1. Jelaskan dengan singkat hak dan kewajiban warga negara menurut UUD 1945 !
2. Jelaskan dengan singkat mekanisme sistem demokrasi di Indonesia dalam kaitannya
dengan
pembagian tugas kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif !
3. Sebutkan periodesasi demokrasi Indonesia sejak orde lama, orde baru, sampai dengan orde
reformasi saat ini !
4. Jelaskan pendapat saudara tentang praktek pemerintahan orde baru dan pemerintahan
reformasi saat ini !
5. Apa yang saudara ketahui tentang :
~ Pemerintahan dengan sistem sentralisasi
~ Pemerintah desentralisasi
~ Pemerintahan otonomi daerah
Jawab !
1. Hak dan kewajiban warga negara menurut UUD 1945 yaitu :
~ Pasal 27 ayat 2 berbunyi " Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan "
~ Pasal 27 ayat 3 berbunyi " Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara "
~ Pasal 28 berbunyi " Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran
dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang "
~ Pasal 29 ayat 2 berbunyi " Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan
kepercayaan itu "
~ Pasal 30 ayat 1 berbunyi " Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha
pertahanan dan keamanan negara "
~ Pasal 31 ayat 1 berbunyi " Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran "
~ Pasal 31 ayat 2 berbunyi " Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan UUD 1945 "
~ Pasal 32 ayat 1 berbunyi " Nehara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia, dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya "
~ Pasal 33 ayat 1 berbunyi " Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas
kekeluargaan "
~ Pasal 33 ayat 2 berbunyi " Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara "
~ Pasal 33 ayat 3 berbunyi " Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat"
~ Pasal 33 ayat 4 berbunyi " Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar asas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional "
~ Pasal 33 ayat 5 berbunyi " Ketentuan lehih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur
dalam undang-undang "
~ Pasal 34 berbunyi " Fakir miskin dan anak-anak terkantar dipelihara oleh negara "
2. Ikhtisar Struktur Politik Indonesia
Indonesia adalah negara sekuler yang berarti kebijakan-kebijakan politiknya tidak perlu
didasarkan satu ajaran agama tertentu dan tidak memilih satu agama sebagai agama resmi
negara. Namun, agama berperan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Warga
negara Indonesia wajib menganut salah satu agama yang diakui oleh negara (Islam, Protestan,
Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu); ateis bukanlah pilihan yang tepat.
Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, tidak dapat dipungkiri, Islam
memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan politik nasional. Meskipun
demikian, Indonesia bukanlah negara Islam.
Desenstralisasi politik di era pasca-Suharto telah memberikan kekuatan lebih besar pada
pemerintahan daerah dan efek dari perkembangan ini tersirat dalam pengambilan keputusan
politik daerah yang semakin terpengaruh oleh ajaran agama tertentu. Contoh kebijakan-
kebijakan politik di daerah Muslim dengan pengaruh ajaran yang ketat misalnya adalah
pelarangan usaha dengan bahan dasar babi atau mewajibkan perempuan menggunakan hijab
atau kerudung. Kebijakan-kebijakan semacam ini akan terkesan aneh jika diimplementasikan
di wilayah timur Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.
Dengan mayoritas penduduk Muslim dan dominasi pulau Jawa (yang mayoritasnya Muslim)
dalam politik nasional, secara keseluruhan Indonesia memang lebih berorientasi pada Islam.
Presiden yang menganut agama non-Muslim, tampaknya mustahil. Walaupun begitu, Islam di
Indonesia dapat dikatakan cukup moderat karena sebagian besar Muslim Indonesia adalah
Muslim abangan. Contohnya, mayoritas kaum Muslim menolak penerapan hukum Sharia.
Contoh yang lain yaitu ketika Megawati Sukarnoputri terpilih menjadi presiden perempuan
pertama di Indonesia pada tahun 2001, hanya sedikit kelompok minoritas yang menolak
kepemimpinannya karena mempercayai satu doktrin Islam yang tidak memperbolehkan
perempuan untuk memimpin.
Sistem politik Indonesia terdiri dari tiga lembaga:
• Eksekutif
• Legislatif
• Yudikatif
Lembaga Eksekutif di Indonesia
Yang mencakup lembaga eksekutif adalah presiden, wakil presiden dan kabinetnya. Baik
presiden maupun wakil presiden, sama-sama dipilih oleh elektorat Indonesia dalam pemilihan
presiden. Presiden dan wakil presiden menjabat selama lima tahun dan sesudahnya dapat
dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan. Selama masa
kampanye presiden dan wakil presiden adalah sebuah pasangan yang tak terpisahkan. Dengan
demikian komposisi kedua pemimpin ini adalah kepentingan strategi politik besar. Hal-hal
yang dapat mempengaruhi strategi politik adalah latar belakang etnis (dan agama) dan posisi
sosial (sebelumnya) dalam masyarakat.
Dalam hal etnisitas dan agama, seorang Muslim Jawa akan lebih mendapat sokongan
popularitas karena mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim Jawa. Untuk posisi politik
yang tingkatnya lebih rendah (tergantung dari konteks agama daerah tertentu), pimpinan-
pimpinan politik yang bukan Islam masih mungkin adanya (contohnya gubernur Jakarta saat
ini, Basuki Cahaya Purnama, yang adalah seorang Cina Kristen).
Dengan menilik posisi sosial (sebelumnya) di masyarakat ada beberapa kategori yang dapat
memberikan dukungan populer di pelbagai kalangan. Kategori-kategori itu adalah
(pensiunan) pejabat tentara, pengusaha, teknokrat dan pimpinan intelektual Muslim. Oleh
karena itu untuk mempertinggi kesempatan menang dalam pemilu presiden dan wakil
presiden biasanya berasal dari dua kategori sosial yang berbeda supaya bisa menggapai
khalayak pemilih yang lebih luas lagi. Contohnya, presiden Indonesia sebelumnya, yaitu
Susilo Bambang Yudhoyono (seorang pensiunan tentara) memilih Boediono (seorang
teknokrat Muslim jawa) sebagai wakil presiden di masa kampanye tahun 2009.
Kecepercayaan rakyat kepada pasangan ini meningkat karena Boediono adalah seorang pakar
ekonomi. Meski Indonesia mengalami kepemimpinan otoritas di masa Suharto, saat ini pun
seorang jendral masih dapat kepopuleran dari rakyat karena mereka dianggap sebagai
pemimpin yang kuat.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (seorang Muslim Jawa dan mantan pengusaha)
memilih Jusuf Kalla sebagai wakil presiden (seorang pengusaha, politisi dan Muslim dari
Sulawesi). Kalla mempunyai sejarah panjang dalam politik Indonesia (terutama di partai
Golkar, kendaraan politik lama Suharto) dan menikmati popularitas yang luas di Indonesia
(terutama di luar pulau Jawa). Widodo sebenarnya pendatang baru di dunia politik nasional
pada awal 2014 maka pengalaman panjang dalam politik yang dimiliki Kalla memberi
pasangan ini kredibilitas yang lebih besar.
Setelah pemilu, presiden baru yang terpilih akan memilih anggota kabinetnya yang biasanya
terdiri dari anggota-anggota partainya, partai koalisi dan teknokrat non-partai. Klik di sini
untuk melihat susunan kabinet Indonesia saat ini.
Lembaga Legislatif di Indonesia
Yang mencakup lembaga legislatif adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR
berwenang menyusun atau mengubah Undang-Undang Dasar dan melantik (atau
memberhentikan) presiden. MPR adalah sebuah lembaga legislatif bikameral yang terdiri dari
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
DPR, yang terdiri dari 560 anggota, bertugas membentuk dan menyetujui undang-undang,
menghitung anggaran tahunan bersama presiden dan mengawasi pelaksanaan undang-undang
dan isu-isu politik. Anggota DPR dipilih untuk masa kerja lima tahun dengan proporsi
perwakilan yang adil berdasarkan hasil pemilu. Sayangnya, DPR mengantongi reputasi buruk
karena isu-isu skandal korupsi yang acap kali dilakukan oleh para anggotanya.
DPD menangani keputusan, undang-undang dan isu-isu yang memang berhubungan dengan
daerah yang dimaksud, dengan demikian keberadaanya mampu meningkatkan perwakilan
daerah di tingkat nasional. Tiap provinsi di Indonesia memilih empat calon anggota DPD
(yang akan bekerja di pemerintahanan selama lima tahun) dari non-partai. Karena Indonesia
memiliki 32 provinsi, maka jumlah anggota DPD adalah 132 orang.
3. Negara yang menerapkan sebuah demokrasi didalam sistem pemerintahannya ialah negara
Indonesia. Tetapi, karena kondisi politik dan kepemimpinan di waktu itu mengakibatkan
penerapan demokrasi di Indonesia mengalami banyak perubahan yaitu :
~ Perkembangan demokrasi pada masa revolusi kemerdekaan (1945 – 1950)
Perjuangan Indonesia terhadap ingin kembalinya belanda ke Indonesia. Belum baiknya
pelaksanaan demokrasi, yang diakibatkan oleh revolusi fisik. Masih adanya sentralisasi
kekuasaan yang mana segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dan dibantu oleh KNIP.
Pemerintah mengeluarkan, KNIP berubah menjadi lembaga legislatif, pembentukan partai
politik, perubahan sistem pemerintahan presidensil menjadi parlementer. Pemberian hak-hak
politik secara menyeluruh.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perkembangan periodisasi demokrasi di Indonesia dari masa
ke masa banyak terjadi perubahan yang signifikan setiap waktunya di karenakan adanya
kondisi politik dan kepemimpinan yang mengakibatkan semua itu terjadi.
Di era reformasi ini masyarakat seolah semakin turun kepercayaannya terhadap dunia politik
yang terbukti dari turunnya tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap pemilihan kepala
daerah. Masyarakat juga mungkin akan lebih mempertimbangkan bagaimana cara untuk
mempertahankan hidup di era reformasi ini dibanding harus berpikir secara kebangsaan,
dimana jurang kesenjangan semakin melebar karena birokrasi lebih berpihak kepada mereka
yang bergelar kaum ekonomi menengah ke atas. Di era reformasi yang katanya bahwa
masyarakat dilindungi oleh hukum juga tidak jarang masyarakat dibuat takut oleh para
penegak hukum dengan dalih bahwa hukum harus ditegakkan. Padahal dalih tersebut lebih
sering dijadikan arena “proyek” mencari uang oleh para mereka yang berwenang. Sehingga
opini yang terbangun adalah hukum itu terlalu tajam ke bawah namun tumpul keatas.
Dulu, di akhir era orde baru kita seakan dibuat benci oleh presiden Soeharto yang telah lama
menjadi penguasa dan banyak membangun bangsa ini dengan anggapan banyak melakukan
praktek Korupsi, Kolusi, dan Nekotisme yang dilakukan pemerintah Orde Baru pada saat itu,
sehingga masyarakat menjadi anarkis dan dibuat kisruh pada waktu itu. Bahkan, disebut-
sebut Soeharto melakukan korupsi besar-besaran yang sampai saat ini juga sebenarnya tidak
jelas lagi kejelasan dari dugaan kasus tersebut.
Sekarang, jika kita bandingkan dengan masa reformasi mungkin banyak lebih baiknya, tapi
juga banyak lebih buruknya. Lebih baiknya adalah bahwa hari ini, rakyat tidak lagi dibayang-
bayangi teror pemerintah otoriter. Pemerintah saat ini cenderung lebih memperhatikan
kestabilan politiknya karena media mengawasi kinerja pemerintahan dengan cukup gencar
meski saat ini media juga cenderung memberitakan hal yang buruk-buruknya saja sehingga
membangun opini masyarakat rakyat bahwa Indonesia saat ini mengalami degradasi moral
dan kepemimpinan karena banyak elit pemerintahan yang melakukan korupsi dan lain
sebagainya, padahal saya yakin tidak semua elit pemerintah seperti itu. Dapat dikatakan
bahwa pada era orde baru dan era reformasi ini banyak pejabat yang melakukan korupsi, tapi
bedanya korupsi era orde baru dan era reformasi saat ini adalah pos-pos yang dikorup. Anies
Baswedan pernah mengatakan bahwa perbedaan korupsi pada masa orde baru dan masa
reformasi adalah jika pada pemerintahan orde baru pos yang dikorupsi adalah dana-dana non
budgeter atau diluar dari APBN bangsa ini, sedangkan pada masa reformasi saat ini, pos yang
dikorupsi adalah dana-dana APBN yang mengalir kepada elit-elit tertentu yang tentunya
sangat menguntungkan elit tersebut.
5. ~ Sentralisasi adalah pemusatan segala bentuk dan jenis keputusan, kebijakan, dan
kewenangan yang dikoordinir oleh pemerintah pusat, sehingga pemerintah daerah hanya
menjalankan apa yang diperintahkan pemerintah pusat.
~ Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.