Di –
Seluruh Indonesia
Sehubungan dengan telah tersusunnya draft Pedoman Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA
yang merupakan sebagai pemenuhan hak Anak di LPKA,bersama ini dengan hormat kami
mohon Bapak/Ibu dapat memberi dan menambahkan masukan secara tertulis pada draft
Pedoman Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA sebagaimana terlampir.
Selanjutnya agar masukan draft Pedoman Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA dari
Bapak/Ibu pada kesempatan pertama dan paling telat kami terima kembali pada tanggal 13
November 2020 melalui Group WA Kepala LPKA seluruh Indonesia. Masukan draft dari
Bapak/Ibu sebagai bahan pembahasan dalam rapat FGD yang akan diselenggarakan pada 23
November 2020 dan direlay kepada seluruh LPKA se-Indonesia melalui aplikasi zoom.
Demikian kami sampaikan dan atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terimakasih.
Slamet Prihantara
NIP. 19640301 198703 1 003
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amanat Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 31 ayat (1) Setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan, ayat (2) setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, ayat (3) Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem Pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur dengan Undang-undang. Dalam amanat tersebut cukup jelas bahwa negara
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada warga negaranya untuk mendapatkan
pendidikan yang layak dan secara merata tanpa melihat latar belakang kehidupan sosial
ekonomi, keterbatasan fisik, serta kondisi demografi peserta didik tersebut berada,
termasuk di antaranya Anak Binaan yang berada di LPKA, LPAS, LAPAS, RUTAN dan
BAPAS (UPT Pemasyarakatan). Keberadaan Anak Binaan di UPT Pemasyarakatan karena
menjalani proses Pra Ajudikasi, Ajudikasi dan Post Ajudikasi wajib mendapatkan
pendidikan. Hal tersebut sebagaimana diatur pada pasal 84 (2) Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, bahwa Anak berhak memperoleh
Pelayanan, Perawatan, Pendidikan, dan Pelatihan, Pembimbingan dan Pendampingan
serta hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun Program
Penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Binaan di UPT Pemasyarakatan harus ditangani
secara khusus, karena status Anak secara hukum berakibat pada perampasan
kemerdekaan secara fisik. Konvensi Hak Anak dan Havana Rules sebagai Instrumen
Internasional yang mengatur tentang hak remaja yang dirampas kebebasannya
menegaskan bahwa setiap anak dan remaja usia wajib sekolah berhak akan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya sehingga mereka siap untuk kembali
ke masyarakat. Apabila pemasyarakatan tidak menyediakan fasilitas pendidikan, maka
harus disediakan di luar fasilitas Pemasyarakatan. Jika memungkinkan dilaksanakan di
sekolah-sekolah umum, oleh guru-guru yang berkualitas melalui program terpadu dengan
sistem pendidikan negara itu sehingga setelah pembebasannya para remaja dapat
melanjutkan pendidikannya tanpa kesulitan. Selain itu, anak dan remaja yang buta huruf
1
atau memiliki kesulitan pemahaman belajar harus memperoleh hak untuk pendidikan
khusus.
2
itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Berbagai kendala tersebut mengakibatkan ada sekitar 45,5 persen LPKA yang
tetap memaksakan penyelenggaraan pendidikan dengan cara Tatap Muka di Kelas yang
bertentangan dengan Surat Edaran Mendikbud di atas. Meskipun dari 45,5 persen
tersebut ada sekitar 24,3 persen yang mengkombinasikan pembelajaran Tatap Muka
dengan Daring dan/atau Luring.
Kondisi yang tidak sesuai dengan anjuran pemerintah tersebut dapat terjadi
dikarenakan belum adanya Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di
3
LPKA. Dalam konteks inilah, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Subdit Pendidikan dan
Pengentasan Anak memandang perlu segera menyusun Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di LPKA sebagai upaya untuk mengoptimalisasikan
terselenggaranya pendidikan layanan khusus (PLK) di LPKA untuk membantu para
petugas LPKA menghadapi ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi dan
melibatkan peserta didik (anak binaan) untuk terus belajar meskipun kegiatan sekolah
tidak terlaksana secara normal.
C. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dimaksud
meliputi dasar hukum, prinsip, mekanisme dan tahapan pelaksanaan
penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di LPKA selama Pandemi Covid-
19.
2. Ruang lingkup penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) meliputi jalur
pendidikan formal, dan non formal, baik menggunakan daring (e-learning),
luring, maupun kombinasi keduanya (blended learning).
4
D. Pengertian
Pengertian ini berisikan seluruh istilah yang digunakan dalam pedoman ini. Uraian
definisi operasional dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan layanan khusus yang selanjutnya disebut PLK adalah pendidikan bagi
peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil,
dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan yang tidak mampu dari
segi ekonomi (Permendikbud Nomor 72 Tahun 2013).
2. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan
setiap jenis pendidikan (Permendikbud Nomor 72 Tahun 2013).
3. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
4. Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
5. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan
informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003).
6. Sekolah induk adalah sekolah yang memenuhi syarat untuk menjadi pembina dari
satu atau lebih bentuk layanan PLK (Permendikbud Nomor 72 Tahun 2013).
7. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang sering disingkat sebagai PKBM sebagai
salah satu satuan pendidikan nonformal. PKBM adalah suatu wadah berbagai
kegiatan pembelajaran masyarakat diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk
menggerakkan pembangunan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Program-
program yang diselenggarakan di PKBM antara lain Pendidikan Kesetaraan (A, B
dan C), Pendidikan Keaksaraan, Pendidikan Kewarganegaraan, Kerumahtanggaan,
dan lain-lainnya (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 10).
8. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) sebagai Satuan Pendidikan Non Formal (PNF)
sejenis yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota yang berfungsi dalam
memberikan pelayanan pendidikan nonformal yakni layanan pendidikan yang
diselenggarakan untuk memberdayakan masyarakat melalui pendidikan kecakapan
5
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik yang memenuhi syarat untuk menjadi
penyelenggara pendidikan di LPKA.
9. Lembaga Penyelenggara kegiatan ini adalah LPKA yang menyelenggarakan proses
pendidikan formal dan nonformal bekerjasama dengan sekolah induk/PKBM/SKB
yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi atau Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten yang disetujui oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
10. Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya disingkat LPKA adalah
Lembaga atau tempat Anak Binaan menjalani masa pidananya (UU SPPA Nomor
11 Tahun 2012).
11. Tempat Kegiatan Belajar (TKB) adalah lokasi yang digunakan sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan dan proses belajar mengajar Pendidikan Layanan
Khusus, dalam hal ini adalah LPKA.
12. Guru Pendamping adalah guru yang ditugaskan dari sekolah induk untuk
melaksanakan proses belajar mengajar di Tempat Kegiatan Belajar (TKB)
13. Pamong Belajar (Guru Pamong) adalah anggota masyarakat yang ditugaskan oleh
LPKA untuk memberikan dorongan/motivasi, pemantauan dan bimbingan agar
kegiatan belajar mandiri peserta didik dapat berlangsung secara efektif dan
terkoordinir.
14. Anak Binaan atau Peserta Didik adalah anak yang sedang menjalani pembinaan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA).
15. Pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari
pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui
teknologi komunikasi, informasi dan media Iain (Permendikbud Nomor 72 Tahun
2013).
16. E-learning adalah proses belajar dan pembelajaran yang memanfaatkan paket
informasi elektronik untuk kepentingan pembelajaran dan pendidikan, yang
diakses oleh Anak Binaan, kapan saja dan dimana saja berbasis Teknologi
6
Informasi dan Komunikasi (TIK).
17. Daring merupakan singkatan dari “dalam jaringan” sebagai pengganti
kata online yang sering kita gunakan dalam kaitannya dengan teknologi internet.
Daring adalah terjemahan dari istilah online yang bermakna tersambung ke dalam
jaringan internet. Jadi Pembelajaran Daring artinya adalah pembelajaran yang
dilakukan secara online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring
sosial.
18. Luring adalah kepanjangan dari “luar jaringan” sebagai pengganti kata offline.
Kata luring merupakan lawan kata dari daring. Dengan demikian, pembelajaran
luring dapat diartikan sebagai bentuk pembelajaran yang sama sekali tidak dalam
kondisi terhubung jaringan internet maupun intranet.
19. Tutorial adalah bentuk bantuan belajar akademik yang dapat dilaksanakan secara
tatap muka maupun melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK).
20. Belajar mandiri adalah proses belajar yang didasarkan pada inisiatif peserta didik
(Anak Binaan) dengan bantuan minimal dari pihak lain.
21. Bantuan belajar adalah segala bentuk kegiatan pendukung yang dilaksanakan oleh
pengelola Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk membantu kelancaran proses
belajar peserta didik (Anak Binaan) berupa pelayanan akademik dan administrasi,
maupun pribadi, berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi).
22. Materi ajar Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah bahan ajar yang dikembangkan
dan dikemas dalam beragam bentuk berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) yang dapat digunakan dalam proses belajar.
7
BAB II
PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN
PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ) DI LPKA
1. Dasar Hukum
1. Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.
a. Pasal 28b ayat (1) dan (2) serta huruf h ayat (2)
b. Pasal 31 ayat (1), (2), (3) dan (4)
2. Undang-Undang
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
b. Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
c. Undang-undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
d. Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah
diubah menjadi UU No 35 Tahun 2014
e. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak.
3. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010;
c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
8
e. Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah
terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 99 Tahun 2012
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan.
f. Peraturan Pemerintah RI Nomor 57 tahun 1999 tentang kerja sama
penyelenggaraan pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan;
g. Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahu 2008 tentang wajib belajar;
4. Peraturan Presiden
a. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang
Pendidikan Karakter.
5. Peraturan Menteri
a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan;
b. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014
tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014
tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013;
d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014
tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013;
f. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti;
g. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53
Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
h. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18 tahun 2016 tentang
9
pengenalan lingkungan sekolah bagi peserta didik baru;
i. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 20 Tahun 2016
Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
j. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 21 Tahun 2016
Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
k. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 22 Tahun 2016
Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
l. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 23 Tahun 2016
Tentang Standar Penilaian Pendidikan;
m. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 23
tahun 2017 tentang Hari Sekolah;
n. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan
Formal;
o. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun 2018
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah;
p. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 37 Tahun 2018
Tentang perubahan atas peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor
24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran pada
pendidikan menengah kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan Pendidikan
Menengah;
q. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 44
tahun 2019 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-
Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas,
dan Sekolah Menengah Kejuruan;
r. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 72 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus;
s. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 119 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Pada Jenjang Pendidikan
10
Dasar dan Menengah;
t. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 46 Tahun 2014
tentang Pendidikan Khusus, Pendidikan Layanan Khusus dan/atau
Pembelajaran Layanan Khusus pada Pendidikan Tinggi;
u. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No 18 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja (ORTA) Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA);
v. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang
Standar Isi Pendidikan Kesetaraan;
w. Peratutan Menteri Hukum dan HAM No. 10 tahun 2020 tentang Syarat
Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapida dan ANak dalam
rangka Pencegahan dan penanggulangan penyebaran COVID-19;
x. Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi
Penyelenggaran Pemasyarakatan;
y. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Pe;indungan Anak Nomor 5
tahun 2011 tentang kebijakan pemenuhan hak pendidikan anak
6. Keputusan Menteri
a. Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama,
Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.
01/KB/2020, 516 Tahun 2020, HK.03.01/Menkes/363/2020, 440-482 tahun
2020 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada tahun ajaran
2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19);
b. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0131 Tahun 1994
tentang Program Paket A dan Paket B.
c. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0132 Tahun 1994
tentang Program Paket C.
d. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.02- PK.04.10 Tahun 1991
tentang Pola Penyelenggaraan Kelompok Belajar Paket A dan Kelompok
Belajar Usaha bagi Narapidana.
e. Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH- 03.OT.02.02 Tahun
11
2014 tentang Pedoman Perlakuan Anak di Bapas, LPAS dan LPKA di
lingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI.
f. SK Mendiknas Nomor 107/U/2001 tentang Pendidikan Jarak Jauh Pada
Perguruan Tinggi.
7. Nota Kesepahaman
a. Nota Kesepahaman Antara Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor: M.HH-08.HM.05.02 Tahun 2015, Nomor: 02/IV/NK/2015
Tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Bapas, LPKA, LPAS, Rutan dan
Lapas.
b. Perjanjian Kerja Sama antara Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia dengan Direktorat Jenderal
Pendidikan Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor PAS-
38.HM.05.02 Tahun 2016, Nomor 1139/C/KS/2016, Nomor:
4061/D/KS/2016, Nomor 17266/B/KP/2016 Tentang Penyelengaraan
Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Pendidikan Non Formal di Bapas,
LPKA, LPAS, Rutan dan Lapas.
8. Keputusan Dirjen
a. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03 Tahun
2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan;
b. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-42.PR.01.02
Tahun 2016 tentang Standar Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan
Program Paket A, Program Paket B dan Program Paket C.
c. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-48.PK.01.06.01
Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Keterampilan Bagi Anak.
d. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-147.PK.01.06.01
Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus.
e. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-174.PK.01.06.01
12
Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Model Belajar Bagi Anak di
Lembaga Penempatan Anak Sementa dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak.
f. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-03.PR.01.01
Tahun 2020 tentang Resolusi Pemasyarakatan Tahun 2020.
g. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-830.PK.01.04.08
Tahun 2020 tentang Penyelenggaran Sekolah Mandiri Merdeka Belajar bagi
Anak di LPKA.
9. Surat Edaran
a. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 4 tahun 2020
tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran
Corona Virus Disease (COVID-19).
b. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 14 tahun 2019
tentang Penyerderhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran;
c. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemendikbud Nomor 15 Tahun 2020
tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19);
d. Surat Edaran Direktur Jenderakl Pemasyarakatan Nomor PAS-20.PR.01.01
Tahun 2020 tentang Langkah Progresif dalam Penanggulangan Penyebaran
COVID-19 pada Unit pelaksana Teknis Pemasyarakatan.
13
yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan yang tidak
mampu dari segi ekonomi (Permendikbud Nomor 72 Tahun 2013). PLK merupakan
salah satu wujud dari pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara RI Tahun 1945. Adapun fungsi dari pendidikan nasional
adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik a gar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional).
15
tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun
kelulusan;
b. Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain
mengenai pandemi Covid-19;
c. Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antarsiswa,
sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan
kesenjangan akses/ fasilitas belajar di rumah;
d. Bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan balik yang bersifat
kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/ nilai kuantitatif.
Ketentuan Belajar dari Rumah (BDR) melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ)
tersebut baik untuk pendidikan formal maupun non formal juga diberlakukan di UPT
Pemasyarakatan, dimana dalam pelaksanaannya mengacu pada prinsip
penyelenggaraan pendidikan seperti yang tertuang dalam PP 17/2010 pasal 118
menyatakan bahwa PJJ diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan perluasan dan
pemerataan akses pendidikan, serta meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan.
Oleh karenanya PJJ memiliki karakteristik terbuka, belajar mandiri, belajar tuntas,
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan/atau menggunakan
teknologi lainnya. Melalui sistem PJJ, setiap orang dapat memperoleh akses terhadap
pendidikan berkualitas tanpa harus meninggalkan keluarga, rumah, pekerjaan, dan
tidak kehilangan kesempatan berkarir.
16
Selain akses, sistem PJJ juga meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan
bagi setiap orang. Sifat massal sistem PJJ dalam mendistribusikan pendidikan
berkualitas yang terstandar dengan menggunakan TIK, standardisasi capaian
pembelajaran (learning outcomes), materi ajar, proses pembelajaran, bantuan belajar,
dan evaluasi pembelajaran, menjadikan pendidikan berkualitas dapat diperoleh
berbagai kalangan lintas ruang dan waktu. Jadi Pendidikan Jarak Jauh dicirikan oleh:
1. Keterpisahan geografis antara pendidik (tutor) dan peserta didik;
2. Keberagaman jalur komunikasi dan interaksi sinkron maupun asinkron antara
peserta didik dengan peserta didik, dengan pendidik (tutor), dengan sumber
belajar lainnya;
3. Pemanfaatan beragam media pembelajaran untuk menyampaikan pembelajaran,
4. Ketersediaan beragam layanan bantuan belajar bagi peserta didik;
5. Pengorganisasian proses pendidikan dalam satu institusi. Pendidikan jarak jauh
dilandasi pada pendidikan terbuka, sehingga menyediakan keluwesan belajar
bagi peserta didik lintas ruang dan waktu.
17
Layanan Khusus ditetapkan bahwa Pendidikan Layanan Khusus yang
diselenggarakan di UPT Pemasyarakatan dapat berupa jalur Pendidikan Formal dan
Pendidikan Non Formal.
Penyelenggaraan PLK dapat dilaksanakan secara terintegrasi antar jenjang
pendidikan dan/atau antar jenis pendidikan. PLK pada jalur formal atau non formal
diselenggarakan dengan cara menyesuaikan waktu, tempat, saranan dan prasarana,
model pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, bentuk program dan/atau
sumber daya pembelajaran lainnya dengan kesulitan peserta didik.
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kemekumham RI
Nomor: PAS-174.PK.01.06.01 Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Model
Belajar Bagi Anak di Lembaga Penempatan Anak Sementara dan Lembaga
Pembinaan Khusus Anak, ditetapkan bahwa jenis model belajar terdiri dari
Observasi, Bedah Buku, E-learning, Out Bond, Diskusi Kelompok dan Berbagi
Pengalaman.
Terkait dengan masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, maka model
belajar (pembelajaran) yang ditetapkan oleh Surat Edaran Kemdikbud sebagai
alternatif pengganti sementara bagi pembelajaran tatap muka guna mencegah
penularan dan penyebaran virus Covid di lingkungan santuan pendidikan adalah
model belajar e-learning, atau yang lebih dikenal dengan istilah Belajar Dari Rumah
(BDR), atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Di lingkungan LPKA, mekanisme
penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk pendidikan formal maupun
non-formal dilaksanakan sebagai berikut:
18
2) Mengetahui pengalaman belajar calon peserta didik (Anak Binaan)
meliputi jenjang pendidikan terakhir yang pernah diikuti, nama sekolah,
alamat sekolah, dengan melampirkan foto copy raport dan ijazah;
3) Mengetahui masa binaan calon peserta didik (Anak Binaan) meliputi
tanggal masuk menjadi warga binaan LPKA dan lama waktu yang harus
dijalani di LPKA;
4) Mengetahui kebutuhan dan kemampuan/ potensi yang dimiliki calon
peserta didik (Anak Binaan);
5) Menemukan jalur, jenjang dan tingkat pendidikan sesuai berdasarkan data
identitas calon peserta didik (Anak Binaan);
6) Menemukan minat dan bakat untuk dapat dikembangkan dalam layanan.
7) Mempersiapkan pendidikan lanjutan bagi Anak Binaan yang mendapatkan
asimilasi dan/ integrasi atau telah selesai menjalani masa pidananya.
19
2. Manajemen Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA
Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA dikelola dengan melibatkan beberapa unsur yaitu :
a. Dinas Pendidikan;
b. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA);
c. Sekolah Induk / PKBM / SKB;
d. Guru Pendamping / Tutor;
e. Pamong Belajar (Guru Pamong); dan
f. Penilik Sekolah / Penilik Pendidikan Masyarakat.
Tugas dan fungsi unsur-unsur manajemen tersebut di atas diatur sebagai berikut :
a. Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten/Provinsi
1) Melakukan evaluasi permohonan penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ) untuk pendidikan formal dan non formal yang diajukan oleh LPKA;
2) Melakukan perjanjian kerjasama dengan pihak LPKA;
3) Melakukan verifikasi tempat kegiatan belajar di LPKA yang mengajukan
penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk pendidikan formal dan
non formal;
4) Menetapkan sekolah induk/PKBM/SKB, guru pendamping/tutor dan tempat
kegiatan belajar (TKB);
5) Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk pendidikan formal dan non formal bagi
Anak Binaan LPKA.
6) Memberikan rekomendasi pemindahan tempat belajar bagi Anak Binaan yang
telah selesai masa pembinaannya atau mendapatkan asimilasi/ integrasi.
Unsur-unsur pihak LPKA atau Tempat Kegiatan Belajar (TKB) yang terlibat
dalam pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh adalah:
1) Kepala LPKA,
2) Kepala Seksi/subsi Pembinaan,
3) Kepala Seksi/subsi Pengawasan dan Penegakkan Disiplin
4) Kepala Seksi/subsi Registrasi,
5) Pamong Belajar (Guru Pamong).
d. Guru Pendamping dari sekolah induk atau Tutor dari PKBM/SKB adalah tenaga
pengajar yang ditugaskan oleh Sekolah Induk/PKBM/SKB untuk melaksanakan
proses belajar mengajar di tempat kegiatan belajar (TKB) mempunyai tugas
pokok:
a. merencanakan pembelajaran,
b. melaksanakan pembelajaran dan
c. mengevaluasi hasil belajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
e. Komite Sekolah.
Komite sekolah pada sekolah induk mempunyai peran :
1) Membantu pengelola Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA dalam
mensosialisasikan sekolah terbuka pada jejaring pendidikan dasar dan
menengah.
22
2) Membantu mengembangkan jejaring kerja dalam rangka pengembangan
sarana prasarana dan pembiayaan penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh
pada jenjang pendidikan di LPKA.
Keterangan:
----------- = garis koordinasi
_______ = garis komando
23
3. Penerimaan Peserta Didik
Adapun proses penerimaan peserta didik untuk satuan pendidikan pendidikan formal
dan pendidikan non formal di LPKA dilakukan sebagai berikut:
a. Melakukan sosialisasi kepada orangtua/wali anak, anak dan klien anak yang
dalam program pembinaan dan pembimbingan.
b. Pendaftaran bagi anak sebagai peserta didik.
c. Seleksi administrasi peserta didik.
d. Pengumuman hasil penerimaan peserta didik baru (PPDB).
e. Dalam registrasi peserta didik akan menerima Nomor Induk Siswa Nasional
(NISN) dari Kemendikbud.
5. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan pada pendidikan layanan khusus di LPKA yaitu
kurikulum yang berlaku pada Sekolah Induk/PKBM/SKB, meliputi:
a. Struktur Kurikulum;
b. Muatan Kurikulum;
c. Kalender Pendidikan;
d. Silabus; dan
24
e. RPP, dengan prinsip kurikulum fleksibel (penyesuaian dalam hal isi, waktu dan
cara).
Kurikulum dan bahan ajar untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah
menggunakan kurikulum Sekolah Induk/PKBM/SKB yang berlaku; sedangkan
kurikulum keterampilan diperbanyak dengan perbandingan kurikulum akademis 40 %
dan kurikulum keterampilan 60%. Kegiatan awal tahun pelajaran baru semua peserta
didik yang diterima harus mendapatkan orientasi sebagaimana yang berlaku di
Sekolah Induk/PKBM/SKB.
6. Metode, Proses, Media dan Materi Ajar Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Dalam menghadapi masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, satuan pendidikan
di LPKA dengan persetujuan Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten/Propinsi, Sekolah
Induk/PKBM/SKB dapat melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh atau Belajar Dari
Rumah (BDR) dengan memilih pendekatan daring atau luring atau kombinasi
keduanya (hybrid/blended learning) sesuai dengan ketersediaan dan kesiapan sarana
dan prasarana.
25
Penyelenggaraan program PJJ dilaksanakan sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan (SNP) dengan mengutamakan hal berikut:
1) Penggunaan berbagai media komunikasi, antara lain media cetak,
elektronik, dan bentukbentuk media komunikasi lain yang
dimungkinkan oleh perkembangan teknologi untuk menggantikan
pembelajaran tatap muka dengan interaksi pembelajaran berbasis TIK,
meskipun tetap memungkinkan adanya pembelajaran tatap muka
secara terbatas;
2) Penggunaan sistem penyampaian pembelajaran yang peserta didik
dengan pendidiknya terpisah;
3) Penggunaan metode pembelajaran interaktif berdasarkan konsep
belajar mandiri, terstruktur, dan terbimbing yang menggunakan
berbagai sumber belajar dan dengan dukungan bantuan belajar serta
fasilitas pembelajaran;
4) Menjadikan media pembelajaran sebagai sumber belajar yang lebih
dominan daripada pendidik.
26
b. Ragam Proses Pembelajaran Jarak Jauh
1) Belajar mandiri: proses pembelajaran yang diinisiasi oleh peserta
didik dalam periode tertentu. Guru pendamping/tutor menyiapkan
beragam tugas dan pemicu yang dapat membantu peserta didik belajar
secara mandiri.
2) Belajar terbimbing/terstruktur: proses pembelajaran yang disediakan
oleh Sekolah Induk/PKBM/SKB untuk membantu proses belajar
peserta didik dalam bentuk tutorial tatap muka dan tutorial elektronik.
dengan mengandalkan bimbingan guru pendamping/tutor secara
langsung maupun virtual, secara residensial maupun non-residensial.
a) Tutorial tatap muka: proses pembelajaran jarak jauh dilaksanakan
dengan mempersyaratkan adanya tutorial/pembimbingan tatap
muka langsung (atau termediasi sinkron) kepada peserta didik
untuk beragam mata pelajaran.
b) Tutorial elektronik: proses pembelajaran jarak jauh yang
dilaksanakan dengan mempersyaratkan adanya interaksi peserta
didik dengan guru pendamping/tutor, atau peserta didik dengan
peserta didik yang termediasi oleh media berbasis TIK.
c) Bantuan lainnya (koresponden, telepon, dan faksimile)
28
29
2) Media dan Sumber Belajar Pembelajaran Luring.
b. Mekanisme Penilaian
Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk, penilaian harian,
penilaian tengah semester (PTS), penilaian akhir semester (PAS), ujian
sekolah berstandar nasional (USBN) dan ujian nasional (UN). Mekanisme
penilaian sebagai berikut:
1) Penilaian tengah semester (PTS) dan penilaian akhir semester (PAS)
dilakukan oleh guru pendamping/tutor di bawah koordinasi Sekolah
Induk/PKBM/SKB.
2) Ujian sekolah berstandar nasional (USBN) dan ujian nasional (UN)
dilakukan oleh Sekolah Induk/PKBM/SKB.
30
c. Kenaikan tingkat (kelas):
Kenaikan tingkat (kelas) peserta didik ditentukan dengan kriteria kenaikan
yang berlaku di Sekolah Induk/PKBM/SKB.
31
2) Ujian Sekolah untuk kelulusan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Ujian Sekolah untuk kelulusan dalam bentuk tes yang
mengumpulkan siswa tidak boleh dilakukan, kecuali yang telah
dilaksanakan sebelum terbitnya surat edaran ini
b) Ujian Sekolah dapat dilakukan dalam bentuk portofolio nilai
rapor dan prestasi yang diperoleh sebelumnya, penugasan, tes
daring, dan/atau bentuk asesmen jarak jauh lainnya;
c) Ujian Sekolah dirancang untuk mendorong aktivitas belajar yang
bermakna, dan tidak perlu mengukur ketuntasan capaian
kurikulum secara menyeluruh;
d) Sekolah yang telah melaksanakan Ujian Sekolah dapat
menggunakan nilai Ujian Sekolah untuk menentukan kelulusan
siswa. Bagi sekolah yang belum melaksanakan Ujian Sekolah
berlaku ketentuan sebagai berikut:
(1) kelulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat ditentukan
berdasarkan nilai lima semester terakhir (kelas 4, kelas 5,
dan kelas 6 semester gasal). Nilai semester genap kelas 6
dapat digunakan sebagai tambahan nilai kelulusan;
(2) kelulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) / sederajat ditentukan
berdasarkan nilai lima semester terakhir. Nilai semester
genap kelas 9 dan kelas 12 dapat digunakan sebagai
tambahan nilai kelulusan; dan
(3) kelulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) / sederajat '
ditentukan berdasarkan nilai rapor, praktik kerja lapangan,
portofolio dan nilai praktik selama lima semester terakhir.
Nilai semester genap tahun terakhir dapat digunakan
sebagai tambahan nilai kelulusan.
32
yang mengumpulkan siswa tidak boleh dilakukan, kecuali yang
telah dilaksanakan sebelum terbitnya Surat Edaran ini;
b) Ujian akhir semester untuk Kenaikan Kelas dapat dilakukan
dalam bentuk portofoiio nilai rapor dan prestasi yang diperoleh
sebelumnya, penugasan, tes daring, dan/atau bentuk asesmen
jarak jauh lainnya;
c) Ujian akhir semester untuk Kenaikan Kelas dirancang untuk
mendorong aktivitas belajar yang bermakna, dan tidak perlu
mengukur ketuntasan capaian kurikulum secara menyeluruh.
a. Tenaga Pendidik
Tenaga Pendidik terdiri dari dua unsur yaitu : 1) guru pendamping/tutor dan
2) pamong belajar (guru pamong) yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
b. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan terdiri dari atas :
1) Kepala Sekolah;
2) Wakil kepala sekolah;
3) penanggungjawab penyelenggaraan pendidikan di LPKA yang melekat
pada jabatan Kepala Seksi Pembinaan;
4) tenaga administrasi yang berasal dari sekolah induk dan LPKA;
5) laboran;
6) pustakawan; dan
7) teknisi.
34
10. Kerjasama Lembaga
1. Perencanaan
a. Kepala Seksi Pembinaan bersama-sama dengan Petugas Pembinaan
melakukan pendataan dan asesment terhadap sumber daya dan
kebutuhan pembelajaran para Anak Binaan.
b. Dalam pendataan dan asesment ini Petugas Pembinaan berkoordinasi
dengan Bagian Registrasi dan Klasifikasi untuk memperoleh data
Anak Binaan di LPKA sesuai latar belakang pendidikan masing-
masing, dan lama masa pembinaannya di LPKA.
c. Setelah diketahui jumlah peserta didik per jenis dan jenjang
pendidikan, Petugas Pembinaan berkoordinasi dengan Bagian Umum
untuk mengatur penggunaan fasilitas kegiatan (lapangan, ruangan dan
kelengkapannya).
d. Kepala Seksi Pembinaan bersama-sama dengan Petugas Pembinaan
35
menyusun dan melaporkan kepada Kepala LPKA perihal Rencana
Kegiatan Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi Anak
Binaan LPKA yang disertai dengan Laporan Hasil Asesment yang
berisi: jumlah calon peserta didik per jenis dan jenjang pendidikan,
rencana jadwal dan tempat kegiatan pendidikan, kebutuhan sarana-
prasarana penunjang pendidikan baik pendidikan formal dan
pendidikan non formal.
e. Dengan sepengetahuan Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham
Propinsi, Kepala LPKA mengajukan permohonan untuk
menyelenggarakan Pendidikan Layanan Khusus melalui
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring atau luring atau
blended learning kepada Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten/Propinsi
sesuai jenjang pendidikannya serta dilengkapi dengan persyaratan
dokumen perizinan penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus.
f. Setelah memperoleh ijin dari Dinas Pendidikan setempat, Kepala
LPKA yang diwakili Kepala Pembinaan melakukan koordinasi
dengan Sekolah Induk/PKBM/SKB untuk bersama-sama
menyepakati kurikulum dan rencana pembelajaran yang akan
diberikan selama proses pembelajaran jarak jauh.
g. Mengupayakan ketersediaan sarana pembelajaran berupa ruang
belajar, media pembelajaran, perangkat multimedia, alat-alat tulis,
dan lain sebagainya;
h. Melakukan penggalangan dukungan dari pihak mitra dalam rangka
mendukung kelancaran pelaksanaan proses pembelajaran jarak jauh
di LPKA.
2. Pelaksanaan
a. Petugas Pembinaan berkoordinasi dengan Seksi Pengawasan dan
Penegakkan Disiplin terkait dengan pemanggilan dan kehadiran anak
yang akan mengikuti kegiatan program pendidikan.
b. Petugas pembinaan yang ditunjuk sebagai guru pamong dan/atau
guru/tutor pendamping dari Sekolah Induk/PKBM/SKB melaksanakan
36
kegiatan pembelajaran jarak jauh sesuai jadwal.
c. Petugas Pengawasan dan Penegakan Disiplin melakukan pengawasan
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
d. Selesai kegiatan, petugas pembinaan berkoordinasi kembali dengan
petugas Pengawasan dan Penegakan Disiplin bahwa kegiatan
pembelajaran telah selesai.
3. Monitoring
a. Supervisi Akademis
Monitoring dan evaluasi bidang akademis meliputi beberapa sasaran di
antaranya: kelengkapan administrasi pembelajaran, pelaksanaan/ proses
pembelajaran, kelengkapan administrasi umum dan sasaran lain menuju
tercapainya standar isi, standar proses, standar penilaian dan standar
kompetensi lulusan.
1) Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan Administrasi Pembelajaran
meliputi:
37
2) Kesesuaian program dengan rencana kegiatan sekolah/
Kalender Pendidikan, 3) Kesesuaian program tahunan dengan
pelaksanaan pembelajaran;
e) Program Semester sesuai dengan format yang berlaku pada
semester ganjil dan genap, meliputi: 1) Identitas program
semester, 2) kesesuaian program dengan kegiatan penilaian, 3)
Kesesuaian program dengan remedial. dan pengayaan,
f) Program remedial dan pengayaan; dan
g) Daftar nilai meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
4. Pelaporan
a. Petugas pembinaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
kegiatan wajib membuat laporan untuk setiap kegiatan pendidikan
yang telah dilakukan kepada Kepala Seksi Pembinaan.
b. Kepala Seksi Pembinaan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatan
pendidikan kepada Kepala LPKA.
c. Laporan sekurang-kurangnya mencakup maksud dan tujuan kegiatan,
capaian hasil kegiatan, tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan,
kendala dan hambatan (mencakup ketersediaan sarana dan prasarana,
pemenuhan anggaran, kualitas dan kuantitas SDM pelaksana program,
tingkat partisipasi dan kualitas kemitraan), daftar hadir peserta, dan
dokumentasi kegiatan.
d. Terhadap hasil laporan tersebut Kepala LPKA memberikan
rekomendasi dan arahan sesuai hasil laporan.
e. Laporan hasil kegiatan pendidikan formal dan pendidikan non formal
ditembuskan kepada Balai Pemasyarakatan untuk kepentingan
pengawasan program pembinaan.
39
5. Evaluasi dan Tindak lanjut
a. Kepala LPKA melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah
berlangsung bersama petugas pembinaan dan/mitra.
b. Hasil evaluasi kegiatan pendidikan formal dan pendidikan non formal
dimuat dalam laporan evaluasi yang memuat rekomendasi terhadap
maksud dan tujuan kegiatan, capaian hasil kegiatan, tempat dan waktu
pelaksanaan kegiatan, kendala dan hambatan (mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana, pemenuhan anggaran, kualitas dan kuantitas
SDM pelaksana program, tingkat partisipasi dan kualitas kemitraan).
c. Laporan evaluasi akan digunakan sebagai bahan perbaikan dan
penyempurnaan kegiatan selanjutnya.
d. Kepala LPKA melaporkan hasil evaluasi kepada Kantor Wilayah c.q.
Divisi Pemasyarakatan dan ditembuskan kepada Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
40
BAB III
PENUTUP
A. Koordinasi Pelaksanaan
2. Sekolah Induk/PKBM/SKB
a. Menyusun dan menetapkan pengelola di LPKA
b. Menetapkan Tempat Kegiatan Belajar (TKB)
c. Menyiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran
d. Melakukan penilaian hasil belajar
41
e. Melaksanakan ujian sekolah dan ujian nasional
f. Mengelola dan melaporkan hasil belajar
g. Mengelola dokumen induk peserta didik
h. Menerbitkan ijazah
3. LPKA
a. Identifikasi dan asesmen kondisi dan kebutuhan pendidikan bagi anak
b. Menyusun perencanaan penyelenggaraan pendidikan bagi anak
c. Memfasilitasi tersedianya sarana prasarana yang memadai
d. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan guru/tutor dan tenaga kependidikan
e. Melakukan evaluasi penyelenggaraan pendidikan bagi anak
4. Komite Sekolah
a. Membantu pengelolaan di LPKA dalam mensosialisasikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
b. Membantu dalam pengembangan jejaring kerja untuk membantu dalam
pengembangan sarana prasarana dan pembiayaan penyelenggaraan di
LPKA.
42
C. Korespondensi
Korespondensi mempunyai arti yang sama dengan surat- menyurat. Korespondensi
merupakan suatu kegiatan atau hubungan yang dilakukan secara terus menerus
antara dua pihak yang dilakukan dengan saling berkirim surat.
Korespondensi dibagai menjadi dua :
1. Korepondensi eksteren, yaitu hubungan surat menyurat yang dilakukan oleh
kantor atau bagian bagiannya dengan pihak luar.
2. Korespondensi intern, yaitu hubungan surat yang dilakukan oleh orang-orang
dalam suatu kantor, terrmasuk hubungan kantor pusat dengan kantor cabang.
43