Anda di halaman 1dari 14

STANDART PROSEDUR OPERASIONAL

CONTROL BREATHING EXERCISE

Oleh:
Arum Dwi Ningsih, S. Kep., Ns., M. Kep.
PROSEDUR PELAKSANAAN LATIHAN RELAKSASI SLOW DEEP
BREATHING
A. PENGERTIAN
Slow Deep Breathing merupakan tindakan yang didasari untuk mengatur pernapasan
secara dalam dan lambat yang dapat menimbulkan efek relaksasi (Tarwoto, 2011). Slow
Deep Breathing adalah metode bernapas yang frekuensinya bernapas kurang dari 10 kali per
menit dengan fase ekshalasi yang panjang (Breathesy, 2006).
Terapi relaksasi banyak digunakan dalam digunakan dalam kehidupan seharihari
untuk dapat mengatasi berbagai masalah misalnya stress, ketegangan otot, nyeri, hipertensi,
gangguan pernapasan, dan lain-lain. Relaksasi secara umum merupakan keadaan
menurunnya kognitif, fisiologi, dan prilaku . Pada saat relaksasi terjadi perpanjangan serabut
otot, menurunnya pengiriman implus saraf keo otak, menurunnya aktifitas otak, dan fungsi
tubuh yang lain. Karakteristik dari respons relaksasi ditandai oleh menurunnya denyut nadi,
jumlah pernapasan, penurunan tekanan darah, dan konsumsi oksigen (Potter & Perry, 2006).
Napas dalam dan lambat dapat menstimulasi respon syaraf otonom melalui
pengeluaran neurotransmitter endorphin yang berefek pada respon syaraf simpatis dan
peningkaan respon parasimpatis. Stimulasi syaraf simpatis mmeningkatkan aktivitas tubuh
sedangkan respon parasimpatis lebih banyak menurunkan aktivitas tubuhb atau relaksasi
sehingga dapat menurunkan 158 aktivitas metabolisme (Velkumary, 2004).
Stimulasi syaraf parasimpatis dan penghambatan stimulasi syaraf simpatis pada Slow
Deep Breathing berdampak juga pada vasodilatasi pembuluh darahotak yang memungkinkan
suplay oksigen otak lebih banyak sehingga perfusi jaringan otak diharapkan adekuat
(Downey, 2009).
Pengaturan pernapasan dalam dan lambat menyebabkan penurunan secara signifikan
konsumsi oksigen. Teknik pernapasan dengan pola teratur juga dapat dilakukan untuk
relaksasi, manajemen stress, control psikofisiologis dan meningkatkan fungsi organ (Geng &
Ikiz, 2009).
B. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
SPO Pemberian Terapi Teknik Relaksasi Slow Deep Breathing Pada Klien
dengan dyspnea
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Slow deep brathing adalah gabungan dari metode nafas dalam
(deep breathing) dan napas lambat sehingga dalam pelaksanaan
latihan pasien melakukan nafas dalam dengan frekuensi kurang
dari atau sama dengan 10 kali permenit.
Tujuan Terapi relaksasi nafas dalam dan lambat (slow deep breathing)
untuk mengurangi persepsi dyspnea, intensitas nyeri, dan ancietas.
Waktu yang dibutuhkan untuk memberikan terapi relaksasi slow
deep breathing yaitu 30 menit. Pelaksanaan pemberian terapi
relaksasi slow deep breathing:
1. Persiapan
a. Siapkan lingkungan yang nyaman dan tenang
b. Kontrak waktu dan jelaskan tujuan
2. Pelaksanaan
a. Persiapan sebelum terapi
1) Atur posisi klien duduk atau semi fowler
2) Mencuci tangan
3) Kedua tangan diletakan diatas perut
b. Pelaksanaan
1) Anjurkan klien untuk melakukan tarik napas dalam melalui
hidung selama 3 detik, sehingga rongga paru berisi udara
2) Tahan napas selama 3 detik
3) Anjurkan klien dengan cara perlahan & menghembuskan
udara melalui mulut (selama 6 detik), serta membiarkanya
ke luar dari setiap bagian anggota tubuh, pada saat
bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhatiannya
pada sesuatu hal yang indah dan merasakan betapa
nikmatnya rasanya
4) Anjurkan klien untuk bernapas dengan irama normal
beberapa saat ( 1-2 menit )
5) Anjurkan klien untuk mengulangi prosedur 1,2, dan 3
6) Anjurkan klien untuk memberikan sugesti pada diri klien
sendiri, bahwa udara yang keluar mulai mengalir dari
tangan, kaki, menuju keparu-paru seterusnya udara &
rasakan udara mengalir keseluruh bagian anggota tubuh
7) Anjurkan klien untuk memusatkan perhatian pada kaki &
tangan, udara yg mengalir & merasakan ke luar dari ujung-
ujung jari tangan & kaki & rasakan kehangatanya
8) Anjurkan klien untuk mengulangi teknik-teknik ini apabila
merasakan dyspnea, rasa nyeri dan ancietas kembali lagi.
9) Setelah klien mulai merasakan ketenangan, minta pasien
untuk melakukan secara mandiri
10) Ulangi langkah 1 sampai 6 selama 15 menit.
11) Rapikan bahan dan alat
3. Terminasi
1) Kaji respon subyektif dan Obyektif klien
2) Evaluasi pemahan klien dan keluarga tentang prosedur yang
telah diajarkan
3) Anjurkan klien untuk melakukan latihan Slow Deep
Breathing 3x sehari.
4) Berikan pujian pada klien, dan akhiri komunikasi
(berpamitan)
5) Dokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan
PROSEDUR PELAKSANAAN Diaphragm Breathing Exercise
A. Pengertian
Diaphragmatic breathing adalah salah satu tehnik yang baik untuk pernafasan dan
relaksasi terhadap paru karena dapat menyebabkan pertukaran oksigen dan karbondioksida
yang sesuai (Seo, Park, & Park, 2015).
Latihan pernapasan diafragma merupakan bagian dari tindakan mandiri keperawatan
pada pasien PPOK. Latihan pernafasan diafragma ini salah satu teknik bernafas, yang
bertujuan untuk mengurangi dyspnea dengan meningkatkan ekskursi diafragma dan secara
simultan mengurangi penggunaan otot aksesori (yang memberikan kontribusi besar untuk
kerja pernapasan) dan koreksi gerakan dinding dada yang abnormal (Cahalin et al 2002 dalam
Morrow et al., 2012).
B. Tujuan
Tujuan utama Diaphragmatic breathing adalah memperbaiki gerakan abdomen dengan
mengurangi aktivitas otot pernafasan (Yamaguti et al., 2012). Pasien dengan COPD sering
memiliki pengurangan mobilitas diafragma dan kontribusinya yang relatif terhadap gerakan
thoracoabdominal, meningkatkan aktivitas otot respirasi dinding dada sebagai mekanisme
kompensasi. Pengurangan mobilitas diafragma dan aktivitas otot dinding respirator yang
lebih tinggi ini, berhubungan dengan peningkatan dyspnea dan intoleransi latihan.
C. Indikasi
1) Pasien dengan COPD
2) Pasien gangguan cardiovaskuler
D. STANDART PROSEDUR OPERASIONAL
SPO Pemberian Diaphragm Breathing Exercise Pada Klien dengan dyspnea
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Diaphragmatic breathing adalah salah satu tehnik yang baik
untuk pernafasan dan relaksasi terhadap paru karena dapat
menyebabkan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
sesuai
Tujuan memperbaiki gerakan abdomen dengan mengurangi aktivitas otot
pernafasan
Waktu yang dibutuhkan untuk memberikan terapi Diaphragmatic
breathing exercise yaitu 20-30 menit. Serata dilakukan 3 kali salam
satu minggu. Pelaksanaan pemberian Diaphragmatic breathing
exercise :
1. Persiapan
a. Siapkan lingkungan yang nyaman dan tenang
b. Kontrak waktu dan jelaskan tujuan
2. Pelaksanaan
a. Persiapan sebelum terapi
1) Atur posisi klien duduk atau semi fowler, posisi tangan kiri di
atas otot rectus abdominalis (tulang kosta anterior).
2) Mencuci tangan
3) tangan kanan diletakan diatas dada, tangan kiri diletakkan
diatas perut
b. Pelaksanaan
1) Anjurkan klien menghirup udara melalui hidung dengan
perlahan dan dalam dengan hanya membengkakkan perutnya
namun posisi bahu tetap terjaga/ rileks dan tidak terangkat
ke atas.
2) Anjurkan klien menghirup udara secara perlahan. Saat
menghirup, udara dihirup melalui hidungnya selama 3
detik, dan perutnya bengkak.
3) Setelah itu hirupan dihentikan selama 3 detik,
4) Anjurkan klien enghembuskan udara dengan bibir yang
mengerucut atau dengan bibir setengah membuka, sampai
perutnya menjadi cekung dengan durasi 6 detik
5) Setelah klien mulai merasakan ketenangan, minta pasien
untuk melakukan secara mandiri
6) Ulangi langkah 1 sampai 4selama 20-30 menit.
7) Rapikan bahan dan alat
3. Terminasi
1) Kaji respon subyektif dan Obyektif klien
2) Evaluasi pemahan klien dan keluarga tentang prosedur yang
telah diajarkan
3) Anjurkan klien untuk melakukan latihan Diaphragmatic
breathing exercise selama 20-30 menit dalam sehari.
Lakukan latihan 3 kali dalam satu minggunya.
4) Berikan pujian pada klien, dan akhiri komunikasi
(berpamitan)
5) Dokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan
PROSEDUR PELAKSANAAN Pursed Lips Brathing Exercise

A. Definisi
Pursed lips breathing adalah salah satu teknik dalam program rehabilitasi paru yang
sangat dianjurkan untuk diterapkan pada pasien PPOK. Metode pengontrolan napas
pursed lips breathing dilakukan dengan melakukan inspirasi melaui hidung dan
memanjang ekspirasi dengan meluarkan udara napas melalui mulut. Teknik ekspirasi
yang dilakukan dengan strategi mengerucutkan kedua bibir bersama saat ekshalasi
(Kisner and Colby, 2007).

B. Tujuan
1) Memperbaiki fungsi paru
2) Melancarkan sirkulasi darah
3) Meningkatkan fungsi dan kekuatan otot
C. Indikasi
Metode pernapasan pursed lips breathing sangat dianjurkan diterapkan pada pasien
PPOK, seperti emfisema dan asma serta efektif jika diterapkan pada saat periode
dyspnea.
D. STANDART PROSEDUR OPERASIONAL
SPO Pemberian Pursed Lips Breathing Exercise Pada Klien dengan dyspnea
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Pursed lips breathing adalah salah satu teknik dalam program
rehabilitasi paru dengan melakukan inspirasi melaui hidung dan
memanjang ekspirasi dengan meluarkan udara napas melalui
mulut. Teknik ekspirasi yang dilakukan dengan strategi
mengerucutkan kedua bibir bersama saat ekshalasi (Kisner and
Colby, 2007).
Tujuan 1) Memperbaiki fungsi paru
2) Melancarkan sirkulasi darah
3) Meningkatkan fungsi dan kekuatan otot
Waktu yang dibutuhkan untuk memberikan terapi Diaphragmatic
breathing exercise yaitu 10-20 menit. Serata dilakukan 3 kali salam
satu minggu. Pelaksanaan pemberian Diaphragmatic breathing
exercise :
1. Persiapan
a. Siapkan lingkungan yang nyaman dan tenang
b. Kontrak waktu dan jelaskan tujuan
2. Pelaksanaan
a. Persiapan sebelum terapi
1) Atur posisi klien duduk atau semi fowler, posisi tangan kiri di
atas otot rectus abdominalis (tulang kosta anterior).
2) Mencuci tangan
3) Kedua tangan diletakan diatas perut
b. Pelaksanaan
1) Anjurkan klien menghirup udara melalui hidung dengan
perlahan dalam hitungan 1, 2.
2) Setelah itu hirupan dihentikan selama 2 detik,
3) Anjurkan klien menghembuskan udara dengan dengan
mengerucutkan kedua bibir dan pipi mengembung seperti
meniup lilin, dalam hitungan 1,2,3,4,5,6 (6 detik).
4) Selama ekspirasi, klien dalam keadaan rileks
5) Setelah klien mulai merasakan ketenangan, minta pasien
untuk melakukan secara mandiri
6) Ulangi langkah 1-4 sampai selama 10-20 menit.
7) Rapikan bahan dan alat
3. Terminasi
1) Kaji respon subyektif dan Obyektif klien
2) Evaluasi pemahan klien dan keluarga tentang prosedur yang
telah diajarkan
3) Anjurkan klien untuk melakukan latihan Pursed Lips
breathing exercise selama 10-20 menit dalam sehari.
Lakukan latihan 3 kali dalam satu minggunya.
6) Berikan pujian pada klien, dan akhiri komunikasi
(berpamitan)
7) Dokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan
ACTIVE CYCLEBREATHING TECHNIQUE DAN BUTEYKO
THERAPY
A. Pengertian
Salah satu terapi non farmakologis pada pengontrolan asma dengan
relaksasi saluran napas.
B. Tujuan
1) Memperbaiki fungsi paru
2) Meningkatkan control asma
3) Menurunkan tahanan terhadap aliran udara
C. Indikasi
1) Klien asma
D. Kontra Indikasi
1) Klien dalam kondisi serangan asma
E. STANDART PROSEDUR OPERASIONAL
latihan pernapasan Active
Cycle Breathing Technique dan Buteyko Therapy
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Salah satu terapi non farmakologis pada pengontrolan asma
dengan relaksasi saluran napas

Tujuan 1) Memperbaiki fungsi paru


2) Meningkatkan control asma
3) Menurunkan tahanan terhadap aliran udara
4) Mengurangi adanya lender pada saluran pernapasan
Waktu yang dibutuhkan untuk memberikan terapi latihan
pernapasan Active Cycle Breathing Technique dan Buteyko
Therapy yaitu 15-20 menit. Serata dilakukan 3 kali salam satu
minggu. Berikut tahan pelaksanaan terapi:
1. Persiapan
a. Siapkan lingkungan yang nyaman dan tenang
b. Kontrak waktu dan jelaskan tujuan
2. Pelaksanaan
a. Persiapan sebelum terapi
1) Atur posisi klien duduk atau semi fowler, rileks.
2) Mencuci tangan
b. Pelaksanaan
1) Duduk tegak dan usahakan posisi senyaman mungkin,
kemudian mulai bernapas biasa melalui hidung (mulut
tertutup).
2) Lakukan tahan napas semampunya dengan mencubit
hidung sampai anda pertama kali merasakan keinginan
untuk bernapas, kemudian lepaskan cubitan pada
hidung,.Kemudian bernapas lembut melalui hidung (mulut
tertutup).
3) Duduklah pada posisi senyaman mungkin dengan
punggung tegak serta kaki dan lutut selebar bahu, kemudian
mulai bernapas normal dan tenang melalui hidung.
4) Kemudian Istirahat sejenak 20 detik
5) Ulangi tindakan 2 dan 3 selama ± 3 menit.
6) Kemudian istirahat pendek selama 20 detik.
7) Ulangi tindakan b dan c selama ± 3 menit.
8) Kemudian istirahat pendek selama 20 detik.
9) Ulangi tindakan b dan c selama ± 3 menit.
10) Kemudian istirahat panjang selama 2 menit.
11) Melakukan napas normal, tarik napas perlahan lalu
keluarkan udara melalui mulut dengan lambat (seperti
memberi uap pada kaca), lakukan sebanyak 2 kali
12) Rapikan bahan dan alat
3. Terminasi
1) Kaji respon subyektif dan Obyektif klien
2) Evaluasi pemahan klien dan keluarga tentang prosedur yang
telah diajarkan
3) Anjurkan klien untuk melakukan latihan Active Cycle
Breathing Technique dan Buteyko Therapy selama 15-20
menit dalam sehari. Lakukan latihan 3 kali dalam satu
minggunya. Latihan dilakukan pada saat pasien dalam
kondisi rileks.
4) Berikan pujian pada klien, dan akhiri komunikasi
(berpamitan)
5) Dokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan
DAFTAR PUSTAKA

Barnes, P. et al., 2015. Asthma and COPD - Basic Mechanism and Clinical Management.
(Academic press, Ed.) (2nd Edition). Elsevier Ltd.

Buteyko Breathing Association. 2010. Buteyko Practice Diary and Quick Reference Guide.
[www.buteykobreathing.org/buteyko-technique/]

Buteyko Breathing Association. 2017. Buteyko Association. Retrieved from


[www.buteykobreathing.org/buteyko-technique/]

Leung, R. W. M., Alison, J. A., McKeough, Z. J., and Peters, M. J., 2010, ‘Ground walk
training improves functional exercise capacity more than cycle training in people with chronic
obstructive pulmonary disease (COPD): A randomised trial’, Journal of Physiotherapy.
Elsevier, 56(2), pp. 105–112. doi: 10.1016/S1836-9553(10)70040-0.

Ningsih, A., D., 2018, Modul Kombinasi Home Based Walking Exercise dan Pursed Lips
Breathing, Universitas Airlangga, Surabaya.

PDPI, 2011, Penyakit Paru Obstruktif Kronik:Diagnosis dan Penatalaksanaan, diakses 4


September 2017, <http://klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf.

Utama, Julvainda E. P., 2018, Modul Pengontrolan asma metode Active Cycle Breathing
Technique dan Buteyko Therapy, Universitas Airlangga, Surabaya.

Widianti, A. T., 2010, Senam Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai