Anda di halaman 1dari 6

Perkembangan Psikologi pada Bayi

Menurut yusuf syamsu,perkembangan adalah perubahan-


perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju
tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang
berlangsung secara sistematis,progesif dan
berkesinambungan,baik yang menyangkut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah).

Masa bayi adalah periode perkembangan yang terus terjadi dari


lahir sampai sekitar usia 18 hingga 24 bulan. Masa bayi
merupakan waktu ketergantungan yang ekstrim terhadap orang
dewasa. Banyak aktifitas psikologis baru dimulai seperti
kemampuan berbicara,mengatur indera-indera dan tindakan
fisik,berfikir dengan simbol,dan meniru dan belajar dari orang tua.

Sebelum membahas perkembangan psikologi pada bayi, kita


pahami dulu perkembangan keterampilan bayi secara motorik.

 Usia 6 Minggu : Saat tegak, kepala lurus dan stabil dan juga
dapat mengangkat dagu.
 2 Bulan : Saat condong, menopang diri dengan kedua
lengan dia bisa mengangkat dada sambil tengkurap dan juga bisa
berguling.
 3 Bulan : Bayi dapat memegang kubus dan mulai memakan
makanan padat.
 4 – 5 Bulan : Bayi dapat berguling dan duduk dengan
bantuan.
 6 – 7 Bulan : Bayi dapat duduk tanpa dibantu dan dapat
merangkak.
 8 Bulan : Bayi mulai mencoba berdiri dengan bantuan.
 9 Bulan : Bayi mulai mencoba berdiri menggunakan
tangannya.
 11 Bulan : Bayi sudah dapat berdiri sendiri tanpa bantuan
orang lain dan mulai melangkah.
 13 Bulan : Bayi sudah dapat merangkak dan melangkah
menaiki tangga.
 14 Bulan : Bayi sudah mulai bersemangat untuk mencoba
menulis.
 16 Bulan : Bayi sudah mulai belajar berjalan.
 18 Bulan : Bayi sudah bisa naik turun tangga tanpa
bantuan.
 23 Bulan : Bayi sudah bisa meloncat di tempat.
 24-25 Bulan : Bayi sudah mulai dapat berlari, berjalan
mundur dan berjalan berjinjit dan juga dapat mengucapkan 50-
200 kata.
Adapun perkembangan psikologi  pada bayi adalah sebagai
berikut:

1.Perkembangan Bicara
Bicara merupakan sarana berkomunikasi. Dalam berkomunikasi,
minimal ada dua ketrampilan yang perlu dikuasai; kemampuan
menangkap ‘pesan’ dari orang lain dan kemampuan
menyampaikan ‘pesan’ kepada orang lain. Komunikasi ini
diungkapkan dalam berbagai macam bahasa: lisan, tertulis,
bahasa isyarat tangan, mimik, dsb.
Tugas pertama dalam berkomunikasi adalah memahami maksud
orang lain dan menyampaikan maksud mereka dalam bentuk
kata-kata sesuai dengan tahap perkembangannya. Sampai
dengan usia 18 bulan bayi masih membutuhkan penguatan
bahasa isyarat baik dengan tangan, mimik muka, serta gerak
tubuh untuk memahami komunikasi.

Tugas kedua dalam berkomunikasi adalah belajar berbicara.


Karena belum mampu berbicara, bayi mengembangkan pola
komunikasi dengan cara mereka sendiri yang disebut bentuk-
bentuk prabicara (menangis, mengoceh, isyarat dan
pengungkapan emosi). Jika bentuk komunikasi prabicara ternyata
menjadi pengganti bicara dan ternyata memuaskan, maka
motivasi bayi/anak kecil untuk belajar bicara menjadi menurun.

Setidaknya ada tiga tugas yang cukup sulit dalam belajar


berbicara pada bayi. Bayi belajar mengucapkan kata-kata,
menggunakan kosa kata dan menghubungkan artinya agar dapat
menyampaikan maksudnya kepada orang lain, kemudian
menggabungkan kata-kata menjadi kalimat yang dimengerti orang
lain.

Ada beberapa tugas yang terlibat dalam belajar bicara pada


proses perkembangan psikologi pada bayi :

2. Pengucapan
Bayi belajar mengucapkan kata-kata dengan coba-coba dengan
meniru orang dewasa. Banyak kata yang kurang berarti sampai
dengan usia 18 bulan, tapi setelah itu akan terlihat perkembangan
yang mencolok.
 Kosa kata
Kosa kata ini meningkat dengan bertamabahnya usia. Pertama
diawali dengan nama orang dan benda, kemudian kata kerja.

 Kalimat
Kalimat bayi yang pertama muncul biasa terjadi diantara usia 12
dan 18 bulan, yang terdiri satu kata dan disertai isyara

 Pola Emosi Pada Bayi


Pola emosi pada bayi didominasi dengan emosi menyenangkan
dan emosi yang tidak menyenangkan. Bayi yang mendapat
perawatan fisik yang memadai, mendapatkan kasih sayang dari
orang-orang di sekitarnya akan menunjukkan emosi senang.

Sedangkan kondisi sebaliknya membuat bayi menunjukkan emosi


tidak senang, sering menangis karena marah atau takut, dalam
kondisi tertentu menjadikan bayi tidak bahagia atau bahkan sakit-
sakitan. Kondisi yang demikian juga mempengaruhi kebahagiaan
orangtua atau orang-orang di sekitarnya.

Dalam kondisi tertentu, orangtua menjadi tidak sabar, merasa


proses merawat bayi menjadi beban bagi mereka, reaksi emosi
tidak senang atau tidak sabar dari orangtua ini selanjutnya juga
berpengaruh terhadap emosi bayi.

3. Perkembangan Bermain
Ada beberapa pola bermain yang umum dari masa bayi dalam
perkembangan psikologi pada bayi :
 Sensomotorik, merupakan bentuk permainan yang paling
awal yaitu dengan gerakan mengangkat tubuh, menendang,
bergoyang-goyang, menggerakkan jari jemari, berceloteh dan
berguling.
 Menjelajah, baik dengan menjelajahi bagian-bagian
tubuhnya maupun benda-benda yang ada di sekitarnya.
 Meniru, menginjak tahun kedua bayi mulai meniru gerakan-
gerakan orang di sekitarnya seperti membaca, menyapu, dll.
 Berpura-pura, pada tahun kedua bayi memberikan sifat
hidup pada bendakesayangan dan mainannya.
 Permainan, sebelum berusia satu tahun bayi sudah
menyukai permainan sembunyisembunyian, ciluk-ba, dsb., yang
dilakukan dengan orang dewasa atau kakakkakaknya.
 Hiburan, bayi senang diceritai, dinyanyikan dan dibacakan
dongeng.
4. Kebahagiaan dalam Masa Bayi
Tahun pertama kehidupan dipandang sebagai masa yang paling
bahagia sepanjang rentang kehidupan. Hal ini disebabkan
ketergantungan bayi menarik perhatian anak yang lebih besar, ibu
atau orang dewasa tertarik menggendong atau memenuhi segala
kebutuhannya, bahkan membiarkannya menangis atau beberapa
perilaku mengganggu lainnya.
Ada beberapa sebab-sebab ketidakbahagiaan selama masa bayi,
misalnya kesehatan yang buruk (membuat bayi rewel dan mudah
marah), tumbuhnya gigi (rasa tidak enak atau kadang-kadang
rasa sakit menyebabkan anak rewel dan mudah marah),
keinginan mandiri (dengan menolak bantuan orang lain atau
bahkan mogok), kecewa akan peran orangtua, permulaan disiplin,
penganiayaan anak, dan meningkatnya kebencian antarsaudara
(sibling rivalry).

5. Perkembangan Sosialisasi
Pengalaman sosial pada masa ini banyak mempengaruhi pola
hubungan sosial dan pola perilaku di masa depan. Hanya ada
sedikit bukti bahwa sikap sosial dan antisosial merupakan sikap
bawaan. Bahkan seseorang menjadi introvert atau ekstrovert lebih
banyak dipengaruhi pengalaman-pengalamam sosial awal,
dimana ha lini banyak terjadi dalam rumah.
Alasan lain mengapa dasar-dasar sosial pada masa ini penting
adalah sekali terbentuk cenderung akan menetap pada masa-
masa berikutnya. Bayi yang banyak menangis cenderung menjadi
anak yang agresif atau mencari perhatian.

Sebaliknya bayi yang ramah dan bahagia biasanya memiliki


penyesuaian sosial yang lebih baik pada masa besarnya nanti.
Perlu dicatat bahwa mungkin saja dilakukan perubahan, tetapi
tidaklah mudah mengadakan perubahan pada pola perilaku yang
sudah menetap.

Anda mungkin juga menyukai