time
Barang/PIB dan penyampaian dokumen
TP = Lama Waktu Pre Clearance
pelengkap pabean. Selain itu, juga kendala pada
TCC= Lama Waktu Customs Clearance
post clearance antara lain terkait buruknya
TPC= Lama Waktu Post Clearance
infrastruktur dan fasilitas pelabuhan serta
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
perilaku importir.
Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru
Komponen pre-clearance memiliki
Pengembangan Sistem Logistik Nasional
kontribusi terhadap dwelling time pada jalur
menetapkan lamanya dwelling time selama 3
MITA, jalur hijau, jalur kuning, jalur merah, dan
(tiga) hari. Sehingga semakin besar nilai import
jalur merah HICO dengan presentase rata-rata
container dwelling time maka dwelling time
masing-masing sebesar 64,67%, 76,82%,49,28%,
terhadap kinerja perdagangangan internasional di
37,27%, dan 33,12%.
Pelabuhan Tanjung Priok akan semakin tinggi
Komponen customs clearance memiliki
begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil nilai
kontribusi pada jalur MITA, jalur hijau, jalur
dwelling time terhadap kinerja perdagangangan
kuning, jalur merah, dan jalur merah HICO
internasional di Pelabuhan Tanjung Priok akan
dengan presentase rata-rata masing- masing
semakin rendah.
sebesar 0,22%, 0,15%, 40,65%, 62,62%, dan
2. Metode Analisis SWOT
56,24%. Komponen post- clearance memakan
Metode ini digunakan untuk
waktu kontribusipada jalur hijau, jalur kuning,
menentukan strategi pengembangan dalam
jalur merah, dan jalur mita dengan presentase rata-
mempercepat dwelling time di Pelabuhan
rata masing-masing sebesar 35,39%,
Tanjung Priok. Pada analisis SWOT
22,78%,9,06%, 6,33%, dan 15,28%.
menggunakan kerangka kerja yaitu dengan
Melihat total 64.8971 peti kemas pada
membandingkan antara faktor eksternal yaitu
86
Wahyu Septi Utami/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

tahun 2013, jalur hijau memiliki persentase karena keistimewaan yang diberikan kepada
jumlah peti kemas paling banyak dibandingkan importir jalur MITA dapat mengurangi lamanya
dengan keempat jalur lainnya yaitu sebanyak waktu persiapan dokumen PIB dan membuat
307.586 peti kemas (47,39%). Sedangkan MITA sistem pembayaran pajak dan bea masuk menjadi
memiliki jumlah terbanyak kedua yaitu lebih cepat dan efisien dibandingkan jalur
sebanyak 230.611 peti kemas (35,53 %). Jalur lainnya.
merah memiliki jumlah terbanyak ketiga yaitu Selain pada jalur Hijau dan MITA
sebanyak 81.870 peti kemas atau 12,62 %. Jalur dilakukan pemeriksaan fisik pada tahapan
kuning memiliki persentase jumlah yang hampir customs clearance. Sedangkan lama waktu rata-
sama, dengan jumlah masing-masing peti kemas rata customs clearance bergantung pada
sebanyak 62.113 peti kemas (9,57%) serta jalur dilakukan atau tidaknya pemeriksaan fisik dan
merah HICO memiliki jumlah peti kemas penelitian dokumen. Pada peti kemas jalur hijau
sebanyak 28.904 peti kemas (4,45%). dan MITA tidak dilakukan pemeriksaan fisik dan
Hasil statistik untuk tahun 2013 penelitian dokumen untuk mendapatkan
disimpulkan bahwa peti kemas jalur hijau dokumen SPPB sehingga lama waktu rata-rata
memiliki kontribusi paling besar terhadap customs clearance menjadi sangat singkat. Pada
import container dwelling time di Pelabuhan jalur hijau dan prioritas, segera setalah PIB
Tanjung Priok, dengan total keseluruhan jumlah diajukan ke kantor pabean atas importasi tersebut
peti kemas yang ada. Secara keseluruhan langsung mendapatkan SPPB. Bahkan dalam
dwelling time Pelabuhan Tanjung Priok tahun kasus-kasus tertentu barang impor langsung
2013 rata- rata memiliki durasi yaitu 8,59 hari. dibongkar dari kapal ke atas truk (truck losing)
Apabila dilihat dwelling time proses untuk dibawa ke lokasi importir tanpa harus
ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara
penjalurannya, pada jalur MITA memiliki rata-
(TPS) di pelabuhan. Contoh: barang-barang yang
rata dwelling time yang paling singkat
termasuk kategori barang yang riskan ditimbun di
dibandingkan keempat jalur lainnya yaitu pada
Unit Terminal Peti Kemas (UPTK), atau barang
2013 sebesar 5,64 hari. Sedangkan jalur hijau
yang sangat dibutuhkan oleh industri, seperti:
memiliki rata-rata dwelling time yang hampir
sayur mayur, buah-buahan, dan bahan peledak.
sama yaitu selama yaitu pada 2013 sebesar 7,02
Sejalan dengan hal itu maka peti kemas
hari. Selanjutnya jalur kuning memiliki rata- rata
jalur merah memiliki waktu rata- rata customs
dwelling time yaitu pada 2013 sebesar 11,97
clearance yang paling lama dibandingkan jalur
hari. Jalur merah memiliki rata-rata dwelling
lainnya, disusul oleh peti kemas jalur kuning.
time paling lama dibandingkan keempat jalur
Jalur kuning lebih singkat karena tidak dilakukan
lainnya yaitu pada 2013 sebesar17,42 hari dan
pemeriksaan fisik hanya pemeriksaan dokumen
jalur merah HICO 14,55 hari.
saja. Proses customs clearance pada jalur merah
Lama waktu rata-rata komponen pre
ini sebenarnya yang menimbulkan dwelling time
clearance dan customs clearance cenderung
semakin buruk karena barang harus mengendap
berkurang sejalan dengan kemudahan jenis
sampai diterbitkannya SPPB dan baru dapat bisa
penanganan barang peti kemas tsb. Mulai dari
diambil oleh importir.
penanganan yang paling rumit pada jalur merah
Penetapan jalur merah atas
sampai penanganan yang paling mudah pada
penyampaian dokumen pemberitahuan impor
jalur MITA. Hal ini tidak terlepas dari
pada prinsipnya bukan petugas pabean. Pejabat
keistimewaan yang diberikan kepada importir
pabean tidak menetapkan penetapan jalur merah
jalur MITA seperti dapat mengirim dokumen
atas sekehendaknya, atas perasaan suka atau
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) tanpa
tidak suka kepada importir. Penetapan jalur
manifest, pembayaran dilakukan berkala dan
merah terjadi atas tindakan importir itu sendiri.
dapat dilakukan secara deffered payment.
Suatu dokumen PIB aan terkena penetapan jalur
Adanya kemudahan tersebut, lama
merah jika profil importir berisiko tinggi.
waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk
Demikian juga suatu PIB akan
preclearance dapat berkurang secara signifikan
ditetapkan jalur merah jika importir mengimpor
87
Wahyu Septi Utami/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

komoditi dengan kriteria tertentu. PIB yang importir jalur MITA seperti dapat mengirim
terkena jalur merah menimbulkan konsekuensi dokumen PIB tanpa manifest, dan pembayaran
pemeriksaan fisik atas barang yang diimpor, dilakukan berkala.
dengan segala risikonya. Adanya kemudahan tersebut, lama
Suatu importasi ditetapkan pada jalur waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk pre-
merah, pihak importir harus bersedia clearance dapat berkurang secara signifikan
memeriksakan barang yang diimpornya dengan karena keistimewaan yang diberikan kepada
segala risikonya. Biaya dan waktu merupakan importir jalur MITA Prioritas dapat mengurangi
hal yang harus ditanggung oleh importir jika lamanya waktu persiapan dokumen PIB dan
terkena jalur merah. Di Indonesia tingkat membuat sistem pembayaran pajak dan bea
penetapan jalur merah atas proses pemeriksaan masuk menjadi lebih cepat dan efisien
dokumen pabean masih termasuk tinggi dibandingkan jalur lainnya. Sedangkan lama
berdasarkan dari data bea cukai tahun 2013 waktu rata-rata customs clearance bergantung
yaitu 20%. Untuk menekan tingkat penetapan pada dilakukan atau tidaknya pemeriksaan fisik
jalur merah menjadi rendah, peran serta dan penelitian dokumen. Sejalan dengan hal itu
importir sangat menentukan. Pihak importir maka peti kemas jalur merah memiliki waktu
pada Perusahaan Pengurusan Jasa rata-rata customs clearance yang paling lama
Kepabeanan (PPJK) harus selalu menjaga agar dibandingkan jalur lainnya, disusul oleh peti
dokumen pemberitahuan pabean yang kemas jalur kuning.
disampaikan kepada pihak pabean harus sesuai Pada peti kemas jalur hijau, dan MITA
dengan ketentuan perundang-undangan pabean tidak dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian
dan perundang-undangan terkait lainnya. dokumen untuk mendapatkan dokumen SPPB
Tingkat pelanggaran rendah menjadikan risika sehingga lama waktu rata-rata customs clearance
importir menjadi lebih rendah. Tingkat risiko menjadi sangat singkat.
importir rendah mengakiatkan berkurangnya Data penjelasan menunjukan bahwa
penetapan pada jalur merah. kondisi dwelling time pada tahun 2013 secara
Berbanding terbalik dengan hal itu, keseluruhan yaitu 8,59 hari melebihi waktu
lama waktu rata-rata komponen post- clearance standar kelayakan yaitu 4 hari. Hal ini dapat
cenderung meningkat sejalan dengan menyebabkan biaya logistic nasional naik
kemudahan jenis penanganan barang peti sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk
kemas tersebut. Mulai dari penanganan yang penurunan angka dwelling time dan arus
paling rumit pada jalur merah sampai kelancaran barang agar kegiatan perdagangan
penanganan yang paling mudah pada jalur internasional dapat berjalan dengan baik dan
MITA. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa memberikan pertumbuhan ekonomi yang positif
hal salah satunya adalah menunggu kedatangan bagi bangsa Indonesia sehingga ekonomi
truk pengangkut. Misalnya peti kemas jalur masyarakat akan ikut meningkat. Sejalan dengan
MITA walaupun sudah menyelesaikan itu perlu dilakukan pengawasan terhadap
dokumen- dokumen dan dapat meninggalkan lembaga terkait oleh masyarakat yang
pelabuhan harus menunggu kedatangan truk menggunakan jasa pelabuhan.
pengangkutnya yang belum sampai ke
Analisis Swot
pelabuhan, sedangkan truk pengangkut peti
kemas jalur merah sudah berada di pelabuhan. 1. Analisis Faktor Internal
Lama waktu rata-rata komponen pre Hasil analisis SWOT seperti pada
clearance dan customs clearance cenderung penelitian ini didapatkan beberapa faktor internal
berkurang sejalan dengan kemudahan jenis menjadi kekuatan bagi Pelabuhan Tanjung Priok
penanganan barang peti kemas tersebut. Mulai dalam pelaksanaan kinerjanya ke depan adalah
dari penanganan yang paling rumit pada 3,2 dalam rentang 2,51-3,25 sehingga termasuk
jalur merah sampai penanganan yang paling kategori kekuatan yang tinggi Sedangkan untuk
mudah pada jalur MITA. Hal ini tidak terlepas hasil analisis SWOT didapatkan beberapa faktor
dari kekhususannya yang diberikan kepada internal yang menjadi kelemahan bagi Pelabuhan

88
Wahyu Septi Utami/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

Tanjung Priok adalah 1,99 dalam rentang muat petikemas impor pada perdagangan
1,76-2,50 sehingga termasuk kategori internasional agar pengembangan
kelemahan yang tinggi. pelabuhan berjalan dengan lancar
Hasil penilaian faktor internal untuk sehingga mampu meminimalkan
Pelabuhan Tanjung Priok adalah 2,78 dimana hambatan yang dapat menghambat
dapat diartikan bahwa kondisi internal secara kinerja perdagangan internasional di
keseluruhan (overall strengths and weaknesses) Pelabuhan Tanjung Priok.
relative cukup memadai guna mendukung 3. Meningkatkan kinerja pengelola
upaya peningkatan kualitas dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok agar dapat
Pelabuhan Tanjung Priok. bersaing dalam rangka menghadapi pasar
2. Analisis Faktor Eksternal tunggal ASEAN dalam Asean Economic
Sedangkan berdasarkan hasil analisis Community 2015.
SWOT seperti pada penelitian ini didapatkan 4. Mengupayakan pemberdayaan kembali
beberapa faktor eksternal menjadi peluang bagi perubahan kebijakan, dengan adanya
Pelabuhan Tanjung Priok dalam pelaksanaan pemisahan yang tegas antara fungsi
kinerjanya ke depan adalah 3,26 dalam regulasi (yang didelegasikan kepada
rentang 3,26-4.00 sehingga termasuk kategori otoritas pelabuhan) dan fungsi pengelola
peluang yang sangat tinggi. (yang dijalankan oleh entitas bisnis
Sedangkan untuk hasil analisis SWOT pelabuhan).
didapatkan beberapa faktor eksternal yang 5. Mengupayakan pemberdayaan
menjadi ancaman bagi Pelabuhan Tanjung transformasi dan sinergi manajemen
Priok adalah 2,00 dalam rentang 1,76-2,50 Sumber Daya Manusia yang kompeten.
sehingga termasuk kategori ancaman yang Pengembangan SDM yang kompeten
tinggi. akan memastikan bahwa perubahan
Hasil penilaian faktor eksternal untuk dilaksanakan dengan cara yang aman
Pelabuhan Tanjung Priok adalah 2,79 dimana dan sesuai dengan peraturan. Sehingga
dapat diartikan bahwa kondisi eksternal secara didapat Sumber Daya Manusia yang
keseluruhan (overall opportunities and Threats) mampu membawa peningkatan kinerja.
relatif cukup memadai guna mendukung upaya
peningkatan kualitas dwelling time di
SIMPULAN
Pelabuhan Tanjung Priok.
Berdasarkan hasil penelitian terkait
Kebijakan Dan Strategi
permasalahan dwelling time yang telah dilakukan
Dengan demikian berdasarkan hasil di Pelabuhan Tanjung Priok dapat disimpulkan
analisis SWOT yang dilakukan penulis di beberapa hal sebagai berikut yaitu hasil analisa
Pelabuhan Tanjung Priok dapat dimasukkan perhitungan import container dwelling time di
dalam kuadran pertama pada diagram matriks Pelabuhan Tanjung Priok diketahui bahwa
SWOT yaitu penerapan strategi agresif yaitu import container dwelling time di Pelabuhan
dengan menerapkan strategi SO yang berarti Tanjung Priok adalah 8,59 hari pada tahun 2013.
pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok harus Oleh karena itu, kondisi dwelling time di
menciptakan strategi dengan menggunakan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta tidak sesuai
kekuatan (strengths) untuk memanfaatkan dengan standar kelayakan yaitu 3 hari
peluang (opportunities). Penerapan strategi SO berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26
yaitu : Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan
1. Memberikan kesempatan investor Sistem Logistik Nasional.
dalam pengembangan maupun Aspek-aspek yang mempengaruhi
pengelolaan potensi yang dimiliki dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok adalah
Pelabuhan Tanjung Priok. masalah prasarana dan sarana di dalam
2. Meningkatkan kinerja kerjasama pelabuhan, masalah pre-clearance, masalah
stakeholder dalam penanganan bongkar- custome-clearance, masalah post- clearance.
89
Wahyu Septi Utami/ Economics Development Analysis Journal 4 (1) (2015)

Hasil analisis SWOT menunjukan Setyaningrum, E. 1997. Analisis


kinerja Pelabuhan Tanjung Priok berada pada Pembiayaan Infrastruktur Perkotaan
kuadan I dengan posisi (1,24; 1,25) Strategi Studi Kasus Dati II Kabupaten Sleman
DIY. Tesis. Program Pasca Sarjana
yang digunakan Pelabuhan Tanjung Priok guna
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
meningkatkan dwelling time adalah SO dengan
Shi, Y. & Xiaoguang Yang, 2013. The Public
menggunakan kelebihan yang dimiliki serta Transportation System of High Quality in
potensi yang ada untuk penerapan Taiwan. Procedia - Social and Behavioral
implementasinya dapat menerapkan strategi Sciences, Volume 96, pp. 1350-1361.
agresif. Song, L. & Geenhuizen, M. v., 2014. Port
infrastructure investment and regional
DAFTAR PUSTAKA economic growth in China: Panel evidence in
port regions and provinces. Transport Policy,
Ball, Donald & Wendell H. Mc. Culloh. 2001. Volume 36, p. 173–183.
Bisnis Internasional. Buku 1 dan Tambunan, Tulus. 2000. Perdagangan Internasional
2.Salemba Empat: Jakarta. dan Neraca Pembayaran. Jakarta: LP3ES
Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia: Walter, Nicholson.1989.The Dryden Press Series in
Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Economics. Boston: Thomson Learning.
Indonesia. Jakarta: Erlangga. Wan, Z., Xuefeng Wang & Daniel Sperling, 2013.
Boediono. 1994. “Merenungkan Kembali Policy and politics behind the public
Mekanisme Transmisi Moneter di transportation systems of China's medium-
Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneter dan sized cities: Evidence from the Huizhou
Perbankan. Bank Indonesia. reform. Utilities Policy, Volume 27, p. 1–8.
Deliarnov. 1995. Pengantar Ekonomi Makro. World Bank. 2001. Why Cargo Dwell Time Matters
Jakarta: Bina Grafika. Familioni, K.A. in Trade. Washington D. C.
2004. The Role of Economic and Sosial
Infrastructure in Economic Development.
A Global View.
Hadis, Syafril.1996.“Ekonomi Internasional”.
Rajawali Pers. Jakarta.
Hutabarat, R. 1996. Transaksi Ekspor
Impor.Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2000.
Principle of Marketing.9th
edition.New. Jersey: Prentice Hall.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk
Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Porter, Michael.E.1994.Keunggulan Bersaing,
Menciptakan dan Mempertahankan
Kinerja Unggul.Jakarta:Binarupa Aksara
Sembiring, Nirwan. 1992. “Ekonomi
Koperasi”. Jakarta: Erlangga.

90

Anda mungkin juga menyukai