Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“BREATHING EXERCISE”

DISUSUN OLEH:

NAMA: DINDA YUNISEL

NIM : 1911311032

KELAS: 2A 2019

Dosen Pengampu: Reni Prima Gusti, S.Kp, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2020
BREATHING EXERCISE

1. Defenisi
Breathing exercises merupakan kombinasi dari latihan pernapasan dengan
latihan fisik yang berguna untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran
secara umum serta digunakan untuk memelihara fungsi pernapasan pada
pasien
 Breathing exercise didesain untuk memperbaiki fungsi otot-otot
respirasi, meningkatkan ventilasi dan oksigenisasi.
 Exercise aktive ROM pada shoulder dan trunk akan membantu
ekspansi thorax, memfasilitasi deep breathing dan sering
digunakan untuk menstimulasi reflex batuk.
 Breathing exercise adalah bagian dari program treatment yang
didesain untuk meningkatkan status pulmonal, endurance dan
fungsi ADL.
 Tergantung pada problem klinik pasien, breathing exercise sering
dikombinasikan dengan pengobatan, postural drainage penggunaan
alat-alat respirasi terapi dan program conditioning.

2. Tujuan
Breathing exercise bertujuan untuk:
a) Meningkatkan ventilasi.
b) Meningkatkan efektifitas mekanisme batuk.
c) Mencegah atelektasis
d) Meningkatkan kekuatan, daya tahan dan koordinasi otot-otot
respirasi.
e) Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas chest dan thoracal
spine.
f) Koreksi pola-pola nafas yang tidak efisien dan abnormal.
g) Meningkatkan relaksasi.
h) Mengajarkan pasien bagaimana melakukan tindakan bila terjadi
gangguan nafas.

3. Indikasi breathing exercise


a) Penyakit paru akut atau kronis

a. Penyakit paru obstruktif kronis


b. Pneumonia
c. Atelectasis
d. Emboli pulmo
e. Gangguan respirasi akut.
b) Nyeri pada area thorax dan abdomen setelah pembedahan atau
trauma.
c) Obstruksi jalan nafas akibat bronchospasme atau menahan sekresi.
d) Penyakit CNS yang mengarah kepada kelemahan otot :
a. High spinal cord injury.
b. Myophatic progresif akut dan kronik atau penyakit
nurophatic.
e) Abnormalitas orthopedic berat yang mempengaruhi fungsi respirasi
seperti scoliosis dan kiposis.
f) Penanganan stress.

4. Prinsip Umum Mengajarkan Breathing Exercise


a) Bila memungkinkan lakukan ditempat yang tenang  tanpa banyak
gangguan
b) Jelaskan kepada pasien tujuan dan rasionalisasi breathing exercise.
c) Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman, posisi rileks
d) Observasi dan evaluasi pola napas normal pasien saat  istirahat dan
melakukan aktifitas.
e)  Bila perlu ajarkan teknik relaksasi kepada pasien.
f) Tunjukkan pola yang diinginkan kepada pasien.
g) Minta pasien untuk melakukan pola bernapas yang tepat dalam
berbagai posisi baik istirahat maupun saat melakukan aktifitas.

5. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan


a) Pasien tidak boleh melakukan force expiration.
b) Pasien tidak boleh melakukan prolonged expiration.
c) Hindari penggunaan accessory  muscles saat mengawali inspirasi.
d) Minta pasien untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi sebanyak 3 atau
4 kali dalam satu sesi.

6. Jenis-jenis Breathing Exercise


A. Difragma Breathing
Difragma BE ditujukan untuk memperbaiki efisiensi ventilasi, mengurangi
kerja pernapasan, meningkatkan pengembangan (descent or ascent)
diaphragma, memperbaiki pertukaran gas dan oxygenation. Difragma juga
digunakan untuk mobilisasi sekresi paru selama Portural Drainage.
Prosedur:

1. Posisi pasien rileks dan nyaman (posisi semi fowler), evaluasi


polanafas pasien.
2. Perlihatkan metode difragma breathing yang benar.
3. Tempatkan satu atau kedua tangan diatas Rectus abdominis
dibawah Anterior costal margin
4. Anjurkan pasien deep inspirasi dan perlahan melalui hidung
diikuti abdomen di gembungkan. Lasien menjaga bahu rileks
dan upper chest diam.
5. Pasien mempraktekkan 3- 4 kali lalu istiraht, hindari
hiperventilasi
6. Pasien menempatkan kedua tangannya diatas costal margin dan
merasakan gerakannya (Gbr). Tangan juga merasakan
kontraksi abdomen saat batuk atau mengontrol expirasi.
7. Setelah pasien mengerti dan mampu menggunakan difragma
breathing, maka dianjurkan inspirasi dengan melalui hidung
dan expirasi melalui mulut
8. Praktekkan difragma BE ini dalam berbagai posisi ( sitting,
standing) dan selama aktivitas (berjalan dan naik/turun tangga)
B. Segmental breathing
Segmental breathing adalah suatu latihan nafas pada segmen paru
tertentu dengan tujuan melatih pengembangan paru persegmen.
a. Lateral Costal Expantion
Kadang disebut juga dengan Lateral Basal Expantion, dapat
dilakukan unilateral ataupun bilateral.
1) Posisi pasien Sitting atau Hook -lying.
2) Tempatkan kedua tangan di Lateral Lower costa untuk
fiksasi dan perhatikan area gerakan yang terjadi
3) Anjurkan pasien ekspirasi dan merasakan gerakan costa
turun bergerak ke dalam

4) Saat pasien ekspirasi berikan penekanan lebut pada costa


dengan telapak tangan (palmar)

5) Sebelim inspirasi lakikan streching dengan cepat pada


dinding chest ke arah dalam dan ke bawah
Streching ini akan memfasilitasi kontraksi otot Intercolastis
external, otot inimenggerakkan costa keluar dan keatas
selama inspirasi.
6) Anjurkan pasien mengembangkan lower Rib melawan
kedua tangan saat inspirasi.
7) Manual resinten ringan (gentle) pada area lower RIB untuk
meningkatkan Sensor Awareness saat pasien inspirasi dan
Expansi Chest dan pelebaran Rib
8) Selanjutnya saat pasien Expirasi beri bantuan dengan
getaran ringan pada rongga costa selama bergerak kebawah
dan kedalam
9) Pasien kemudian diajarkan cara latihan sendiri dengan
menempatkan satu atau dua tangan di atas costa atau
memggunakan belt (ikat pinggang)
b. Posterior Basal Expansion
1) Posisi pasien sitting dan lead ferward di bantal
dengan Hip sedikit bengkok
2) Letakkan kedua tangan diatas permukaaan
posterior lower costa.
3) Instruksi sama dengan lateral costa expantion
4) Segmental Breathing penting pada post Op
dengan posisi semi Upright di bed dalam waktu
lama, karena menyebabkansekresi sering
terakumulasi di segmen posterior lower lobus.
c. Right Middle -Lobe or Lingula Expantion
1) Posisi sitting
2) Letakkan kedua tangan disamping kiri dan kanan
chest di bawah axilla
3) Prosedur sama dengan lateral basal expantion
d. Apical Expantion
1) Posisi sitting
2) Penekanan pada ujung jari jari diberikan di bawah
clavicula ( uni atau lateral)
3) Pola ini cocok untuk Pnemothorax post operasi
lobectomy.

C. Glossopharyngeal Breathing

Tujuan:

Untuk meningkatkan kapasitas inspirasi akibat kelemahan


otot inspirasi berat

Diajarkan pada pasien yang sulit deep inspirasi, misalnya ; sebelum


batuk

Pada awalnya ditujukan untuk membantu pasien post polyo dengan


kelemahan otot berat. Sekarang semua kondisi dan paling sering
pada pasien High Spinal Cord Injury yang mudah mengalami
problem respirasi.

Prosedur:

Pasien mengambil beberapa kali udara lalu menutup mulit


lalu lidah mendorong udara kebelakan faring sehingga
udara akan terdorong dengan kuat masuk paru paru saat
Glottis terbuka

Catt:

Teknik ini sedikit sulit digunakan tetapi sangat berguna


terbatas pada beberapa pasien.

D. Pursed-Lip Breathing

Diberikan pada pasien yang sedang tidak mengalami serangan


sesak nafas. Contohnya : penderita asma yang sedang tidak
kambuh.

Prosedurnya :

1) Posisi pasien rileks.


2) Pasien tarik nafas melalui hidung dan tahan 2-3 detik.
3) Lalu pasien diminta hembuskan nafas lewat mulut ( mulut
dimonyongkan ) selama 6-8 detik.

Link video breathing exercise:


https://youtu.be/xvbUsOxOQkw
DAFTAR PUSTAKA

Potter PA, Perry AG. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta; 2006.

Smeltzer SC, Bare BG. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; 2002.

https://www.google.com/amp/s/slideplayer.info/amp/12269484/

https://dhaenkpedro.wordpress.com/breathing-exercise/

Anda mungkin juga menyukai