Anda di halaman 1dari 44

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN


Jalan Veteran No. 11Jakarta Pusat
Telepon 021-3857611/3857613 Faksimili 021-3857612
Laman : www.ditjenpas.go.id, email : sekre.bispa@gmail.com

Nomor : PAS6.UM.01.01-792 9 November 2020


Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Permohonan masukan penyusunan
Pedoman Pembelajaran Jarak Jauh

Yth.Kepala Lembaga PembinaanKhusus Anak

Di –
Seluruh Indonesia

Sehubungan dengan telah tersusunnya draft Pedoman Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA
yang merupakan sebagai pemenuhan hak Anak di LPKA,bersama ini dengan hormat kami
mohon Bapak/Ibu dapat memberi dan menambahkan masukan secara tertulis pada draft
Pedoman Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA sebagaimana terlampir.
Selanjutnya agar masukan draft Pedoman Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA dari
Bapak/Ibu pada kesempatan pertama dan paling telat kami terima kembali pada tanggal 13
November 2020 melalui Group WA Kepala LPKA seluruh Indonesia. Masukan draft dari
Bapak/Ibu sebagai bahan pembahasan dalam rapat FGD yang akan diselenggarakan pada 23
November 2020 dan direlay kepada seluruh LPKA se-Indonesia melalui aplikasi zoom.
Demikian kami sampaikan dan atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terimakasih.

Direktur Bimbingan Kemasyarakatan


dan Pengentasan Anak

Slamet Prihantara
NIP. 19640301 198703 1 003
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amanat Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 31 ayat (1) Setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan, ayat (2) setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, ayat (3) Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem Pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur dengan Undang-undang. Dalam amanat tersebut cukup jelas bahwa negara
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada warga negaranya untuk mendapatkan
pendidikan yang layak dan secara merata tanpa melihat latar belakang kehidupan sosial
ekonomi, keterbatasan fisik, serta kondisi demografi peserta didik tersebut berada,
termasuk di antaranya Anak Binaan yang berada di LPKA, LPAS, LAPAS, RUTAN dan
BAPAS (UPT Pemasyarakatan). Keberadaan Anak Binaan di UPT Pemasyarakatan karena
menjalani proses Pra Ajudikasi, Ajudikasi dan Post Ajudikasi wajib mendapatkan
pendidikan. Hal tersebut sebagaimana diatur pada pasal 84 (2) Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, bahwa Anak berhak memperoleh
Pelayanan, Perawatan, Pendidikan, dan Pelatihan, Pembimbingan dan Pendampingan
serta hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun Program
Penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Binaan di UPT Pemasyarakatan harus ditangani
secara khusus, karena status Anak secara hukum berakibat pada perampasan
kemerdekaan secara fisik. Konvensi Hak Anak dan Havana Rules sebagai Instrumen
Internasional yang mengatur tentang hak remaja yang dirampas kebebasannya
menegaskan bahwa setiap anak dan remaja usia wajib sekolah berhak akan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya sehingga mereka siap untuk kembali
ke masyarakat. Apabila pemasyarakatan tidak menyediakan fasilitas pendidikan, maka
harus disediakan di luar fasilitas Pemasyarakatan. Jika memungkinkan dilaksanakan di
sekolah-sekolah umum, oleh guru-guru yang berkualitas melalui program terpadu dengan
sistem pendidikan negara itu sehingga setelah pembebasannya para remaja dapat
melanjutkan pendidikannya tanpa kesulitan. Selain itu, anak dan remaja yang buta huruf

1
atau memiliki kesulitan pemahaman belajar harus memperoleh hak untuk pendidikan
khusus.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengatur untuk


menyelenggarakan satu sistem Pendidikan Nasional Layanan Khusus yaitu pada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 72 tahun 2013, bahwa Pendidikan Layanan
Khusus (PLK) adalah pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil, dan/atau
mengalami bencana alam, bencana sosial dan tidak mampu dari segi ekonomi. Maka
dengan demikian program Pendidikan Layanan Khusus sangat tepat diselenggarakan di
LPAS/LPKA. Hal ini sesuai dengan pernyataan UU RI No.12 tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan pada pasal 14 menyatakan bahwa bagi Anak dalam pembinaan dan
pembimbingan Bapas/Lapas/Rutan Anak (yang saat ini menjadi LPKA) memperoleh hak
pendidikan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam pelaksanaannya pendidikan harus mengikuti dan memenuhi Standar Proses


yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Standar Proses dimaksud adalah kriteria mengenai
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,


inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk

2
itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Proses pembelajaran tersebut harus senantiasa diupayakan agar tetap dapat


berlangsung dalam kondisi apapun. Seperti dalam kondisi saat ini dimana pandemi covid-
19 belum mereda di tahun pelajaran 2020/2021 ini, maka Belajar Dari Rumah (BDR)
dengan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ), sesuai Sesuai Surat Edaran Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020, sangatlah
dibutuhkan dalam pemenuhan hak anak atas pendidikan yang bermutu. Sistem
pendidikan nasional memastikan bahwa semua peserta didik (termasuk Anak Binaan di
LPKA) memiliki akses yang sama untuk pendidikan berkualitas selama krisis Pandemi
Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelum ini.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Subdirektorat Pendidikan


dan Pengentasan Anak per September 2020 tentang Anak yang mengikuti pendidikan di
33 LPKA yang tersebar di setiap propinsi di Indonesia ditemukan bahwa total ada sekitar
1.194 anak binaan. Anak yang mengikuti pendidikan di LPKA sebesar 74,2 persen saja.
Ini menggambarkan bahwa masih ada sekitar 25,8 persen Anak Binaan yang belum
mendapatkan hal atas pendidikan di LPKA. Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi di
masa pandemi Covid-19 ini ada sekitar 24,2 persen LPKA yang terpaksa menghentikan
seluruh kegiatan pembelajaran baik pendidikan formal dan/atau non formal yang
biasanya diselenggarakan. Ditemukan banyak kendala, baik kendala internal maupun
eksternal, yang dihadapi pihak LPKA dalam penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak
Binaan di LPKA, baik sebelum terlebih di masa pandemi Covid-19.

Berbagai kendala tersebut mengakibatkan ada sekitar 45,5 persen LPKA yang
tetap memaksakan penyelenggaraan pendidikan dengan cara Tatap Muka di Kelas yang
bertentangan dengan Surat Edaran Mendikbud di atas. Meskipun dari 45,5 persen
tersebut ada sekitar 24,3 persen yang mengkombinasikan pembelajaran Tatap Muka
dengan Daring dan/atau Luring.

Kondisi yang tidak sesuai dengan anjuran pemerintah tersebut dapat terjadi
dikarenakan belum adanya Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di

3
LPKA. Dalam konteks inilah, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Subdit Pendidikan dan
Pengentasan Anak memandang perlu segera menyusun Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di LPKA sebagai upaya untuk mengoptimalisasikan
terselenggaranya pendidikan layanan khusus (PLK) di LPKA untuk membantu para
petugas LPKA menghadapi ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi dan
melibatkan peserta didik (anak binaan) untuk terus belajar meskipun kegiatan sekolah
tidak terlaksana secara normal.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penyusunan Pedoman Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak
Jauh (PJJ) di LPKA adalah sebagai salah satu pedoman dalam melaksanakan tugas
dan fungsi bagi Petugas LPKA dalam pengelolaan dan penyelenggaraan
pembelajaran jarak jauh (PJJ) bagi Anak Binaan di LPKA khususnya selama
Pandemi Covid-19.

Adapun tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut:


1. Terciptanya pemahaman yang sama mengenai tujuan penyelenggaraan pembelajaran
jarak jauh (PJJ) di LPKA yaitu menyediakan akses pendidikan bagi Anak Binaan
agar haknya memperoleh pendidikan terpenuhi.
2. Terciptanya pemahaman yang sama mengenai ruang lingkup penyelenggaraan
pembelajaran jarak jauh (PJJ) di LPKA.
3. Terlaksananya penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di LPKA sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

C. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dimaksud
meliputi dasar hukum, prinsip, mekanisme dan tahapan pelaksanaan
penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di LPKA selama Pandemi Covid-
19.
2. Ruang lingkup penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) meliputi jalur
pendidikan formal, dan non formal, baik menggunakan daring (e-learning),
luring, maupun kombinasi keduanya (blended learning).

4
D. Pengertian
Pengertian ini berisikan seluruh istilah yang digunakan dalam pedoman ini. Uraian
definisi operasional dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan layanan khusus yang selanjutnya disebut PLK adalah pendidikan bagi
peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil,
dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan yang tidak mampu dari
segi ekonomi (Permendikbud Nomor 72 Tahun 2013).
2. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan
setiap jenis pendidikan (Permendikbud Nomor 72 Tahun 2013).
3. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
4. Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
5. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan
informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003).
6. Sekolah induk adalah sekolah yang memenuhi syarat untuk menjadi pembina dari
satu atau lebih bentuk layanan PLK (Permendikbud Nomor 72 Tahun 2013).
7. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang sering disingkat sebagai PKBM sebagai
salah satu satuan pendidikan nonformal. PKBM adalah suatu wadah berbagai
kegiatan pembelajaran masyarakat diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk
menggerakkan pembangunan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Program-
program yang diselenggarakan di PKBM antara lain Pendidikan Kesetaraan (A, B
dan C), Pendidikan Keaksaraan, Pendidikan Kewarganegaraan, Kerumahtanggaan,
dan lain-lainnya (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 10).
8. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) sebagai Satuan Pendidikan Non Formal (PNF)
sejenis yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota yang berfungsi dalam
memberikan pelayanan pendidikan nonformal yakni layanan pendidikan yang
diselenggarakan untuk memberdayakan masyarakat melalui pendidikan kecakapan

5
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik yang memenuhi syarat untuk menjadi
penyelenggara pendidikan di LPKA.
9. Lembaga Penyelenggara kegiatan ini adalah LPKA yang menyelenggarakan proses
pendidikan formal dan nonformal bekerjasama dengan sekolah induk/PKBM/SKB
yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi atau Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten yang disetujui oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
10. Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya disingkat LPKA adalah
Lembaga atau tempat Anak Binaan menjalani masa pidananya (UU SPPA Nomor
11 Tahun 2012).
11. Tempat Kegiatan Belajar (TKB) adalah lokasi yang digunakan sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan dan proses belajar mengajar Pendidikan Layanan
Khusus, dalam hal ini adalah LPKA.
12. Guru Pendamping adalah guru yang ditugaskan dari sekolah induk untuk
melaksanakan proses belajar mengajar di Tempat Kegiatan Belajar (TKB)
13. Pamong Belajar (Guru Pamong) adalah anggota masyarakat yang ditugaskan oleh
LPKA untuk memberikan dorongan/motivasi, pemantauan dan bimbingan agar
kegiatan belajar mandiri peserta didik dapat berlangsung secara efektif dan
terkoordinir.
14. Anak Binaan atau Peserta Didik adalah anak yang sedang menjalani pembinaan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA).
15. Pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari
pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui
teknologi komunikasi, informasi dan media Iain (Permendikbud Nomor 72 Tahun
2013).
16. E-learning adalah proses belajar dan pembelajaran yang memanfaatkan paket
informasi elektronik untuk kepentingan pembelajaran dan pendidikan, yang
diakses oleh Anak Binaan, kapan saja dan dimana saja berbasis Teknologi

6
Informasi dan Komunikasi (TIK).
17. Daring merupakan singkatan dari “dalam jaringan” sebagai pengganti
kata online yang sering kita gunakan dalam kaitannya dengan teknologi internet.
Daring adalah terjemahan dari istilah online yang bermakna tersambung ke dalam
jaringan internet. Jadi Pembelajaran Daring artinya adalah pembelajaran yang
dilakukan secara online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring
sosial.
18. Luring adalah kepanjangan dari “luar jaringan” sebagai pengganti kata offline.
Kata luring merupakan lawan kata dari daring. Dengan demikian, pembelajaran
luring dapat diartikan sebagai bentuk pembelajaran yang sama sekali tidak dalam
kondisi terhubung jaringan internet maupun intranet.
19. Tutorial adalah bentuk bantuan belajar akademik yang dapat dilaksanakan secara
tatap muka maupun melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK).
20. Belajar mandiri adalah proses belajar yang didasarkan pada inisiatif peserta didik
(Anak Binaan) dengan bantuan minimal dari pihak lain.
21. Bantuan belajar adalah segala bentuk kegiatan pendukung yang dilaksanakan oleh
pengelola Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk membantu kelancaran proses
belajar peserta didik (Anak Binaan) berupa pelayanan akademik dan administrasi,
maupun pribadi, berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi).
22. Materi ajar Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah bahan ajar yang dikembangkan
dan dikemas dalam beragam bentuk berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) yang dapat digunakan dalam proses belajar.

7
BAB II
PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN
PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ) DI LPKA

1. Dasar Hukum
1. Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.
a. Pasal 28b ayat (1) dan (2) serta huruf h ayat (2)
b. Pasal 31 ayat (1), (2), (3) dan (4)

2. Undang-Undang
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
b. Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
c. Undang-undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
d. Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah
diubah menjadi UU No 35 Tahun 2014
e. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak.

3. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010;
c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

8
e. Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tahun 1999 sebagaimana telah diubah
terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 99 Tahun 2012
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan.
f. Peraturan Pemerintah RI Nomor 57 tahun 1999 tentang kerja sama
penyelenggaraan pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan;
g. Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahu 2008 tentang wajib belajar;

4. Peraturan Presiden
a. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang
Pendidikan Karakter.

5. Peraturan Menteri
a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan;
b. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014
tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014
tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013;
d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014
tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013;
f. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti;
g. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53
Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
h. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18 tahun 2016 tentang
9
pengenalan lingkungan sekolah bagi peserta didik baru;
i. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 20 Tahun 2016
Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
j. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 21 Tahun 2016
Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
k. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 22 Tahun 2016
Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
l. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 23 Tahun 2016
Tentang Standar Penilaian Pendidikan;
m. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 23
tahun 2017 tentang Hari Sekolah;
n. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan
Formal;
o. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun 2018
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah;
p. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 37 Tahun 2018
Tentang perubahan atas peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor
24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran pada
pendidikan menengah kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan Pendidikan
Menengah;
q. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 44
tahun 2019 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-
Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas,
dan Sekolah Menengah Kejuruan;
r. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 72 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus;
s. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 119 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Pada Jenjang Pendidikan
10
Dasar dan Menengah;
t. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 46 Tahun 2014
tentang Pendidikan Khusus, Pendidikan Layanan Khusus dan/atau
Pembelajaran Layanan Khusus pada Pendidikan Tinggi;
u. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No 18 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja (ORTA) Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA);
v. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang
Standar Isi Pendidikan Kesetaraan;
w. Peratutan Menteri Hukum dan HAM No. 10 tahun 2020 tentang Syarat
Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapida dan ANak dalam
rangka Pencegahan dan penanggulangan penyebaran COVID-19;
x. Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi
Penyelenggaran Pemasyarakatan;
y. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Pe;indungan Anak Nomor 5
tahun 2011 tentang kebijakan pemenuhan hak pendidikan anak

6. Keputusan Menteri
a. Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama,
Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.
01/KB/2020, 516 Tahun 2020, HK.03.01/Menkes/363/2020, 440-482 tahun
2020 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada tahun ajaran
2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19);
b. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0131 Tahun 1994
tentang Program Paket A dan Paket B.
c. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0132 Tahun 1994
tentang Program Paket C.
d. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.02- PK.04.10 Tahun 1991
tentang Pola Penyelenggaraan Kelompok Belajar Paket A dan Kelompok
Belajar Usaha bagi Narapidana.
e. Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH- 03.OT.02.02 Tahun

11
2014 tentang Pedoman Perlakuan Anak di Bapas, LPAS dan LPKA di
lingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI.
f. SK Mendiknas Nomor 107/U/2001 tentang Pendidikan Jarak Jauh Pada
Perguruan Tinggi.

7. Nota Kesepahaman
a. Nota Kesepahaman Antara Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor: M.HH-08.HM.05.02 Tahun 2015, Nomor: 02/IV/NK/2015
Tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Bapas, LPKA, LPAS, Rutan dan
Lapas.
b. Perjanjian Kerja Sama antara Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia dengan Direktorat Jenderal
Pendidikan Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor PAS-
38.HM.05.02 Tahun 2016, Nomor 1139/C/KS/2016, Nomor:
4061/D/KS/2016, Nomor 17266/B/KP/2016 Tentang Penyelengaraan
Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Pendidikan Non Formal di Bapas,
LPKA, LPAS, Rutan dan Lapas.

8. Keputusan Dirjen
a. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03 Tahun
2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan;
b. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-42.PR.01.02
Tahun 2016 tentang Standar Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan
Program Paket A, Program Paket B dan Program Paket C.
c. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-48.PK.01.06.01
Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Keterampilan Bagi Anak.
d. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-147.PK.01.06.01
Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus.
e. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-174.PK.01.06.01

12
Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Model Belajar Bagi Anak di
Lembaga Penempatan Anak Sementa dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak.
f. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-03.PR.01.01
Tahun 2020 tentang Resolusi Pemasyarakatan Tahun 2020.
g. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-830.PK.01.04.08
Tahun 2020 tentang Penyelenggaran Sekolah Mandiri Merdeka Belajar bagi
Anak di LPKA.

9. Surat Edaran
a. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 4 tahun 2020
tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran
Corona Virus Disease (COVID-19).
b. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 14 tahun 2019
tentang Penyerderhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran;
c. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemendikbud Nomor 15 Tahun 2020
tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19);
d. Surat Edaran Direktur Jenderakl Pemasyarakatan Nomor PAS-20.PR.01.01
Tahun 2020 tentang Langkah Progresif dalam Penanggulangan Penyebaran
COVID-19 pada Unit pelaksana Teknis Pemasyarakatan.

2. Prinsip Penyelenggaraan Pedoman Jarak Jauh


Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang ini juga
menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat oleh karena itu bagi warga negara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau berada di
daerah terpencil atau terbelakang berhak memperoleh pendidikan khusus untuk
memfasilitasi kebutuhan mereka akan pendidikan.
Pendidikan Layanan Khusus yang selanjutnya disebut PLK adalah
pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat

13
yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan yang tidak
mampu dari segi ekonomi (Permendikbud Nomor 72 Tahun 2013). PLK merupakan
salah satu wujud dari pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara RI Tahun 1945. Adapun fungsi dari pendidikan nasional
adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik a gar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional).

Dalam penyelenggaraan pendidikan layanan khusus di UPT Pemasyarakatan


sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka prinsip umum pembelajaran
yang digunakan:
a. dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
b. dari Pendidik sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar;
c. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
d. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
e. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
f. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
g. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
h. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
i. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
14
j. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
k. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
l. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah Pendidik, siapa
saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
m. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran; dan
n. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Sesuai dengan Keputusan Bersama Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan


Kementerian Agama Kementerian Kesehatan Kementerian Dalam Negeri Tentang
Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran Dan Tahun Akademik
Baru Di Masa Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) tertanggal 15 Juni 2020
telah ditetapkan bahwa Prinsip Kebijakan Pendidikan di Masa Pandemi COVID-19
adalah: Kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan,
keluarga, dan masyarakat merupakan prioritas utama dalam menetapkan kebijakan
pembelajaran. Sehingga ditetapkan pula suatu prinsip: Tetap belajar dari rumah,
jaga jarak, rajin cuci tangan, dan pakai masker agar kita mencegah penyebaran
COVID-19.
Dalam keputusan bersama tersebut juga ditetapkan bahwa untuk daerah yang
berada di zona kuning, oranye, dan merah, dilarang melakukan pembelajaran tatap
muka di satuan pendidikan. Satuan pendidikan pada zona-zona tersebut tetap
melanjutkan Belajar Dari Rumah (BDR). Berdasarkan Surat Edaran Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19)
dinyatakan bahwa Proses Belajar dari Rumah dilaksanakan dengan ketentuan
(prinsip) sebagai berikut:
a. Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk
memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani

15
tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun
kelulusan;
b. Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain
mengenai pandemi Covid-19;
c. Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antarsiswa,
sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan
kesenjangan akses/ fasilitas belajar di rumah;
d. Bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan balik yang bersifat
kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/ nilai kuantitatif.

Di samping keempat prinsip di atas, dalam Surat Edaran Sekretaris Jenderal


Kemendikbud Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari
Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19)
ditambahkan beberapa prinsip lainnya, yaitu:
a. Materi pembelajaran bersifat inklusif sesuai dengan usia dan jenjang pendidikan,
konteks budaya, karakter dan jenis kekhususan peserta didik;
b. Aktivitas dan penugasan selama BDR dapat bervariasi antar daerah, satuan
pendidikan dan Peserta Didik sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk
mempertimbangkan kesenjangan akses terhadap fasilitas BDR;
c. Mengedepankan pola interaksi dan komunikasi yang positif antara guru dengan
orang tua/wali.

Ketentuan Belajar dari Rumah (BDR) melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ)
tersebut baik untuk pendidikan formal maupun non formal juga diberlakukan di UPT
Pemasyarakatan, dimana dalam pelaksanaannya mengacu pada prinsip
penyelenggaraan pendidikan seperti yang tertuang dalam PP 17/2010 pasal 118
menyatakan bahwa PJJ diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan perluasan dan
pemerataan akses pendidikan, serta meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan.
Oleh karenanya PJJ memiliki karakteristik terbuka, belajar mandiri, belajar tuntas,
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan/atau menggunakan
teknologi lainnya. Melalui sistem PJJ, setiap orang dapat memperoleh akses terhadap
pendidikan berkualitas tanpa harus meninggalkan keluarga, rumah, pekerjaan, dan
tidak kehilangan kesempatan berkarir.
16
Selain akses, sistem PJJ juga meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan
bagi setiap orang. Sifat massal sistem PJJ dalam mendistribusikan pendidikan
berkualitas yang terstandar dengan menggunakan TIK, standardisasi capaian
pembelajaran (learning outcomes), materi ajar, proses pembelajaran, bantuan belajar,
dan evaluasi pembelajaran, menjadikan pendidikan berkualitas dapat diperoleh
berbagai kalangan lintas ruang dan waktu. Jadi Pendidikan Jarak Jauh dicirikan oleh:
1. Keterpisahan geografis antara pendidik (tutor) dan peserta didik;
2. Keberagaman jalur komunikasi dan interaksi sinkron maupun asinkron antara
peserta didik dengan peserta didik, dengan pendidik (tutor), dengan sumber
belajar lainnya;
3. Pemanfaatan beragam media pembelajaran untuk menyampaikan pembelajaran,
4. Ketersediaan beragam layanan bantuan belajar bagi peserta didik;
5. Pengorganisasian proses pendidikan dalam satu institusi. Pendidikan jarak jauh
dilandasi pada pendidikan terbuka, sehingga menyediakan keluwesan belajar
bagi peserta didik lintas ruang dan waktu.

3. Mekanisme Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Di LPKA

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional. Untuk menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
pemerintah telah mempersiapkan program pendidikan layanan khusus yang diatur
pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 72 Tahun 2013 yang
menyatakan bahwa Pendidikan Layanan Khusus (PLK) adalah pendidikan bagi
peserta didik di daerah terpencil, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau
mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
Program pendidikan layanan khusus sangat tepat diselenggarakan di UPT
Pemasyarakatan untuk Anak Binaan dan Klien Anak, karena tujuan pendidikan
layanan khusus adalah menyediakan akses pendidikan bagi anak dalam kondisi
tertentu dalam hal ini adalah bencana sosial.
Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: Pas-
147.PK.01.06.01 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan

17
Layanan Khusus ditetapkan bahwa Pendidikan Layanan Khusus yang
diselenggarakan di UPT Pemasyarakatan dapat berupa jalur Pendidikan Formal dan
Pendidikan Non Formal.
Penyelenggaraan PLK dapat dilaksanakan secara terintegrasi antar jenjang
pendidikan dan/atau antar jenis pendidikan. PLK pada jalur formal atau non formal
diselenggarakan dengan cara menyesuaikan waktu, tempat, saranan dan prasarana,
model pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, bentuk program dan/atau
sumber daya pembelajaran lainnya dengan kesulitan peserta didik.
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kemekumham RI
Nomor: PAS-174.PK.01.06.01 Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Model
Belajar Bagi Anak di Lembaga Penempatan Anak Sementara dan Lembaga
Pembinaan Khusus Anak, ditetapkan bahwa jenis model belajar terdiri dari
Observasi, Bedah Buku, E-learning, Out Bond, Diskusi Kelompok dan Berbagi
Pengalaman.
Terkait dengan masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, maka model
belajar (pembelajaran) yang ditetapkan oleh Surat Edaran Kemdikbud sebagai
alternatif pengganti sementara bagi pembelajaran tatap muka guna mencegah
penularan dan penyebaran virus Covid di lingkungan santuan pendidikan adalah
model belajar e-learning, atau yang lebih dikenal dengan istilah Belajar Dari Rumah
(BDR), atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Di lingkungan LPKA, mekanisme
penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk pendidikan formal maupun
non-formal dilaksanakan sebagai berikut:

1. Identifikasi dan Asessmen


Identifikasi keragaman usia dan letak titik putus sekolah calon peserta didik
(Anak Binaan) di LPKA diperlukan dalam rangka menentukan program
pembelajaran yang perlu diberikan kepada setiap individu Anak Binaan.
a. Tujuan Identifikasi dan Asesmen
1) Mengetahui identitas (data diri) calon peserta didik (Anak Binaan) meliputi
nama, tempat dan tanggal lahir, usia, agama, jenis kelamin, nama ayah dan
ibu kandung, pekerjaan orang tua, alamat lengkap dan nomor telepon yang
dapat dihubungi;

18
2) Mengetahui pengalaman belajar calon peserta didik (Anak Binaan)
meliputi jenjang pendidikan terakhir yang pernah diikuti, nama sekolah,
alamat sekolah, dengan melampirkan foto copy raport dan ijazah;
3) Mengetahui masa binaan calon peserta didik (Anak Binaan) meliputi
tanggal masuk menjadi warga binaan LPKA dan lama waktu yang harus
dijalani di LPKA;
4) Mengetahui kebutuhan dan kemampuan/ potensi yang dimiliki calon
peserta didik (Anak Binaan);
5) Menemukan jalur, jenjang dan tingkat pendidikan sesuai berdasarkan data
identitas calon peserta didik (Anak Binaan);
6) Menemukan minat dan bakat untuk dapat dikembangkan dalam layanan.
7) Mempersiapkan pendidikan lanjutan bagi Anak Binaan yang mendapatkan
asimilasi dan/ integrasi atau telah selesai menjalani masa pidananya.

b. Pelaksanaan Identifikasi dan Asessmen:


1) Identifikasi dan asesmen dilakukan oleh LPKA bersama dengan tim teknis
PKPLK Dinas Pendidikan setempat pada saat Anak Binaan masuk dan
berstatus menjadi warga binaan LPKA.
2) Proses identifikasi dilakukan dengan pengisian formulir (terlampir) dan
ditandatangani oleh Anak Binaan.
3) Pengumpulan dokumen dan bukti-bukti paling lambat 1 bulan sejak
dilakukannya proses identifikasi dan asessmen.
4) Identifikasi dan asessmen digunakan sebagai dasar penentuan jenjang
pendidikan dan program pembelajaran Pendidikan Layanan Khusus di
LPKA.

19
2. Manajemen Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA
Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA dikelola dengan melibatkan beberapa unsur yaitu :
a. Dinas Pendidikan;
b. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA);
c. Sekolah Induk / PKBM / SKB;
d. Guru Pendamping / Tutor;
e. Pamong Belajar (Guru Pamong); dan
f. Penilik Sekolah / Penilik Pendidikan Masyarakat.

Tugas dan fungsi unsur-unsur manajemen tersebut di atas diatur sebagai berikut :
a. Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten/Provinsi
1) Melakukan evaluasi permohonan penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ) untuk pendidikan formal dan non formal yang diajukan oleh LPKA;
2) Melakukan perjanjian kerjasama dengan pihak LPKA;
3) Melakukan verifikasi tempat kegiatan belajar di LPKA yang mengajukan
penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk pendidikan formal dan
non formal;
4) Menetapkan sekolah induk/PKBM/SKB, guru pendamping/tutor dan tempat
kegiatan belajar (TKB);
5) Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk pendidikan formal dan non formal bagi
Anak Binaan LPKA.
6) Memberikan rekomendasi pemindahan tempat belajar bagi Anak Binaan yang
telah selesai masa pembinaannya atau mendapatkan asimilasi/ integrasi.

b. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)


Tugas dan fungsi Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh yaitu :
1) Menyusun perencanaan penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh bagi
Anak Binaan di LPKA berdasarkan hasil identifikasi dan assesment
terhadap Anak Binaan,
2) Mengajukan permohonan untuk penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh
20
kepada Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten/Provinsi sesuai jenjang
pendidikannya, dengan melampirkan bukti hasil identifikasi dan assesment
disertai dengan keterangan lama/masa pembinaan calon peserta didik
Sekolah Induk/PKBM/SKB di LPKA.
3) Melakukan perjanjian kerjasama dengan pihak Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten/Provinsi,
4) Melakukan koordinasi dengan Sekolah Induk/PKBM/SKB yang telah
ditetapkan oleh Dinas Pendidikan untuk melakukan perjanjian kerjasama
diketahui oleh Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Propinsi dan Dinas
Pendidikan Kota/Kabupaten/Propinsi sesuai kewenangannya.
5) Memfasilitasi tersedianya sarana prasarana pembelajaran jarak jauh yang
memadai,
6) Melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Pembelajaran Jarak
Jauh.

Unsur-unsur pihak LPKA atau Tempat Kegiatan Belajar (TKB) yang terlibat
dalam pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh adalah:
1) Kepala LPKA,
2) Kepala Seksi/subsi Pembinaan,
3) Kepala Seksi/subsi Pengawasan dan Penegakkan Disiplin
4) Kepala Seksi/subsi Registrasi,
5) Pamong Belajar (Guru Pamong).

c. Sekolah Induk / PKBM / SKB


Sekolah induk/PKBM/SKB adalah satuan pendidikan formal dan nonformal yang
memenuhi syarat untuk menjadi penyelenggara Pembelajaran Jarak Jauh di
LPKA, dengan tugas dan fungsi:
1) Melakukan verifikasi hasil identifikasi dan asesment dari LPKA.
2) Menyusun perencanaan penyelenggaraan pendidikan badi Anak Binaan
LPKA.
3) Menyiapkan kurikulum dan bahan pembelajaran, serta sarana pembelajaran
praktik sesuai kebutuhan dalam program pembelajaran yang akan
dilaksanakan,
21
4) Menyiapkan dan menugaskan tenaga pengajar sebagai guru pendamping/tutor
sesuai bidang keilmuan yang dipersyaratkan,
5) Melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS),
Ujian Kenaikan Tingkat (UKK), Ujian Sekolah (US) dan Ujian Nasional
(UN),
6) Mengelola dan melaporkan hasil belajar,
7) Mengelola dokumen induk peserta didik,
8) Menerbitkan raport dan ijazah,
9) Memfasilitasi kepindahan belajar peserta didik ke sekolah lain atau satuan
pendidikan lainnya.

Unsur-unsur Sekolah Induk / PKBM / SKB yang terlibat dalam pengelolaan


Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA adalah:
1) Kepala Sekolah Induk / Ketua PKBM / Kepala SKB;
2) Wakil Kepala Sekolah Induk;
3) Kepala Tata Usaha;
4) Guru Pendamping/Tutor; dan
5) Komite Sekolah

d. Guru Pendamping dari sekolah induk atau Tutor dari PKBM/SKB adalah tenaga
pengajar yang ditugaskan oleh Sekolah Induk/PKBM/SKB untuk melaksanakan
proses belajar mengajar di tempat kegiatan belajar (TKB) mempunyai tugas
pokok:
a. merencanakan pembelajaran,
b. melaksanakan pembelajaran dan
c. mengevaluasi hasil belajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

e. Komite Sekolah.
Komite sekolah pada sekolah induk mempunyai peran :
1) Membantu pengelola Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA dalam
mensosialisasikan sekolah terbuka pada jejaring pendidikan dasar dan
menengah.

22
2) Membantu mengembangkan jejaring kerja dalam rangka pengembangan
sarana prasarana dan pembiayaan penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh
pada jenjang pendidikan di LPKA.

f. Pengawas Sekolah / Penilik Pendidikan Masyarakat


Pengawas Sekolah / Penilik Pendidikan Masyarakat berperan :
1) Melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Pembelajaran Jarak
Jauh sesuai dengan jenjang pendidikan di LPKA.
2) Melaksanakan supervisi dalam rangka pembimbingan dan pembinaan
penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh sesuai dengan jenjang pendidikan
di LPKA.
Diagram Pengelolaan Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh di LPKA:

GUBENUR/WALIKOTA/BUPATI DIT PK-LK


DIKDASMEN

DISDIK Kantor Wilayah


PROVINSI/KAB/KOTA Kemenkumham

Sekolah Induk/PKBM/SKB LPKA

Guru Sekolah Induk / Guru Pamong


Guru Pendamping /
Tutor

Tempat Kegiatan Belajar


(LPKA)

Peserta Didik / Siswa


Binaan

Keterangan:
----------- = garis koordinasi
_______ = garis komando

23
3. Penerimaan Peserta Didik
Adapun proses penerimaan peserta didik untuk satuan pendidikan pendidikan formal
dan pendidikan non formal di LPKA dilakukan sebagai berikut:
a. Melakukan sosialisasi kepada orangtua/wali anak, anak dan klien anak yang
dalam program pembinaan dan pembimbingan.
b. Pendaftaran bagi anak sebagai peserta didik.
c. Seleksi administrasi peserta didik.
d. Pengumuman hasil penerimaan peserta didik baru (PPDB).
e. Dalam registrasi peserta didik akan menerima Nomor Induk Siswa Nasional
(NISN) dari Kemendikbud.

4. Penentuan Jenjang Pendidikan


Penentuan jenjang pendidikan untuk Pendidikan Formal atau minat bakat untuk
Pendidikan Non Formal Anak Binaan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Anak wajib menyerahkan bukti pendidikan terakhir (raport dan/atau iijazah
yang telah dilegalisir dan/atau surat keterangan dari sekolah asa l) kepada pihak
LPKA.
b. Penentuan pengelompokan jenjang pendidikan atau minat bakat Anak sebagai
calon peserta didik ditetapkan melalui sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan
(TPP) LPKA dengan memperhatikan rekomendasi Litmas Bapas.
c. Pihak LPKA mendaftarkan Anak Binaan mengikuti pendidikan formal atau non
formal kepada Sekolah Induk /PKBM/SKB yang ditunjuk Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten/Propinsi sesaui dengan kewenangannya.

5. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan pada pendidikan layanan khusus di LPKA yaitu
kurikulum yang berlaku pada Sekolah Induk/PKBM/SKB, meliputi:
a. Struktur Kurikulum;
b. Muatan Kurikulum;
c. Kalender Pendidikan;
d. Silabus; dan

24
e. RPP, dengan prinsip kurikulum fleksibel (penyesuaian dalam hal isi, waktu dan
cara).
Kurikulum dan bahan ajar untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah
menggunakan kurikulum Sekolah Induk/PKBM/SKB yang berlaku; sedangkan
kurikulum keterampilan diperbanyak dengan perbandingan kurikulum akademis 40 %
dan kurikulum keterampilan 60%. Kegiatan awal tahun pelajaran baru semua peserta
didik yang diterima harus mendapatkan orientasi sebagaimana yang berlaku di
Sekolah Induk/PKBM/SKB.

6. Metode, Proses, Media dan Materi Ajar Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Dalam menghadapi masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, satuan pendidikan
di LPKA dengan persetujuan Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten/Propinsi, Sekolah
Induk/PKBM/SKB dapat melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh atau Belajar Dari
Rumah (BDR) dengan memilih pendekatan daring atau luring atau kombinasi
keduanya (hybrid/blended learning) sesuai dengan ketersediaan dan kesiapan sarana
dan prasarana.

a. Metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)


Metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang sangat intensif memanfaatkan
TIK untuk berbagai kegiatan pendidikan dan pembelajaran, meliputi:
penyusunan, penggandaan dan distribusi/ pengunggahan materi ajar, proses
pembelajaran melalui kegiatan tutorial, praktik, praktikum, dan ujian (atau
e-learning); dan administrasi serta registrasi tanpa mengesampingkan
pembelajaran dan pelayanan tatap muka dikenal dengan nama sistem
pembelajaran terpadu (hybrid/blended learning).

Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di LPKA dapat dibagi ke dalam


2 (dua) metode, yaitu: a. Pembelajaran jarak jauh Dalam jaringan/online
(Daring), dan b. Pembelajaran jarak jauh Luar jaringan/offline (Luring).

25
Penyelenggaraan program PJJ dilaksanakan sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan (SNP) dengan mengutamakan hal berikut:
1) Penggunaan berbagai media komunikasi, antara lain media cetak,
elektronik, dan bentukbentuk media komunikasi lain yang
dimungkinkan oleh perkembangan teknologi untuk menggantikan
pembelajaran tatap muka dengan interaksi pembelajaran berbasis TIK,
meskipun tetap memungkinkan adanya pembelajaran tatap muka
secara terbatas;
2) Penggunaan sistem penyampaian pembelajaran yang peserta didik
dengan pendidiknya terpisah;
3) Penggunaan metode pembelajaran interaktif berdasarkan konsep
belajar mandiri, terstruktur, dan terbimbing yang menggunakan
berbagai sumber belajar dan dengan dukungan bantuan belajar serta
fasilitas pembelajaran;
4) Menjadikan media pembelajaran sebagai sumber belajar yang lebih
dominan daripada pendidik.

26
b. Ragam Proses Pembelajaran Jarak Jauh
1) Belajar mandiri: proses pembelajaran yang diinisiasi oleh peserta
didik dalam periode tertentu. Guru pendamping/tutor menyiapkan
beragam tugas dan pemicu yang dapat membantu peserta didik belajar
secara mandiri.
2) Belajar terbimbing/terstruktur: proses pembelajaran yang disediakan
oleh Sekolah Induk/PKBM/SKB untuk membantu proses belajar
peserta didik dalam bentuk tutorial tatap muka dan tutorial elektronik.
dengan mengandalkan bimbingan guru pendamping/tutor secara
langsung maupun virtual, secara residensial maupun non-residensial.
a) Tutorial tatap muka: proses pembelajaran jarak jauh dilaksanakan
dengan mempersyaratkan adanya tutorial/pembimbingan tatap
muka langsung (atau termediasi sinkron) kepada peserta didik
untuk beragam mata pelajaran.
b) Tutorial elektronik: proses pembelajaran jarak jauh yang
dilaksanakan dengan mempersyaratkan adanya interaksi peserta
didik dengan guru pendamping/tutor, atau peserta didik dengan
peserta didik yang termediasi oleh media berbasis TIK.
c) Bantuan lainnya (koresponden, telepon, dan faksimile)

Belajar terbimbing dapat diselenggarakan secara residensial maupun non


residensial. Residensial merupakan proses pembelajaran jarak jauh yang
dilaksanakan dengan:
1) Mempersyaratkan adanya masa residensial peserta didik PJJ untuk
belajar di kampus dalam periode tertentu untuk setiap mata
pelajaran;
2) Melaksanakan belajar terbimbing dalam beragam bentuk (tutorial
tatap muka langsung, tutorial elektronik, dan lain-lain);
3) Memberikan pembinaan dan pengembangan karakter serta
sosialisasi dengan kehidupan sekolah;
4) Memberikan kesempatan untuk memanfaatkan beragam fasilitas
praktek/praktikum di sekolah;
5) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang tugas-tugas
27
dengan kelompok peserta didik dan guru pendamping/tutor.

c. Ragam Media dan Materi Ajar Program Pendidikan Jarak Jauh


Secara umum, beragam media dimanfaatkan dalam program pendidikan
jarak jauh sebagai bentuk materi ajar untuk menyampaikan informasi
pembelajaran kepada peserta didik, sebagai berikut.
1) Media cetak (biasa disebut modul, bahan belajar mandiri, buku ajar,
poster, dll.)
2) Media non cetak :
a) Terpisah – audio, video, Computer Assisted Learning (CAL atau
sejenisnya), Simulasi.
b) Terpadu – audigrafis, simulasi multimedia, paket e-learning.

Materi pembelajaran dapat disajikan dalam bentuk pembelajaran tatap muka


dan/atau pembelajaran jarak jauh baik dengan daring ataupun luring dengan
pemberian buku, modul dan/atau bahan ajar lain yang sesuai dengan standar
kompetensi yang telah ditetapkan.

1) Media dan Materi (Sumber Belajar) Pembelajaran Jarak Jauh Daring


Pembelajaran di LPKA secara daring dapat menggunakan gawai
(gadget) dan/atau laptop melalui beberapa portal dan aplikasi
pembelajaran daring, diantaranya:

28
29
2) Media dan Sumber Belajar Pembelajaran Luring.

Pembelajaran di LPKA secara luring dalam Pembelajaran Jarak Jauh


(PJJ) dapat dilaksanakan melalui:

7. Penilaian dan Kelulusan

a. Ruang Lingkup Penilaian


Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga
dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif peserta didik terhadap
ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan.

b. Mekanisme Penilaian
Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk, penilaian harian,
penilaian tengah semester (PTS), penilaian akhir semester (PAS), ujian
sekolah berstandar nasional (USBN) dan ujian nasional (UN). Mekanisme
penilaian sebagai berikut:
1) Penilaian tengah semester (PTS) dan penilaian akhir semester (PAS)
dilakukan oleh guru pendamping/tutor di bawah koordinasi Sekolah
Induk/PKBM/SKB.
2) Ujian sekolah berstandar nasional (USBN) dan ujian nasional (UN)
dilakukan oleh Sekolah Induk/PKBM/SKB.

30
c. Kenaikan tingkat (kelas):
Kenaikan tingkat (kelas) peserta didik ditentukan dengan kriteria kenaikan
yang berlaku di Sekolah Induk/PKBM/SKB.

d. Kelulusan, Ijazah dan Sertifikat :


1) Peserta didik pendidikan layanan khusus dinyatakan lulus apabila telah
lulus ujian sekolah/ujian satuan pendidikan sesuai kriteria yang
berlaku di Sekolah Induk/PKBM/SKB dan telah mengikuti ujian
nasional.
2) Bagi peserta didik yang belum memenuhi kompetensi/belum lulus
wajib mengikuti kembali ujian tahun berikutnya.
3) Peserta ujian yang telah lulus mengikuti semua program pembelajaran
berhak mendapatkan ijazah, sertifikat kompetensi dari Sekolah
Induk/PKBM/SKB dan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional
(SKHUN).

e. Khusus selama masa pandemi Covid-19, sesuai dengan Surat Edaran


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran
Corona Virus Disease (Covid-19) telah ditetapkan beberapa ketentuan
sebagai berikut:

1) Ujian Nasional (UN):


a) UN Tahun 2020 dibatalkan, termasuk Uji Kompetensi Keahlian
2020 bagi Sekolah Menengah Kejuruan;
b) Dengan dibatalkannya UN Tahun 2O2O maka keikutsertaan UN
tidak menjadi syarat kelulusan atau seleksi masuk jenjang
pendidikan yang Iebih tinggi;
c) Dengan dibatalkannya UN Tahun 2O2O maka proses
penyetaraan bagi lulusan program Paket A, program Paket B, dan
program Paket C akan ditentukan kemudian.

31
2) Ujian Sekolah untuk kelulusan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Ujian Sekolah untuk kelulusan dalam bentuk tes yang
mengumpulkan siswa tidak boleh dilakukan, kecuali yang telah
dilaksanakan sebelum terbitnya surat edaran ini
b) Ujian Sekolah dapat dilakukan dalam bentuk portofolio nilai
rapor dan prestasi yang diperoleh sebelumnya, penugasan, tes
daring, dan/atau bentuk asesmen jarak jauh lainnya;
c) Ujian Sekolah dirancang untuk mendorong aktivitas belajar yang
bermakna, dan tidak perlu mengukur ketuntasan capaian
kurikulum secara menyeluruh;
d) Sekolah yang telah melaksanakan Ujian Sekolah dapat
menggunakan nilai Ujian Sekolah untuk menentukan kelulusan
siswa. Bagi sekolah yang belum melaksanakan Ujian Sekolah
berlaku ketentuan sebagai berikut:
(1) kelulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat ditentukan
berdasarkan nilai lima semester terakhir (kelas 4, kelas 5,
dan kelas 6 semester gasal). Nilai semester genap kelas 6
dapat digunakan sebagai tambahan nilai kelulusan;
(2) kelulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) / sederajat ditentukan
berdasarkan nilai lima semester terakhir. Nilai semester
genap kelas 9 dan kelas 12 dapat digunakan sebagai
tambahan nilai kelulusan; dan
(3) kelulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) / sederajat '
ditentukan berdasarkan nilai rapor, praktik kerja lapangan,
portofolio dan nilai praktik selama lima semester terakhir.
Nilai semester genap tahun terakhir dapat digunakan
sebagai tambahan nilai kelulusan.

3) Kenaikan Kelas dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:


a) Ujian akhir semester untuk Kenaikan Kelas dalam bentuk tes

32
yang mengumpulkan siswa tidak boleh dilakukan, kecuali yang
telah dilaksanakan sebelum terbitnya Surat Edaran ini;
b) Ujian akhir semester untuk Kenaikan Kelas dapat dilakukan
dalam bentuk portofoiio nilai rapor dan prestasi yang diperoleh
sebelumnya, penugasan, tes daring, dan/atau bentuk asesmen
jarak jauh lainnya;
c) Ujian akhir semester untuk Kenaikan Kelas dirancang untuk
mendorong aktivitas belajar yang bermakna, dan tidak perlu
mengukur ketuntasan capaian kurikulum secara menyeluruh.

f. Penyerahan Peserta Didik Meneruskan Sekolah


Bagi peserta didik yang sedang menjalani proses belajar di LPKA,
namun masa pidananya telah selesai, atau mendapatkan asimilasi/
integrasi, maka:
- Pihak LPKA wajib melaporkan kepada Sekolah Induk/PKBM/SKB

untuk menerbitkan surat keterangan pindah sekolah bagi peserta didik


tersebut, sehingga yang bersangkutan dapat melanjutkan sekolahnya.
- Pihak Sekolah Induk/PKBM/SKB dapat menempatkan peserta didik
tersebut di sekolah yang terdekat dengan tempat tinggal Anak tersebut.

8. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

a. Tenaga Pendidik
Tenaga Pendidik terdiri dari dua unsur yaitu : 1) guru pendamping/tutor dan
2) pamong belajar (guru pamong) yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut :

a. Guru Pendamping / Tutor:


a) Berkualifikasi pendidikan minimal S1/D4 kependidikan;
b) Kompeten pada bidang tugas dan keilmuannya;
c) Menguasai TIK;
d) Memiliki komitmen tinggi dalam menjalankan tugas sebagai
pendidik pada pendidikan layanan khusus LPKA;
e) Memiliki surat tugas dari Kepala Sekolah Induk/PKBM/SKB.
33
b. Pamong Belajar (Guru Pamong):
a) Berkualifikasi pendidikan minimal SMA/K sederajat;
b) Menguasai TIK;
c) Memiliki komitmen tinggi dalam menjalankan tugas sebagai
pendidik pada pendidikan layanan khusus di LPKA;
d) Memiliki surat tugas dari Kepala LPKA.

b. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan terdiri dari atas :
1) Kepala Sekolah;
2) Wakil kepala sekolah;
3) penanggungjawab penyelenggaraan pendidikan di LPKA yang melekat
pada jabatan Kepala Seksi Pembinaan;
4) tenaga administrasi yang berasal dari sekolah induk dan LPKA;
5) laboran;
6) pustakawan; dan
7) teknisi.

9. Sarana dan Prasarana Pendidik

a. Prasarana Tempat Kegiatan Belajar


Prasarana tempat kegiatan belajar di Pendidikan Layanan Khusus LPKA
dilakukan verifikasi oleh Sekolah Induk/PKBM/SKB meliputi : Ruang
Belajar; Ruang Administrasi; Ruang Laboratorium; Ruang Perpustakaan;
dan Kamar mandi/toilet.

b. Sarana Pembelajaran dan Pendukung Lainnya


Sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, disiapkan
antara lain oleh unsur pemerintah, masyarakat, Sekolah Induk/PKBM/
SKB dan LPKA, meliputi: Buku bacaan/perpustakaan; Komputer atau
gadget; Alat ketrampilan/lifeskill; Alat Peraga; Alat Praktik; dan
Perlengkapan seni.

34
10. Kerjasama Lembaga

Dalam pelaksanan pendidikan PJJ di LPKA pihak LPKA dapat melakukan


kerja sama dengan pihak ketiga baik pemerintah maupun swasta/perorangan,
antara lain:
a. Dinas Pendidikan Provinsi/Kab/Kota
b. Dinas Sosial Provinsi/Kab/Kota
c. Kantor Kementerian Agama wilayah/Kabupaten/Kota
d. KPAI; dan
e. Dunia Usaha dan Industri (DU/DI)
f. Lembaga/perorangan lainnya

4. Tahapan Pelaksanaan Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Di


LPKA
Pelaksanaan penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk pendidikan formal
dan pendidikan non formal di LPKA dikoordinir oleh Kepala Pembinaan. Tata cara
pelaksanaan penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh tersebut tersebut dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan
a. Kepala Seksi Pembinaan bersama-sama dengan Petugas Pembinaan
melakukan pendataan dan asesment terhadap sumber daya dan
kebutuhan pembelajaran para Anak Binaan.
b. Dalam pendataan dan asesment ini Petugas Pembinaan berkoordinasi
dengan Bagian Registrasi dan Klasifikasi untuk memperoleh data
Anak Binaan di LPKA sesuai latar belakang pendidikan masing-
masing, dan lama masa pembinaannya di LPKA.
c. Setelah diketahui jumlah peserta didik per jenis dan jenjang
pendidikan, Petugas Pembinaan berkoordinasi dengan Bagian Umum
untuk mengatur penggunaan fasilitas kegiatan (lapangan, ruangan dan
kelengkapannya).
d. Kepala Seksi Pembinaan bersama-sama dengan Petugas Pembinaan

35
menyusun dan melaporkan kepada Kepala LPKA perihal Rencana
Kegiatan Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi Anak
Binaan LPKA yang disertai dengan Laporan Hasil Asesment yang
berisi: jumlah calon peserta didik per jenis dan jenjang pendidikan,
rencana jadwal dan tempat kegiatan pendidikan, kebutuhan sarana-
prasarana penunjang pendidikan baik pendidikan formal dan
pendidikan non formal.
e. Dengan sepengetahuan Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham
Propinsi, Kepala LPKA mengajukan permohonan untuk
menyelenggarakan Pendidikan Layanan Khusus melalui
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring atau luring atau
blended learning kepada Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten/Propinsi
sesuai jenjang pendidikannya serta dilengkapi dengan persyaratan
dokumen perizinan penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus.
f. Setelah memperoleh ijin dari Dinas Pendidikan setempat, Kepala
LPKA yang diwakili Kepala Pembinaan melakukan koordinasi
dengan Sekolah Induk/PKBM/SKB untuk bersama-sama
menyepakati kurikulum dan rencana pembelajaran yang akan
diberikan selama proses pembelajaran jarak jauh.
g. Mengupayakan ketersediaan sarana pembelajaran berupa ruang
belajar, media pembelajaran, perangkat multimedia, alat-alat tulis,
dan lain sebagainya;
h. Melakukan penggalangan dukungan dari pihak mitra dalam rangka
mendukung kelancaran pelaksanaan proses pembelajaran jarak jauh
di LPKA.

2. Pelaksanaan
a. Petugas Pembinaan berkoordinasi dengan Seksi Pengawasan dan
Penegakkan Disiplin terkait dengan pemanggilan dan kehadiran anak
yang akan mengikuti kegiatan program pendidikan.
b. Petugas pembinaan yang ditunjuk sebagai guru pamong dan/atau
guru/tutor pendamping dari Sekolah Induk/PKBM/SKB melaksanakan
36
kegiatan pembelajaran jarak jauh sesuai jadwal.
c. Petugas Pengawasan dan Penegakan Disiplin melakukan pengawasan
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
d. Selesai kegiatan, petugas pembinaan berkoordinasi kembali dengan
petugas Pengawasan dan Penegakan Disiplin bahwa kegiatan
pembelajaran telah selesai.

3. Monitoring

Dalam rangka penjaminan mutu pelaksanaan pembelajaran di LPKA, maka


perlu dilakukannya monitoring dan evaluasi dalam bentuk supervisi
akademis dan supervisi internal manajerial.

a. Supervisi Akademis
Monitoring dan evaluasi bidang akademis meliputi beberapa sasaran di
antaranya: kelengkapan administrasi pembelajaran, pelaksanaan/ proses
pembelajaran, kelengkapan administrasi umum dan sasaran lain menuju
tercapainya standar isi, standar proses, standar penilaian dan standar
kompetensi lulusan.
1) Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan Administrasi Pembelajaran
meliputi:

a) Rencana Program Pembelajaran (RPP) sesuai dengan format


yang berlaku pada sekolah induk, meliputi : 1) Identitas RPP,
2) Kompetensi Inti, 3) Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan
pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, 4) Penilaian pada setiap
pertemuan, 5) Remedial dan Pengayaan, 6) Metode
pembelajaran,
b) Media, alat dan bahan;
c) Silabus sesuai dengan yang berlaku pada kurikulum sekolah
induk;

d) Program tahunan sesuai dengan format yang berlaku pada tahun


pelajaran berjalan, meliputi: 1) Identitas Program Tahunan,

37
2) Kesesuaian program dengan rencana kegiatan sekolah/
Kalender Pendidikan, 3) Kesesuaian program tahunan dengan
pelaksanaan pembelajaran;
e) Program Semester sesuai dengan format yang berlaku pada
semester ganjil dan genap, meliputi: 1) Identitas program
semester, 2) kesesuaian program dengan kegiatan penilaian, 3)
Kesesuaian program dengan remedial. dan pengayaan,
f) Program remedial dan pengayaan; dan
g) Daftar nilai meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan
keterampilan.

2) Monitoring dan evaluasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran meliputi :


a) Penyampaian kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran;
b) Penyampaian kegiatan inti dalam proses pembelajaran sesuai
dengan sintaks dalam RPP;
c) Penyampaian kegiatan penilaian dan remedial dalam proses
pembelajaran; dan

d) Penyampaian kegiatan penutup dalam proses pembelajaran.

3) Monitoring dan evaluasi Kelengkapan Administrasi Umum meliputi:


a) Administrasi hasil penilaian,
b) Tata penyimpanan rapor dan administrasi pengendalian,
c) Buku Daftar Kelas
d) Daftar hadir/ presensi
e) Daftar hadir Siswa
f) Buku Agenda/ rapat guru
g) Buku Tamu

b. Supervisi Internal Manajerial


Monitoring dan evaluasi bidang manajerial meliputi beberapa sasaran
yang menunjang tercapainya standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan di
antaranya:
38
1) Administrasi Tata Usaha
2) Kurikulum
3) Kesiswaan/ Ekstra Kurikuler
4) Sarana/ Prasarana
5) Perpustakaan
6) Laboratorium

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh :


1) Pengawas Sekolah/Penilik Pendidikan Masyarakat;
2) Dinas Pendidikan Provinsi/Kab./Kota (sesuai kewenangannya); dan
3) Kanwil Kemenkumham.
Hasil kegiatan monitoring dan evaluasi akan dijadikan masukan bagi
LPKA dan pihak terkait lainnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
Pendidikan di LPKA.

4. Pelaporan
a. Petugas pembinaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
kegiatan wajib membuat laporan untuk setiap kegiatan pendidikan
yang telah dilakukan kepada Kepala Seksi Pembinaan.
b. Kepala Seksi Pembinaan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatan
pendidikan kepada Kepala LPKA.
c. Laporan sekurang-kurangnya mencakup maksud dan tujuan kegiatan,
capaian hasil kegiatan, tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan,
kendala dan hambatan (mencakup ketersediaan sarana dan prasarana,
pemenuhan anggaran, kualitas dan kuantitas SDM pelaksana program,
tingkat partisipasi dan kualitas kemitraan), daftar hadir peserta, dan
dokumentasi kegiatan.
d. Terhadap hasil laporan tersebut Kepala LPKA memberikan
rekomendasi dan arahan sesuai hasil laporan.
e. Laporan hasil kegiatan pendidikan formal dan pendidikan non formal
ditembuskan kepada Balai Pemasyarakatan untuk kepentingan
pengawasan program pembinaan.
39
5. Evaluasi dan Tindak lanjut
a. Kepala LPKA melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah
berlangsung bersama petugas pembinaan dan/mitra.
b. Hasil evaluasi kegiatan pendidikan formal dan pendidikan non formal
dimuat dalam laporan evaluasi yang memuat rekomendasi terhadap
maksud dan tujuan kegiatan, capaian hasil kegiatan, tempat dan waktu
pelaksanaan kegiatan, kendala dan hambatan (mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana, pemenuhan anggaran, kualitas dan kuantitas
SDM pelaksana program, tingkat partisipasi dan kualitas kemitraan).
c. Laporan evaluasi akan digunakan sebagai bahan perbaikan dan
penyempurnaan kegiatan selanjutnya.
d. Kepala LPKA melaporkan hasil evaluasi kepada Kantor Wilayah c.q.
Divisi Pemasyarakatan dan ditembuskan kepada Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.

40
BAB III
PENUTUP

A. Koordinasi Pelaksanaan

Dalam penyelenggaraan pendidikan layanan khusus melalui pembelajaran


jarak jauh (PJJ) perlu dilakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait sehingga
penyelenggaraannya dapat dilaksanakan dengan efisien. Instansi terkait yang perlu
dilakukan koordinasi adalah :
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
2. Direktorat Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
3. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah
4. Bupati/Walikota
5. Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota
6. Sekolah Induk/PKBM/SKB
Dalam hal ini masing-masing pihak mempunyai peran dan tanggung jawabnya
masing-masing dalam penyelenggaraan pendidikan layanan khusus melalui
pembelajaran jarak jauh (PJJ) di LPKA. Berikut peran dan tanggung jawab
masing-masing pihak:
1. Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
a. Melakukan perjanjian kerjasama dengan pihak Lembaga Pembinaan Khusus
Anak.
b. Melakukan verifikasi ke LPKA yang mengajukan penyelenggaraan
pendidikan
c. Menetapkan Sekolah Induk/PKBM/SKB
d. Melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan bagi anak
e. Menganggarkan penyelenggaraan pendidikan dalam DIPA Dinas Pendidikan

2. Sekolah Induk/PKBM/SKB
a. Menyusun dan menetapkan pengelola di LPKA
b. Menetapkan Tempat Kegiatan Belajar (TKB)
c. Menyiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran
d. Melakukan penilaian hasil belajar

41
e. Melaksanakan ujian sekolah dan ujian nasional
f. Mengelola dan melaporkan hasil belajar
g. Mengelola dokumen induk peserta didik
h. Menerbitkan ijazah

3. LPKA
a. Identifikasi dan asesmen kondisi dan kebutuhan pendidikan bagi anak
b. Menyusun perencanaan penyelenggaraan pendidikan bagi anak
c. Memfasilitasi tersedianya sarana prasarana yang memadai
d. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan guru/tutor dan tenaga kependidikan
e. Melakukan evaluasi penyelenggaraan pendidikan bagi anak

4. Komite Sekolah
a. Membantu pengelolaan di LPKA dalam mensosialisasikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
b. Membantu dalam pengembangan jejaring kerja untuk membantu dalam
pengembangan sarana prasarana dan pembiayaan penyelenggaraan di
LPKA.

5. Pengawas Sekolah /Penilik Pendidikan Masyarakat


a. Membantu dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan di
LPKA.
b. Melaksanakan supervisi dalam rangka pembimbingan dan pembinaan
penyelenggaraan di LPKA.

B. Tindak Lanjut Pelaksanaan dalam Standar / SOP

Dengan disusunnya Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus


melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini menjadi indikasi terhadap adanya
kesepahaman dan kesepakatan di antara jajaran pemasyarakatann terhadap
pelaksanaan Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di LPKA. Adapun
tindak lanjut dari Pedoman ini ke depannya akan disusun Standar/SOP terkait
dengan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan layanan khusus di LPKA.

42
C. Korespondensi
Korespondensi mempunyai arti yang sama dengan surat- menyurat. Korespondensi
merupakan suatu kegiatan atau hubungan yang dilakukan secara terus menerus
antara dua pihak yang dilakukan dengan saling berkirim surat.
Korespondensi dibagai menjadi dua :
1. Korepondensi eksteren, yaitu hubungan surat menyurat yang dilakukan oleh
kantor atau bagian bagiannya dengan pihak luar.
2. Korespondensi intern, yaitu hubungan surat yang dilakukan oleh orang-orang
dalam suatu kantor, terrmasuk hubungan kantor pusat dengan kantor cabang.

43

Anda mungkin juga menyukai