KELAS II KENDARI
PASTI WBK
PASTI WBBM
YEL-YEL LPKA KENDARI
LPKA KENDARI
PROFESIONAL, AKUNTABEL, SINERGI,
TRANSPARAN DAN INOVATIF
LPKA KENDARI
NO GRATIFIKASI, NO PUNGLI
LPKA KENDARI
MELAYANI DENGAN SEPENUH HATI
LPKA KENDARI
SANTUN, RAMAH, BERSAHABAT
LPKA KENDARI
PASTI WBK, PASTI WBBM
LPKA KENDARI
KITA MENGAYOMI
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
KETIGA : Tim Kerja Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari
Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani Pada Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Kelas II Kendari Memiliki tugas :
1. Melaksanakan kegiatan guna mendukung keberhasilan
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM);
2. Melakukan kordinasi dan konsultasi dengan pihak terkait untuk
kelancaran pelaksanaan tugas dimaksud;
3. Melaporkan pelaksanaan tugas Tim Kerja Pembangunan Zona
Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) kepada Kepala Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Kelas II Kendari.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dan/atau hal- hal yang belum diatur
dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Kendari
Pada Tanggal : 16 Januari 2020
KEPALA
AKBAR AMNUR
NIP. 19780306 200012 1 001
Lampiran : Pembentukan Tim Kerja Pembangunan
Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari
Korupsi (WBK) Dan Wilayah Birokrasi
Bersih Dan Melayani (WBBM)
Pada Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Kelas II Kendari
Ditetapkan di : Kendari
Pada Tanggal : 16 Januari 2020
KEPALA,
AKBAR AMNUR
NIP. 19780306 200012 1 001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reformasi birokrasi merupakan salah satu
langkah awal untuk melakukan penataan terhadap
sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik,
efektif dan efisien, sehingga dapat melayani
masyarakat secara cepat, tepat, dan profesional.
Dalam perjalanannya, banyak kendala yang dihadapi,
diantaranya adalah penyalahgunaan wewenang,
praktek KKN, dan lemahnya pengawasan.
Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah telah
menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun
2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
yang mengatur tentang pelaksanaan program
reformasi birokrasi. Peraturan tersebut menargetkan
tercapainya tiga sasaran hasil utama yaitu
peningkatan kapasitas dan akuntabilitas organisasi,
pemerintah yang bersih dan bebas KKN, serta
peningkatan pelayanan publik. Dalam rangka
mengakselerasi pencapaian sasaran hasil tersebut,
maka instansi pemerintah perlu untuk membangun
pilot project pelaksanaan reformasi birokrasi yang
dapat menjadi percontohan penerapan pada unit-unit
kerja lainnya. Untuk itu, perlu secara konkret
dilaksanakan program reformasi birokrasi pada unit
kerja melalui upaya pembangunan Zona Integritas.
Dalam rangka pembangunan Zona Integritas,
langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: (1)
Menyelaraskan instrumen Zona Integritas dengan
1
instrumen evaluasi Reformasi Birokrasi, serta (2)
Penyederhanaan pada indikator proses dan
indikator hasil yang lebih fokus dan akurat. Untuk
itu perlu disusun pedoman pembangunan Zona
Integritas dengan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi.
2
BAB II
DASAR HUKUM PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS
MENUJU WBK / WBBM
3
BAB III
PENGERTIAN UMUM
4
5. Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan
instansi daerah;
5
kejadian yang biasa dijumpai dalam kehidupan
Masyarakat, ini disebabkan karena
kecenderungan sikap manusia yang lebih suka
membeda-bedakan yang lain.
6
BAB IV
TAHAPAN PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS
Komponen Pengungkit
Komponen Hasil
7
PENGUNGKIT(60%) HASIL( 40 %)
Peningkatan
8
Penilaian terhadap setiap program dalam
komponen pengungkit dan komponen hasil diukur
melalui indikator-indikator yang dipandang mewakili
program tersebut. Sehingga dengan menilai
indikator tersebut diharapkan dapat memberikan
gambaran pencapaian upaya yang berdampak pada
pencapaian sasaran.
Komponen Pengungkit
Komponen pengungkit merupakan
komponen yang menjadi faktor penentu
pencapaian sasaran hasil pembangunan Zona
Integritas menuju WBK/WBBM. Terdapat enam
komponen pengungkit, yaitu Manajemen
Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan
Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas
Kinerja, Penguatan Pengawasan, dan
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Di
bawah ini adalah rincian bobot komponen
pengungkit penilaian unit kerja Berpredikat
Menuju WBK/Menuju WBBM.
Bobot
No Komponen Pengungkit
(60%)
1 Manajemen Perubahan 5%
2 Penataan Tata Laksana 5%
3 Penataan Sistem Manajemen
SDM 15%
4 Penguatan Akuntabilitas
10%
Kinerja
5 Penguatan Pengawasan 15%
6 Penguatan Kualitas Pelayanan
10%
Publik
9
Indikator Hasil
Rincian Bobot Indikator Hasil Unit Kerja
Berpredikat Menuju WBK/WBBM
Bobot
No Unsur Indikator Hasil
(40%)
1 Terwujudnya Pemerintahan
20%
yang Bersih dan Bebas KKN
2 Terwujudnya Peningkatan
Kualitas Pelayanan Publik 20%
kepada Masyarakat
Hasil
Dalam pembangunan Zona Integritas Menuju
Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani, fokus pelaksanaan
reformasi birokrasi tertuju pada dua sasaran
utama, yaitu:
1. Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih
dan Bebas KKN
Sasaran terwujudnya pemerintahan yang
bersih dan bebas KKN diukur dengan
menggunakan ukuran:
a. Nilai persepsi korupsi (survei
eksternal); dan
b. Presentase penyelesaian TLHP.
2. Terwujudnya Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik kepada Masyarakat
Sasaran Terwujudnya peningkatan kualitas
pelayanan publik kepada masyarakat diukur
melalui nilai persepsi kualitas pelayanan
(survei eksternal).
10
C. Indikator penilaian dan kelengkapan data dukung –
Komponen Pengungkit
Hal yang Harus
No Komponen Indikator
dilakukan
1 Manajemen Penyusunan Tim Terbentuknya Tim
Perubahan Kerja Pembangunan Zona
Integritas menuju
WBK/WBBM
Penentuan Tim dipilih
melalui prosedur dan
mekanisme jelas
Dokumen Terdapatnya dokumen
Pembangunan ZI pembangunan ZI
WBK/WBBM WBK/WBBM
Dokumen memuat
target-target prioritas
pembangunan ZI
WBK/WBBM
Dokumen
pembangunan
disosialisasikan
melalui media
Seluruh kegiatan
Monitoring dan
pembangunan ZI
Evaluasi
WBK/ WBBM
Pembangunan ZI
dilaksanakan sesuai
WBK/WBBM
target
Kegiatan monitoring
dan evaluasi
dilaksanakan dan
ditindaklanjuti
Perubahan Pola Pikir Pimpinan berperan
dan Budaya Kerja sebagai role model
Ditetapkannya agen
perubahan
Anggota organisasi
dilibatkan dalam
pembangunan ZI
WBK/WBBM
Budaya kerja dan
pola pikir dibangun di
dalam lingkungan
organisasi
11
2 Penataan SOP Kegiatan Utama Terdapatnya dokumen
Tatalaksana SOP yang mengacu
pada peta proses
bisnis
SOP diterapkan
dalam tugas dan
fungsi
Dilaksanakan
evaluasi terhadap
SOP
E- Office Sistem pengukuran
kinerja, kepegawaian
dan pelayanan
berbasis IT
Keterbukaan Kebijakan tentang
Informasi Publik keterbukaan
informasi publik telah
diterapkan
Dilakukannya
monitoring, evaluasi
dan tindak lanjut
3 Penataan Perencanaan Tersusunnya
Sistem Kebutuhan Pegawai dokumen rencana
Manajemen kebutuhan pegawai
SDM dalam hal rasio
beban kerja dan
kualifikasi pendidikan
Rencana kebutuhan
pegawai telah
diterapkan
Dilakukannya
monitoring, evaluasi
dan tindak lanjut
Pola Mutasi Internal Kebijakan mutasi
internal di
implementasikan
Dilakukannya
monitoring, evaluasi
dan tindak lanjut
Pengembangan Adanya upaya
Pegawai Berbasis pengembangan
Kompetensi capacity building/
transfer knowledge
pegawai
Kesempatan pegawai
mengikuti diklat/
pelatihan
12
Penetapan Kinerja Dilaksanakannya
Individu penilaian kinerja
individu
Pengukuran kinerja
indivdu dilaksanakan
secara periodic
Hasil penilaian kinerja
individu telah
dilaksanakan /
ditetapkan
Penegakan Aturan Aturan kode etik
Disiplin/Kode Etik diimplementasikan dan
disosialisasikan
Sistem Informasi Sistem Informasi
Kepegawaian Kepegawaian (simpeg)
dimutakhirkan secara
berkala
4 Penguatan Keterlibatan Pimpinan Pimpinan dilibatkan
Akuntabilitas secara langsung
Kinerja dalam saat
penyusunan rencana
dan penetapan
kinerja
Pimpinan memantau
pencapaian kinerja
secara berkala
Pengelolaan Terdapatnya dokumen
Akuntabilitas Kinerja perencanaan kinerja
Dokumen
perencanaan
berorientasi pada
hasil sesuai dengan
kriteria SMART
Laporan kinerja
disusun tepat waktu
dan memuat
informasi
Peningkatan
kapasitas SDM dalam
akuntabilitas kinerja
5 Penguatan Pengendalian Public campaign
Pengawasan Gratifikasi terhadap
pengendalian
gratifikasi
Pengendalian
gratifikasi
diimplementasikan
13
Penerapan Sistem Pembangunan
Pengawasan Intern lingkungan
Pemerintah (SPIP) pengendalian
Adanya penilaian
resiko
Unit kerja
melaksanakan
kegiatan
pengendalian untuk
meminimalisir reiko
Dilaksanakannya
monitoring, evaluasi
dan tindak lanjut
Pengaduan Kebijakan pengaduan
Masyarakat masyarakat
diimplementasikan
Pengaduan
Masyarakat di
tindaklanjuti
Monitoring, evaluasi
dan tindak lanjut
pengaduan
Whistle Blowing Kebijakan Whistle
System Blowing System
diterapkan
Dilaksanakannya
monitoring, evaluasi
dan tindak lanjut
Penanganan Benturan Identifikasi terhadap
Kepentingan potensi terjadinya
benturan
kepentingan
Sosialisasi benturan
kepentingan
Monitoring, evaluasi
dan tindak lanjut
benturan
kepentingan
6 Penguatan Standar Pelayanan Kebijakan standar
Kualitas pelayanan
Pelayanan diimplementasikan
Publik Maklumat pelayanan
diterapkan
Terdapatnya SOP
Pelayanan
Adanya perbaikan
terhadap kualitas dan
14
SOP layanan
Budaya Pelayanan Sosialisasi
Prima penerapan budaya
pelayanan prima
Terdapatnya informasi
pelayanan yang
mudah diakses
Adanya reward dan
punishment
Terdapatnya sarana
layanan terpadu yang
terintegrasi
Adanya inovasi
pelayanan
Penilaian Kepuasan Unit kerja melakukan
Terhadap Pelayanan survey kepuasan
masyarakat terhadap
pelayanan
Hasil survey dapat
diakses dengan
mudah
Adanya tindak lanjut
terhadap hasil survey
15
BAB V
PENUTUP
16